Anda di halaman 1dari 14

Volume 10 No 1 Tahun 2021

Online: https://ojsfkuisu.com/index.php/ibnunafis

Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis

ISSN 2252-6870 (Print) | ISSN 2613-9359 (Online)

Artikel Penelitian

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI TERHADAP


KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS RASKITA

THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL CHARACTERISTICS AND MOTIVATION ON THE


PERFORMANCE OF NURSES IN THE INPATIENT ROOM OF RASKITA HOSPITAL

Cashtri Meher,a Kintoko Rochadi b


aDosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. STM No. 77, Medan, Indonesia
b Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Jl. Universitas no. 32, Medan, Indonesia

HistoriArtikel ABSTRAK
Diterima: Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penurunan
22 Juni 2021
kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Pengukuran
Revisi: kinerja perawat berdasarkan standar asuhan keperawatan di RS Raskita
menunjukkan kinerja yang masih rendah. Selain asuhan keperawatan yang
27 Juni 2021 belum mencapai standar yang ditetapkan Depkes RI, motivasi serta disiplin
Terbit: kerja juga masih kurang baik. Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh
karakteristik individu dan motivasi terhadap kinerja perawat di ruang rawat
29 Juni 2021 inap RS Raskita . Jenis Penelitian bersifat analitik dengan tipe explanatory
research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas
di ruang rawat inap RS Raskita yang berjumlah 61 orang dan keseluruhannya
dijadikan sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama bekerja, motif berprestasi, motif
berafiliasi dan motif berkuasa secara statistik berpengaruh terhadap kinerja
perawat di ruang rawat inap RS Raskita dengan variabel dominannya adalah
motif berprestasi. Perlu peningkatan pengawasan serta memberikan
pengarahan kepada perawat yang bekerja di ruang rawat inap RS, dan
pemberian pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan peningkatan motivasi,
khususnya motivasi untuk berprestasi, sehingga meningkatkan kinerja
perawat di ruang rawat inap. Selain itu pihak RS Raskita agar dalam proses
perekrutan pegawai tidak hanya dipilih pegawai yang memiliki kemampuan
yang baik, tetapi juga bersedia bekerja di satu tempat saja.
Kata Kunci ABSTRACT
Kinerja, Motivasi, Perawat Nursing is one profession in the hospital who was instrumental in maintaining
the quality of health services in hospitals. Nurse performance degradation
will affect the quality of health services. Performance measurement based on
the standard of nursing care nurse at the Raskita Hospital shows the
performance is still low. In addition to nursing care that has not reached the
standards set by Health Ministry, motivation and discipline of work are still
not good. This study to analyze the influence of individual characteristics and
motivation on the performance of nurse patient in Raskita Hospital. This type
of research is analytic with explanatory type research. The population in this
study were all nurses who served in the inpatient Raskita Hospital totaling 61
people and made the whole sample. Data obtained through interviews using
questionnaires, and analyzed by multiple logistic regression. The results
showed that the old work, achievement motive, affiliation motive, and motive

Cashtri Meher 72
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

power are statistically affect the performance of nurses in general inpatient


room in Raskita Hospital the dominant variable is the achievement motive.
Needs to improve oversight and provide direction to nurses working in
inpatient hospital room, and the provision of education and training related
to increased motivation, especially motivation to excel, thus improving the
performance of nurses in the inpatient hospital. In addition the Raskita
Hospital to the recruitment process not only elected officials who have good
skills, but also willing to work in one place.
Korespondensi
Telp.081260552222
Email:
Cashtrymeher14@gmail.com

Cashtri Meher 73
Volume 10 No 1 Tahun 2021

Online: https://ojsfkuisu.com/index.php/ibnunafis

Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis

ISSN 2252-6870 (Print) | ISSN 2613-9359 (Online)

