Anda di halaman 1dari 25

CONTOH SOP PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang Pelayanan PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA


Kesehatan
No Dok : No Rev : Halaman :

Standar Pelayanan Tanggal Terbit Ditetapkan


Gizi
Kepala Puskesmas Surade

Dinkes Kab.Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP

Nip : 1966303061983022001

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang Pelayanan Kesehatan

PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA

No Dok :

No Rev :

Halaman :

Standar Pelayanan Gizi

Tanggal Terbit

Ditetapkan

Kepala Puskesmas Surade

Dinkes Kab.Sukabumi
HJ.HODJAH,SIP

Nip : 1966303061983022001

Pengertian : Kegiatan memantau status gizi secara periodik untuk menilai perkembangan status
gizi balita yang berkaitan dengan masalah kurang energi protein dan zat gizi mikro

Tujuan : 1. Memperoleh gambaran status gizi balita di wilayah

2. Memantau dan mengamati perkembangan status gizi di wilayah

3. Menentukan prioritas wilayah pembinaan

Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat

Petugas : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

Pelaksanaan : Bulan Agustus atau minimal satu tahun sekali

Persiapan : 1. Menyiapkan alat ukur

2. Menyiapkan format pencatatan dan pelaporan

3. Menetapkan jadwal pelaksanaan

4. Menyiapkan standar baku

5. Koordinasi lintas program

Prosedur : 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan/panjang badan

2. Pencatatan hasil pengukuran

3. Pengolahan data hasil penimbangan dan pengukuran

4. Pelaporan hasil pengolahan data

Pelaksana GIZI

Puskesmas Surade
CONTOH SOP PELAYANAN GIZI DI POSYANDU

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang PELAYANAN GIZI DI POSYANDU


Pelayanan ( PEMANTAUAN PERTUMBUHAN )
Kesehatan No Dok : No Rev : Halaman :
Standar Tanggal Terbit Ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab. Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : Serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui
penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap setiap kasus gangguan
pertumbuhan

Tujuan : Mencegah memburuknya keadaan gizi, sebagai upaya meningkatkan keadaan gizi dan
mempertahankan keadaan gizi yang baik

Kebijakan : Pedomam kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi ( TPG ) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2010

etugas : Tenaga Pelaksana Gizi ( TPG )

elaksanaan : Sesuai jadwal posyandu

Persiapan : 1. Bersama lintas program membuat jadwal posyandu


2. Merencanakan dan mendistribusikan sarana posyandu

Prosedur : Memantau dan membina proses kegiatan penimbangan balita di posyandu


- Penimbangan dilaksanakan secara rutin setiap bulan
- Adanya data hasil penimbangan (SKDNTOB, BGM)

Pelaksana GIZI
Puskesmas Surade
CONTOH SOP PEMBERIAN SUPLEMENTASI GIZI
(KAPSUL VITAMIN A)

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang PEMBERIAN SUPLEMENTASI GIZI (KAPSUL VITAMIN A)


Pelayanan No Dok : No Rev : Halaman :
Kesehatan
Standar Tanggal Terbit Ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab. Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : 1. Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) pada bayi (6-11 bulan)
setiap bulan februari dan agustus
2. Pemberian kapsul vitamin A merah (200.000 IU) pada anak balita
(12-59 bulan) setiap bulan februari dan agustus
3. Pemberian dua kapsul vitamin A merah (200.000 IU) pada ibu nifas,
Satu kapsul diminum setelah melahirkan dan satu kapsul lagi diminum
Pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke 42 hari setelah
melahirkan
4. Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil 90 tablet selama masa
kehamilan

Tujuan : 1. Mencegah kekurangan vitamin A


2. Mencegah anemia gizi pada ibu hamil

Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

etugas : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG

elaksanaan : Pemberian Kapsul Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus

Persiapan : 1. Menyiapkan data jumlah sasaran


2. Mengecek ketersediaan obat
3. Menghitung kebutuhan
4. Mengajukan kebutuhan
5. Membuat rencana distribusi

Prosedur : Bekerjasama dengan pengelola obat dalam mendistribusikan suplementasi


Gizi ke bidan, pembina posyandu/kader posyandu
Pelaksana GIZI
Puskesmas Surade

PEMANTAUAN GARAM YODIUM DI TINGKAT


MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang PEMANTAUAN GARAM YODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT


