Perhitungan Dalam Pembuatan Roda Gigi
Perhitungan Dalam Pembuatan Roda Gigi
Sistem pembentukan profil gigi payung ini, dasar perhitungannya sama dengan
roda gigi lainnya yaitu memakai sistem modul atau DP
Perbedaan antara roda gigi payung dengan roda gigi lurus adalah roda gig
lurus giginya sejajar dengan sumbunya. Pada roda gigi payung giginya tidak sejajar
dengan garis sumbunya ( membentuk sudut/tirus ). Apabila diperpanjang garis sumbu
dan garis gigi akan terjadi perpotongan
Hi = 1,25 x M Hi = 1,157/DP
Hg = Ha + Hi
𝐷𝑡 𝑀
R = atau R = √𝑍1 𝑥 𝑍2
2 sin 𝛽 2
𝐻𝑎
Tg =
𝑅
𝐻𝑖
Tg =
𝑅
b = 1/3 R
ɣ = β + δ
λ = β – ξ
θ = 90 – β
Jika roda gigi payung ini dibuat untuk bekerja berpasangan dengan
perbandingan jumlah gigi tertentu, maka sudut tusuk masing-masing roda gigi
harus dihitung. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa roda gigi payung ini
dalam penggunaannya selalu bekerja berpasangan dimana antara kedua poros roda
gigi payung ini biasanya membentuk sudut 900 , < 900, > 900. Oleh karena itu jika
sepasang roda gigi payung direncanakan/dibuat untuk memindahkan daya putaran
antara dua poros yang membentuk sudut tertentu, tidak dapat digunakan untuk
memindahkan daya putaran dengan sudut poros berbeda.
a. Untuk sepasang roda gigi payung ( bevel gear ) bekerja dengan sudut antara
porosnya 900 adalah :
𝑍1
1) Untuk roda gigi I, besar sudut tusuk = Tg β1 =
𝑍2
𝑍2
2) Untuk roda gigi II, sudut tusuknya adalah : Tg β2 = atau = 900 – β1
𝑍1
b. Untuk sepasang roda gigi payung dengan sudut poros < 900 adalah :
1) Untuk roda gigi I, besar sudut tusuknya;
𝑍2
Cotg β1 = + Cotg α
𝑍1 𝑆𝑖𝑛 𝛼
Atau dapat juga ditentukan dengan mengurangi sudut poros dengan salah
satu sudut tusuk yang ditentukan berdasarkan rumus diatas. Misal sudut poros
antara kedua roda 750, setelah diperoleh sudut tusuk roda gigi I = β1, maka untuk
sudut tusuk roda gigi II = 75 – β1
c. Untuk sepasang roda gigi payung dengan sudut porosnya lebih besar dari 900
adalah :
1) Untuk roda gigi I, besar sudut tusuknya :
𝑍2
Cotg β1 = x sec θ – Tg θ
𝑍1
Atau dengan mengurangi saja sudut poros dengan salah satu sudut tusuk
dari roda gigi payung yang telah diketahui, misalnya sudut tusuk roda gigi II telah
diketahui = β1, maka untuk menentukan besar sudut tusuk roda gigi II ( β2 ) =
sudut poros – sudut tusuk roda gigi II.
2. Rumus-rumus untuk menentukan dimensi roda gigi cacing dan ulir cacing
L = p x n n = jumlah jalan ulir ( tunggal/ulir ganda )
p = 𝜋 x M
dt = do – 2 x a atau dt = 2 x c – dt
𝑑𝑜 − 𝑑𝑡
a = = 0,3183 x p
2
𝑑𝑜 − 𝑑𝑟
ht = = 0,6866 x p
2
dr = do – 2 x ht
𝜋 𝑥 𝑑𝑡
tg 𝛼1 =
𝐿
𝜋 𝑥 𝑑𝑡
𝛼2 = 900 – 𝛼1 atau cotg 𝛼2 =
𝐿
Lw = p ( 0,020 x Z + 4,5 )
Wc = 0.31 x p
𝐷𝑡 + 𝑑𝑡
C =
2
𝑍 𝑥 𝑝 𝑝
Dt = = M ( Modul )
𝜋 𝜋
Do = Dt + 2 x a
𝑑𝑟
R =
2
𝑑𝑜
= − 2 x Ht
2
𝜃
Do’ = 2 x R ( 1 – cos 2 ) + Do
θ = 300 ~ 600
F = 2,38 x p + 6,35
LH = 𝜋 x Dt x cotg β
P = 𝜋 x Ms
𝑀
Ms = M = modul mormal ( modul standar )
cos 𝛽
Dk = Dt + 2 x M
Dr = dt – 2 x Hg
BAB VI
PROSEDUR PENFRISAN RODA GIGI
Untuk pembuatan suatu roda gigi dengan mempergunakan mesin perkakas pada
umumnya langkah-langkah pengerjaannya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok
kegiatan yaitu :
1. Perencanaan roda gigi ( menghitung harga-harga dimensi dari roda gigi yang
akan dibuat, dan membuat gambar kerjanya/job sheetnya )
2. Membuat bakal roda gigi dengann mesin bubut ( membuat kontruksi roda
gigi yang akan dibuat dengan ukuran-ukuran sesuai dengan yang
direncanakan )
3. Membuat/memotong profil gigi pada bakal roda dengan mesin perkakas (
membuat roda gigi )
Langkah-langkah kerja pemotongan roda gigi lurus ini antara lain sbb :
1. Mempersiapkan mesin dan peralatan bantu lainnya yang diperlukan seperti :
kepala pembagi, mandrel, kepala epas, cutter gear, alat ukur, dsb
2. Pasang/ikatlah kepala pembagi dan kepala lepas di atas meja fris periksa
kedudukan antara keduanya (kelurusannya terhadap mesin dan jarak antara kedua
senter, supaya benda kerja dapat diikat antara kepala pembagi dengan lepas)
3. Pasang benda pada mandrel dan jepit/ikat pada kepala pembagi dengan di tumpu
kepala lepas, serta hati/hati dalam menempatkan benda kerja diantara keduanya
jangan smpai saat pemotongan terjadi benturan antara cutter gear dengan kedua
alat tsb. ( kepala pembagi dan kepala lepas )
5. Pasangkan/ikat cutter gear pada arbor mesin dengan baik dam kuat, dan periksa
kedudukannya terhadap senter kepala pembagi/kepala lepas, sehingga
kedudukannya segaris.