PENDAHULUAN laennya yang berguna untuk mempermudah


Dalam pembangunan kesehatan mobilitas kita, akan tetapi semua hal itu
tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran, tidak akan berguna bila tidak didukung oleh
kemauan, dan kemampuan hidup sehat kan sumber daya manusia yang mumpuni.2
tetapi untuk meningkatkan kesehatan Perawat merupakan salah satu
masyarakat yang sempurna yang profesi yang ikut serta dalam menjaga mutu
merupakan aset jangka panjang dan secara pelayanan rumah sakit dan sekaligus
sosial dan ekonimis menjadi lebih produktif menjadi barometer dalam menjaga standar
dalam pembangunan sumber daya manusia. dan mutu pelayanan agar tercipta asuhan
Salah satu upaya peningkatan keperawatan yang bermutu di rumah sakit.3
pembangunan kesehatan di Indonesia Seorang perawat mempunyai peranan
adalah dengan adanya standar pelayanan penting dalam pelayanan di rumah sakit,
minimal di fasilitas kesehatan di Indonesia. karena mereka melakukannya secara terus
Untuk mewujudkan pelayanan yang menerus selama bertugas dengan
berkualitas, pelayanan kesehatan pendekatan baik secara individu atau
membutuhkan sumber daya yang berkulitas kelompok.4
juga, termasuk tenaga kesehatan yang Perawat juga mendapat julukan
berkualitas. Tenaga kesehatan yang sebagai “the caring profession”, yang mana
berkualitas dibentuk dari proses pendidikan mereka mempunyai peranan penting dalam
yang berkualitas juga. Departemen peningkatan kualitas pelayanan di rumah
Kesehatan merupakan institusi dari sektor sakit, dikarenakan mereka melakukan
pemerintah yang berperan dalam pendekatan secara bio-psiko-sosial-spritual
penyediaan tenaga kesehatan yang dalam pelayanan dan pelayanan
berkualitas tersebut.1 keperawatan berbeda dengan pelayanan
Indikator keberhasilan pelayanan yang lain, karena dilakukan secara
sebuah rumah sakit ditentukan oleh bekerlanjutan selama 24 jam.5
pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan Dalam peningkatan pelayanan dan
motivasi staf dan karyawannya. Pada saat asuhan keperawatan menuju yang lebih
ini banyak teknologi atau alat pendukung professional, maka seorang perawat harus

Cashtri Meher 74
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

memiliki sikap dan kepribadian yang seusai ditentukan. 40 - 60% di rumah sakit
dengan kompetensi profesi keperawatan, merupakan pelayanan dari perawat.9
yang mana harus terus menerus Kinerja merupakan hubungan hasil
dipersiapkan dan ditingkatkan secara pekerjaan dengan tujuan strategis
teratur, terencana dan kontinu.6 organisasi, kepuasan konsumen dan
Keberhasilan dalam menjalankan kontribusi pada ekonomi. Kinerja
sistem pengelolaan di rumah sakit, seorang merupakan hasil implementasi dari rencana
perawat harus memiliki kemampuan, yang telah disusun dan dilakukan oleh
tangung jawab, pengetahuan dan jiwa SDM yang punya kemampuan, kompetensi
kepemimpinan dalam manajemen motivasi dan kepentingan.10
keperawatan, akan tetapi juga harus Studi kerjasama antara Depkes RI
menguasai pengetahuan dan keterampilan bidang Keperawatan dan Keteknisian
klinisnya.7 Medis dengan WHO tentang mutu
Asuhan keperawatan yang bermutu pelayanan tahun 2000 di DKI Jakarta,
akan tercipta bila dilakukan sesuai standar Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan
baik kriteria dan etika profesi keperawatan Sulawesi Utara bahwa 47,4% perawat tidak
yang dilakukan secara berkesinambungan ada uraian tugas tertulis, 70,9% perawat
dan dievaluasi, standar kualitas rumah sakit tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3
baik biaya maupun pelayanan, sehingga tahun ini, 39,8% perawat masih
tercapai tingkat kepuasan dan harapan melaksanakan tugas non keperawatan serta
pasien terpenuhi.7 sistem monitoring dan evaluasi kinerja
Pentingnya pelayanan keperawatan perawat belum berkembang.11
di rumah sakit, sehingga dibutuhkan tenaga Hasil temuan tahun 2005 bahwa
yang handal dan terus termotivasi dalam kinerja perawat kategori baik 50 %, sedang
melaksanakan tugasnya, yang merupakan 34,37 %, dan kurang 15,63 %. Kinerja
syarat pokok yang istimewa bagi manusia dikatakan baik bila kinerja perawat > 75 %.
yang langsung berpengaruh terhadap Hasil survei 152 pasien rawat inap yang
tingkat dan mutu kinerja.8 berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana
Undang - undang Nomor 8 Tahun di RSU Swadana Tarutung, bahwa 65%
1999 tentang Perlindungan Konsumen perawat kurang perhatian, 53% perawat
dalam Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa sering tidak di ruangan, 42% perawat tidak
perawat dituntut sebagai pemberi jasa disiplin.12
untuk mampu memberikan pelayanan Hasil penelitian lain oleh
bermutu sesuai standar pelayanan yang Dramawan, menunjukkan bahwa faktor