Pelayanan No Dok : No Rev : Halaman :
Kesehatan
Standar Tanggal Terbit Ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab.Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : Proses kegiatan pemantauan garam beryodium yang dikonsumsi masyarakat dengan menggunakan
iodine test dilakukan secara berkala

Tujuan : Memperoleh gambaran secara berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang memenuhi
syarat di masyarakat

Sasaran : SD/MI terpilih

Pelaksanaan : Minimal setahun dua kali

Petugas : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Guru

Pelaksanaan : Minimal setahun dua kali

Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Persiapan : 1. Menentukan sampel


2. Menyusun jadwal
3. Koordinasi dengan pihak sekolah
4. Menyiapkan format
5. Menyiapkan iodine test

Prosedur : Pemeriksaan sampel garam yang di bawa siswa dari rumah dengan iodine
Test
Pelaksana GIZI
Puskesmas Surade

Posted by Sarothank at 08:26


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

CONTOH SOP PEMBERIAN MPASI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang PEMBERIAN MP-ASI


Pelayanan No Dok : No Rev : Halaman :
Kesehatan
Standar Tanggal Terbit Ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab. Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : 1. Pemberian makanan bergizi disamping Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi
usia 6-11 bulan dalam bentuk MP-ASI bubuk atau tepung
2. Pemberian makanan bergizi disamping Air Susu Ibu (ASI) kepada anak
usia 12-24 bulan dalam bentuk MP-ASI padat

Tujuan : Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi sekaligus mempertahankan status
gizi baik pada bayi (6-11 bulan) dan anak (12-24 bulan)

Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

etugas : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Kader

asaran : Bayi umur 6-11 bulan dan anak 12-24 bulan dari keluarga miskin

Persiapan : 1. Menyiapkan data jumlah sasaran


2. Menyiapkan rencana kebutuhan
3. Membuat rencana distribusi

Prosedur : Mendistribusikan MP ASI kepada bidan/ kader dan sasaran


Pelaksana GIZI
Puskesmas Surade

CONTOH SOP PENIMBANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang BULAN PENIMBANGAN BALITA


Pelayanan No Dok : No Rev : Halaman :
Kesehatan
Standar Tanggal Terbit ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab. Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : Bulan dimana dilakukan pengukuran antropometri (penimbangan


berat badan dan pengukuran tinggi badan/panjang badan) terhadap
seluruh balita yang ada di wilayah kerja
Tujuan :1. Memperoleh gambaran data status gizi seluruh balita di wilayah
kerja Secara berkala
2. Memperoleh data balita gizi buruk berdasarkan nama dan alamat,
Kelompok umur, jenis kelamin,status ekonomi
Sasaran : Seluruh balita yang ada di wilayah kerja
Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Pelaksana : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Pelaksanaan : Bulan Agustus atau minimal satu tahun sekali
Persiapan :1. Sosialisasi lintas program dan lintas sektor
2. Menyiapkan form pencatatan dan pelaporan BPB
3. Menginventarisir sarana dan prasarana di posyandu (dacin, alat
ukut tinggi badan/panjang badan)
4. Menyiapkan standar baku
Prosedur :1. Memantau dan membina pelaksanaan penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan/panjang badan balita pada hari buka
posyandu
2. Menentukan status gizi balita sesuai standar
3. Membuat rekap dan mengolah data hasil penimbangan dan
pengukuran

Pelaksana GIZI
Puskesmas Surade

Posted by Sarothank at 08:23


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

CONTOH SOP PELACAKAN KASUS GIZI BURUK

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURADE

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Bidang PELACAKAN KASUS GIZI BURUK


Pelayanan No Dok : No Rev : Halaman :
Kesehatan
Standar Tanggal Terbit Ditetapkan
Pelayanan Gizi Kepala Puskesmas Surade
Dinkes Kab.Sukabumi

HJ.HODIJAH,SIP
Nip : 1966303061983022001

Pengertian : Rangkaian kegiatan penyelidikan atau investigasi terhadap faktor resiko terjadinya gizi buruk dan
penemuan kasus balita gizi buruk lainnya di suatu wilayah tertentu

Tujuan : 1. Ditemukannya kasus baru balita gizi buruk untuk dapat ditangani secara
Cepat, tepat dan komprehensif
2. Teridentifikasinya factor resiko gizi buruk di suatu wilayah sebagai
Bahan informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi
3. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
Secara komprehensif

Sasaran : Balita gizi buruk yang di laporkan dan balita yang ada di wilayah tempat
kasus

