Kti Adidya Framadi
Kti Adidya Framadi
DISUSUN OLEH :
ADIDYA FRAMADI
NIM P05120216002
1
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE DI RUANG
ICCU RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2019
DISUSUN OLEH :
ADIDYA FRAMADI
NIM P05120216002
2
HALAMAN PERSETUJUAN
ADIDYA FRAMADI
NIM : P05120216002
Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan
Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Mengetahui,
Pembimbing
3
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan Judul
ADIDYA FRAMADI
NIM. P05120216002
Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Panitia Penguji
Mengetahui
Ka. Prodi D III Keperawatan Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat rahmat dan karuni-
Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang merupakan
tugas akhir dalam menyelesaikan Program DIII Keperawatan di Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. M Dengan Congestive Heart Failure Di Ruang ICCU
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2019 ”.
Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis masih banyak mendapat
bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, M.PH selaku Ketua Jurusan Keperawatan Bengkulu ,
yang telah memberikan kesempatan untuk menimbah ilmu di jurusan
keperawatan.
3. Mam Ns. Mardiani, S.Kep, MM selaku ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Bapak Ns. Sahran, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu.
6. Kedua orang tua tercinta bapak Dahari Ama.Pd dan Ibu Hatimah yang selalu
membimbing, memberi semangat, memotivasi dan memberi segalanya
kepada saya, menjadi penyemangat dan alasan saya bisa tetap
semangat,sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan yang
selalu mendoakan saya selama menjalani pendidikan DIII keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
7. Kepada keluarga saya yang selalu memberikan doa dan dukungan serta
semangat yang luar biasa.
8. Ns. Yuliani S.Kep Selaku Karu. ICCU RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu dan
semua perawat ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus terimakasih atas
kesempatan dan bimbingan nya selama saya melakukan studi kasus.
9. Kepada Tn. M dan keluarga terimakasih atas kerjasama dan waktunya untuk
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan studi kasus ini, Semoga Tn.M dan
keluarga selalu diberi kesehatan.
10. Kepada kakak pembimbing saya Hasiholan Situmorang,Amd. Kep
terimakasih atas bimbingan dan motivasinya yang luar biasa dan Adek
bimbingan saya Bella Santika, Ikhtiar Wahyudi, dan Ditha Kesia terimakasih
atas semangat dan motivasinya yang luar biasa. Semoga kalian selalu
semangat dalam menyelesaikan proses ini.
11. Kepada sahabat sahabat saya Khususnya Yoel Deo Vani, Echi Sagita,
Afriyani br Sinaga, Dominica Erika br Sagala, Wefita Latifa Meidy, dan
Siska Wulan Handayani, yang terus mendukung dan selalu memotivasi serta
menemani saya selama pendidikan.
12. Teman-teman ENC XI Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bengkulu.
13. Seluruh Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bengkulu
Penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis
dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat
membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa-
mahasiswi Prodi Keperawatan lainnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1
Gambar Jantung dan Rongga Dada (Sumber : Syaifuddin, 2012).
pulmonal, dan vena kava superior. Ukuran atrium kanan dan berat jantung
tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium, dan
nutrisi seseorang. (Kasron, 2011).
1. Lapisan otot jantung
Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut
epicardium, yang tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada
diatas jaringan ikat. Lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut
miokardium, yang terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
untuk memompa darah. Kontraksi miokardium ini menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar, serta lapisan terdalam yaitu lapisan endotel
disebut endokardium yang tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang masuk maupun meninggalkan jantung (Ethel,
2003:229 dalam Ardiansyah, 2012).
2. Ruang jantung
Organ jantung terdiri dari empat ruang, yakni atrium (serambi) kanan
dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial serta ventrikel (bilik)
kanan dan kiri bawah yang dipisahkan oleh septum interventrikular.
Dinding atrium yang relative tipis bertugas menerima darah dari pembuluh
vena yang membawa darah kembali ke jantung.
Atrium kanan terletak dibagian superior kanan jantung, fungsinya
adalah menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. Vena cava
superior dan vena cava inferior membawa darah yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh kembali kejantung. Sinus koroner membawa kembali
darah dari dinding jantung itu sendiri.
Atrium kiri terletak dibagian superior kiri jantung, berukuran lebih
kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi (darah yang kaya oksigen) dari paru-paru. Ventrikel
berdinding tebal bertugas mendorong darah keluar jantung menuju arteri.
Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung.
Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonary dan
8
9
Gambar 2.2
Gambar Belahan Jantung Bagian Dalam (Sumber : Syaifuddin, 2012)
3. Katup jantung
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah
dalam jantung. Katup yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa,
membuka dan menutup secara pasif sebagai respons terhadap perubahan
tekanan dan alian darah.
Keempat katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup : katup atrioventrikuler
(AV), yang memiahkan atrium dengan ventrikel, dan katup semilunaris,
yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel bersangkutan.
Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif, menanggapi
perubahan tekanan dan volume dalam balik-balik jantung dan pembuluh
darah (Price, 2008).
10
1) Katup Atrioventrikularis
Katup Atrioventrikularis adalah katup yang memisahkan atrium
dan ventrikel. Katup trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun
atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspis) terletak diantara
atrium dan ventrikel kiri. Daun-daun katup atrioventrikularis halus
tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis yang terletak diantara atrium dan
ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup. Katup mitral
memisahkan atrium dan ventrikel kiri, dengan dua buah katup (Price,
2008).
2) Katup Semilunaris
Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri yang
bersangkutan. Katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
disebut katup pulmonalis, katup antara ventrikel kiri dan aorta
dinamakan katup aorta. Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga
kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan kedua
tendinea. Tidak terdapat katup antara vena-vena besar dengan atrium.
Kedua katup semilunaris sama bentuknya, terdiri dari tiga daun katup
simetris menyerupai corong, yang tertambat dengan kuat pada annulus
fibrosus. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan
katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis.
Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria
pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan
istirahat (Price, 2008).
Tepat diatas daun aorta, terdapat tiga kantung yang menonjol
dinding aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut Sinus Valsava.
Muara arteri koronaria terletak didalam kantung-kantung tersebut
(Price, 2008).
11
Gambar 2.3
Gambar Sirkulasi Pulmonal (Syaifuddin, 2012)
c. Factor lain
Factor lain yang mempengaruhi frekuensi jantung adalah adanya
stimulasi saraf kutan, stimulasi emosional serta keseimbangan
elektrolit seperti kalium, kalsium dan natrium (Guyton, 2007).
9. Jantung sebagai pemompa
Jantung merupakan organ pemompa yaitu memompa darah melalui
sirkulasi sistemik maupun pulmonal. Kerja jantung diperlihatkan melalui
curah jantung atau cardiac output. Volume darah yang dipompakan oleh
ventrikel setiap denyutan disebut isi sekuncup atau stroke volume. Tidak
semua volume darah yang ada diventrikel dikeluarkan pada saat kontraksi,
tetapi hanya sekitar 70 ml yang dikeluarkan dan tersisa sekitar 50 ml.
Volume darah yang dipompakan selama satu menit disebut cardiac output
(CO) atau curah jantung. Cardiac output ditentukan oleh jumlah denyut
jantung permenit (heart rate= HR) dan stroke volume (SV), dengan rumus
(CO= HR x SV).
a. Proload
Proload adalah keadaan dimana serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau merenggang sampai akhir sistole.
b. Afterload
Afterload adalah tahanan yang diakibatkan oleh pompa
ventrikel kiri, untuk membuka katup aorta selama systole dan pada
saat memompa darah (Guyton, 2007).
2. Klasifikasi CHF
Klasifikasi Congestive Heart Failure (CHF) menurut Karson tahun
2016 dibagi menjadi :
a. Gagal jantung akut-kronik
1) Gagal jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan
penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini
dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.
2) Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan ditandai dengan
penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung
kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga
menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
16
3. Etiologi
Etiologi Congestive Heart Failure (CHF) menurut (Karson, 2016) yaitu :
a. Kelainan otot jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degenerative atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis
Mengakibatkan disfungsi miokardium kerena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
17
4. Patofisiologi
Volume sekuncup jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi
tergantung pada tiga faktor; preload; kontraktilitas dan afterload. Preload
adalah sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraktilitas yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
18
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut
terganggu, hasilnya curah jantung berkurang. Kemudahan dalam
menentukan pengukuran hemodinamika melalui prosedur pemantauan
invasive telah mempermudah diagnose gagal jantung kongestif dan
mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif (Smeltzert &
Bare, 2002).
19
5. WOC
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut (Udjianti, 2010) Manifestasi klinis dari
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi :
Gagal jantung kiri Gagal jantung kanan
Table 2.1
Manifestasi Klinis Congestive Heart Failure (CHF)
21
7. Komplikasi
Menurut davey, Patric tahun 2005, kompilasi gagal jantung kongestif
adalah sebagai berikut :
a. Efusi Pleura
Dihasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan
terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya
terjadi pada lobus bawah darah.
b. Aritmia
Pasien dengan gagal jantung kongestif mempunyai resiko untuk
mengalami aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias
ventrikuler yang akhirnya menyebabkan kematian mendadak.
c. Trombus Ventrikuler Kiri
Pada gagal jantung kongestif akut dan kronik, pembesaran
ventrikel kiri dan penurunan cardiac output beradaptasi terhadap adanya
pembentukan trombus pada ventrikel kiri. Ketika trombus terbentuk,
maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penuunan suplai
oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari
trombus dapat terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular
accident (CVA).
d. Hepatomegali
Karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena
sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi
fibrosis dan akhirnya sirosis.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada pasien CHF (Congestive
Heart Failure) menurut Hudak dan Gallo tahun 2010 meliputi :
a. Electrocardiography (ECG)
Didapatkan gambaran perpanjangan interval QRS karena
perubahan massa otot ventrikel yang akan meningkatkan lama aktivitas
22
b. Sonogram (echocardiogram)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran ventrikel, perubahan
dalam fungsi/ struktur katup atau area penurunan kontraktilitan
ventrikuler.
c. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan maupun kiri dan stenosis katup
maupun insufiensi. Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat kontras
yang disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/ perubahan kontraktilitas.
d. X- ray Thoraks
Ditemukan adanya pembesaran jantung yang disertai adanya
pembendungan cairan di paru karena hipertensi pulmonal. Tempat
adanya infiltrate precordial kedua paru dan efusi pleura.
e. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi : elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium rendah sehingga hasil hemodelusi darah
dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum dan Gula darah
(Padila, 2012).
Secara umum dapat ditemukan penurunan Hb dan Hematokrit
karena adanya hemodilusi. Jumlah leukosit meningkat, bila sangat
meninggi mungkin disebabkan oleh adanya infeksi endokarditis yang
akan memperberat jantung. Keadaan asam basa tergantung pada
keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal.
Kadar natrium darah sedikit menurun walaupun kadar natrium total
bertambah. Berat jenis urine meningkat. Enzim hepar mungkin
meningkat dalam kongesti hepar. Ginjal ventrikel kiri ditandai dengan
alkalosis respiratorik ringan atau hipoksia dengan peningkatan pC02 .
BUN dan keratinin menunjukan penurunan perfusi ginjal. Albumin/
transferin serum mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan
24
9. Penatalaksanaan
Penatalaksaan Congestive Heart Failure (CHF) menurut Smeltzert &
Bare tahun 2002 adalah :
a. Terapi Keperawatan
Terapi keperawatan CHF Congestive Heart Failure (CHF)
menurut Brunner and Sudarth tahun 2002 adalah :
1) Dukung istirahat selama 48-72 jam untuk mengurangi beban kerja
jantung.
2) Kurangi asupan garam dan air.