Cashtri Meher 75
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

motivasi kebutuhan akan prestasi dan terhadap pasien. Data dari RS. Raskita
kebutuhan akan kekuasaan ada hubungan tahun 2011, bahwa perawat yang
signifikan terhadap peningkatan kinerja melaksanakan pengkajian keperawatan 93,5
perawat di RSUD Kabupaten Bima, Jawa %, diagnosa keperawatan 67,8 %,
Timur. Hasil penelitian oleh Sochib perencanaan keperawatan 73,5 %, tindakan
berjudul tentang pengaruh Motivation of keperawatan 87,1 %, evaluasi keperawatan
Achievement dan Customer Value Mindset 91,4 %, dan catatan asuhan keperawatan
menunjukkan adanya pengaruh yang 82,3 %. Beberapa asuhan keperawatan
signifikan terhadap pelaksanaan standar sudah memenuhi standar Depkes RI (80-
asuhan keperawatan dan tentu berpengaruh 100%), namun beberapa standar asuhan
terhadap kinerja perawat di RS keperawatan yang masih di bawah standar.
Muhammadiyah, Lamongan. Berdasarkan absensi tahun 2011, perawat
Berdasarkan data dari RS Raskita yang alpha sebanyak 40 orang (20,6%),
tahun 2011, beberapa indikator pelayanan sakit sebanyak 30 orang, dan izin sebanyak
RS yang belum memenuhi standar yang 14 orang (RS Raskita, 2019).
telah ditetapkan oleh Depkes, diantaranya METODE
adalah BOR (Bed Occupancy Ratio = Penelitian ini merupakan penelitian
Angka penggunaan tempat tidur) yang survai bersifat analitik dengan tipe
hanya mencapai 64% (Standar Depkes RI : explanatory research. Explanatory
65-85%) dan LOS (Length of Stay = Lama research dimaksudkan untuk menganalisis
rawatan) yang rata-rata berada di atas 10 pengaruh karakteristik individu (umur,
hari. Dua indkator ini menunjukkan bahwa jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja
pelayanan rumah sakit in masih belum dan status perkawinan) dan motivasi
memenuhi standar. terhadap kinerja perawat di ruang rawat
Menurut kepala perawat RS Raskita inap Rumah Sakit Raskita tahun 2019.13
kinerja perawat masih rendah. Rendahnya Penelitian ini dilakukan di Rumah
kinerja perawat tersebut dapat terlihat dari Sakit Raskita selama 5 bulan terhitung
perilaku perawat seperti masih banyaknya mulai bulan Januari sampai Mei 2019.
perawat yang kurang disiplin, keterampilan Populasi dalam penelitian ini adalah
kerja para perawat yang masih perlu seluruh perawat yang bertugas di ruang
ditingkatkan, kurang bertanggung jawab rawat inap Rumah Sakit Raskita yang
terhadap pekerjaan, motivasi yang belum berjumlah 61 orang. Teknik pengambilan
mengarah pada budaya kerja dan kurang sampel dilakukan secara total sampling,
ramah dalam memberikan pelayanan

76 Cashtri Meher
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

dimana seluruh unit populasi dijadikan (82%) dibandingkan jenis kelamin laki-
sampel penelitian.14 laki, yaitu sebanyak 11 orang (18%).
Data primer dikumpulkan melalui Berdasarkan pendidikan, persentase
wawancara secara langsung kepada perawat di ruang rawat inap RS Raskita
perawat yang bertugas di ruang rawat inap tertinggi pendidikan D3 keperawatan 39
RS. Raskita dengan menggunakan orang (63,9%) dibandingkan pendidikan
kuesioner yang telah disusun yang S1 Keperawatan 13 orang (21,3%), dan
mencakup variabel karakteristik individu pendidikan SPK 9 orang (14,8%).
(umur, jenis kelamin dan lama bekerja) Berdasarkan lama bekerja, persentase
dan motivasi serta variabel kinerja perawat perawat di ruang rawat inap RS Raskita
di rawat inap RS. Raskita. Pengumpulan lama bekerja < 1 tahun 39 orang (63,9%)
data sekunder didasarkan pada pencatatan dibandingkan lama bekerja ≥ 1 tahun 22
oleh peneliti tentang profil Kesehatan Kota orang (36,1%). Berdasarkan status
berupa data cakupan pelayanan rawat inap pernikahan, persentase perawat di ruang
dan data ketenagaan serta data evaluasi rawat inap RS Raskita yang belum
kinerja perawat di ruang rawat inap rumah menikah 44 orang (72,1%) dibandingkan
sakit. Selain itu, data sekunder juga yang sudah menikah 17 orang (27,9%).
diperoleh dari bagian kepegawaian RS. Berdasarkan variabel penelitian,
Raskita . persentase berprestasi yang tidak baik
Teknik analisis data dilakukan dengan sebesar 36,6%, dibandingkan berprestasi
cara univariat, bivariat dengan yang baik sebesar 41%, motif berafiliasi
menggunakan uji chi square dan multivariat yang baik sebesar 50,8%, dibandingkan
dengan menggunakan uji regresi logistik motif berafiliasi tidak baik sebesar 49,2%,
berganda. motif berkuasa tidak baik sebesar 52,5%,
HASIL dibandingkan motif berkuasa yang baik
Analisis Univariat sebesar 47,5%. Persentase pengkajian
Karakteristik respoden tertinggi keperawatan yang tidak baik 65,6%
pada kelompok umur < 26 tahun, yaitu dibandingkan pengkajian keperawatan yang
sebanyak 34 orang (55,7%) dibandingkan baik 34,4%. Persentase diagnosa
umur ≥ 26 tahun, yaitu sebanyak 27 orang keperawatan tidak baik 62,3%
(44,3%). Berdasarkan jenis kelamin, dibandingkan diagnosa keperawatan yang
persentase perawat di ruang rawat inap RS. baik 37,7%. Persentase perencanaan
Raskita tertinggi jenis kelamin keperawatan yang tidak baik 73,8%
perempuan, yaitu sebanyak 50 orang dibandingkan perencanaan keperawatan

