Prinsip Pareto atau juga dikenal sebagai aturan 80/20 mengemukakan bahwa
untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari
penyebabnya. Prinsip ini diajukkan oleh pemikir manajemen bisnis Joseph M. Juran,
yang menamakannya berdasarkan ekonom Italia Vilfredo Pareto (15 Juli 1848 – 19
Agustus 1923) pada tahun 1906 mengamati bahwa 80% dari pendapatan di Italia
dimiliki oleh 20% dari jumlah populasi. Didalam organisasi manufaktur maupun jasa,
masalah unit atau jenis cacat mengikuti distribusi yang sama. Artinya, dari semua
masalah yang ada, hanya sedikit yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang
terjadi.
1
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang
dihadapi karena semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area
fungsional bisnis, tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam
semua area bisnis. Menurut Ferrel dan Harline (2005) fungsi dari analisis SWOT
adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam
pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman).
Di dalam analisis Pareto, sebuah tabel dibuat dari sebab dan frekuensinya.
Penyebabnya diatur dalam urutan menurun dan angka kumulatif dibuat. Hasilnya
disajikan dalam diagram Pareto, yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat
dalam hal frekuensi. Kombinasi grafik batang vertikal dan grafik garis ini
menunjukkan penurunan ukuran masing-masing komponen dan efek kumulatif dari
semua komponen.
2
Analisis Pareto adalah model yang sangat berguna atau teori dengan aplikasi
tak berbatas. Bukan hanya dibidang man manajemen, namun juga pada pelayanan
kesehatan, studi sosial dan demografi, semua jenis analisis distribusi, ekonomi bisnis,
perencanaan dan evaluasi, dan juga untuk pekerjaan dan bidang kehidupan lainnya.
Dengan menggunakan analisis Pareto, maka lebih mudah memilah masalah utama atau
besar menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat fokus pada upaya perbaikannya
dan mengidentifikasidan mengurutkan menurut prioritas atau faktor yang paling
signifikan, serta memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik sumber daya yang
terbatas.
3
BAB II
SWOT yang yaitu sebuah bentuk analisis situasi dan juga kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisis ini menempatkan situasi
dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh
para pengguna analisis ini, bahwa analisis SWOT ini semata-mata sebagai suatu
sebuah analisis dengan elemen-elemen yang ditujukan untuk menggambarkan
situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisis ajaib yang mampu
memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
Penjelasan elemen-elemen yang mampu menggambarkan situasi yang dihadapi
tersebut antara lain:
a. Kekuatan (Strength)
b. Kelemahan (Weakness)
4
c. Peluang (Opportunity)
d. Ancaman (Threat)
5
Tujuan lain diperlukannya analisis SWOT adalah dimana setiap produk
yang beredar dipasaran pasti akan mengalami pasang surut dalam penjualan atau
yang dikenal dengan istilah daur hidup produk (life cycle product). Konsep daur
hidup produk dirujuk berdasarkan keadaan realita yang terjadi di pasar bahwa
konsumen memiliki tingkat kejenuhan dalam memakai suatu produk.
Gambar 2.1. Hubungan Antara Elemen Analisis SWOT terhadap Lingkup Eksternal
dan Internal.
Sumber: David, Fred R. dan Forest R. David. 2016. Manajemen Strategik: Konsep
Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
6
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling
dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari
empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisis biasanya berupa arahan ataupun
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan
dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari
ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat
sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan tersebut,
analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis
strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang
terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman
yang timbul dan harus dihadapi.
7
a. Buat tabel matriks IFAS yang memuat daftar faktor-faktor kunci internal
dan eksternal dalam proses audit internal, termasuk kekuatan dan
kelemahan.
b. Buat tabel matriks EFAS yang memuat daftar faktor-faktor kunci eksternal
dan eksternal dalam proses audit internal, termasuk peluang dan ancaman.
c. Tentukan bobot yang berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk setiap faktor, tanpa memperhatikan apakah faktor kunci
adalah kekuatan, kelemahan, ancaman, atau peluang. Jumlah dari semua
bobot dari setiap faktor kunci harus sama dengan 1,0 pada masing-masing
matriks.
d. Berikan peringkat atau skor dari 1 (paling lemah) hingga 4 (paling kuat)
pada setiap faktor pada masing-masing matriks untuk mengindikasikan kuat
atau lemahnya dari setiap faktor tersebut.
e. Kalikan bobot dari setiap faktor dengan peringkatnya pada masing-masing
matriks untuk menentukan skor tertimbang untuk setiap variabel.
f. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel pada masing-masing
matriks untuk menentukan nilai yang dibobot total bagi organisasi.