3) Monitor status hemodinamik dengan mengukur TTV setiap 15
menit, mengukur MAP, PCWP, CVP setiap 1 jam, monitor bunyi
jantung adanya S3 dan S4 setiap 4 jam, monitor suara nafas
terhadap krekels setiap 4 jam, monitor nadi perifer (kekuatan dan
irama) tiap 4 jam, mengukur intake dan output cairan secara ketat
tiap 1-4 jam dan monitor berat badan dan lingkar perut tiap hari
(Hudak dan Gallo, 2010).
4) Monitor status oksigenasi dengan memantau kerja pernafasan
(frekuensi, irama dan kedalaman) tiap 2 jam, monitor saturasi
oksigen tiap 1 jam, monitor adanya perubahan warna kulit (pucat,
sianosis dan belang) tiap 2 jam, monitor suara nafas tiap 2 jam,
berikan posisi yang memudahkan ventilasi (naikan bagian kepala
tempat tidur) berikan oksigen sesuai instruksi (Hudak dan Gallo,
2010).
25
b. Farmokologis
1) Digitalis
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Digitalis dosis lengkap diberikan
pada gagal jantung yang berat. Bila tidak, digitalis diberikan
sebagian. Dosis pemeliharaan diberikan setiap hari. Dosis optimal
adalah jumlah yang dapat mengurangi tanda dan gejala gagal
jantung pasien atau memperlambat respons ventrikel secara terapis
tanpa menyebabkan keracunan.
Pasien dipantau dengan ketat terhadap hilangnya tanda dan
gejala seperti : berkurangnya dispnea dan ortopnea, berkurangnya
krekel, dan hilangnya edema perifer (Brunner & Sudarth, 2002).
2) Terapi Diuretik
Diuretik diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia
merespons pembatasan aktivitas, digitalis dan diet rendah natrium.
1. Bila diuretik diresepkan, maka harus diberikan pada pagi hari
sehingga diuresis yang terjadi tidak mengganggu istirahat pasien
di malam hari.
2. Asupan dan haluran cairan harus dicatat, karena pasien mungkin
mengalami kehilangan sejumlah besar cairan setelah pemberian
satu dosis diuretik.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas terapi, maka
pasien yang mendapat diuretik harus ditimbang setiap hari pada
waktu yang sama. Selain itu, turgor kulit dan selaput lender
harus dikaji akan adanya tanda-tanda dehidrasi atau edema.
Denyut nadi juga dipantau.
diperlukan dosis yang lebih tinggi dan sinergisme antara tiazid dan
diuretik loop bisa dicoba (Brunner & Sudarth, 2002).
Terapi diuretik jangka panjang dapat menyebabkan
hiponatremia (kekurangan natrium dalam darah) yang
mengakibatkan lemah, letih, malaise, kram otot, dan denyut nadi
yang kecil dan cepat. Pemberian diuretik dalam dosis besar dan
berulang juga dapat mengakibatkan hipokalemia (kehilangan
kalium dalam darah), ditandai dengan denyut nadi lemah, suara
jantung menjauh, hipertensi, otot kendor, penurunan reflex tendon
dan kelemahan umum (Brunner & Sudarth, 2002).
3) Vasodilator
Obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pada
penatalaksanaan umum gagal jantung. Obat-obat vasodilator telah
lama digunakan untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat-obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena, sehingga
tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai
penurunan dramatis kongesti paru dengan cepat.
Natrium Nitroprusida dapat diberikan secara intravena
melalui infuse yang dipantau ketat. Dosisnya harus dititrasi agar
tekanan systole arterial tetap dalam batas yang diinginkan dan
pasien dipantau dengan mengukur tekanan arteri pulmonalis dan
penurunan curah jantung. Vasodilator lain yang sering digunakan
adalah nitrogliserin (Brunner & Sudarth, 2002).
4) Inhibitor ACE
Inhibitor ACE memiliki manfaat pada semua kelas gagal
jantung. Pemberiannya harus dipertimbangkan pada semua pasien,
bahkan jika asimtomatik, karena bisa menurunkan afterload dan
memungkinkan remodeling otot ventrikel kiri. Penggunaannya
mungkin dibatasi oleh efek samping diantaranya berupa hipotensi,
27
1) Sistem Penglihatan
29
5) Sistem Hematologi
Pada pasien chf biasanya tidak terdapat tanda tanda
perdarahan, tapi perlu dikaji nilai leukosit,Hb dan hematocrit
karena hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak normal bisa
menunujukkan penyebab dari chf itu sendiri, misalnya infeksi.
6) Sistem Pencernaan
Gejala yang ditemukan pada pasien CHF biasanya
kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
yang signifikan. Dan pada keadaan yang serius bisa terjadi distensi
pada abdomen.
7) Sistem Urogential
Biasanya pasien mengalamai penurunan berkemih, urin
berwarna gelap, berkemih malam hari (nukturia).
8) Sistem Integumen
Biasanya Tidak ada keluhan pada system integumen.
9) Sistem Wicara
Pada pasien CHF yang tingkat kesadaran penuh biasanya
tidak ada keluhan dalam system wicara. Pasien bisa menjawab dan
bertanya dengan biak, dan bisanya pasien berorientasi penuh.
10) Sistem Muskuloskeletal
Pada pasien CHF biasanya tidak ada keluhan pada
ekstermitas, pasien hanya mengeluh lemah dan tidak ada kesulitan
di dalam pergerakan. Untuk kasus gagal jantung kanan pada pasien
bisanya terdepat edema di ekstermitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat
profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan,
respons pasien terhadaap penyakit, atau kondisi pasien (aktutual atau
potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2011).
Berdasarkan data fokus yang ditemukan pada pasien diagnose keperawatan
31
di tegakkan pada pasien CHF menurut (Smeltzer & Bare, 2001; SDKI,
2015) yaitu :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas.
Ditandai Dengan :
1) Data Mayor
Palpitasi,Lelah,Dispnea dan ortopnea,Bradikardia/takikardi,
Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi,Edema, Distensi
vena jugularis, Tekanan darah meningkat/ menurun,Nadi perifer
teraba lemah, Pengisian kapiler >3 detik,Oliguria,Terdengar suara
jantung S3 dan/atau S4, dan Ejection fraction (EV) menurun.
2) Data Minor
Pasien merasa cemas dan gelisah, Murmur jantung,Berat
badan bertambah, Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
menurun,Pulmonary vascular resistance (PVR), Sytemic vascular
resistance (SVR), Hepatomegali,Cardiac index (CI) menurun, dan
Stroke Volume Index (SVI) menurun.
Ditandai Dengan :
1) Data Mayor
Dispnea, Penggunaan otot bantu pernapasan, Fase ekspirasi
memanjang, dan Pola napas abnormal ( mis. Takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne- stokes ).
2) Data Minor
Oetopnea,Pernapasan pursed-lip, Pernapasan cuping hidung,
Diameter thoraks anterior-posterior meningkat,Ventilasi semenit
menurun, Kapasitas vital menurun, Tekanan Ekspirasi menurun,
dan Ekskursi dada berubah.
2) Data minor
Dispnea saat/ setelah aktifitas, Merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas, Merasa lemah, Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/
setelah aktifitas, Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis.
3. Intervensi Keperawatan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan kekuatannya,
langkah berikutnya adalah perencanaan asuhan keperawatan. Pada langkah
ini, perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien serta
mencapai tujuan dan criteria hasil (Perry dan Potter, 2006). Intervensi
keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam,
tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2005).
Dalam teori perencanaan keperawatan ditulis sesuai dengan rencana dan
criteria hasil berdasarkan Nursing Intervension Classificatiom (NIC) dan
Nursing Outcomes Classification (NOC). Rencana asuhan keperawatan
adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai
tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosis keperawatan (Nursalam, 2011).
35
35
36
menurun, Pulmonary 5. Saturasi Oksigen (95- dan upaya pernapasan dan oksigen ke jaringan yang serius.
vascular resistance 100%) 1/2/3/4/5 perubahan perilaku yang
(PVR), Sytemic vascular 6. Output urin(1400- merugikan setiap 2 jam. 7. Nyeri dada dengan takikardia menetap
resistance (SVR), 1500 ml) 1/2/3/4/5 7. Evaluasi adanya nyeri dada berpotensi terjadinya gangguan perfusi
Hepatomegali, Cardiac 7. Capilarry reffil (<3 dengan takikardia menetap sesuai jantung yang berhubungan dengan
index (CI) menurun, dan detik) keadaan pasien. waktu pengisian diastolic memendek,
Stroke Volume Index 8. Suara nafas penurunan oksigen ke miokardium dan
(SVI) menurun. tambahan( Whezzing, beban kerja jantung yang meningkat.
Ronkhi ) 1/2/3/4/5 8. Atur posisi pasien setiap 2 jam 8. Untuk menurunkan statis sirkulasin
9. Distensi vena leher atau pertahankan aktivitas lain perifer dan menurunkan pembentukan
1/2/3/4/5 uang sesuai. thrombus atau embolus.
10. Edema perifer 9. Catat perubahan bunyi jantung tiap 9. SI dan S2, lemah karena menurunnya
1/2/3/4/5 4 jam atau sesuai dengan keadaan pompa irama gallop umum (S3 dan S4)
11. Wajah pucat 1/2/3/4/5 pasien. dihasilkan sebagai aliran darah kedalam
12. Pitting edema serambi yang distensi. Murmur dapat
1/2/3/4/5 Pemantauan Tanda-tanda Vital menunjukan stenosis atau inkonfusi
10. Pasang monitor TTV dan catat katup.
tekanan darah pasien tiap 15 menit 10. Pada CHF dini, sedang, atau kronis
sampai pasien stabil dan lanjutkan tekanan darah dapat meningkat
tiap 4 jam. sehubungan SVR pada CHF lanjut
tubuh tidak mampu mengkompensasi
11. Periksa nyeri tekan betis, lagi dan hipotensi tidak dapat normal
menurunnya nadi pedal, lagi.
pembengkakan dan kemerahan 11. Menurunnya COP, bendungan atau
local atau pucat pada ekstremitas. statis vena dan tirah baring lama
12. Jelaskan prosedur dan uraikan meningkatkan resiko tromboflebitis.
aspek sensori dari terapi setiap
tindakan yang akan dilakukan. 12. Persiapan untuk peristiwa yang
Collaboration Activity menimbulkan stress terutama
13. Berikan oksigen sesuai indikasi, deskripsi aspek sensori dapat
pertahankan saturasi arteri lebih mengurangi stress dan memfasilitasi
besar dari 90%. koping.
14. Berikan antikoagulan misalnya 13. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
heparin dan wafarin sesuai kebutuhan miokard, untuk melawan
37
Peyembuhan luka 3. Kekuatan denyut nadi tetap hangat. pemanas atau botol air panas, karena
lambat,dan Bruit 4. Takanan darah sistolik individu dengan masalah vaskuler
femolaris. 5. Tekanan darah 7. Pantau pemasukan dan catat perifer dapat mengalami gangguan
diastolic perubahan haluaran urin secara dalam sensasi dan tidak akan
6. Pitting edema akurat setiap 1 jam. menentukan jika suhu panas merusak
7. Muka Pucat jaringan, penggunaan pemanas
8. Kram otot 8. Ukur tanda-tanda vital tiap 1-4 eksternal juga dapat meningkatkan
9. Bruit di ujung kaki jam sesuai indikasi. kebutuhan metabolis dari jaringan
10. Nilai rata rata tekanan melewati kapasitasnya.
darah 9. Kaji adanya kengesti hepar (nyeri 7. Penurunan COP akan menurunkan
11. Tingling kuadran (kka) dan nyeri tekan aliran darah ke ginjal sehingga
12. Kelemahan otot setiap 4 jam). pemantauan yang ketat akan
membantu mempertahankan
10. Kaji kualitas dan adanya nadi keseimbangan cairan.
perifer distal tiap 2 jam. 8. Pada CHF dini, sedang atau kronis
11. Kolaborasi dalam pemberian tekanan darah dapat meningkat
antikoagulan sesuai indikasi. sehubungan SVR pada CHF lanjut
tubuh tidak mampu mengkompensasi
lagi dan hipotensi tidak normal lagi.