Cashtri Meher 77
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

yang baik 26,2%. Persentase tindakan Menikah 17 27,9

keperawatan yang tidak baik 70,5% Jumlah 61 100

dibandingkan tindakan keperawatan yang


Tabel 2. Distribusi Kinerja Perawat di ruang
baik 29,5%. Persentase evaluasi Rawat Inap RS Raskita
Jumlah
No. Kinerja Perawat
keperawatan yang tidak baik 60,7% f %
1 Pengkajian Keperawatan
dibandingkan evaluasi keperawatan yang
Baik 21 34,4
baik 39,3%. Persentase catatan asuhan Tidak Baik 40 65,6
Jumlah 61 100
keperawatan yang tidak baik 63,9% 2 Diagnosa Keperawatan
Baik 23 37,7
dibandingkan catatan asuhan keperawatan Tidak Baik 38 62,3
Jumlah 61 100
yang baik 36,1%. Persentase disiplin kerja 3 Perencanaan Keperawatan
Baik 16 26,2
yang tidak baik 72,1% dibandingkan Tidak Baik 45 73,8
Jumlah 61 100
disiplin kerja yang baik 27,9%. Kinerja 4 Tindakan Keperawatan
Baik 18 29,5
perawat di ruang rawat inap RS. Raskita Tidak Baik 43 70,5
Jumlah 61 100
yang tidak baik 52,5%, dibandingkan 5 Evaluasi Keperawatan
Baik 24 39,3
kinerja yang baik 47,5%. Tidak Baik 37 60,7
Jumlah 61 100
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Catatan Asuhan
Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, 6
Keperawatan
Lama Bekerja dan Status Pernikahan di RS Baik 22 36,1
Raskita Tidak Baik 39 63,9
Variabel Jumlah Persentase Jumlah 61 100
No.
Penelitian (n) (%) 7 Disiplin Kerja
1 Umur Baik 17 27,9
Tidak Baik 44 72,1
< mean (26 tahun) 34 55,7
Jumlah 61 100
≥ mean (26 tahun) 27 44,3
Jumlah 61 100 Analisis Bivariat
2 Jenis Kelamin Pada analisis bivariat, seluruh
Laki-laki 11 18 variabel yang diteliti memiliki nilai
Perempuan 50 82
signifikan (p-value) <0,05 sehingga dapat
Jumlah 61 100
3 Pendidikan
dijadikan kandidat model pada uji regresi
SPK 9 14,8 logistik.
D3 Perawat 39 63,9 Tabel 3. Variabel-Variabel Kandidat Model
S1 Perawat 13 21,3 Multivariat
No. Sub Variabel P Value
Jumlah 61 100
1 Umur 0,016
4 Lama Bekerja
2 Jenis Kelamin 0,627
< 1 tahun 39 63,9
3 Pendidikan 0,711
≥ 1 tahun 22 36,1
4 Lama Bekerja 0,001
Jumlah 61 100
5 Status Pernikahan 1,000
5 Status Pernikahan
6 Motif Berprestasi 0,000
Belum Menikah 44 72,1

78 Cashtri Meher
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

7 Motif Berafiliasi 0,000 Rendahnya motif berprestasi juga


8 Motif Berkuasa 0,001
terlihat dari banyak perawat sebagai

Analisis Multivariat responden yang menjawab “Tidak” pada


pertanyaan “Selalu mencari informasi
Berdasarkan hasil dari analisis
multivariat dengan uji logistik berganda bagaimana melaksanakan pekerjaan dengan
baik”, yaitu 68,9%. Padahal untuk
dapat variabel lama bekerja, motif
berprestasi, motif berafiliasi dan motif meningkatkan motivasi berprestasi perawat
diperlukan informasi terbaru dan baik agar
untuk berkuasa yang memiliki pengaruh (p
< 0,05) terhadap kinerja perawat di ruang tugas yang dilaksanakan berjalan dengan
baik.
rawat inap RS Raskita.
Tabel 4. Variabel-Variabel Kandidat Model Motif berafiliasi tergolong baik,
Multivariat
namun persentase baiknya sangat rendah
Β (Koef. P
Variabel S.E Wald
Regresi) value sekali, yaitu 50,8%. Dalam motif
Lama Bekerja 5,747 0,867 4,067 0,044 berafiliasi, banyak perawat yang menjawab
Motif 8,691 0,861 6,302 0,012
Berprestasi “Tidak” pada pertanyaan “Mengingatkan
Motif 7,470 0,797 6,362 0,012
Berafiliasi teman sekerja saat melakukan kesalahan”,
Motif Berkuasa 8,154 0,878 5,719 0,017
yaitu 68,9%. Berafiliasi pada perawat
Constant 0,005 1,578 11,636 0,001
dimaksudkan saling bekerja sama dalam
DISKUSI melaksanakan asuhan keparawatan sesuai
Motivasi Perawat
Berdasarkan hasil penelitian di Bab 4, dengan standar yang telah ditetapkan. Jika

terlihat bahwa motivasi kerja perawat di tidak ada kerja sama yang baik, maka tidak

ruang rawat inap RS Raskita masih akan tercipta suasana kerja yang baik pula.