Kebijakan : Pedoman kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
etugas : Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)

Persiapan : 1. Mempelajari laporan kasus balita gizi buruk


2. Menyiapkan alat (alat antropometri)
3. Menyiapkan instrumen pelacakan
4. Berkoordinasi dengan petugas surveilans untuk melaksanakan
Pelacakan

Prosedur : 1. Klarifikasi laporan balita gizi buruk


2. Konfirmasi status gizi
3. Penyelidikan kasus melalui penjaringan seluruh balita
4. Pencatatan dan pelaporan hasil pelacakan

Pelaksana
Gizi
Puskesmas Surade
Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas
DESEMBER 19, 2011 2 KOMENTAR

Penggunaan Garam Beryodium Untuk Semua, 15 Januari 2004 di hadiri Mr. Willem Standaert Senior Progamme
Coord. Unicef – Indonesia

Polewali Mandar Sulawesi Barat. @arali2008.–– Ditulis program perbaikan gizi masyarakat di puskesmas,
ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatannya, tenaga pelaksananya, jenis-jenis
pelatihan untuk pelaksana, pedoman pelaksanaan program gizi yang harus ada setiap saat termasuk standar
operasional prosedur. Dan pengawasan, evaluasi dan bimbingan tehnis dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota
serta output dari pelaksanaan kegiatan program gizi Puskesmas. Di tulis dari hasil pengamatan penulis pada
saat melakukan RIFASKES (Riset Fasilitas Kesehatan Oktober 2011) di 20 Puskesmas Kabupaten Polewali
Mandar. Salah satu fungsi utama program perbaikan gizi masyarakata di Puskesmas adalah mempersiapkan,
memelihara dan mempertahakan agar setiap orang mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif.
Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap petugas dalam melaksanakan program gizi dilakukan dengan cara yang
baik dan benar sesuai komponen-kompoen yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat di
Puskesmas.
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu program kegiatan
yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan
Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi,
dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, smesteran ( 6 bulan sekali) dan tahun (
setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan
masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat
dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
Kegiatan Program Gizi Harian
Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah
1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan minuman lain pada
bayi berumur nol sampai dengan 6 bulan
2. Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-
24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet) selama masa
kehamilan.
4. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang ditangani di sarana
pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas
5. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah gizi misalnya
ditemukan adanya kasus gizi buruk.
Kegiatan Program Gizi Bulanan
Kegiatan yang dilakukan bulanan adalah
1. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah pengukuran berat badan balita
untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita.
2. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali) adalah Pemberian Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000
SI) pada balita adalah pemberian kaspusl vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik
yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan
sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus
Kegiatan Program Gizi Tahunan
Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah)
1. Pemantauan Status Gizi balita
2. Pemantaun konsumsi gizi
3. Pemantauan penggunaan garam beryodium
Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII
(Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang khusus dipersiapkan atau mahir dalam Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi
dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.
Jenis Pelatihan dan Buku pedoman Petugas Gizi
Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah
1. Pelatihan konseling ASI
2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita
3. Pelatihan Konseling MP-ASI
4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk
5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas
6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam
melaksanakan program gizi di masyarakat.
Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah
1. Buku Surveilans Gizi
2. Buku Pegangan Kader Posyandu
3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A
4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe
5. Buku Pedoman Pemberian ASI
6. Buku Pedoman MP-ASI
7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium
8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita
9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.
Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah dikembangkan oleh Dinas
Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional buku-buku tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bintek Dinkes
Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya dilakukan dalam
bentuk sebagai berikut :
1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau bimbingan tehnis
program gizi pada setiap tahunnya.
2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan kabupaten /kota
dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm setiap bulan di Dinas Kabupaten/kota.
3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.
Output Program Gizi
Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas diperoleh dari buku
register (pencatatan) setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan laporan per posyandu atau setiap unit
pelayanan gizi, direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
dalam bentuk laporan bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan dapat memberikan gambaran tempat,
waktu, person (sasaran).
Jumlah sasaran (person) biasanya dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota atau sumber yang telah ada di Puskesmas sebagai hasil dari pendataan sasaran program.
Beberapa Output dari Program Gizi adalah
1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI
2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya termasuk juga Balita
dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS
3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A
4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.
5. Gambaran Status Gizi Balita
6. Gambaran Konsumsi Gizi
7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium
8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.
Demikian Program Gizi Masyarakat di Puskesmas yang fungsi utama pelaksanannya adalah mempersiapkan,
memelihara dan mempertahakan agar setiap orang —- terutama kelompok rawan ibu hamil, bayi, ibu menyusui,
anak balita ——– mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau
setiap petugas dalam melaksanakan program gizi dilakukan dengan baik dan benar sesuai komponen-komponen
yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas.
Baca juga tulisan terkait
1. Keadaan Ibu-Anak Hanya Sebuah Mimpi dari Skenario Masa Depan
2. Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD, Tantangan dan Peluang
3. Investigasi dan Intervensi Gizi Buruk
4. Masalah Gizi Buruk dan Tanda-Tanda Klinisnya
5. Pengertian Ilmu Kesehatan Keluarga dan Penerapan Pendidikan Gizi
6. Pendidikan-Penyuluhan Gizi dan Kesehatan
7. Laporan Status Gizi dan Pemantauan Pertumbuhan Balita.
8. Pedoman Pengelolaan Program Gizi Puskesmas
————————————————————-
Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia
Beri peringkat:

