Anda di halaman 1dari 5

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK OKSIDA (Ag2O) MENGGUNAKAN

METODE SOL-GEL DAN BIOSINTESIS MENGGUNAKAN


SACCHAMOMYCES CEREVISIAE

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun oleh:

Mira Sela Putri 140210160019

Mutiara Razak S 140210160037

Iis Sumiati 140210160159

Intan Desta Aviani 140210160065

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA
JATINANGOR
2019
PEMBAHASAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL PERAK OKSIDA
Pertama karakterisasi kristal nanopartikel menggunakan PSA untuk
menentukan ukuran dan distribusi partikel. Dilakukuan dengan difraksi sinar laser
untuk partikel dari ukuran submikron sampai dengan milimeter, counter principle
untuk mengukur dan menghitung partikel yang berukuran mikron sampai dengan
milimeter, dan light scattering untuk mengukur partikel yang berukuran mikrometer
sampai dengan nanometer. Hasil analisis dengan PSA nanopartikel perak dan
biosintesis nanopartikel perak yang didapat yaitu:

Gambar 1. Hasil PSA Nanopartikel Ag2O (KOH)

Gambar 1. Hasil PSA Nanopartikel Ag2O (NaOH)


Tabel Ukuran Partikel:

Berdasarkan hasil karakterisasi PSA menggunakan analisis kualitatif, dapat


dilihat bahwa setiap kristal Ag2O yang terbentuk dalam fase homogen yang
ditunjukkan adanya lebih dari dua puncak yang terbentuk dan berdarkan hasil
perhitungan persebaran ukuran partikel, kristal Ag2O yang terbentuk menggunakan
basa NaOH maupun KOH tidak menghasilkan kristal nano karena ukuran kristal yang
dihasilkan lebih dari 100 nm. Seharusnya proses sintesis nano partikel silver oksida
dengan metode pemanasan menggunakan pelarut surfaktan dapat menghasilkan
nanopartikel, namun hasil yang kami lakukan menunjukan bahwa terjadi kesalahan
saat proses sintesis nanopartikel seperti proses pengadukan, pemanasan, penstabilisasi
serta pencucian endapan seharusnya menggunakan air RO tapi saat percobaan hanya
menggunakan air biasa yang kemungkinan masih adanya pengotor.
Selanjutnya dilakukan karakterisasi menggunakan XRD untuk menentukan
kristalinitas dari nanopartikel Ag2O Prinsip nya yaitu jika seberkas sinar-X dikenakan
pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan selanjutnya ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, maka
semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada
pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu
tiga dimensi. Gelombang sinar-X yang dipantulkan oleh susunan yang teratur dari
atom-atom yang terpisah dengan jarak d.
AgNO3
Ag O biosintesis
2
Intensitas
Ag O (KOH)
2

Ag O (NaOH)
2
20 40 60 80
2/(o)

Gambar. Difraktogram sampel Ag2O

Berdasarkan hasil XRD diatas, dapat dilihat bahwa setiap nanopartikel Ag2O
yang terbentuk memiliki kristalinitas yang rendah, hal ini ditunjukan dengan puncak
yang terbentuk tidak tajam dan lebar hal ini bisa diakibatkan oleh adanya pengotor
yang ditunjukan dengan adanya puncak-puncak kecil yang terbentuk pada
difraktogram. Beberapa pengotor yang mungkin terbentuk yaitu AgO2, Ag2O2, dan
AgSO4. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD, kristal yang terbentuk memiliki strutur
FCC (Face Centered Cubic).
Tetapi jika dibandingkan kristal Ag2O dengan bantuan penambahan basa yang
terbentuk paling baik dihasilkan dengan penambahan KOH daripada dengan NaOH.
KOH lebih baik daripada NaOH karena lebih mudah melepas OH- sehingga lebih baik
dalam pembentukan kristal.
Berdasarkan hasil karakterisasi, disimpulkan bahwa nanopartikel Ag2O tidak
dapat disintesis dikarenakan ukuran kristal yang didapatkan tidak bisa digolongkan
sebagai nanopartikel, namun kristal Ag2O yang paling baik dihasilkan dengan
penggunaan basa kuat.
Berikut dilakukan karakterisasi dengan SEM, hasil SEM yaitu:
Dari hasil ini menunjukkan struktur nanopartikel Ag2O tidak terlalu baik
karena aglomerat yang terbentuk sangat banyak namun persebaran partikel kurang
merata karena masih terdapat ruang antar partikel atau pori dan tidak homogennya
bentuk pada setiap partikel. Jika analisis SEM menunjukkan ukuran lebih besar dari
nano dan tidak seragam, hal ini dipengaruhi karena terbentuknya agregat dari
nanopartikel perak dan masih terdapat ion Ag+ yang tidak tereduksi sempurna. Ukuran
dari nanopartikel perak dipengaruhi oleh jumlah elektron besar yang dimiliki Ag,
semakin stabil nanopartikel perak yang dihasilkan, maka nanopartikel tersebut
homogen dan tidak membentuk agregat. Banyaknya aglomerat yang terbentuk dapat
membuat ukuran semakin besar karena kurang tersolvasi. Proses sintesis nanopartikel
perak ini adalah bottom up yaitu dari ion menjadi partikel.

Anda mungkin juga menyukai