tergolong tidak baik. Hal ini terlihat dari Selain hal di atas, motif lainnya yaitu

rendahnya motif berprestasi (41%) yang motif berkuasa juga masih tergolong tidak

dapat kita lihat pada tabel 4.4. selain itu, baik, yang terlihat dengan banyaknya

untuk motif berafiliasi terlihat memang perawat yang menjawab “Tidak” pada

tergolong baik, namun tidak terlalu tinggi pertanyaan “Mengajak teman sekerja untuk

persentasenya, terlihat pada tabel 4.6 yaitu mengevaluasi kinerja perawat inap”, yaitu

50,8%. Untuk motif berkuasa juga sama 65,6%. Perawat tidak dilatih dalam hal

dengan motif berprestasi, dimana motif ini kepemimpinan, sehingga mereka tidak

juga masih tergolong tidak baik, yaitu memiliki motivasi untuk memperoleh

52,2%. jabatan yang lebih baik. Mereka hanya


berfikir untuk bagaimana menjalankan

Cashtri Meher 79
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

tugasnya, bukan bagaimana Selain itu, pemberian teguran atau malah


mengembangkan tugasnya. hukuman kepada perawat yang
Motivasi sangat berpengaruh terhadap menunjukkan hasil kerja yang buruk atau
kinerja atau perilaku seseorang. Misalkan tidak bekerja sesuai aturan rumah sakit juga
saja di rumah sakit, jika seorang perawat efektif dalam meningkatkan motivasi kerja
tidak memiliki motivasi yang baik, maka walaupun hasilnya kurang baik
tugas-tugas atau kewajibannya tidak akan dibandingkan dengan cara penghargaan.
dilaksanakan dengan baik. Akhirnya, Namun, berdasarkan pantauan peneliti dan
keseluruhan target atau pelayanan hasil wawancara kepada responden, sangat
keperawatan tidak akan berjalan dengan jarang pihak rumah sakit memberikan
baik. Pada akhirnya, tujuan organisasi bonus atau penghargaan kepada perawat
rumah sakit juga tidak akan tercapai. berprestasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi Sama dengan penelitian tentang
motivasi kerja seseoarng, misalkan saja analisis motivasi kerja dan hubungannya
karakteristiknya, mulai dari pendidikan dengan kinerja perawat di RSU Dr. Zainal
sampai umur. Hal lain seperti tidak Abidin Banda Aceh, dimana diperoleh hasil
kondusifnya afiliasi (bekerja sama) dengan motivasi kerja yang masih tergolong kurang
teman sekerja. baik yang menyebabkan kinerja perawat di
Ada berbagai cara untuk rumah sakit tersebut juga kurang baik.
meningkatkan motivasi perawat dalam Dalam analisis tersebut diketahui bahwa
melaksanakan pekerjaannya. Misalnya saja tidak adanya motivasi yang baik
peran atasan dan manajemen dikarenakan kurang aktifnya pihak
dimaksimalkan dengan sering memberikan manajemen dalam hal pengawasan dan
masukan-masukan kepada perawat melalui pemberian insentif bagi perawat untuk
pembinaan-pembinaan. Selain itu, meningkatkan motivasinya.15
penerapan system penghargaan dan Kinerja Perawat
Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa
hukuman juga sangat baik dalam
kinerja perawat di ruang rawat inap RS
meningkatkan motivasi perawat. Perawat
Raskita masih tergolong kurang baik
yang menunjukkan kinerja yang baik
(52,5%). Hal ini terlihat dengan rendahnya
seharusnya diberikan penghargaan, dimana
asuhan keperawatan yang dijalankan oleh
hal ini akan semakin meningkatkan
perawat di rumah sakit ini, yaitu pada
semangatnya dalam bekerja serta ikut
pengkajian keperawatan yang tidak baik,
memotivasi teman-teman sekerjanya untuk
yaitu 65,6%, diagnosa keperawatan yang
menunjukkan kinerja yang sama baik.