9. Pada gagal jantung kongestif terjadi
gangguan pada aliran balik vena yang
menyebabkan darah dari hepar
tertahan dan terjadi kongesti pada
hepar.
10. Kualitas nadi perifer dipengaruhi oleh
curah jantung.
11. Untuk mencegah pembentukan
thrombus dan oklusi sirkulasi perifer.
3. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan NIC :
berhubungan dengan keperawatan ..... x 24 jam Monitoring Pernafasan :
penurunan ekspansi diharapkan : 1. Pantau adanya pucat dan sianosis 1. Pucat dan sianosis menunjukan aliran
paru karena desakan NOC : Status Pernapasan setiap 2 jam. oksigen yang tidak adekuat.
diafragma, keletihan : Ventilasi 2. Pantau kecepatan, irama, dan 2. Perubahan kecepatan, irama dan
otot-otot pernapasan Ditingkatkan ke level ... kedalaman nafas setiap 2 jam atau kedalaman pernapasan merupakan tanda
40
dan sindrom Dipertahankan ke level sesuai keadaan pasien. peringatan dini dari kesulitan pernafasan
hipoventilasi .... 3. Pantau penggunaan otot bantu yang akan datang.
pernafasan, kesimetrisan dada dan 3. Kerja pernapasan sangat meningkat
Ditandai Dengan : Keterangan Level : ekspansi dada setiap 2 jam atau ketika terjadi penurunan ekspansi paru.
Data mayor : 1. Deviasi Berat sesuai keadaan pasien. Pergerakan udara dalam paru-paru
Dispnea, Penggunaan 2. Deviasi Cukup Berat semakin lebih sulit, sehingga pernapasan
otot bantu pernapasan, 3. Deviasi Sedang menyertakan penggunaan otot aksesoris
Fase ekspirasi 4. Deviasi Ringan untuk meningkatkan aliran udara untuk
memanjang, dan Pola 5. Deviasi Tidak ada 4. Menanyakan faktor pencetus dan memfasilitasi pernafasan efektif.
napas abnormal faktor yang mengurangi sesak jika 4. Mengetahui faktor yang dapat
(Takipnea,bradipnea, Dibuktikan dengan keadaan memungkinkan. mengurangi sesak yang berguna untuk
hiperventilasi, kussmaul, Indikator : membuat rencana intervensi untuk
cheyne- stokes ). 1. Frekuensi pernafasan 5. Kaji adanya sputum meliputi mencegah atau mengelola episode
(13-22 )1/2/3/4/5 jumlah, warna, konsistensi, dan kesulitan bernapas.
Data Minor : 2. Irama pernafasan bau jika memungkinkan. 5. Ini mungkin menjadi indikasi penyebab
Oetopnea,Pernapasan (vesikuler) 1/2/3/4/5 6. Auskultasi suara napas tambahan perubahan pola pernapasan.
pursed-lip, Pernapasan 3. Kedalam inspirasi setiap hari atau setiap 2 jam atau
cuping hidung, Diameter 1/2/3/4/5 sesuai dengan keadaan pasien. 6. Adanya suara tambahan mengindikasikan
thoraks anterior-posterior 4. Suara perkusi nafas ( adanya hambatan dijalan napas baik
meningkat,Ventilasi resonance) 1/2/3/4/5 7. Ajarkan klien teknik pernapasan karena secret maupun penyempitan jalan
semenit menurun, 5. Hasil rontgen dada dengan bibir dan batuk efektif tiap napas yang menyebabkan kesulitan
Kapasitas vital menurun, 1/2/3/4/5 2 jam jika keadaan pasien bernapas.
Tekanan Ekspirasi 6. Suara nafas tambahan( memungkinkan. 7. Pernapasan dengan bibir mendorong
menurun, dan Ekskursi whezzzing ronkhi ) pasien untuk bernapas lebih lambat dan
dada berubah. 1/2/3/4/5 lebih dalam serta mengurangi dispnea
7. Restraksi dinding dada selama aktivitas. Batuk dapat meletihkan,
1/2/3/4/5 sehingga dengan batuk efektif digunakan
8. Dispnea saat istirahat untuk memberikan dukungan pada otot
1/2/3/4/5 8. Posisikan klien semi fowler jika pernapasan dan membantu dalam
9. Dispnea saat tidak ada kontraindikasi. membuang sekresi jalan napas sambil
latihan1/2/3/4/5 meminimalkan penggunaan energi.
10. Orthopnea 1/2/3/4/5 9. Pantau peningkatan kegelisahan 8. Posisi semi fowler memungkinkan
11. Taktil premitus dan ansietas tiap 1-2 jam atau pengembangan diafragma dan ekspansi
(Geataran sama rata kiri sesuai dengan keadaan pasien. dada yang adekuat.
41
pulmonal. ..... 3. Pasang monitor TTV dan catat 3. Perubahan TTV dapat mengindikasikan
TTV dalam 1-2 jam atau sesuai ketidakseimbangan cairan dan
Ditandai Dengan Keterangan Level : dengan keadaan pasien. elektrolit.
Data mayor : 1. Gangguan ekstrem 4. Ukur dan catat intake dan output
Edema, Berat badan 2. Gangguan berat cairan setiap 2 jam. 4. Intake yang lebih besar dari output
meningkat dalam waktu 3. Gangguan sedang dapat mengindikasikan adanya retensi
singkat, JVP dan CPV 4. Gangguan ringan 5. Timbang dan catat berat badan cairan dan menyebabkan kelebihan
meningkat, Refleks pasien pada waktu yang sama cairan.
5. Tidak ada
hepatojugular positif, setiap hari. 5. Untuk mendapatkan konsistensi berat
Ortopnea dan dispnea dan 6. Kaji adanya edema, asites dan badan pasien.
Paroxysmal nocturnal Dibuktikan dengan edema dependen tiap hari.
dyspnea (PND). Indikator : 7. Ubah posisi pasien setiap 2 jam, 6. Penurunan osmotic dapat menyebabkan
1. Keseimbangan cairan inspeksi adanya kemerahan pada edema, terutama di daerah tergantung.
Data Minor : (35 cc/KgBB/hr) kulit. 7. Untuk menentukan langkah-langkah
Distensi vena jugularis, 1/2/3/4/5 8. Pantau indikasi kelebihan cairan pencegahan kerusakan kulit.
Terdengar suara napas 2. Tingkat agitasi seperti edema tiap hari.
tambahan, Hepatomegali, 1/2/3/4/5
8. Pasien dengan gagal jantung mungkin
Kadar Hb/Ht turun, 3. Tingkat 9. Kaji DVJ (Distensi Vena mengalami peningkatan volume
Oliguria, dan Intake lebih kecemasan1/2/3/4/5 Jugularis) tiap 2 jam setelah terapi intravaskuler dan ekstravaskuler.
banyak dari uotput. 4. Keseimbangan elektrolit diuretic. 9. Untuk mengetahui keefektifan
1/2/3/4/5 10. Auskultasi jantung adanya bunyi pengobatan dan mengetahui output
5. Eliminasi urin 1/2/3/4/5 tambahan S3 dan S4 tiap 4 jam. cairan.
6. Tanda tanda vital
10. Bunyi S3 dapat menandakan penurunan
1/2/3/4/5
compliance atau peningkatan volume
7. Berat badan 1/2/3/4/5
diastolic ventricular dan bunyi S4 dapat
11. Posisikan pasien fowler atau semi menandakan penurunan compliance
fowler jika tidak ada atau peningkatan pengisian volume.
kontraindikasi. 11. Posisi fowler atau semi fowler dapat
meningkatkan ekspansi paru dan
meningkatkan arus balik vena serta
12. Catat peningkatan latargi, memungkinkan perpindahan cairan.
hipotensi dank ram otot setiap 12. Tanda defisit kalium dan natrium yang
hari. dapat terjadi sehubungan dengan
perpindahan cairan dan terapi diuretic.
45
terkait dengan gejala 13. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. penanganan nyeri.
nyeri 1/2/3/4/5 14. Istirahat dapat mengurangi rasa nyeri.
7. Menggunakan sumber 14. Tingkatkan istirahat. 15. Menentukan tindakan yang akan
daya yang tersedia 15. Kolaborasikan dengan dokter jika diberikan selanjutnya.
1/2/3/4/5 ada keluhan dan tidakan nyeri
8. Nyeri yang dilaporkan tidak berhasil. 16. Melihat seberapa pasien dapat
1/2/3/4/5 16. Monitor penerimaan pasien mengontrol nyeri.
9. Panjangnya episode tentang manajemen nyeri. 17. Menemukan obat yang benar.
nyeri 1/2/3/4/5 17. Kolaborasi dengan dokter tentang Pemberian obat analgetik dapat
10. Ekspresi nyeri wajah jenis obat, dosis dan frekuensi. mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
1/2/3/4/5 oleh pasien.
11. Ketegangan otot
1/2/3/4/5
8. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan NIC :
berhubungan dengan keperawatan ..... x 24 jam Manajemen Energi
curah jantung yang diharapkan : 1. Observasi adanya pembatasan 1. Respon klien terhadap aktivitas dapat
rendah dan NOC : Toleransi terhadap klien dalam melakukan aktivitas mengindikasi penurunan oksigen
ketidakseimbangan Aktifitas miokardia.
antara suplai dan Ditingkatkan ke level ... 2. Dorong klien untuk 2. Perasaan cemas yang berlebihan dapat
kebutuhan oksigen. Dipertahankan ke level mengungkapkan perasaan memacu kerja jantung.
..... terhadap keterbatasan.
Ditandai dengan : 3. Kaji adanya faktor yang 3. Kelelahan diatasi untuk meningkatkan
Data mayor : Mengeluh Keterangan Level : menyebabkan kelelahan. kemampuan toleransi terhadap
lelah dan Frekuensi 1. Sangat terganggu 4. Monitor klien akan adanya aktivitas.
jantung meningkat >20% 2. Banyak terganggu kelelahan fisik dan emosi secara 4. Kelelahan dan emosi berlebihan
dari kondisi istirahat. 3. Cukup terganggu berlebihan. meningkatkan kerja jantung.
4. Sedikit terganggu 5. Monitor pola tidur dan lamanya
Data minor : 5. Tidak terganggu istirahat/tidur klien. 5. Tidur dan istirahat menurunkan kerja
Dispnea saat/ setelah 6. Tingkatkan tirah baring, istirahat miokard.
aktifitas, Merasa tidak Dibuktikkan dengan (ditempat tidur/kursi). 6. Menurunkan kerja miokard dan
nyaman setelah Indikator : 7. Batasi pengunjung. konsumsi oksigen, menurunkan resiko
beraktifitas, Merasa 1. Saturasi oksigen ketika komplikasi.
lemah, Tekanan darah beraktivitas (95-100%) 7. Pembicaraan yang panjang sangat
berubah >20% dari 1/2/3/4/5 mempengaruhi klien, namun periode
48
kondisi istirahat, 2. Frekuensi nadi ketika 8. Anjurkan klien menghindari kunjungan yang tenang bersifat
Gambaran EKG beraktivitas (60- peningkatan tekanan abdomen. terapeutik.
menunjukkan aritmia 100x/menit) 1/2/3/4/5 8. Aktivitas yang memerlukan menahan
saat/ setelah aktifitas, 3. Frekuensi pernapasan napas dan menunduk dapat
Gambaran EKG ketika beraktivitas (13- mengakibatkan bradikardi, juga
menunjukkan iskemia, 22 x/menit) 1/2/3/4/5 menurunkan kerja jantung.