Berikut merupakan contoh dari penerapan matriks IFAS dan EFAS pada
perusahaan Toyota Motor:
8
Tabel 2.1 Matriks External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) pada
Perusahaan Toyota Motor
Sumber: Data Sekunder, Muhammad Fauzan Dan Farieq Afzal Zain, 2019.
Tabel 2.2 Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) pada
Perusahaan Toyota Motor
Sumber : Data Sekunder, Muhammad Fauzan Dan Farieq Afzal Zain, 2019.
Setelah menemukan nilai setiap faktor kunci pada matriks EFAS dan IFAS
selanjutnya akan diaplikasikan pada diagram SWOT untuk memetakan formulasi-
formulasi apa saja yang perlu dilakukan dengan cara mengurangi nilai peluang
(opportunity) dengan ancaman (threat) dan mengurangi nilai kekuatan (strength)
dengan kelemahan (weakness) pada matriks EFAS dan IFAS. Kedua hasil
9
pengurangan tersebut kemudian dibagi 2 untuk menemukan koordinat pada
diagram SWOT.
Sumber: David, Fred R. dan Forest R. David. 2016. Manajemen Strategik: Konsep
Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing. Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
a. Pada kuadran I (Strategi SO), strategi umum yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengambil
setiap keunggulan pada kesempatan yang ada.
b. Pada kuadran II (Strategi WO), perusahaan dapat membuat keunggulan
pada kesempatan sebagi acuan untuk memfokuskan kegiatan dengan
menghindari kelemahan.
c. Pada kuadran III (Strategi WT), Meminimumkan segala kelemahan untuk
menghadapi setiap ancaman.
d. Pada kuadran IV (Strategi ST) Menjadikan setiap kekuatan untuk
menghadapi setiap ancaman dengan menciptakan diversifikasi untuk
menciptakan peluang.
10
Penerapan analisis SWOT pada perusahaan Toyota Motor yang telah
diukur melalui matriks IFAS dan EFAS, maka dapat ditentukan koordinat pada
matriks SWOT, yaitu:
11
menghasilkan 80% dari manfaat melakukan seluruh pekerjaan atau dalam hal
peningkatan kualitas, mayoritas besar masalah (80%) diproduksi oleh beberapa
penyebab utama (20%). Hal ini juga dikenal sebagai beberapa penting dan banyak
sepele.
a. 80% dari keluhan pelanggan timbul dari 20% dari produk atau jasa.
b. 80% dari keterlambatan dalam jadwal timbul dari 20% dari kemungkinan
penyebab penundaan.
c. 20% dari penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan.
d. 20% dari cacat sistem menyebabkan 80% dari masalah.
Analisis digunakan setiap hari untuk mencapai tujuan yang beragam seperti
meningkatkan efisiensi pada lini produksi, meningkatkan penjualan untuk sebuah
biro konsultan, mengefisiensikan waktu, dan memperbaiki error yang paling
signifikan. Adapun cara-cara menganalisis menggunakan prinsip Pareto antara lain:
b. Menilai Permasalahan
12
Setelah membuat daftar permasalahan yang akan dianalisis ,maka dapat
mulai proses analisis 80/20. Kamu akan mulai dengan menilai permasalahan
atau penyebab di dalam daftar. Ini terdengar kompleks, namun itu sebenarnya
proses yang cukup tepat sasaran dalam banyak kasus. Sebagai contoh:
Jika permasalahan terkait dengan keuntungan, nilai tiap masalah
berdasarkan pada jumlah kehilangan keuntungan sebuah dampaknya.
Jika permasalahan terkait dengan kepuasan pelanggan, nilai tiap
permasalahan berdasarkan jumlah keluhan yang disebabkannya.
Jika permasalahan terkait dengan penundaan, nilai tiap permasalahan
berdasarkan pada jumlah waktu yang hilang sebagai dampak masalah.
Jika permasalahan terkait dengan error atau kesalahan produksi, nilai
tiap permasalahan berdasarkan pada jumlah proses yang disebabkan
oleh error atau kesalahan.