6. Aturlah/stel kedudukan benda kerja terhadap cutter yaitu : dimana jarak antara
mata potong cutter dengan benda kerja setebal kertas, dan cutter berada tepat di
puncak garis tengah bakal roda gigi. ( untuk mendapatkan kadudukan cutter tepat
di puncak garis tengah benda kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara dan
salah satu cara dengan bantuan height gauge ( alat ukur ketinggian ) dengan
langkah-langkah sbb : tempatkan height gauge di atas meja mesin. Atur ujung
penggires height gauge setinggi garis senter kepala pembagi/kepala lepas lalu
goreskan terhadap benda kerja dalam kedudukan tetap di atas meja mesin.
Selanjutnya pindahkan letak height gauge. Setelah itu putar kepala pembagi 10
putaran penuh sehingga goresan yang terdapat pada benda kerja disebabkan ujung
penggores height gauge berada di puncak. Atur/stel ujung mata potong cutter
tepat pada garis goresan tsb.
7. Geser meja mesin hingga benda kerja kedudukannya berada diuar cutter, dan
tempatkan garis pengukur tebal penyayatan ( mokrometer dial ) yang terdapat
pada engkol pemutar gerakan meja vertikal pada angka nol.
8. Naikan meja mesin untuk mendapatkan tebal penyayatan gigi ( dalam gigi )
dengan berpedoman ada mikrometer dialnya. Dalam penentuan tebal penyayatan
tergantung kapada kondisi mesin, cutter, dan bahan benda kerja berdasarkan hasil
pengalaman prakteknya, sebaiknya penyayatan dalam pembuatan gigi dengan
mesin fris dilakukan dua kali penyayatan dengan tebal penyayatan yanng pertama
max ½ dari tunggi gigi yang akan dibuat.
9. Keraskan semua mur pengikat gerak meja arah vertiakal dan melintang. Setelah
itu pastikan coolant bekerja dan atur kecepatan putaran mesisn ( putaran cuttar
dan gerakan meja untuk pemotongan/feeding ).
11. Kendorkan mur pengikat/penahan gerakan meja vertikal agar meja dapat bergerak
keatas untuk menambah tebal penyayatan berikutnya. Naikanlah meja mesin
setinggi dalam gigi yang sebenarnya tercapai. Selanjutnya keraskan kembali mur
pengikat/penahan gerakan meja vertikal.
12. Mulailah/lakukanlah penyayatan kedua ( penyayatan terakhir ) dengan cara yang
sama seperti panyayatan pertama sampai semua gigi tersayat semuanya.
Catatan : selama penfraisan gigi tersebut, cutter fris hendaknya selalu diberikan cairan
pendingin ( coolant ) agar mata potong cutter fris tidak cepat tumpul.
Arah miring meja mesin dalam pemotongan roda gigi helik ditentukan oleh
jenis gigi helik yang akan dibuat, yaitu: gigi heliks kiri atau gigi helik kanan.
Untuk menentukan jumlah gigi dari roda gigi yang akan dipasangkan pada
poros cacing kepala pembagi dan poros transportir meja mesin adalah:
Z1 Lead poros transportir meja mesin
. = x 40
Z2 Lead roda gigi helik (Lh)
Z1 = Jumlah gigi (roda gigi) yang dipasangkan pada poros transportir meja mesin
(roda gigi penggerak)
Z2 = Jumlah gigi (roda gigi) yang dipasangkan pada poros ulir cacing kepala
pembagi (roda gigi yang digerakan)
Langkah-langkah kerja pembuatan roda gigi helik ini sama dengan langkah
pengerjaan pembuatan roda gigi lurus, tambahan langkah kerjanya adalah
memiringkan meja mesin dan memasang roda gigi pada poros ulir cacing kepala
pembagi dan poros transportir meja mesin (langkah kerja ini dilakukan setelah
langkah ke 5 pada urutan menurut langkah kerja pembuatan roda gigi lurus dan
langkah selanjutnya sama)
2. Geser meja mesin arah melintang sejauh secara praktis 1/7 dari tebal profil
gigi. Misalnya jika tebal profil gigi 1,5708 mm, maka meja mesin digeser
arah melintang (menjauhi / mendekati operator) = 1/7 x 1,5707 mm = 0,24
mm.
5. Setelah semua sisi pertama profil gigi roda gigi dipotong. Lanjutkan
pemotongan sisi kedua (sisi profil gigi lainnya) dengan cara bebaskan
benda kerja dari cutter, longarkan kembali mur penahan gerakan meja arah
melintang. Selanjutnya geser meja arah melintang ini berlawanan arah
penggeseran pemotongan sisi pertama profil gigi sejuah 2/7 dari lebar gigi.
Kemudian lakukan kembali pengepasan cutter pada alur (lembah) gigi
seperti langkah 3 tersebut di atas. Setelah itu lakukan pemotongan sisi
kedua dari profil gigi sebagaimana pemotongan sisi pertama (seperti
langkah 4 tersebut di atas).