Sianosis. 4. Kemudahan bernapas
ketika beraktivitas
1/2/3/4/5
5. Tekanan darah ketika
beraktivitas (90-
120/60-80 mmHg)
1/2/3/4/5
6. Hasil EKG (Sinus
rytme) 1/2/3/4/5
7. Warna kulit 1/2/3/4/5
9. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC:
dengan ancaman dan keperawatan ..... x 24 jam Pengurangan Kecemasan :
perubahan status diharapkan : 1. Kaji dan dokumentasikan tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat ansietas
kesehatan. NOC : Tingkat kecemasan klien. klien dan dasar pengambilan intervensi
kecemaasan selanjutnya.
Ditandai dengan 2. Tanyakan teknik yang telah 2. Untuk mengetahui teknik yang pernah
Data mayor : Merasa Ditingkatkan ke level ... dilakukan pasien untuk dilakukan klien untuk mengurangi
bingung, Merasa khawatir Dipertahankan ke level mengurangi ansietas di masa lalu. ansietas dan mengevaluasi
dengan akibat dari .... 3. Gunakan pendekatan yang tenang efektifitasnya.
kondisi yang dihadapi, dan meyakinkan. 3. Sikap tenang dan meyakinkan
Sulit berkonsentasi, Kriteria Level : 4. Instruksikan kepada klien untuk menurunkan ansietas pasien.
Tampak gelisah, Tampak 1. Berat menggunakan teknik relaksasi. 4. Teknik relaksasi bertujuan untuk
tegang,dan Sulit tidur. 2. Cukup berat 5. Damping klien selama prosedur. merilekskan otot dan menurunkan
3. Sedang ansietas.
Data minor : Frekuensi 4. Ringan 6. Bantu klien untuk 5. Untuk meningkatkan keamanan dan
napas meningkat, 5. Tidak ada mengidentifikasi situasi yang mengurangi takut.
Frekuesni nadi Indikator : mencetuskan ansietas 6. Untuk mengetahui situasi yang
meningkat, Diaforesis, 1. Tidak dapat . mencetuskan ansietas dan
49
Sumber :
1. Marilyn E.Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGC
2. Bulechek M. Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6. Jakarta : Elsevier
3. Moorhead S ue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Jakarta : Elsevier
50
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan criteria yang diharapkan
(Potter dan Perry, 2005).
Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan.
Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
klien, perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang mencakup
tindakan perawat. Rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan dan implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dan rujukan (Bulechek & Mc Closkey, 1995: dikutip
dari Potter, 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rancana keperawatan dan pelaksanaannya sudah dicapai
berdasarka tujuan yang telah dibuat dalam peencanaan keperawatan (Poter
dan Perry, 2005). Evaluasi keperawatan terdiri dari :
a. S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara subjectif
oleh keluarga maupun pasien setelah di beri tindakan keperawatan.
b. O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif
c. A : analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara objektif
dan subjektif.
d. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler yaitu Congestive Heart Failure (CHF) di ruang ICCU
RSUD Dr. M Yunus Bengkulu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu asuhan
keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di ruang
ICCU Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu adalah individu yang menderita
gangguan atau penyakit Congestive Heart Failure (CHF). Adapun subyek
penelitian yang akan diteliti berjumlah satu orang dengan minimal perawatan 3
hari.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau proposal
dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teori asuhan
keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU Rumah Sakit Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2018. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian di lanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian
berupa hasil pengukuran, observasi, dan wawancara terhadap pasien yang
dijadikan subyek penelitian.
perkusi dan auskultasi pada system tubuh klien. Data fokus yang
harus didapatkan adalah sirkulasi pada system tubuh klien.
c. Studi dokumentasi dan instrumentasi di lakukan dengan melihat dari
data Medical Record (MR), melihat pada status pasien, melihat hasil
laboratorium, melihat catatan harian perawat ruangan dan melihat
hasil pemeriksaan diagnostic.
2. Instrument Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format
pengkajian Asuhan Keperawatan medikal bedah sesuai ketentuan yang
ada di Prodi DIII Keperawatan Bengkulu dan format pengkajian
terlampir.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan
data secara langsung pada pasien dengan menggunakan fomat pengkajian
yang baku dari kampus, yang dilakukan sesuai dengan jadwal dinas perawat
ruangan kartika. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat catatan
medids/status pasien, baik kepada pasien langsung, keluarga, dokter dan
perawat ruangan agar mendapat data yang valid. Di samping itu, untuk
menjaga validitas dan keabsahan data, peneliti melakukan observasi dan
pengumpulan ulang data-data pasien yan meragukan.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang
dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya hasil
pengumpulan data pengkajian di analisis dengan membandingkan dengan
teori yang telah disusun sebelumnya pada bab sebelumnya (bab 2) untuk
mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk menyusun
tujuandan intervensi. Selanjutnya intervensi dilakukan kepada pasien sesuai
rencana-rencana yang telah disusun (implementasi). Hasil implementasi
dianalisis untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah masalah sudah teratasi,
54
BAB IV
STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Tn. M adalah pasien di ruangan ICCU masuk pada tanggal 4
januari 2019 dengan diagnose medis Congestive Heart Failure (CHF),
Coronary Artery Disease (CAD). Pasien lahir pada tanggal 04 April
1968 (50 Tahun), sudah berkeluarga dan sudah mempunyai 3 orang
anak, agama islam, tinggal di Desa Renah Jaya Kecamatan Pagar Jati,
Bengkulu Tengah, dan bekerja sebagai Wirausaha, berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia serta pendidikan terakhir SMA
b. Identitas Penanggung Jawab
Ny. L umur 48 tahun merupakan istri dari Tn. M, agama islam,
tinggal d Desa Rendah Jaya Kecamatan Pagar Jati, Bengkulu Tengah,
bekerja sebagai ibu rumah tangga, berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia serta riwayat pendidikannya SMA.
ruang ICCU dengan diagnose yang sama yakni CHF dan ± 2x di rawat
dengan keluhan Demam Berdarah dan Typus Abdominalis.
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun dimana 1
hari bisa menghabiskan ± 2 bungkus rokok dan juga pasien sering
minum kopi. Saat ini pasien mengatakan sudah berhenti merokok sejak
3 tahun yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn. M berusia 50 tahun merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara.
Sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Pasien mengatakan tidak
ada anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung yang sama
seperti yang dialaminya.
Genogram :
Keterangan :
= Laki-Laki = Meninggal
= Perempuan = Menikah
makanan, klien makan nasi putih dan sayur sayuran dan tidak
menjalankan diit tertentu selama di rumah. Klien mengatakan minum
air putih ± 2200ml, minum kopi 1-2x sehari.
Saat dirumah sakit, nafsu makan pasien semakin berkurang, hanya
menghabiskan 3-4 sendok makanan serta pasien diberikan diit jantung
II. Klien mengatakan minum air putih ± 1900 ml dan tidak
mengkonsumsi kopi.
b. Pola Eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan BAK 3-4x/hari
dengan bau khas dan berwarna kuning jernih kadang keruh. Saat
dirumah sakit, klien tidak terpasang kateter, pasien mengatakan BAK
3-4 x/hari dengan bau khas dan berwarna kuning jernih ± 700ml/24
jam.
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan susah BAB,
kadang-kadang klien BAB 2-3 hari sekali dengan konsistensi fases
keras. Saat dirumah sakit klien mengatakan belum pernah BAB sejak
satu hari yang lalu.
c. Pola Istirahat Tidur
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan susah tidur pada
malam hari dan sering terbangun. Tidur ± 4-5 jam/hari.
Saat dirumah sakit, klien mengatakan susah tidur, tidur ±2-3
jam/hari. Pasien tidak tidur karena pasien mengeluh dada nya terasa
penuh, sesak nafas, dan suara berisik dari pasien lain.
d. Pola Personal Hygine
Sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan mandi 2x/hari
menggunakan sabun dan menggosok gigi saat mandi. Klien mengganti
baju 2x/hari setelah mandi.
Saat dirumah sakit, klien mengalami sesak nafas, klien terpasang
oksigen bikanul 3ltr/mnt menyebabkan klien harus beristirahat di
tempat tidur. Klien hanya di lap menggunakan handuk basah dan
dibantu oleh istri dan keluarga nya.
59
4. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 04 Januari 2019
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum pasien tampak lemas dan meringis. Tingkat
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di
dapatkan hasil tekanan darah klien 104/68 mmHg, nadi 92 x/menit,
frekuensi pernafasan 28x/menit, suhu 36,5oC. Saturasi oksigen 97%,
berat badan 60 kg dan tinggi badan 160 cm.
b. Sistem Penglihatan
Pada system penglihatan didapatkan data posisi mata simetris
antara kiri dan kanan, kelopak mata pasien normal tidak ada ptosis,
pergerakan bola mata normal antara kiri dan kanan seimbang,
konjungtiva anemis, pupil isokor dan bereaksi bila terkena cahaya,
tidak ditemukan tanda tanda radang dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan berupa kaca mata.
c. Sistem Pendengaran
Pada system pendengaran pasien terlihat posisi telinga simetris kiri
dan kanan, tidak terdapat cairan yang keluar dari telinga, telinga sedikit
60
g. Sistem Pencernaan
Mukosa bibir pasien kering dan sedikit pecah pecah, lidah
berwarna merah muda dan tidak kotor, tidak ada stomatitis, terdapat
caries gigi, tampak gigi tidak lengkap, tidak ada kesulitan menelan, bau
nafas khas, ovula normal tidak ada peradangan. Tonsil tidak ada tanda
peradangan.
Abdomen tidak kembung, simetris kiri dan kanan, serta tidak ada
acites, bising usus terdengar di kuadran 1 frekuensi 9x/menit dan bunyi
abdomen timpani di kuadran 1 dan 2, dullness di kuadaran 3 dan 4.
Selama masuk rumah sakit pasien mengatakan belum pernah BAB,
BAB terakhir pasien adalah sehari sebelum masuk rumah sakit.
h. Sistem Urogential
Pasien mengatakan BAK 2-3 kali sehari, jumlah urine dalam 24
sebanyak ±700 cc dan berwarna kuning dan kandung kemih tidak
distensi.
i. Sistem Integumen
Kulit tidak ada hiperpigmentasi dan wajah tampak merah. Turgor
kulit baik, akral teraba dingin.
j. Sistem Endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid maupun limfa, tidak ada
nafas bau keton dan tidak terdapat luka ganggren.
k. Sistem Wicara
System wicara pasien terdengar sangat normal dan jelas, tidak ada
kesulitan dan gangguan bicara pada pasien. Ketika ditanya pasien
mampu menjawab.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada deformitas tulang maupun sendi, tidak ada nyeri tekan
pada ekstermitas. Ada edema pada ekstremitas bawah dengan derajat II,
akral dingin dan tidak ada kesulitan dalam pergerakan. Kekuatan otot
pasien 5, dimana pasien masih bisa mengangkat dan menahan kaki dan
tangannya.
62
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 04 januari 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Gula Darah Sewaktu 150 70-120 Mg/dl
Ureum 116 20-40 Mg/dl
b. Pemeriksaan EKG
Tanggal 4 januari 2019
Hasil dari intrepretasi EKG menujukan adanya atrial fibrilasi yang
ditandai dengan :
1) Irama nadi teratur.
2) Sumber pacemaker dari SA Node, Gelombang P tingginya 2 mm dan
diikuti kompleks QRS.
3) Interval PR 0,20 detik atau 4 mm.
4) Gelombang QRS 2 kotak kecil atau 0,08 detik.
5) Segmen ST yakni ST elevasi (naik 1 kotak kecil)
6) Gelombang T tingginya 1mm.
7) Aksis +90 (Normal Aksis).
c. ECHO CARDIOGRAPHY
Jenis Pemeriksaan Hasil
Dimensi ruang jantung LV dilatasi
LVH ( - ) Negatif
Kontraktilitas Fungsi sistolik LV global menurun EF 13%
64
Kesimpulan :
LV Dilatasi
Fungsi sistolik LV Global rendah EF 13%
Global Hipokinetik. Kontraktilitas RV baik TAPSE 2,6 Cm
MR Moderate
d. X – Ray Thoraks
Tanggal 4 Januari 2019
Foto Asimetris dan inspirasi cukup
Trakea masih di tengah
Cor membesar ke lateral kiri, Apeks tertanam pada diafragma .
pinggang jantung normal, Kalsifikasi aorta (+)
Kranialisasi (-)
Sinuses dan diafragma kanan berselubung, sinus dan diafragma
kiri tajam
Pulmo : Hilli normal, Corakan kardiovaskuler lengkap, Tidak
tampak perbecakan di kedua lapang paru.