13
Meskipun dikenal dengan prinsip 80/20, namun Prinsip pareto tidak harus
dengan perbandingan 80/20 untuk setiap situasi karena Angka 80-20 belum tentu
cocok untuk setiap masalah. Misalnya, insinyur perangkat lunak menggunakan
aturan 90/10 yang mengemukakan bahwa 90% dari kode komputer menyumbang
10% dari waktu pengembangan, dan sisanya 10% menyumbang 90% dari waktu
pengembangan. Apakah rasio 95/5, 90/10, 80/20 atau 75/25, pengalaman
menunjukkan perbedaan-perbedaan persentase tertentu mencirikan berbagai
pengalaman, termasuk studi dari cacat manufaktur, kesenjangan ekonomi, dan
beberapa statistik sosial. Penggunaan prinsip 80/20 yang telah menjadi standar dan
terkenal karena 80/20 korelasi yang pertama yang ditemukan dan dipublikasikan,
serta 80/20 tetap rasio paling mencolok dan sering terjadi, serta sejak
penemuannya. Rasio 80/20 merupakan rasio yang selalu digunakan sebagai nama
dan ilustrasi dasar teori Pareto.
Analisis Pareto merupakan salah satu alat yang sering digunakan dalam hal
pengendalian mutu. Pada dasarnya, penerapan analisis Pareto menggunakan grafik
batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian.
Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi sampai yang
paling sedikit terjadi. Dalam Grafik, ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi
(paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan).
Tujuan dari diagram Pareto adalah untuk memperjelas faktor yang paling
penting (atau yang paling besar) dari beberapa faktor yang ada. Dalam quality
control, hal ini sering kali merepresentasikan sumber defect yang paling sering
ditemui, jenis defect yang paling sering muncul, ataupun alasan-alasan yang paling
sering muncul saat terdapat komplain dari konsumen, dan banyak lagi hal lain yang
sejenis. Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram Pareto adalah sebagai
berikut:
14
a. Mengidentifikasikan permasalahan yang akan diteliti dan penyebab-
penyebab kejadian.
b. Menentukan Periode waktu yang diperlukan untuk analisis (misalnya per-
bulan, per-minggu atau per harian)
c. Membuat catatan frekuensi kejadian pada lembaran periksa (check sheet)
d. Membuat daftar masalah sesuai dengan urutan frekuensi kejadian (dari
tertinggi sampai terendah).
e. Menghitung Frekuensi dan Persentase kumulatif
f. Gambarkan Frekuensi dalam bentuk grafik batang
g. Gambarkan kumulatif Persentase dalam bentuk grafik garis
h. Intepretasikan (terjemahkan) diagram Pareto tersebut
i. Mengambil tindakan berdasarkan prioritas kejadian / permasalahan
j. Ulangi lagi langkah-langkah diatas meng-implementasikan tindakan
improvement (tindakan peningkatan) untuk melakukan perbandingan hasil.
Berikut merupakan contoh penerapan analisis diagram Pareto pada data sampel
yang menunjukkan frekuensi relatife dari penyebab kesalahan pada situs di
perusahaan Sukamakmur.
Tabel 2.3. Tabel Data Analisis Pareto Kesalahan Situs pada Perusahaan Sukamakmur
15
Gambar 2.5 Diagram Pareto Tabel Data Analisis Pareto Kesalahan Situs pada
Perusahaan Sukamakmur
650 100.00%
90.00%
550
80.00%
450 70.00%
350 60.00%
50.00%
250 40.00%
150 30.00%
20.00%
50
10.00%
-50 Kerusakan Error pada Kesalahan Error pada Error pada Error pada Error kode Error pada 0.00%
link pengejaan script thumbnail gambar video warna audio
Series1 Series2
Terlihat bahwa 80% dari keseluruhan penyebab kesalahan pada situs adalah
berasal dari kerusakan link dan error pada pengejaan (posisi sebelah kiri garis
merupakan unsur dengan kontribusi terbesar). Oleh sebab itu, perusahaan lebih baik
memfokuskan untuk memperbaiki dua unsur tersebut daripada memperbaiki secara
total karena unsur yang lain tidak memiliki kontribusi yang banyak terhadap kesalahan
pada situs. Hal ini dapat mengefisiensikan biaya, tenaga, dan waktu agar permasalahan
dapat diatasi dengan baik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Edisi Revisi.
Andi Offset: Yogyakarta.
Hunger, David J., dan Thomas L., Wheelen. 2003. Strategic Management. 5th Edition.
Addison Wesley: Boston.
Suwondo, Fadli M. Nur, Niczen Henry Lolowang, Renosa Tosca, & Triesna Eka Putri.
2013. Marketing Strategies Toyota Motor Coorporation. Artikel. Program Diploma IV
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan.
18