6 orang penilai
Perhatian ! Pertama: Komentar spam akan dihapus, Kedua : ditulis untuk
saling berbagi

 Cetak
 Surat elektronik
 Reddit
 Twitter
 Facebook12
 LinkedIn
 Google

Terkait

Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmasdalam "Status Pelayanan Kesehatan"

Pedoman Pengelolaan Program Gizi Puskesmasdalam "Status Pelayanan Kesehatan"

Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2010dalam "Status Kelangsungan Hidup"
FILED UNDER STATUS PELAYANAN KESEHATAN TAGGED WITH KEGIATAN KESEHATAN

Perihal Arsad Rahim Ali


Adalah pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----
seputar masalah epidemiologi gizi dan kesehatan di wilayah kabupaten Polewali Mandar. Dapat memberikan
gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar
Propinsi Sulawesi Barat Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

2 Responses to Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas

1. fatma mengatakan:

September 9, 2015 pukul 1:33 pm

maaf pak. boleh minta daftar pustakanya tidak ? thanks before

arali2008 menjawab
Kemenkes RI, 2012, ” Pedoman Pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar Tentang Sasrana-Prasaraana Kesehatan,
Jakarta.

Rate This

2. Marsya mengatakan:

September 3, 2015 pukul 5:09 pm

Terima kasih, sangat membantu. Terus berbagi informasi dengan masyarakat ya Pak.
0

Rate This

Tinggalkan Balasan

TERIMA KASIH Bro !

Penulis Blog Situs @arali2008

 Arsad Rahim Ali


o TAPD dan Badan Anggaran DPRD “Tidak Saling Memahami”
o Agama Harus Tetap Ada
o Draf Kelembagaan Baru Sekretariat DPRD Polewali Mandar
o Waou.. tahun 2016, Anggaran 9,2 Milyar untuk Pelayanan Kefarmasian Dinkes Polewali Mandar
o Pengadaan Konstruksi Bangunan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar Tahun 2016.
o Klarifikasi Tindak Pidana Korupsi dari Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa
o Pengunduran Diri Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar
o Baru, 20 Mobil Puskesmas
o Pengantar Prinsip Kerja Pembangunan Kesehatan Kabupaten
o Mencermati Pelaksanaan Dana Desa melalui RDP-DPRD Polewali Mandar

12 Tulisan @Arali2008 dengan Akses Terbanyak


 Membaca Undang-Undang RI No. 36 th 2009 tentang Kesehatan
 Mendeteksi Gizi Buruk dengan Berat Badan Ideal Anak Balita
 Cakupan Pelayanan ANC (K1 dan K4) Salah dan Tak Terkendali
 Program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
 Menghitung Berat Badan Ideal Ibu Hamil.
 Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk?
 Pendekatan Direktif-Non Direktif Pemberdayaan Kesehatan
 Nafsu Makan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
 Sistem Puskesmas

Sajian Grafik dan Gambar dari @arali2008 di Mesin Pencari Google

My Book, Produk @arali2008

Kategori My Posts of @arali2008


 Status Kelangsungan Hidup (67)
 Status Kesehatan (54)
 Status Pelayanan Kesehatan (135)
 Status Sosial (7)

Tag

Anggaran Kesehatan Cegah Kesakitan Kegiatan


Kesehatan Parlementaria Sakit dan Mati Sarana
Kesehatan Serba Serbi Indonesia Serba Serbi Polewali Mandar
Your Comments to My Posts