KESAN :
Kardiomegali
Artherosklerosis Aorta (+)
Efusi Fleura kanan
65
7. Penatalaksanaan
No Hari/Tanggal Obat
1 Jum’at 4 Januari 2019 Injeksi Lasix 3x1 amp (IV)
Ramipril 1x5 mg (Oral)
Digoxin 1x1 (Oral)
Letornal 1x25 mg (Oral)
Asam Folat 3x1 (Oral)
CaCo3 3x1 (Oral)
Micordis 1x80 mg (Oral)
6cm)
Hasil ECHO : EF ( Ejection Fraction)
13%,
MR Moderate,LV Dilatasi
Hasil X - Rays thoraks Menunjukkan
kardiomegali.
Data Minor :
Objektif :
Pasien terlihat lemas
Objektif :
Pernapasan Kusmaul dengan
frekuensi napas 28 ×/m, Kedalaman :
dangkal.Irama regular
Adanya penggunaan otot bantu
pernapasan supra clavikula, dan
retraksi interkosta Saturasi oksigen 97
%,.
Data Minor :
Objektif :
Terpasang alat bantu pernapasan
oksigen bikanul 4 lpm.
Adanya pernapasan c uping hidung
Kulit terlihat pucat.
Konjungtiva anemis.
Data Minor :
67
Subjektif :
Klien mengatakan sesak nafas.
Klien mengatakan badannya terasa
lemas seperti tidak bertenaga.
Objektif :
Terdapat Edema di ekstermitas
Objektif :
Terdapat edema derajat II di kaki
pasien
Kulit ekstremitas klien terlihat pucat.
Data Minor :
Objektif :
Peningakatan tekanan vena jugularis 6
cm
Ballance Cairan
Input
o Minum :1900 cc
o Obat : 15 cc
Output
o Urin : 700 cc
o IWL :
= ( 15 X BB) x 24 jam
= ( 37,55 cc/jam ) x 24 jam
= 900 cc
Total Cairan
o Input- Output
= 1915 cc – 1600 cc
= 315 cc
Hasil Laboratorium
o HB : 9,4 gr/dl
o Hematokrit 30 Mmol/I
o Ureum : 116 mg/dl
o Ceratinin 3,2 mg/dl
mudah lelah.
Data Minor :
Subjektif :
Klien mengatakan saat beraktivitas
ringan klien sering merasa sesak dan
mudah lelah.
Objektif :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat pucat
Aktivitas klien hanya terbaring di
tempat tidur dan dibantu oleh
keluarga
RR : 28 x/menit
Aktivitas pasien terhambat karena
pasien mengalami sesak nafas
Kekuatan otot pasien pada skala 5
Pasien menggunakan oksigen
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Paraf
No Diagnosa Tanggal
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan 04 Januari 2019 Adid
penurunan curah jantung dan suplai oksigen
yang tidak adekuat ke seluruh tubuh.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan 04 Januari 2019 Adid
gangguan kontraktilitas pada jantung.
3. Perpusi perifer tidak efektif berhubungan 04 Januari 2019 Adid
dengan Penurunan aliran arteri dan atau vena
4. Hipervolemia berhubungan dengan retensi 04 Januari 2019 Adid
cairan dan natrium oleh ginjal
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 04 Januari 2019 Adid
penurunan suplai oksigen ke seluruh tubuh.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Ruang : ICCU Nama Pasien : Tn. M
No. MR : 759159 Umur : 50 Tahun
Adanya 16. Kedalam inspirasi (4) dengan bibir jika keadaan pasien perubahan pola pernapasan.
penggunaan otot 17. Suara perkusi nafas (4) memungkinkan.
bantu ( resonance) 19. Posisikan klien semi fowler jika 17. Adanya suara tambahan mengindikasikan
pernapasan 18. Hasil rontgen dada (4) tidak ada kontraindikasi. adanya hambatan dijalan napas baik
supra clavikula, 19. Suara nafas tambahan 20. Pantau peningkatan kegelisahan karena secret maupun penyempitan jalan
dan retraksi (4) ( tidak ada ) dan ansietas tiap 1-2 jam atau napas yang menyebabkan kesulitan
interkosta 20. Restraksi dinding sesuai dengan keadaan pasien. bernapas.
Saturasi oksigen dada(4) 18. Pernapasan dengan bibir mendorong
97 %,. 21. Dispnea saat istirahat (4) Collaboration Activity : pasien untuk bernapas lebih lambat dan
22. Dispnea saat latihan (4) 21. Pantau hasil laboratorium AGD lebih dalam serta mengurangi dispnea
Data Minor : 23. Orthopnea (4) dan catat adanya perubahan. selama aktivitas.
Objektif : 24. Taktil premitus 22. Kolaborasi pemberian oksigen dan 19. Posisi semi fowler memungkinkan
Terpasang alat (Geataran sama rata kiri pemasangan saturasi oksigen. pengembangan diafragma dan ekspansi
bantu kanan) (4) dada yang adekuat.
pernapasan 25. Gangguan ekspirasi (4) 20. Hipoksia dan sensation dari “tidak bisa
oksigen bikanul 26. Gangguan suara saat bernapas” adalah sesuatu yang membuat
4 lpm. auskultasi (4) cemas dan dapat menyebabkan
Adanya memburuknya hipoksia.
pernapasan c 21. Peningkatan PaCO2 dan penurunan
uping hidung PaCO2 adalah tanda kegagalan napas.
Kulit terlihat 22. Memaksimalkan kebutuhan oksigen.
pucat.
Konjungtiva
anemis.
Data Mayor : Ditingkatkan ke level 3 irama dan nadi, setiap 15 menit terhadap aktivitas dan obat. Adanya
Subjektif : Dipertahankan di level atau sesuai dengan keadaan distritmia akan mempengaruhi fungsi
Klien pasien. jantung atau meningkatkan kerusakan
mengatakan Keterangan Level : iskemik dan takikardi dapat
sesak napas. 6. Deviasi Berat 24. Kaji perubahan sensori dan mengganggu curah jantung karena
Klien 7. Deviasi Cukup Berat kerusakan kognitif, tiap 1 jam atau waktu pengisian diastolic memendek,
mengatakan 8. Deviasi Sedang sesuai dengan keadaan pasien. menuunkan preload, isi sekuncup dan
jantung nya 9. Deviasi Ringan 25. Pantau nadi perifer, crt, suhu dan akhirnya menurunkan curah jantung.
berdebar debar 10. Tidak ada Deviasi warna ekstremitas catat adanya 24. Penurunan curah jantung akan
Klien pucat dan sianosis tiap 1 jam. mengurangi aliran darah ke serebral.
mengatakan Dibuktikan dengan 26. Pantau asupan cairan dan haluaran 25. Denyut lemah, pucat, sianosis dan crt >
badannya terasa Indikator : urin, secara akurat setiap 1 jam 3 detik menunjukan menurunnya perfusi
lemas. 13. Tekanan Darah Sitol atau sesuai dengan keadaan pasien perifer sekunder terhadap tidak
klien dan distol (4) serta berat badan setiap hari jika adekuatnya curah jantung.
mengatakan 14. Tekanan darah rata perlu. 26. Ginjal berespon untuk menurunkan COP
sesak napas rata (4) 27. Monitor status pulmonal, frekuensi dengan menahan cairan dan natrium.
bertambah ketika 15. Tekanan Vena sentral dan upaya pernapasan dan Haluran urin biasanya menurun selama
pasien tidur dan (2-6 mmHg ) (3) perubahan perilaku yang sehari karena perpindahan cairan ke
lebih nyaman 16. Kekuatan Nadi (4) ( merugikan setiap 2 jam. jaringan tetapi dapat meningkat pada
dengan posisi Teratur) 28. Evaluasi adanya nyeri dada malam hari. Sehingga cairan berpindah
semi fowler. 17. Saturasi Oksigen (4) dengan takikardia menetap sesuai kembali ke sirkulasi ketika pasien tidur.
Objektif : (95-100%) keadaan pasien. 27. Menandakan penurunan pengiriman
18. Output urin (4)(1400- 29. Atur posisi pasien setiap 2 jam oksigen ke jaringan yang serius.
Nadi perifer
1500 ml) atau pertahankan aktivitas lain 28. Nyeri dada dengan takikardia menetap
teraba lemah
19. Capilarry reffil (4)(<3 uang sesuai. berpotensi terjadinya gangguan perfusi
dengan irama
detik) 30. Catat perubahan bunyi jantung tiap jantung yang berhubungan dengan
tidak teratur.
20. Suara nafas 4 jam atau sesuai dengan keadaan waktu pengisian diastolic memendek,
Tanda-tanda
tambahan( Whezzing, pasien. penurunan oksigen ke miokardium dan
vital : tekanan
Ronkhi ) (4) beban kerja jantung yang meningkat.
darah klien
21. Distensi vena leher (3)
73
104/68 mmHg, 22. Edema perifer (3) Pemantauan Tanda-tanda Vital 29. Untuk menurunkan statis sirkulasin
nadi 92 x/menit, 23. Wajah pucat(3) 31. Pasang monitor TTV dan catat perifer dan menurunkan pembentukan
frekuensi 24. Pitting edema (3) tekanan darah pasien tiap 15 menit thrombus atau embolus.
pernafasan sampai pasien stabil dan lanjutkan 30. SI dan S2, lemah karena menurunnya
28x/menit, suhu tiap 4 jam. pompa irama gallop umum (S3 dan S4)
36,5oC. 32. Periksa nyeri tekan betis, dihasilkan sebagai aliran darah kedalam
MAP 80 mmHg menurunnya nadi pedal, serambi yang distensi. Murmur dapat
Bunyi jantung pembengkakan dan kemerahan menunjukan stenosis atau inkonfusi
S1 dan S2 local atau pucat pada ekstremitas. katup.
terdengar 33. Jelaskan prosedur dan uraikan 31. Pada CHF dini, sedang, atau kronis
melemah dan aspek sensori dari terapi setiap tekanan darah dapat meningkat
adanya bunyi tindakan yang akan dilakukan. sehubungan SVR pada CHF lanjut
jantung III Collaboration Activity tubuh tidak mampu mengkompensasi
tambahan Katup 34. Berikan oksigen sesuai indikasi, lagi dan hipotensi tidak dapat normal
Aorta = ICS 2 pertahankan saturasi arteri lebih lagi.
dextra linea besar dari 90%. 32. Menurunnya COP, bendungan atau statis
sternal terdengar 35. Berikan modifikasi diuretic sesuai vena dan tirah baring lama
gallops. instruksi dokter. meningkatkan resiko tromboflebitis.
Distensi vena 36. Kolaborasi pemberian vasodilator, 33. Persiapan untuk peristiwa yang
jugularis (JVP contoh : nitrat (nitodur, isodril). menimbulkan stress terutama deskripsi
pasien 6cm) 37. Kolaborasi pemberian digoksin aspek sensori dapat mengurangi stress
Hasil ECHO : (lanoxin). dan memfasilitasi koping.
EF ( Ejection 38. Pemberian cairan IV , pembatasan 34. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
Fraction) 13%, jumlah total sesuai dengan kebutuhan miokard, untuk melawan efek
MR indikasi, hindari cairan garam. hipoksia dan iskemik.