80 Cashtri Meher
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

tidak baik, yaitu 62,3%, perencanaan variabel psikologis, yang terdiri dari
keperawatan yang tidak baik, yaitu 73,8%, persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
tindakan keperawatan yang tidak baik, yaitu motivasi. Misalnya saja penggajian. Dari
70,5%, evaluasi keperawatan yang tidak hasil wawancara kepada responden
baik, yaitu 60,7%, catatan asuhan penelitian diperoleh hasil bahwa
keperawatan yang tidak baik, yaitu 63,9%, kebanyakan dari mereka merasa masih
serta disiplin kerja yang tidak baik, yaitu belum puas dalam hal penggajian. Memang
72,1%. penggajian di RS Raskita sudah memenuhi
Kinerja perawat dilihat dari asuhan standar upah minimum regional, namun
keperawatan yang dikerjakan oleh perawat kebutuhan yang makin meningkat
tersebut. Jika asuhan keperawatan tidak mengakibatkan sistem penggajian ini dirasa
baik dilaksanakan, maka kinerja pun juga masih agak kurang. Untuk menutupi
tidak baik. Dari hasil penelitian terlihat kekurangan itu, banyak perawat yang
asuhan keperawatan yang paling buruk mengharapkan bonus atau insentif lain dari
adalah pada perencanaan keperawatan. rumah sakit. Namun berdasarkan penuturan
Padahal, sebelum melaksanakan suatu mereka, pihak rumah sakit sangat jarang
kegiatan perencanaan mutlak dilakukan memberikan insentif atau bonus-bonus
agar kegiatan yang dilakukan berjalan lainnya. Walaupun terkadang diberikan,
dnegan baik. Hal ini sama dengan kinerja namun dengan jumlah yang sangat kecil.
perawat yang tidak akan baik jika tidak ada Penggajian atau insentif di rumah sakit ini
perencanaan atau perencanaan tidak dibagi atas insentif materi yang berupa
dijalankan dengan baik. pemberian uang atau benda-benda tertentu,
Banyak hal yang melatarbelakangi sedangkan insentif non materi seperti
kinerja perawat dalam melaksanakan memperoleh pelatihan gratis atau
asuhan keperawatan di rumah sakit. Ada melanjutkan pendidikan ke tingkat
tiga variabel yang mempengaruhi kinerja selanjutnya.
dan perilaku, yaitu variabel individu, yang Penelitian yang hampir sama tentang
terdiri dari sub variabel kemampuan dan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
keterampilan, fisik maupun mental, latar kinerja perawat dalam rekam medis di
belakang keluarga, pengalaman, tingkat ruang rawat inap RSUD Kota Sidimpuan
sosial dan faktor demografis.16 Variabel yang memperoleh hasil kinerja perawat
lain yaitu variabel organisasi, terdiri sub yang masih tergolong kurang baik.17 Hal ini
variabel sumber daya, kepemimpinan, dikarenakan masih rendahnya pengetahuan
imbalan, struktur dan desain pekerjaan dan dan sikap mereka mengenai bagaimana

Cashtri Meher 81
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

bekerja sesuai dengan aturan rumah sakit Pengaruh Karakteristik dan Motivasi
dan rata-rata masih memiliki motivasi kerja dengan Kinerja Perawat
yang kurang baik pula. Setelah dilakukan analisis multivariat
Hubungan Karakteristik dan Motivasi dengan menggunakan uji regresi logistik
dengan Kinerja Perawat berganda, terlihat pada tabel 4.17 nilai R
Dari hasil analisis bivariat dengan uji square = 0,609 atau sekitr 60,9%. Artinya
chi square, hanya variabel umur, lama model yang terbentuk sudah kuat
bekerja, motif berprestasi, motif berafiliasi menjelaskan pengaruh tersebut pengaruh
dan motif berkuasa yang memiliki karakteristik individu (umur dan lama
hubungan yang signifikan dengan kinerja bekerja) dan motivasi terhadap kinerja
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Raskita . Selain itu, kelima variabel tersebut Raskita. Selain itu terlihat bahwa hanya ada
juga memiliki nilai p < 0,25, artinya layak empat variabel, yaitu lama bekerja, motif
masuk ke model multivariat dengan uji berprestasi, motif berafiliasi dan motif
regresi logistik berganda. untuk berkuasa yang memiliki pengaruh (p
Kinerja perawat sangat berhubungan < 0,05) terhadap kinerja perawat di ruang
dengan motivasi dan karakteristik perawat rawat inap Rumah Sakit Raskita dengan
itu sendiri. Jika motivasinya rendah, maka variabel dominannya adalah motif
kinerja juga cenderung akan rendah. Selain berprestasi.
itu, karakteristik seperti umur dan lama Lama bekerja mempengaruhi kinerja
bekerja juga memiliki hubungan dengan perawat di ruang rawat inap RS Raskita .
kinerja perawat. Hal ini dijelaskan dengan Hal ini dijelaskan semakin lama perawat
semakin bertambahnya usia, maka bekerja di rumahsakit ini, maka akan
pemikiran seseorang akan semakin matang semakin terbentuk rasa memiliki atas
sehingga akan menunjang kinerjanya. pekerjaannya, sehingga kinerjanya pun
Hasil penelitian di atas hampir sama akan semakin meningkat. Hal ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh dibuktikan dengan tingginya persentase
Muhammad tentang analisis motivasi kerja kinerja yang baik pada perawat yang
dan hubungannya dengan kinerja perawat di bekerja di atas 1 tahun, yaitu 77,3%.
RSU Dr. Zainal Abidin Banda Aceh, Motif berprestasi memiliki pengaruh
dimana diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat di
yang signifikan antara motivasi dengan ruang rawat inap RS Raskita . Hal ini
kinerja perawat tersebut.15 dijelaskan dengan rendahnya semangat
kerja atau semangat/motivasi untuk

