disusun oleh:
Muhamad Aditya Hidayah
NIM: 20104060025
b. Data Penimbangan
c. Data Mr Senyawa
No Senyawa Mr Senyawa
1 Na2SO3.7H2O 252,14 g/mol
2 S8 256,53 g/mol
3 Na2S2O3.5H2O 248,18 g/mol
massa S 8
b) Mol S8 ¿
mr S 8
2,0042 g
Mol KCl ¿
256,53 g /mol l
Mol KCl ¿ 0,0078 mol ≈ 0,008 mol
2
Massa Na2S2O3.5H2O ¿ 0,06 mol × 248,18 g /mol
Massa Na2S2O3.5H2O ¿ 14,8908 g
3. Perhitungan Rendemen
1) Perhitungan Rendemen Na2S2O3.5H2O
massa Na 2 S 2 O3 .5 H 2O percobaan
% Rendemen KNO3 ¿ x 100 %
massa Na 2 S 2 O3 .5 H 2O teoritis
7,96 g
% Rendemen KNO3 ¿ x 100 %
14,8908 g
% Rendemen KNO3 ¿ 53,46 %
D. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai preparasi natrium
tiosulfat. Percobaan ini dilakukan untuk membuat kristal natrium tiosulfat dan
menguji tingkat kemurnian natrium tiosulfat yang dihasilkan. Dimana proses
pembuatan natrium tiosulfat dilakukan dengan mereaksikan natrium sulfit heptahidrat
(Na2SO3.7H2O) dan belerang (S8) untuk kemudian dihitung massa teoritisnya
berdasarkan persamaan stoikiometri sebagai pembanding dalam perhitungan
%rendemen. Metode yang digunakan adalah kristalisasi, kristalisasi yaitu metode
pemisahan dengan cara pembentukan kristal sehingga campuran dapat dipisahkan.
Kemudian dapat ditentukan sifat-sifat kimianya antara lain stabilitas termal,
pengaruh asam encer, penambahan BaCl2, serta penambahan iod. Stabilitas termal
Natrium tiosulfat lebih rendah daripada Natrium sulfat, pengaruh asam encer (HCl
encer) terhadap natrium tiosulfat yaitu Natrium tiosulfat yang larut dalam larutan HCl
encer menjadi keruh, penambahan BaCl2 menyebabkan warna larutan berubah
menjadi kuning keputihan, serta penambahan larutan iod menyebabkan garam natrium
tiosulfat tidak larut dalam larutan terrsebut.
Percobaan ini diawali dengan merefluks natrium sulfit dan belerang dalam
sebuah labu alas bulat, tujuan dari refluks ini yakni untuk mempercepat terjadinya
reaksi dan reaksi yang terjadi dapat maksimal (sempurna). Prinsip dari metode refluks
adalah reaktan pada proses sintesis yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi,
namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi
sehingga reaktan akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Pada percobaan ini natrium tiosulfat diperoleh dengan mereaksikan antara
natrium sulfit (Na2SO3) dengan Sulfur dalam bentuk S8. Kedua senyawa ini direfluks
dengan melarutkannya dalam air. Sebelum dimasukkan dalam labu refluks kedua
senyawa dicampur dan diaduk terlebih dahulu dengan penambahan akuades sampai
terbentuk suspensi, ini dilakukan agar serbuk sulfur tidak mengapung jika dimasukkan
ke dalam labu refluks. Kemudian ditambahkan belerang untuk mencegah terjadinya
letupan yang besar pada saat pemanasan. Proses refluks dilakukan pada percobaan ini
agar struktur molekul sulfur yang membentuk cincin yang mengandung 8 atom sulfur
(S8) orthorombic berubah menjadi S8 monoclynic, sehingga dapat diputuskan
ikatannya pada suhu melebihi >96oC dapat bereaksi dengan natrium sulfit. Agar
pemutusan cincin S8 ini berlangsung dengan sempurna, maka proses refluks dilakukan
selama 1 jam. Berikut adalah proses perubahan S8 orthorombic berubah menjadi S8
monoclynic :
3
96oC
4
senyawa serta untuk mengetahui banyaknya senyawa yang dihasilkan dalam proses
sintesis (Vogel et al., 1989). Untuk menghitung rendemen kristal yang dihasilkan
perlu diketahui berat teoritis kristal tersebut melalui perhitungan stoikiometri. Berikut