Moderate,LV 39. Pantau seri EKG dan perubahan 35. Tipe dan dosis diuretic tergantung
Dilatasi foto dada. pada derajat gagal jantung dan fungsi
Hasil X - Rays 40. Pantau pemeriksaan laboratorium. ginjal. Penurunan preload paling banyak
thoraks Contoh BUN dan kreatinin setiap digunakan dalam mengobati pasien
74
Menunjukkan hari atau sesuai instruksi dokter. dengan curah jantung relative normal
kardiomegali. ditambah gejala kongesti. Diuretic blok
reabsorbsi diuretic, sehingga
Data Minor : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan
Objektif : air.
Pasien terlihat lemas 36. Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan COP, menurunkan
volume sirkulasi (vasodilator) dan
tahanan vascular sistemik
(arteriodilator), kerja ventrikel.
37. Meningkatkan kekuatan kontraksi
miokard dan memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan konduksi
dan memperlama periode refraktori pada
hubungan AV untuk meningkatkan
efisiensi COP.
38. Karena adanya peningkatan tekanan
ventrikel kiri, pasien tidak dapat
mentoleransi peningkatan volume cairan
(preload). Pasien GJK juga
mengeluarkan sedikit natrium yang
menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan kerja miokard.
39. Depresi segmen ST dan datarnya
gelombang T dapat terjadi karena
peningkatan volume oksigen miokard,
meskipun tidak ada penyakit arteri
koroner. Foto dada dapat menunjukan
pembesaran jantung dan perubahan
75
kongesti pulmonal.
40. Peningkatan BUN dan kreatinin
menunjukan hipoperfusi atau gagal
ginjal.
36,5oC. 17. Tekanan darah 19. Ukur tanda-tanda vital tiap 1-4 kebutuhan metabolis dari jaringan
MAP 80 mmHg diastolic (60-80 jam sesuai indikasi. melewati kapasitasnya.
Pengisian mmHg) (4) 20. Kaji adanya kengesti hepar (nyeri 18. Penurunan COP akan menurunkan aliran
Kapiler > 3 18. Pitting edema (4) kuadran (kka) dan nyeri tekan darah ke ginjal sehingga pemantauan
Detik 19. Muka Pucat (4) setiap 4 jam). yang ketat akan membantu
20. Kram otot (4) 21. Kaji kualitas dan adanya nadi mempertahankan keseimbangan cairan.
Data Minor : 21. Bruit di ujung kaki (3) perifer distal tiap 2 jam. 19. Pada CHF dini, sedang atau kronis
Subjektif : 22. Nilai rata rata tekanan tekanan darah dapat meningkat
Klien darah (3) sehubungan SVR pada CHF lanjut tubuh
mengatakan 23. Tingling (3) tidak mampu mengkompensasi lagi dan
sesak nafas. 24. Kelemahan otot (4) hipotensi tidak normal lagi.
Klien 20. Pada gagal jantung kongestif terjadi
mengatakan gangguan pada aliran balik vena yang
badannya terasa menyebabkan darah dari hepar tertahan
lemas seperti dan terjadi kongesti pada hepar.
tidak bertenaga. 21. Kualitas nadi perifer dipengaruhi oleh
Objektif : curah jantung.
Terdapat Edema
di ekstermitas
4. Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan NIC : 20. Mengkaji status hemodinamik secara
berhubungan dengan keperawatan 4 x 24 jam Manajemen Cairan : akurat, mudah dibaca dan mengetahui
retensi cairan dan natrium diharapkan 20. Kaji parameter hemodinamik optimalisasi terapi.
oleh ginjal NOC : volume cairan : (PCP, PCWP, CVP) tiap 2 jam. 21. Intake cairan berlebih akan
Data Mayor : Kelebihan 21. Batasi intake cairan secara akurat. memperburuk keadaan pasien.
Subjektif : Ditingkatkan ke level 4 22. Pasang monitor TTV dan catat 22. Perubahan TTV dapat mengindikasikan
Klien Dipertahankan di level TTV dalam 1-2 jam atau sesuai ketidakseimbangan cairan dan
mengatakan dengan keadaan pasien. elektrolit.
bengkak pada Keterangan Level : 23. Ukur dan catat intake dan output 23. Intake yang lebih besar dari output
6. Gangguan ekstrem
77
bagian kaki 7. Gangguan berat cairan setiap 2 jam. dapat mengindikasikan adanya retensi
Klien 8. Gangguan sedang 24. Timbang dan catat berat badan cairan dan menyebabkan kelebihan
mengatakan 9. Gangguan ringan pasien pada waktu yang sama cairan.
kencing nya 10. Tidak ada setiap hari. 24. Untuk mendapatkan konsistensi berat
sedikit 25. Kaji adanya edema, asites dan badan pasien.
Pasien Dibuktikan dengan edema dependen tiap hari. 25. Penurunan osmotic dapat menyebabkan
mengatakan Indikator : 26. Ubah posisi pasien setiap 2 jam, edema, terutama di daerah tergantung.
kadang sesak 8. Keseimbangan cairan inspeksi adanya kemerahan pada 26. Untuk menentukan langkah-langkah
(4)(35 cc/KgBB/hr) kulit. pencegahan kerusakan kulit.
Objektif : 9. Tingkat agitasi (4) 27. Pantau indikasi kelebihan cairan 27. Pasien dengan gagal jantung mungkin
Terdapat edema 10. Tingkat kecemasan (4) seperti edema tiap hari. mengalami peningkatan volume
derajat II di kaki 11. Keseimbangan elektrolit 28. Kaji DVJ (Distensi Vena intravaskuler dan ekstravaskuler.
pasien (4) Jugularis) tiap 2 jam setelah terapi 28. Untuk mengetahui keefektifan
Kulit ekstremitas 12. Eliminasi urin (4) diuretic. pengobatan dan mengetahui output
klien terlihat 13. Tanda tanda vital (4) 29. Auskultasi jantung adanya bunyi cairan.
pucat. 14. Berat badan (4) tambahan S3 dan S4 tiap 4 jam. 29. Bunyi S3 dapat menandakan penurunan
30. Posisikan pasien fowler atau semi compliance atau peningkatan volume
Data Minor : fowler jika tidak ada diastolic ventricular dan bunyi S4 dapat
Objektif : kontraindikasi. menandakan penurunan compliance
Peningakatan 31. Catat peningkatan latargi, atau peningkatan pengisian volume.
tekanan vena hipotensi dank ram otot setiap 30. Posisi fowler atau semi fowler dapat
jugularis 6 cm hari. meningkatkan ekspansi paru dan
Ballance Cairan 32. Dorong untuk menyatakan meningkatkan arus balik vena serta
Input perasaan sehubungan dengan memungkinkan perpindahan cairan.
o Minum pembatasan. 31. Tanda defisit kalium dan natrium yang
:1900 cc 33. Berikan latihan gerak pasif. dapat terjadi sehubungan dengan
o Obat : 15 perpindahan cairan dan terapi diuretic.
cc Kolaborasi : 32. Ekspresi perasaan/masalah dapat
Output 34. Pertahankan pembatasan sodium menurunkan stress/cemas yang
o Urin : 700
78
homan (nyeri pada betis posisi dorsofleksi, tidak ada level 2 atau Deviasi berat
dengan posisi dorsofleksi), eritema dan adanya edema pada dari kisaran normal.
eritema, dan edema. ekstremitas bawah.
3 19. Menganjurkan pasien untuk 19. Pasien dapat merubah posisi
merubah posisi setiap 2 jam secara mandiri dan dapat P : Lanjutkan NIC : Monitoring
dan melakukan aktivitas yang melakukan aktivitas ringan Pernafasan
2. Penurunan curah jantung ringan. ditempat tidur seperti duduk,
berhubungan dengan miring kanan dan miring kiri.
gangguan kontraktilitas 19.00 WIB – 19.30 WIB
pada jantung 21.30 WIB
3 20. Mengatur kecepatan AC 20. Suhu ruangan sudah diatur,
S: untuk menjaga suhu ruangan kecepatan AC 20 dan klien 2. Penurunan curah jantung
Klien mengatakan tetap nyaman. mengatakan nyaman. berhubungan dengan
sesak napas. 3 21. Menganjurkan pasien 21. Klien tampak menggunakan gangguan kontraktilitas
Klien mengatakan memakai selimut supaya selimut. pada jantung
dada nya berdebar ekstremitas tetap hangat.
debar 3 22. Mengkaji adanya kongesti 22. Tidak ada nyeri pada kuadran S:
Klien mengatakan
hepar nyeri tekan (kuadran kanan atas dan tidak ada teraba Klien mengatakan masih
kanan atas), dan peningkatan pembesaran hepar. sesak napas.
badannya terasa ukuran hepar
lemas seperti tidak Klien mengatakan dada
3 23. Mengkaji kualitas adan 23. Nadi perifer teraba lemah dan
bertenaga. adanya nadi perifer distal. tidak teratur. nya berdebar debar
klien mengatakan 4 24. Mengkaji adanya edema. 24. Adanya edema pada ekstremitas Klien mengatakan
sesak napas bawah. badannya terasa lemas
bertambah ketika 4 25. Menganjurkan pasien utuk 25. Pasien mengubah posisi, duduk, seperti tidak bertenaga.
pasien tidur dan lebih
mengubah posisi. miring kanan, dan miring kiri. klien mengatakan sesak
4 26. Mengkaji DVJ (Distensi Vena 26. Terjadi peningkatan tekanan napas bertambah ketika
nyaman dengan Jugularis). vena jugularis (6cm).
posisi semi fowler. pasien tidur dan lebih
Klien mengatakan 4 27. Pasien tidak terpasang infus nyaman dengan posisi
27. Mempertahankan jalur IV.
cemas semi fowler.
O: 19.45 WIB-20.00 WIB O:
Nadi perifer teraba Nadi perifer teraba lemah
1, 2,4 28. Mengukur TTV pasien. 28. TTV pasien : TD : dengan irama tidak
lemah dengan irama
107/70mmHg, Nadi : 110x/mnt, teratur.
84
Terdapat edema O:
Terdapat edema derajat II
derajat II di kaki
di kaki pasien
pasien
Kulit ekstremitas klien
Kulit ekstremitas
terlihat pucat.
klien terlihat pucat.
Peningakatan tekanan
Peningakatan tekanan
vena jugularis 6 cm
vena jugularis 6 cm
Input Output
Ballance Cairan
Minum : 700 cc
Input
Urin : 350 cc
o Minum :1900 cc
o Obat : 15 cc
A : Volume Cairan :
Output
Kelebihan Berada pada level 2 atau
o Urin : 700 cc Gangguan Berat
o IWL :
P : Lanjutkan NIC : Manajement
= ( 15 X BB) x 24 jam Cairan
= ( 37,55 cc/jam ) x 24 jam
= 900 cc
Total Cairan
o Input- Output
= 1915 cc – 1600 cc
= 315 cc
Hasil Laboratorium
88
o HB : 9,4 gr/dl
o Hematokrit 30
Mmol/I
o Ureum : 116
mg/dl
o Ceratinin 3,2
mg/dl
A : Volume Cairan :
Kelebihan Berada pada level 2
Gangguan Berat
A : Toleransi Terhadap
Aktifitas berada pada level 2
Gangguan berat.
Klien mengatakan S:
masih merasa sesak Klien mengatakan
nafas. masih sesak nafas
Klien mengatakan hilang timbul.
badannya terasa lemas Klien mengatakan
seperti tidak bertenaga. badannya masih
O: terasa lemas seperti
Nadi perifer teraba tidak bertenaga.
lemah dengan irama O:
tidak teratur. Nadi perifer teraba
Klien tampak lemah dengan irama
meringis. tidak teratur.
Klien terlihat pucat. Klien terlihat pucat.
Akral teraba dingin Akral teraba dingin
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
tekanan darah klien tekanan darah klien
115/98 mmHg, nadi 110/70 mmHg, nadi
99 x/menit, frekuensi 98x/menit, frekuensi
pernafasan 26 x/menit, pernafasan 25
suhu 36,7 C. x/menit, suhu 36,8
MAP 90 mmHg C.