82 Cashtri Meher
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

menunjukkan hasil kerja yang baik, karirnya. Ini dibuktikan pada hasil tabulasi
sehingga kinerjanya pun juga tidak baik. Ini silang dimana pada perawat yang memiliki
dibuktikan pada hasil tabulasi silang motif berkuasa yang tidak baik, kinerjanya
dimana pada perawat yang memiliki motif pun tinggi pada kinerja yang tidak baik,
berprestasi yang tidak baik, kinerjanya pun yaitu 75%.
tinggi pada kinerja yang tidak baik, yaitu Peran rumah sakit sangat penting
75%. untuk meningkatkan kinerja perawat di
Motif berafiliasi memiliki pengaruh rumah sakit tersebut. Saah satu perannya
yang signifikan terhadap kinerja perawat di adalah melakukan pengawasan ataupun
ruang rawat inap RS Raskita . Hal ini pemberian insentif bagi perawat yang
dijelaskan dengan rendahnya kemauan berprestasi atau menunjukkan hasil kerja
untuk bekerja sama dantar sesama perawat yang maksimal. Selain itu peran penting
ataupun dengan dokter, sehingga asuhan lainnya adalah dengan memberikan
keparwatan yang dilaksanakan tidak pendidikan dan pelatihan sehingga
maksimal dan bahkan cenderung rendah meningkatkan motivasi perawat untuk
kualitasnya. Jika kerja sama tidak terjalin, bekerja mencapai kinerja yang maksimal.
maka koordinasi pekerjaan tidak akan Menciptakan iklim kerja yang baik juga
terjalin, sehingga target atau tujuan harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit,
pekerjaan pun tidak akan tercapai. Ini karena jika tidak tercipta suasana kerja
dibuktikan pada hasil tabulasi silang yang nyaman, maka perawat tidak akan
dimana pada perawat yang memiliki motif bekerja secara maksimal. Akhirnya target
berafiliasi yang tidak baik, kinerjanya pun pekerjaan pun tidak akan tercapai.
tinggi pada kinerja yang tidak baik, yaitu Ciri agar orang termotivasi untuk
83,3%. berprestasi yaitu semangat dalam
Motif berkuasa memiliki pengaruh menegerjai tugas meskipun berat, suasana
yang signifikan terhadap kinerja perawat di yang disukai karena dirinya sendiri yang
ruang rawat inap RS Raskita . Hal ini membuat, menerima kritik dan saran.18
dijelaskan dengan rendahnya keinginan Berdasarkan ciri tersebut, bahwa orang-
seorang perawat untuk mengembangkan orang yang berprestasi tinggi merupakan
karirnya, sehingga kinerjanya pun tidak entrepreneur yang berhasil. Para pimpinan
maksimal. Umumnya perawat hanya sangat berkepentingan dalam hal
berfokus pada bagaimana melaksanakan mempromosikan tingkat-tingkat motivasi
pekerjaannya dengan baik, bukan perawat sebagi bagian dari perhatian
bagaimana mengembangkan pekerjaan dan mereka terhadap upaya memelihara sumber

Cashtri Meher 83
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

daya manusia yang ada di rumah sakit. Sistem kepegawaian di RS Raskita belum
Perlu diingat, imbalan atas pekerjaan tergolong baik. Misalkan saja, perekrutan
perawat sangat efektif dan efiseien dalam pegawai yang hanya melihat ijazahnya saja
meningkatkan kinerja perawat. tanpa melihat kemampuan kerjanya. Selain
Penelitian lain bahwa motivasi itu, system pengawasan kerja yang masih
ekstrinsik dan motivasi intrinsik sangat lemah dilakukan oleh pihak
berpengaruh secara bersama terhadap manajemen. Semestinya sistem
kinerja perawat di instalasi rawat inap RS kepegawaian melakukan pengawasan
Semen Gresik.19 Menambahkan bahwa, secara baik untuk meningkatkan kinerja
kuat lemahnya motivasi seorang pekerja petugas di ruah sakit. Hal lain seperti
ikut menentukan besar kecilnya prestasi pelatihan dan pendidikan untuk
atau baik dan buruknya kinerja. Dengan meningkatkan motivasi dan kinerja perawat
kata lain motivasi merupakan bagian juga masih sangat jarang dilakukan. Pihak
terpenting dari kinerja.20 manajemen sangat berperan penting dalam
Prestise dalam pekerjaan, misalnya berjalan atau tidaknya tujuan organisasi
penggajian ataupun bonus yang diberikan rumah sakit.
sangat berpengaruh terhadap semangat para KESIMPULAN
karyawan dalam melaksanakan
Karakteristik perawat di ruang rawat
pekerjaannya. Penggajian yang dirasa inap RS Raskita tahun 2019 umumnya
cukup mampu meningkatkan motivasi kerja berumur < 26 tahun, berjenis kelamin
yang pada akhirnya akan meningkatkan perempuan, berpendidikan D3
kinerja mereka, di RS Raskita , penggajian Keperawatan, lama bekerja < 1 tahun, dan
karyawan, terutama tenaga keperawatan belum menikah. Perawat di ruang rawat
sudah memenuhi upah minimum regional. inap RS Raskita tahun 2019 umumnya
Namun, kebutuhan masyarakat yang yang memiliki motivasi yang tidak baik, yaitu
semakin meningkat cenderung motif berprestasi yang tidak baik, motif
mengakibatkan penggajian sesuai UMR berafiliasi yang baik, dan motif berkuasa
belum mampu memenuhi kebutuhan yang tidak baik. Perawat di ruang rawat
mereka. Untuk mengatasi itu, pihak rumah inap RS Raskita tahun 2019 umumnya
sakit memberikan insentif ataupun bonus memiliki kinerja yang tidak baik. Terdapat
kerja. Namun hal ini tidak rutin dilakukan korelasi (hubungan) yang signifikan antara
pihak rumah sakit. Hal inilah yang kadang umur, lama bekerja, motif berprestasi, motif
menurunkan semangat kerja karyawannya. berafiliasi dan motif berkuasa dengan