adalah perhitungan dan pengolahan data untuk menghitung rendemen :
a. Data Penimbangan
b. Data Mr Senyawa
No Senyawa Mr Senyawa
1 Na2SO3.7H2O 252,14 g/mol
2 S8 256,53 g/mol
3 Na2S2O3.5H2O 248,18 g/mol
massa S 8
b) Mol S8 ¿
mr S 8
2,0042 g
Mol KCl ¿
256,53 g /mol l
Mol KCl ¿ 0,0078 mol ≈ 0,008 mol
5
percobaan ini adalah sebanyak 53,46% dari berat mula-mulanya. Nilai rendemen yang
diperoleh kecil, karena pada saat pencampuran Na2SO3 dan S8 dalam gelas kimia
tersebut, tidak semuanya masuk ke dalam labu refluks. Demikian juga pada saat
setelah direfluks, dan disaring ke dalam cawan penguap, masih ada sedikit zat yang
tertinggal dalam labu refluks tersebut. Sehingga hanya sedikit kristal yang diperoleh,
kesalahan juga terjadi akibat penyimpulan endapan yang telah terbentuk, padahal
endapan masih harus direfluks karena campuran belum begitu homogen. Berikut
merupakan mekanisne reaksi antara Na2SO3.7H2O dan S8 :
8Na2SO3.7H2O (aq) + S8 (s) → 8Na2S2O3.5H2O (s) + 16H2O
Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat dari natrium tiosulfat ini dilakukan
beberapa pengujian yakni dengan pengaruh pemanasan, reaksi dengan iod dan
pengaruh asam encer.
A. Pengaruh Pemanasan
Percobaan selanjutnya, yaitu mengetahui pengaruh pemanasan terhadap
natrium tiosulfat pentahidrat. Sebelum dipanaskan natrium tiosulfat pentahidrat
berwujud padat, setelah dipanaskan diperoleh bahwa kristal natrium tiosulfat
pentahidrat meleleh, prosesnya berlangsung dengan cepat serta terdapat uap dan
sedikit endapan. Jika dibandingkan dengan natrium tiosulfat dekahidrat, maka natrium
tiosulfat pentahidrat lebih cepat meleleh karena natrium tiosulfat dekahidrat lebih
banyak mengandung air. Tiosulfat disini bersifat hidroskopis.
Na2S2O3.5H2O(s) Na2S2O3(aq) + 5H2O(l)
Na2S2O3.10H2O(s) Na2S2O3(aq) + 10H2O(l)
B. Reaksi denga Iodin
Kristal Na2S2O3.5H2O yang dilarutkan dengan air berwarna ungu,
menggumpal. Setelah ditambahkan dengan 10 tetes larutan iod berlebih menghasilkan
larutan berwarna bening, terbentuk seperti lapisan minyak dibagian bawah atau dasar
gelas kimia serta berbau.
Perubahan warna iod ini menunjukkan terjadinya reaksi redoks :
Reduksi : I2 + 2e- 2I
Oksidasi : 2S2O32- S4O62- + 2e-
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I
Jadi : 2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Dari reaksi diatas terlihat bahwa natrium tiosulfat mereduksi iod. Hal ini
terjadi karena produk reaksi antara iod dengan natrium tiosianat menghasilkan
tetratiosianat (S4O62- ) yang tidak berwarna sehingga larutan yang tadinya berwarna
ungu berubah menjadi bening. Warna bening yang dihasilkan adalah tanda bahwa
terbentuknya senyawa NaI.
C. Pengaruh Asam Encer
Pada percobaan ini larutan Natrium tiosulfat direaksikan dengan HCl encer.
Pada awalnya larutan berwarna bening setelah didiamkan beberapa saat menghasilkan
larutan berwarna putih keruh juga berbau tengik (bau amonia). Adapun reaksinya
adalah :
6
Na2S2O3 + 2HCl H2S2O3 + 2NaCl
H2S2O3 SO2 + S + H2O
Asam klorida berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan
sulfur. Itulah sebabnya pada reaksinya menimbulkan bau tengik yang merupakan gas
SO2.
Natrium tiosulfat ini banyak digunakan dalam fotografi dan digunakan
untukmelarutkan perak yang tidak reaktif dari emulsi dengan pembentukan kompleks
[Ag(S2O3)] dan [Ag(S2O3)2]3-, sehingga natrium tiosulfat ini diproduksi dalam jumlah
banyak di pabrik-pabrik.