Pengisian Kapiler > 3 MAP 98 mmHg
Detik Pengisian Kapiler >
Terdapat Edema pada 3 Detik
kaki pasien Terdapat Edema
pada kaki pasien
A : Perfusi Jaringan Perifer
berada pada level 2 atau Deviasi A : Perfusi jaringan perifer
berat dari kisaran normal berada pada level 3 atau Deviasi
Cukup berat dari kisaran normal
96
14.30 WIB
4. Hipervolemia berhubungan 4. Hipervolemia berhubungan
dengan retensi cairan dan dengan retensi cairan dan
natrium oleh ginjal natrium oleh ginjal
S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan
bengkak pada bagian
bengkak pada bagian
kaki
Klien mengatakan kaki sudah mulai
kencing nya sedikit mengecil
Pasien mengatakan Klien mengatakan
kadang sesak kencing nya sedikit
O: Pasien mengatakan
Terdapat edema derajat kadang sesak
II di kaki pasien Pasien mengatakan
Kulit ekstremitas klien perasaannya seperti
terlihat pucat. ingin minum
Peningakatan tekanan O:
vena jugularis 5 cm Terdapat edema
Input Output 24 jam derajat II di kaki
Terakhir pasien
Minum : 1000 cc Kulit ekstremitas
klien terlihat pucat.
Urin : 800 cc Peningakatan
tekanan vena
A : Volume Cairan : Kelebihan jugularis 5 cm
Berada pada level 2 atau Gangguan Input Output
97
14.30 WIB
5. Intoleransi Aktifitas
5. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan
berhubungan dengan penuruanan suplai oksigen
penuruanan suplai oksigen ke seluruh tubuh
ke seluruh tubuh S:
S: Klien mengeluh
Klien mengeluh masih masih lelah
lelah Klien mengatakan
Klien mengatakan lemas
lemas Klien mengatakan
Klien mengatakan bisa bisa melakukan
melakukan aktifitas aktifitas mandiri
mandiri seperti duduk seperti duduk atau
atau miring kiri kanan miring kiri kanan
O: dan makan di tempat
Klien terlihat lemas tidur
Klien terlihat pucat O:
Klien bisa melakukan Klien terlihat lemas
aktifitas ringan Klien terlihat pucat
sepertimakan di tempat Klien bisa
tidur, duduk dan
98
pernapasan oksigen 2,4 output. 7. Urine : 240 dan minum 480 %,.
bikanul 1 lpm. ( Lepas 8. Menganjurkan pasien Terpasang alat bantu
Pasang) 2,4 untuk banyak istirahat. 8. Pasien tampak beristirahat pernapasan oksigen
9. Mengkaji dan mencatat diatas tempat tidur.
Adanya pernapasan bikanul 1 lpm. (
2 kekuatan dan irama nadi. 9. Nadi teraba lemah dan tidak
cuping hidung 10. Mengkaji nadi perifer, teratur. Lepas Pasang )
Konjungtiva anemis. 2 crt, suhu dan warna 10. Nadi perifer teraba lemah, crt Adanya pernapasan
A : Status Pernapasan : ekstremitas, mencatat kurang dari 3 detik, kulit pasien cuping hidung.
Ventilasi berada pada level 3 atau adanya pucat dan terlihat pucat dan tidak ada A:
Deviasi Sedang dari kisaran normal. sianosis. sianosis.
11. Memonitor status Airway : Tidak ada
P : Lakukan NIC : Monitoring 2 pulmonal, frekuensi dan 11. Pasien masih terlihat sesak masalah
Penafasan upaya pernafasan dan dengan frekuensi pernafasan Breathing : Klien
perubahan perilaku yang 27x/mnt dan tidak terlihat
mengatakan sesak, RR :
merugikan. adanya perilaku yang
15.45 WIB-16.00 WIB merugikan.. 29X/m, adanya
12. Mengauskultasi suara pengunaan otot bantu
2 jantung pasien. 12. Bunyi jantung S1 dan S2 pernafasan
terdengar melemah dan adanya
bunyi jantung III tambahan Circulation : Tanda-tanda
Katup Aorta = ICS 2 dextra vital : tekanan darah
13. Mengkaji tanda linea sternal terdengar gallops. klien 107/70 mmHg, nadi
2,5 penurunan perfusi 13. Pasien tampak pucat. 110 x/menit. MAP 89
jaringan.
14. Mengkaji adanya tanda mmHg , Bunyi jantung
2,4 homan (nyeri pada betis 14. Tidak ada nyeri pada betis pada S1 dan S2 terdengar
dengan posisi posisi dorsofleksi, tidak ada melemah dan adanya
dorsofleksi), eritema, eritema dan adanya edema pada bunyi jantung III
dan edema. ekstremitas bawah. tambahan Katup Aorta =
ICS 2 dextra linea sternal
15. Menganjurkan pasien
terdengar
3,5 untuk melakukan 15. Pasien tampak merubah posisi
aktivitas ringan. dari duduk, tidur, miring kiri gallops,Distensi vena
16. Mengatur dan menjaga dan miring kanan. jugularis (JVP pasien
101
3 suhu ruangan tetap 16. Suhu ruangan sudah diatur dan 6cm)
nyaman. pasien mengatakan nyaman
dengan ruangan. Disability : Tidak ada
17. Menganjurkan pasien masalah
3 memakai selimut supaya 17. Pasien tampak menggunakan Exposure : Tidak ada
ekstremitas tetap hangat. selimut.
masalah
16.15 WIB-16.30 WIB
18. Mengkaji kualitas adan
3 adanya nadi perifer 18. Nadi perifer teraba lemah dan
Status Pernapasan : Ventilasi
distal. tidak teratur.
berada pada level 3 atau Deviasi
19. Mengkaji adanya edema.
sedang dari kisaran normal.
3 19. Adanya edema pada ekstremitas
bawah.
P : Lanjutkan NIC : Monitoring
20. Mengkaji DVJ (Distensi
4 Vena Jugularis). 20. Terjadi peningkatan tekanan Penafasan
21. Mempertahankan jalur vena jugularis (4 cm).
2. Penurunan curah jantung 4 IV. 21. Pasien terpasang Bd Conecta 21.30 WIB
berhubungan dengan 2. Penurunan curah jantung
gangguan kontraktilitas 17.00WIB-17.05 WIB berhubungan dengan
pada jantung 22. Memberikan obat Asam gangguan kontraktilitas
S: 2,4 folat, dan CaCo3 oral. 22. Obat telah diberikan tanpa ada pada jantung
Klien mengatakan masalah. S:
sesak nya sudah Klien mengatakan
berkurang 23. Mengukur TTV pasien. sesak nya sudah
2,3 23. Hasil TTV pasien : TD : 90/60 berkurang
Klien mengatakan
mmHg, Nadi : 82x/mnt, Klien mengatakan
dada nya masih Pernafasan 24x/mnt dan Suhu
berdebar debar hilang dada nya masih
24. Mengukur intake dan 36,2oC.
timbul 2,4 output. 24. Urine 50 ml dan minum 100 berdebar debar
Klien mengatakan ml. hilang timbul
badannya terasa lemas 18.00-18.30 WIB Klien mengatakan
seperti tidak bertenaga. badannya terasa
25. Mengukur TTV pasien lemas seperti tidak
O: 2,4 25. Hasil TTV pasien : TD : 100/65
102
Urin : 100 cc
A: Volume Cairan :
Kelebihan Berada pada level 3 atau
Gangguan Sedang
5. Intoleransi Aktifitas
21.30 WIB
berhubungan dengan
penuruanan suplai oksigen 5. Intoleransi Aktifitas
ke seluruh tubuh berhubungan dengan
S: penuruanan suplai oksigen
Klien mengatakan ke seluruh tubuh
S:
badan nya masih
Klien mengatakan
sedikit lemas
masih sedikit lemas
Klien mengatakan
Klien mengatakan
sudah bisa ke wc
bisa melakukan
sendiri, dan sudah bisa
aktifitas mandiri
makan di tempat
seperti duduk atau
tidur,dudukdan
miring kiri kanan
berganti posisi
dan makan di tempat
O:
tidur
Klien terlihat lemas
O:
Klien terlihat pucat
Klien bisa
Klien bisa melakukan
106
dan suplai oksigen yang Terlihat ada penggunaan otot jantung dan suplai
tidak adekuat ke seluruh bantu pernafasan retraksi oksigen yang tidak
tubuh 2. Meanguskultasi suara intercosta adekuat ke seluruh
S: nafas pasien 2. Suara napas pasien vesikuler tubuh
Klien mengatakan dan tidak ada suara tambahan. S:
sesaknya sudah 1 3. Mengatur posis pasien 3. Pasien dalam posisi semi Klien mengatakan
berkurang semi foler fowler dan pasien mengatakan tidak lagi sesak
O: lebih nyaman. O:
Frekuensi napas 22 1 4. Memonitor oksigen 4. Pasien tidak lagi Frekuensi napas 21
×/m, Kedalaman : pasien (Humudifier, menggunakan bantuan ×/m, Kedalaman :
dangkal.Irama regular kecepatan dan saturasi oksigen dangkal.Irama
oksigen)
Adanya retraksi regular
interkosta 1 5. Hasil TTV pasien : TD : Adanya retraksi
5. Mengukur TTV pasien.
Saturasi oksigen 110/98 mmHg, Nadi : 100 interkosta
100%,. x/mnt, Pernapasan : 21x/mnt Saturasi oksigen
Pasien tidak lagi dan Suhu 36,2oC. 100%,.
memakai oksigen. 1 6. Mengukur intake dan 6. Urine : 300 dan minum 320 Pasien tidak lagi
A : Status Pernapasan : output. memakai oksigen.
Ventilasi berada pada level 3 atau 08.45 WIB-09.00 WIB
Deviasi Sedang dari kisaran normal. 1 7. Menganjurkan pasien 7. Pasien tampak beristirahat
A:
untuk banyak istirahat. diatas tempat tidur.
Airway : Tidak ada
P : Lakukan NIC : Monitoring 2,4 8. Mengkaji dan mencatat 8. Nadi teraba lemah dan tidak
teratur. masalah
Penafasan kekuatan dan irama nadi.
2,4 9. Mengkaji nadi perifer, 9. Nadi perifer teraba lemah, crt Breathing : Klien
crt, suhu dan warna kurang dari 3 detik, kulit mengatakan sesaknya
ekstremitas, mencatat pasien terlihat pucat dan tidak sudah berkurang,
adanya pucat dan ada sianosis. frekuensi napas 21 ×/m,
sianosis. Kedalaman : dangkal.
2 10. Memonitor status 10. Pasien tidak lagi sesak dan
Irama regular
pulmonal, frekuensi dan tidak ada kesulitan bernapas
upaya pernafasan dan Circulation : Nadi perifer
perubahan perilaku yang
merugikan. teraba lemah dengan
109
14.00 WIB
3. Perfusi Perifer tidak
Efektif berhubungan
3. Perfusi Perifer tidak Efektif
dengan gangguan
berhubungan dengan
kontraktilitas jantung
gangguan kontraktilitas
S:
jantung
Klien mengatakan
S:
Tidak lagi sesak
Klien mengatakan
Klien mengatakan
Tidak lagi sesak
badannya masih
Klien mengatakan
terasa lemas.
badannya masih terasa
O:
lemas.
Nadi perifer teraba
O:
lemah dengan irama
Nadi perifer teraba
tidak teratur.
lemah dengan irama
Akral teraba dingin
tidak teratur.