84 Cashtri Meher
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis
Volume 10 No. 1 Tahun 2021

kinerja perawat di ruang rawat inap RS 11. Hessel.N. Kinerja (Teori, Penilaian Dan
Penelitian). Pusat Kajian Ekonomi
Raskita. Terdapat pengaruh yang signifikan Kesehatan FKM UI; 2007.
antara lama bekerja, motif berprestasi,
12. Hutagalung, Hawanuddin. Kajian
motif berafiliasi dan motif berkuasa dengan Pemanfaatan Rekam Medis Sebagai
Bahan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
kinerja perawat di ruang rawat inap RS
dan Teknologi Kedokteran serta
Raskita dengan variabel dominannya Perencanaan di Rumah Sakit Santa
Elizabeth Medan Tahun 2005. FKM
adalah motif berprestasi. USU. Published online 2005.

DAFTAR REFERENSI 13. Arikunto.S. Prosedur Penelitian. Rineka


Cipta; 2002.
1. Departemen Kesehatan RI. Profil
Kesehata Indonesia Tahun 2010.; 2010. 14. Singarimbun M, Effendi S. Metode
Penelitian Survei. Revisi. Pustaka
2. Daryo. Hubungan Supervisi Kepala LP3ES; 1995.
Ruangan dengan Kepuasan Kerja
Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap 15. Muhammad. Analisis Motivasi Kerja
RS Islam Jakarta Timur. FIK-UI. dan Hubungannya dengan Kinerja
Published online 2003. Perawat di RSU Dr. Zainal Abidin
Banda Aceh. FKM USU. Published
3. Aditama T. Y. Manajemen Administrasi online 2003.
Rumah Sakit. UI Press; 2003.
16. Gibson, Ivancevich, Donnelly.
4. Departemen Kesehatan Republik Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses.
Indonesia. Petunjuk Pelaksanaan 2nd ed. Erlangga; 1997.
Indikator Pelayanan Rumah Sakit.
Depkes RI; 2001. 17. Hasibuan, Ahmad, Daud. Pengaruh
Pengetahuan dan Sikap terhadap Kinerja
5. Djojodibroto D.R. Kiat Mengelola Perawat dalam Rekam Medis di Ruang
Rumah Sakit. Hipokrates; 1997. Rawat Inap RSUD Kota Sidempuan.
FKM USU. Published online 2007.
6. Doengoes.M.E, Moorhouse.M.F,
Burley.J.T. Penerapan Proses 18. Arep, Ishak, Tanjung, Masri.
Keperawatan & Diagnosa Manajemen Motivasi. PT. Grasindo;
Keperawatan. E.G.C; 2000. 2003.

7. Nursalam. Manajemen Keperawatan: 19. Lumbantobing, Masrita.T.A. Analisis


Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Pengaruh Karakteristik Individu,
Profesional. 2nd ed. Salemba Medika; Organisasi dan Psikologis Terhadap
2007. Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan
Pelaporan Program KIA di Kabupaten
8. Swanburg R. Pengantar Kepemimpinan Aceh Timur Tahun 2004. FKM USU.
Dan Manajemen Keperawatan Untuk Published online 2004.
Perawat Klinis. EGC; 2000.
20. Wexley K., Yuki G. Perilaku
9. Aziz.H. Pengantar Konsep Organisasi Dan Psikologi Personalia.
Keperawatan. Salemba Medica; 2004. 2nd ed. Rineka Cipta; 1992.

10. Wijono. Manajemen Mutu Pelayanan


Kesehatan. 2nd ed. Airlangga University
Press; 2000.

Cashtri Meher 85

Anda mungkin juga menyukai