Untuk mengetahui kemurnian dari natrium tiosulfat ini dilakukan pengujian
titik leleh dengan membandingkannya dengan data titik leleh standar senyawa murni
natrium tiosulfat. Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa
cair senyawa tersebut, berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Kalor
diperlukan untuk transisi dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai semua
berbentuk cair. Proses pelelehan ini dalam kesetimbangan atau reversibel. Untuk
melewati proses ini memerlukan waktu dan sedikit perubahan suhu. Makin murni
senyawa tersebut, trayek (range) suhu lelehnya makin sempit, biasanya tidak lebih
dari 1 derajat. Adanya zat asing di dalam suatu kisi akan mengganggu struktur kristal
keseluruhannya, dan akan memperlemah ikatan-ikatan di dalamnya. Akibatnya titik
leleh senyawa (tidak murni) ini akan lebih rendah dari senyawa murninya, dan yang
paling penting adalah trayek lelehnya yang makin lebar. Berikut adalah data titik leleh
natrium tiosulfat :
No Perlakuan Titik Leleh Percobaan Titik Leleh Teoritis
1 Menguji Titik Leleh dengan
48,3oC 48,3oC
Melting Point Analyzer
Titik leleh yang diperoleh dari senyawa natrium tiosulfat hasil percobaan
memiliki hasil yang sama dengan titik leleh senyawa murni, hal ini menyimpulkan
bahwa natrium tiosulfat hasil sintesis memiliki kemurnian yang tinggi.
Kristal yang telah dihasilkan dilakukan juga uji mikroskopis untuk mengetahui
bentuk kristal yang dihasilkan. Pada pengujian ini, terlihat
bahwa kristal Na2S2O3.5H2O berbentuk kubus (Bai et al., 2002; Nimmo and Lucas,
1976).
Proses pembuatan natrium tiosulfat pada percobaan ini menggunakan metode
refluks, namun selain menggunakan metode refluks masih ada metode lain, yaitu
penggerusan, pelarutan dengan air (stirrer) dan sonikasi. Alasan dipilihnya metode
refluks dan kristalisasi dapat dilihat pada tabel kekurangan dan kelebihan masing-
masing metode sebagai berikut :
7
2 Penggerusan Reaksi berlangsung cepat
Hanya untuk senyawa
yang mudah bereaksi
(memiliki energi
aktivasi rendah)
3 Pelarutan dengan Peralatan yang dibuthkan Rendemen yang
Air (stirrer) lebih sederhana dihasilkan kecil
4 Sonikasi Rendemen yang dihasilkan Instrumen yang
sangat baik digunakan mahal
Kesimpulan
8
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
2.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bai, J., Hamon, A.-L., Marraud, A., Jouffrey, B., Zymla, V., 2002. Synthesis of
SWNTs and MWNTs by a molten salt (NaCl) method. Chemical physics
letters 365, 184–188.
Darmawansyah, A., 2016. Analisis Pemurnian KNO3 Dari Hasil Reaksi KCl DAN
NaNO3 Terhadap Pengaruh Kristalisasi Dan Rekristalisasi. Universitas Halu
Oleo, Kendari.
Fatoni, H., Zahra, H., Yudharni, S., Zahara, 2014. Struktur Senyawa Organik.
Universitas Negeri Padang.
Habibah, N., Dhyanaputri, I.G.S., Karta, I.W., Dewi, N.N.A., 2018. Analisis
Kuantitatif Kadar Nitrit dalam Produk Daging Olahan di Wilayah Denpasar
Dengan Metode Griess Secara Spektrofotometri. International Journal of
Natural Science and Engineering 2, 1–9.
Hanif, M.F., 2017. Proposal Rekristalisasi Garam Dapur. STTN-BATAN.
Jamilah, U., 2014. Sintesis Kalium Nitrat. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Nimmo, J., Lucas, B., 1976. The crystal structures of γ-and β-KNO3 and the α← γ←
β phase transformations. Acta Crystallographica Section B: Structural
Crystallography and Crystal Chemistry 32, 1968–1971.
Nurfadilah, K.K., Zainul, R., 2019. Kalium Nitrat (KNO3): Karakteristik Senyawa
dan Transpor Ion.
Vogel, A.I., 1979. Vogel’s textbook of macro and semimicro qualitative inorganic
analysis. Longman Publishing Group.
Vogel, A.I., Furniss, B.S., Hannaford, A.J., Smith, P.W., Tatchell, A.R., 1989.
Vogel’s textbook of practical organic chemistry. Longman Scientific &
Technical London.
10