Edema pada kaki
Akral teraba dingin
pasien sudah mulai
Edema pada kaki
mengecil
pasien sudah mulai
A : Perfusi Jaringan Perifer
mengecil
berada pada level 3 atau Deviasi
A : Perfusi Jaringan Perifer sedang dari kisaran normal
berada pada level 3 atau Deviasi
112
14.00 WIB
4. Hipervolemia berhubungan
4. Hipervolemia berhubungan dengan retensi cairan dan
dengan retensi cairan dan natrium oleh ginjal
natrium oleh ginjal S:
S: Klien mengatakan
Klien mengatakan bengkak pada bagian
bengkak pada bagian kaki sudah jauh
kaki sudah jauh berkurang
berkurang Pasien mengatakan
Pasien mengatakan BAK sudah Lancar
BAK sudah Lancar O:
O: Terdapat edema derajat I di
Terdapat edema derajat kaki pasien
I di kaki pasien Peningakatan tekanan vena
Kulit ekstremitas klien jugularis 4 cm
terlihat pucat. Input Output Terakhir
Peningakatan tekanan Minum : 120 cc
vena jugularis 4 cm
Urin : 200 cc
Input Output 24 jam
Terakhir A : Volume Cairan :
Minum : 860 cc Kelebihan Berada pada level 3 atau
Gangguan sedang
Urin : 1200 cc
P : NIC : penkes Manajement
Cairan dilanjutkan di discharge
113
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.
M Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSUD DR. M.
YUNUS Bengkulu “. Dalam melakukan asuhan keperawatan telah diterapkan
proses keperawatan sesuai dengan teori yang ada. Dimana proses keperawatan nya
terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani
masalah-masalah pasien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan
yang tepat (Muttaqin, 2008).
Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman dekat, anggota tim
perawatan kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
diagnostik, dan Laboratorium ( Potter dan Perry, 2005).
Tn. M adalah pasien di ruang ICCU rumah sakit Dr. M. Yunus Bengkulu.
Tn. M datang kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada
sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan keluhan utama menurut Brunner & Suddarth
(2002) yang menyebutkan bahwa gejala klinis yang biasa ditemukan pada
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) adalah dada terasa berat
(seperti memakai baju ketat) dan sesak nafas saat beraktivitas berat,
beraktivitas ringan maupun saat istirahat yang akan mengakibatkan gangguan
pada pemenuhan kebutuhan oksigen pasien.
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan manusia.
Oksigen harus secara adekuat diterima oleh tubuh untuk metabolisme sel, bila
keluhan tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh
(Alsagaff dan Mukty, 2006).
Congestive Heart Failure (CHF) disebabkan oleh kelainan otot jantung,
aterosklerosis, hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload),
117
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan klien
yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi atau diubah) melalui intervensi dan
manajemen keperawatan. Diagnosis keperawatan memakai pengkajian data
sampai label pola respons pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan itu
sendiri merupakan sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
umtuk menggambarkan respons klien pada masalah kesehatan baik aktual
maupun risiko (Nursalam, 2011).
1. Diagnosa yang muncul
Berdasarkan manifestasi klinis dan data pengkajian yang
ditemukan pada Tn.M maka diagnosa keperawatan pertama yang penulis
angkat adalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
curah jantung dan suplai oksigen yang tidak adekuat ke seluruh tubuh.
Pola napasa tdiak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (SDKI,2016). Penulis menegakkan
diagnose ini karena pasien mengalami sesak.
Diagnosa kedua yang muncul yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan gangguan kontraktilitas pada jantung, penurunan
curah jantung adalah ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.penyebab nya bisa karena
perubahan irama jantung, frekuensi jantung, kontraktilitas,dan perubahan
preload dan afterload (SDKI,2016). Penulis menegakkan diagnose kedua
ini karena pasien mengalami perubahan kontraktilitas, frekuensi, dan
iraama jantung. Hal ini dibuktikan dengan hasil echo cardiography
pasien yang hanya 13%.
Diagnosa ketiga yang muncul adalah perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan curah jantung,. Perfusi perifer tidak
efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolime tubuh (SDKI,2016). Penulis mengangkat
diagnose ini berkaitan dengan kondisi klinis yang dialami pasien yaitu
gagal jantung kongestif yang menyebabkan penurunan curah jantung.
119
Berdasarkan hal diatas ada Sembilan diagnose yang terdapat dalam teori
dan empat diantaranya tidak ditemukan pada studi kasus. Hal ini terjadi karena
respon individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu penyakit dan
juga tidak ditemukan adanya data yang sesuai dan spesifik sehingga diagnose
yang didapatkan di dalam teori tidak semuanya bisa ditegakkan sebagai
diagnose atau masalah keperawatan actual.
C. PERENCANAAN
Intervensi keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2005).
Pemecahan masalah dilakukan dengan membuat intervensi keperawatan yang
tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi dan mengubah kondisi klien
menjadi lebih baik.
Perencanaan yang dibuat pada kasus Tn.M dibuat berdasarkan diagnose
yang sudah dirumuskan sebelumya dan sesuai dengan buku Standar Diagnosa
121
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 4 hari yaitu tanggal 4
Januari 2019 sampai dengan 7 Januari 2019. Implementasi untuk diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung, pola nafas tidak efektif,perfusi perifer
tidak efektif ,Hipervolemia dilakukan selama 4 hari, sedangkan untuk diagnosa
intoleransi aktifitas dilakukan selama 3 hari tetapi aktifitas pasien tetap dibatasi
pada hari ke empat.
Implementasi pada diagnosa pola napas tidak efektif, implementasi utama
yang dilakuakan adalah memberikan oksigen pada pasien 3-4 liter/menit,
mengatur posisi pasien semifowler dengan sudut 45o, dapat menghasilkan
kualitas istirahat dan tidur yang baik pada gagal jantung kongsetif dan
mengurangi sesak nafas dengan cara melatih pasien untuk nafas dalam.
Implementasi pada diagnosa Hipervolemia yang utama dilakukan adalah
122
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan kerarah pencapaian tujuan, dengan
menggunakan dua jenis evaluasi yaitu evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan dan evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Saat di evaluasi pada diagnosa gangguan pola nafas tidak efektif
perencanaan evaluasi yang di harapkan berhasil tercapai pada tanggal 07
januari 2019, hal ini dibuktikan dengan ekspansi dada simetris, frekuensi nafas
dalam rentang normal, irama pernafasan teratur, kedalaman pernafasan dalam
batas normal, tidak terlihat penggunaan otot-otot penafasan, tidak ada suara
nafas tambahan dan tidak ada nafas pendek. Sedangkan pada diagnosa
kelebihan hypervolemia telah mencapai tujuan pada tanggal 07 januari 2019
yang dibuktikan dengan berkurangnya edema pada Tn.M, dan tidak terlihat
tanda-tanda edema. Sedangkan diagnosa perfusi perifer tidak efektif juga telah
mencapai tujuan dan criteria hasil pada tanggal 07 Januari 2019yang di
buktikan dengan MAP dalam batas normal, dan tidak terlihat tanda-tanda
gangguan perfusi jaringan. Pada diagnosa penurunan curah jantung belum
123
tercapai seluruhnya pada tanggal 07 Januari 2019. Tekanan darah klien masih
dalam rentang normal dan suara jantung klien masih gallops, tujuan ini tidak
tercapai karena pasein kadang masih mengatakn dada nya berdebar debar dan
tekanan darah pasien belum stabil. sedangkan pada diagnosa intoleransi
aktivitas sudah mencapai level 4 atau gangguan ringan pada tanggal 06 Januari
2019, hal ini terjadi karena pasien sudah bisa beraktivitas secara normal seperti
ke kamar mandi sendiri, duduk di tempat tidur, makan dan minum dengan
mandiri.
124
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn.M dengan
Congestive Heart Failure (CHF) yang telah penulis lakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Sebagian manifestasi klinis Congestive Heart Failure (CHF) pada
konsep teori ditemukan pada Tn.M meliputi dada terasa berat (seperti
memakai baju ketat) dan sesak nafas saat beraktivitas berat, beraktivitas
ringan maupun saat istirahat, dispnea, mual, edema pada kaki, palpitasi
(berdebar-debar) pada dada, hasil pemeriksaan ditemukan tanda-tanda
penurunan curah jantung seperti kulit pucat, dan nadi perifer teraba lemah.
Pada auskultasi jantung bunyi jantung S1 dan S2 terdengar melemah dengan
bunyi gallops pada katup aorta ICS 2 dextra linea sterna. Pada pemeriksaan
pernapasan ditemukan frekuensi pernafasan di atas normal dengan
kedalaman dangkal. Dan juga ditemukan frekuensi nadi diatas normal yaitu
119x/menit. Pasien juga mengatakan mudah merasa lelah dan gelisah. Dari
hasil pemeriksaan penunjang ditemukan LV Dilatasi, Fungsi sistolik LV
Global rendah EF 13, Global Hipokinetik. Kontraktilitas RV baik TAPSE
2,6 Cm, dan MR Moderate.dan pada hasil X- Rays thoraks didapatkan
pasien mengalami artherosklerosis aorta dan kardiomegali.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari sembilan diagnosa yang ada pada konsep teori ditemukan lima
diagnosa keperawatan yang sama berdasarkan manifestasi klinis yang
ditemukan pada Tn.M yakni diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan curah jantung dan suplai oksigen yang tidak
adekuat ke seluruh tubuh, penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan kontraktilitas pada jantung, perfusi perifer tidak efektif
119
125
B. SARAN
1. Bagi Pasien dan keluarga
Pasien hendaknya harus mengenali sejak dini manifestasi Congestive
Heart Failure (CHF).Jika mengalami gejala Congestive Heart Failure
(CHF) hendaknya langsung berobat ke pelayanan kesehatan sehingga
126
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C. and J.E Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta
: EGC.
Mukti, A & Alsagaff, H. 2006. Dasar dasar ilmu penyakit paru dan jantung.
Surabaya : Airlangga Univesity Press
Nurhayati, Eius dan Nuraini. 2009. Gambaran faktor resiko terhadap penyakit
gagal jantung di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Di akses tanggal 23
November 2018 di http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/filesx/2010/
201004 /201004-004. pdf
Nursalam. 2011. Proses & Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Robbins S, Kumar V, dan Cotan R. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi 7.
Dialihbahasakan oleh Pendit B. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C, Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Sudarth Volume 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syaifuddin. 2010. Atlas Berwarna Tiga Bahasa : Anatomi Tubuh Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan Dan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Pasien Dipulangkan dari Rumah Sakit RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu Dengan
Keadaan :
Sembuh
Meneruskan pengobatan dengan rawat jalan
A. Jadwal Kontrol
Waktu : Rabu, 9 Januari 2019
Tempat : Poli Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
2. Diagnosa Hipervolemia
Intervensi : Manajemen cairan
mengukur intake dan output cairan secara ketat tiap 1-4 jam
dan monitor berat badan dan lingkar perut
Pasien bisa mengurangi banyak minum air putih agar tidak
terjadi edema.
3. Diagnosa pola napas tidak efektif
Intervensi : Monitoring pernafasan
Jika ada tanda tanda sesak, ajarkan pasien untuk nafas
dalam dan istirahat yang cukup dengan posisi semi fowler
Hindari aktifitas berat
Menganjurkan pasien dan keluarga agar menjadikan rumah
nyaman dan tidak memicu sesak pada pasien
4. Diagnosa Perfusi perifer tidak efektif
Intervensi : Manajemen Sensasi perifer
Menganjurkan pasien mempertahankan suhu ruangan tetap
nyaman
Menganjurkan klien agar ekstermitas nya tetap hangat
5. Intervensi tambahan
Menganjurkan pasien untuk patuh obat dan melibatkan
keluarga dalam hal ini sebagai pengawas.
Mengajurkan pasien untuk menerapkan diet yang telah
disampaikan, hal ini bertujuan agar penyakit yang dialami
pasien tidak bertambah parah.
Menganjurkan pasien untuk control ke poli jantung
Jika tanda tanda dari penyakit semakin parah segera datang
ke rumah sakit
2. Jika terjadi tanda tanda dari penyakit pasien harus segera beristirahat
atau tirah baring
BIODATA PENULIS
SD
Sekolah Dasar Negeri 9 Kabupaten Lebong
SMP
Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Kabupaten Lebong
SMA
Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Curup, Kabupaten Rejang Lebong