Mir Sandi di Stakeholder, istilah apakah it…

Ayra di Ns. Budiyanto : Program Study…

Arsul Sani di Pengetahuan dan Skill Epidemio…


Ruci di Penentuan Indikator Ke Enam (V…

Ruci di Penentuan Indikator Ke Enam (V…


Arsip artikel per bulan
Arsip artikel per
bulan

Arsad Rahim Ali likes

Jaringan Epidemiologi Nasional


Create your Like Badge

My grade RSS Feed of @arali2008

Blogroll
 Blognya ahli gizi NTB
 bootingskoBlog
 Dapatkan Widgetbox
 Epidemiology For The Uninitiated
 Indonesia Nutrition Network
 Lintas Berita
 MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
 MGDs Polewali Mandar
 PELITA
 Polewali Mandar
 STIKES BIGES POLEWALI
 Sulawesi Barat
 Thumbshots
 Wolio, Sejarah Yang terlupakan
Ping list

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat


Puskesmas (SP2TP)
Januari 23, 2012

Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan


instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang
kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas,
kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna
untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di
tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu


kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau
program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya.
Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data
dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan
metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi,
karena data dan informasilah yang berbicara tentang
keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut (Tiara,
2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:


(1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3)
pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat
dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing
program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam
format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di
puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi
dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk
dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke
masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan
Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan
dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi
dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya.
Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3)
tahunan. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA,
imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan
meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik
kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang
meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan
puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan
di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang
dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi
harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan


khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadi Puskesmas juga merupakan fondasi dari data
kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi
yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan
pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap
program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu
dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah
informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan
masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu
dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi
pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian
masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan
terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan
dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) (Tiara, 2011).

Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan


efektifitas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, standar
mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan
dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama proses
pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan”.

Pengertian SP2TP
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum,
sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan
Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan tempat tidur,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan di Desa dan
Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data
tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan
secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan
upaya kesehatan masyarakat (Ahmad, 2005).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah


kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga
dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan
melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan
demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas.
Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan
dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan
konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem pelaporan ini ini
diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas
maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna
mendukung manajemen kesehatan (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


merupakan sumber pengumpulan data dan informasi ditingkat
puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan
tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk
dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan.
Menurut Bukhari Lapau (1989) data yang dikumpul oleh
puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenaranya.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu,
posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain
yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas. Pencatatan dan
pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan demografi wilayah
kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3:
Data sarana yang dimiliki puskesmas (Syaer, 2011).
Tujuan SP2TP

Tujuan Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas adalah untuk


meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih
berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Tujuan
dimaksud dapat terwujud apabila: (Ahmad, 2005).

1) Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan


diinterprestasikan sesuai dengan petunjuk Pengolahan dan
Pemanfaatan data SP2TP.

2) Pengolahan, analisis, interprestasi dan penyajian dilakukan


oleh para penanggung jawab masing-masing kegiatan di
Puskesmas dan mengelola program disemua jenjang
administrasi.

3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi


data SP2TP dan sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti
meningkat, menurun, dan tidak ada perubahan) dan bersifat
kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan
sebagainya.

Tujuan umum dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu


Puskesmas (SP2TP) ini ialah data dan informasi yang akurat
tepat waktu dan mutakhir secara periodik dan teratur
pengolahan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas
di berbagai tingkat administrasi. Adapun tujuan khususnya ialah:
(Syaer, 2011).

1. Tersedianya data secara akurat yang meliputi


segala aspek.
2. Terlaksananya pelaporan yang secara teratur
diberbagai jenjang administrasi sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
3. Digunakan data tersebut sebagai alat
pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan rencana dalam bidang program
kesehatan.
Pelaporan SP2TP

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender


yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun
yang sama. Adapun formulir Laporan yang digunakan untuk
kegiatan SP2TP adalah: 1) Laporan bulanan, yang mencakup:
Data Kedakitan (LB.1), Data Obat-Obatan (LB.2), Gizi, KIA,
Imunisasi dan Pengamatan Penyakit menular (LB.3) serta Data
Kegiatan Puskesmas (LB.4); 2) laporan Sentinel, yang
mencakup: Laporan Bulanan Sentinel (LB1S) dan, Laporan
Bulanan Sentinel (LB2S); 3) Laporan Tahunan, yang mencakup:
Data dasar Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian (LT-2) dan,
Data Peralatan (LT-3). Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap
bulan dan baling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke
Dinas Kesehatan Dati II. Laporan bulanan sentinel LB1S dan
LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas
Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM
dan LB2S ke Ditjen Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan
(LT) dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari tahun
berikutnya. Khusus untuk laporan LT-2 (data Kepegawaian)
hanya di isi bagi pegawai yang baru/belum mengisi formulir data
Kepegawaian (Ahmad, 2005).

Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan


semester dan laporan tahunan yang mencakup data kegiatan
progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan
secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan
semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai
masukan atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas (
micro planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP). Analisis
data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan
menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah
dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif.
Data tersebut akan disusun dalam bentuk table dan grafik
informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk
perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data yang
digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing
kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas yang
merupakan hasil supervisi lapangan (Tiara, 2011).

Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan


puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinkes Provinsi
dan Depkes Pusat. Feed backterhadap laporan puskesmas harus
dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat
dijadikan evaluasi keberhasilan program. Sejak otonomi daerah
mulai dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan
laporan ke Depkes Pusat. Dinkes kabupaten/kotalah yang
mempunyai kewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke
Depkes Pusat (Muninjaya, 2004).

Pengorganisasian Puskesmas

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai


proses penetapan pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan,
pengelompokan pekerjaan, pendistribusian otoritas/wewenang
dan pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-sumber
daya untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan
efisien. Secara aplikatif pengorganisasian tingkat Puskesmas
menurut penulis adalah pengaturan pegawai Puskesmas dengan
mengisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas
yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan
pengintegrasian tugas dan sumber daya Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka
mencapai tujuan Puskesmas. Berdasarkan definisi tersebut,
fungsi pengorganisasian Puskesmas merupakan alat untuk
memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang
dihubungkan dengan personil/pegawai, finansial, material, dan
metode Puskesmas untuk mencapai tujuan Puskesmas yang
telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai
Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal
berikut (Sulaeman, 2009):
1) Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal
Puskesmas untuk penggunaan sumber daya Puskesmas secara
efisien,

2) Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya,


dimana setiap pengelompokkan diikuti penugasan seorang
penanggung jawab program yang diberi wewenang mengawasi
stafnya.

3) Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai


Puskesmas.

4) Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus


dilaksanakan dalam unit kerja dan mendelegasikan wewenang
untuk mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


128/Menkes/SK/II/2004, bahwa untuk dapat terlaksananya
rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.
Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan
serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain,
dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh
wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan
para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan
penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua,
pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara
lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang
dapat dilakukan:

1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua


pihak, yakni antara dua sektor terkait, misalnya
antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja
pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja.
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak
pihak, yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor
pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan
pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:

1. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.


2. Secara tidak langsung yakni dengan
memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).
Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas,
yakni: (1) Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO
(Rancangan Operasional) Puskesmas, sehingga membentuk
satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi untuk mencapai
tujuan Puskesmas, dan (2) Pengorganisasian pegawai
Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap
pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program
mempunyai penanggung jawabnya. Dengan memahami fungsi
pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan
mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan
(actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran pembimbingan
dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas
sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
(Sulaeman, 2009).

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk


pengorganisasian yang terdiri dari: (Ahmad, 2005).

Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)

Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada


koordinator SP2TP dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.

Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)

Koordinator SP2TP bertugas:

1) Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana


kegiatan.
2) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat
laporan bulanan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke
DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.

3) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat


laporan tahunan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke
Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun berikutnya.

4) Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing


pelaksana kegiatan.

5) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP


kepada Kepala Puskesmas.

6) Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang


dipimpin oleh Kepala Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan
untuk menilai pelksanaan kegiatan SP2TP.

Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)

Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

1) Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register


yang ada.

2) Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu


dan Bidan di Desa.

3) Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan


laporan Puskesmas Pembantu serta Bidan di Desa menjadi
laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari
rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.

4) Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari


hasil kegiatan masing-masing dalam 2 rangkap dan disampaikan
kepada coordinator SP2TP Puskesmas. Dengan rincian satu
rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke
Dinas Kesehatan Dati II.
5) Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi
untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan
kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

6) Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan


kegiatannya.
Share this:

 Twitter
 Facebook24

Anda mungkin juga menyukai