Anda di halaman 1dari 14

PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN BETOK (Anabas

testudineus) DENGAN PADAT TEBAR YANG BERBEDA

Rizka Syulfia(1), Iskandar Putra(2), Rusliadi(2)


Laboratoriom Teknologi Budidaya
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU

ABSTRACT

Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Juni sampai 15 Juli 2015 di


Laboratorium Teknologi Budidaya. Tujuan penelitian untuk mengetahui laju
pertumbuhan dan kelulushidupan ikan betok (Anabas testudineus) dengan padat
tebar yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan satu faktor tiga taraf perlakuan, masing-masing taraf perlakuan dilakukan
ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah padat tebar ikan
Betok 15 ekor/wadah atau 300 ekor/m3, 20 ekor/ wadah atau 400 ekor/m3 dan 25
ekor/ wadah atau 500 ekor/m3. Untuk mengetahui perkembangan ikan, setiap 15
hari diukur berat badan dan panjang total. Hasil pengamatan menunjukkkan
bahwa pertumbuhan dan kelulushidupan ikan betok (Anabas testudineus) dengan
padat tebar yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak ikan,
pertumbuhan panjang mutlak, dan laju pertumbuhan harian, namun berbeda nyata
terhadap kelulushidupan ikan. Hasil terbaik pada penelitian ini yaitu pada
perlakuan P3 dengan padat tebar sebanyak 25 ekor. Pada perlakuan tersebut
menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 2,27 gram, panjang mutlak 2,02
cm, pertumbuhan harian sebesar 0,96% dan berbeda nyata terhadap SR sebesar
77%.

Kata kunci : Ikan Betok, Padat Tebar, Pertumbuhan, Kelulushidupan, Pakan


Pellet F-999
GROWTH AND SURVIVAL RATE OF THE DAMSELFISH (Anabas
testudineus ) WITH DIFFERENT STOCKING DENSITY

Rizka Syulfia(1), Iskandar Putra(2), Rusliadi(2)


Aquaculture Technology Laboratory
Faculty of Fisheries and Marine Sciences
Riau University

ABSTRACT

The research was conducted on June 1 until July 15, 2015 in


Aquaculture Technology Laboratory. The aim of research to determine the growth
rate and survival rate of fish damselfish (Anabas testudineus) with different
stocking density. This study uses a completely randomized design (CRD) with a
factor of three levels of treatment, each level of treatment replications performed
three times. The treatment given is Betok fish stocking density 15 fish / container
or 300 fish / m3, 20 fish / container or 400 fish / m3 and 25 tails / container or
500 fish / m3. To know the development of fish, every 15 days were measured
body weight and total length. Observations indicating that the growth and survival
of fish damselfish (Anabas testudineus) with different stocking density was not
significantly different with the absolute growth of fish, the absolute length
growth, and daily growth rate, but significantly different to the survival of fish.
The best results in this study is in treatment P3 with a stocking density of 25 fish.
At the treatment resulted in the growth of the absolute weight of 2.27 grams, the
absolute length of 2.02 cm, the daily growth of 0.96% and was significantly
different to the SR of 77%.

Keywords : Growth , Survival, Betok (Anabas testudineus), Stocking Density.

1) Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University


2) Lecturer of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University

I. PENDAHULUAN melestarikan jenis ikan yang hampir


1.1 Latar Belakang punah akibat penangkapan terus
Budidaya merupakan usaha menerus tanpa memperhatikan
manusia dalam upaya pemeliharaan musim pemijahan.
ikan dalam wadah terkontrol dengan Ikan merupakan salah satu
tujuan agar memperoleh keuntungan. komoditas pangan yang memiliki
Jenis ikan yang dibudidayakan kandungan protein cukup tinggi
cenderung kepada jenis ikan yang sehingga baik untuk dijadikan
memiliki nilai ekonomis tinggi, baik sebagai bahan pangan. Salah satu
dari jenis ikan untuk konsumsi jenis ikan lokal yang memiliki
ataupun ikan hias. Selain untuk potensi untuk dikembangkan adalah
memperoleh hasil yang lebih baik, ikan betok (Anabas testudineus) yang
budidaya juga bertujuan untuk merupakan Salah satu Spesies dari
Famili Anabantidae yang dikenal sawah, waduk, dan kolam-kolam
dengan nama ikan papuyu di daerah yang berhubungan dengan saluran air
Banjar, Kalimantan Selatan terbuka (Talwar dan Jhingran, 1991),
merupakan ikan air tawar yang perairan yang kotor, serta genangan
memiliki nilai ekonomis cukup tinggi air tawar maupun air payau dan
yaitu harganya dapat mencapai biasanya melimpah diperairan yang
Rp.40.000,00 sampai dengan terdapat banyak tumbuhan air karena
Rp.70.000,00 per kg (Faturrahman, merupakan ikan yang suka
2011). Ikan ini memiliki toleransi bergerombol dan hidup dalam
yang tinggi terhadap kondisi naungan pohon tumbang serta akar
lingkungan yang tergolong ekstrim tumbuhan air (Sterba, 1969 dan
dan dapat bertahan pada kondisi air Kuncoro, 2009). Ikan betok
yang bersifat asam maupun basa. merupakan jenis blackwater fish,
Ikan betok merupakan jenis spesies (Akbar dan Nur, 2008).
blackfish, yaitu ikan yang memiliki Padat tebar merupakan jumlah
ketahanan terhadap tekanan ikan yang ditebar dalam wadah
lingkungan. Ikan betok (Anabas budidaya. Padat penebaran erat
testudineus) adalah spesies ikan asli sekali hubungannya dengan produksi
Indonesia yang hidup di perairan dan pertumbuhan ikan dan sangat
rawa, sungai, danau dan genangan air menentukan hasil yang dicapai petani
lainnya. Ikan betok dapat memijah pembenihan, dalam hal itu harus
sekali dalam setahun pada saat diperhatikan juga keadaan
musim penghujan (Muhammad et al., lingkungan yang baik dan pakan
2003 dalam Suriansyah, 2011). yang mencukupi. Untuk
Kelangsungan hidup ikan memperoleh pertumbuhan dan hasil
betokdikhawatirkan terancam punah produksi yang optimal dalam
akibat kerusakan habitat, alih fungsi pemeliharaan ikan, maka padat
lahan, eksploitasi berlebih, dan penebaran mempunyai peranan
pembangunan waduk (Wargasasmita, penting dalam budidaya ikan.
2002 dalam Muslim et al.,2011), Padat penebaran berhubungan
sehingga habitat alami betok akan dengan produksi dan pertumbuhan
semakin sedikit. Menurut Muslim et ikan (hikling , 1971). Menurut
al., (2011) di Sumatera Selatan hepher dan pruginin (1981),
belum ada masyarakat yang peningkatan kepadatan akan diikuti
membudidayakan ikan betok. Oleh dengan penurunan pertumbuhan
karena itu, untuk mempertahankan (critical standing crop) dan pada
biodiversitas ikan betok perlu kepadatan tertentu pertumbuhan akan
dilakukan upaya melalui sistem berhenti (carrying capacity). Untuk
budidaya yang intensif (Ross et al., mencegah terjadinya hal tersebut,
2008 dalam Muslim et al., 2011). peningkatan kepadatan harus
Menurut Petrovicky dalam disesuaikan dengan daya dukung
Andrijana (1995) menyatakan bahwa (carrying capacity). Faktor-faktor
ikan betok (Anabas testudineus) yang mempengaruhi carrying
merupakan jenis ikan tropik dan capacity antara lain adalah kualitas
subtropik. Ikan ini merupakan ikan air, pakan dan ukuran ikan. Pada
yang umumnya hidup liar diperairan keadaan lingkungan yang baik dan
tawar. Habitatnya mulai dari sungai, pakan yang mencukupi, peningkatan
danau, saluran air, parit, rawa,
kepadatan akan disertai dengan tiga taraf perlakuan. Untuk
peningkatan hasil (produksi). memperkecil kekeliruan, setiap
Menurut Pamungkas (2011), perlakuan menggunakan 3 kali
Pemeliharaan ikan betok (Anabas ulangan sehingga diperoleh 9 unit
testudineus) dengan padat penebaran percobaan dengan padat tebar
10 larva/liter paling optimal karena sebanyak 15, 20 dan 25 ekor/m3
memiliki nilai derajat kelangsungan mengacu pada penelitian
hidup (51,50±5,57 %) dan laba yang (Pamungkas, 2011) bahwa padat
tertinggi sedangkan pertumbuhan tebar terbaik pada pemeliharaan ikan
sama dengan perlakuan lainnya. betok adalah 10 ekor/l. Adapun
penelitian yang dilakukan adalah
1.2. Tujuan dan Manfaat sebagai berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk P1 : kepadatan ikan betok 15 ekor/


mengetahui laju pertumbuhan dan wadah atau 300 ekor/m3
kelulushidupan ikan betok (Anabas P2 : kepadatan ikan betok 20 ekor/
testudineus) dengan padat tebar yang wadah atau 400 ekor/m3
berbeda. Sedangkn manfaat dari P3 : kepadatan ikan betok 25 ekor/
penelitian ini adalah dapat wadah atau 500 ekor/m3
memberikan informasi dengan padat
tebar yang tepat untuk pertumbuhan 3.2. Prosedur Penelitian
ikan betok, sehingga pengembangan 3.2.1. Persiapan Wadah
budidayanya dapat lebih optimal. Penelitian
Wadah yang digunakan
III. METODE PENELITIAN berupa akuarium dengan ukuran
3.1. Waktu dan Tempat (60x40x40)cm3 sebanyak 9 buah,
Penelitian ini telah masing-masing wadah diberi label
dilaksanakan selama 45 hari pada dan disusun secara acak dengan
bulan Juni sampai Juli 2015 yang sistem undian, pada setiap akuarium
bertempat di Laboratorium diberi aerasi. Sebelum digunakan
Teknologi Budidaya Jurusan akuarium tersebut dicuci hamakan
Budidaya Perairan Fakultas dengan larutan kalium permanganat
Perikanan dan Ilmu Kelautan, (KMnO4) sebanyak 20 ppm lalu
Universitas Riau. dibersihkan dengan air dan
Bahan yang digunakan untuk didiamkan selama 24 jam. setelah
penelitian ini adalah ikan betok itu masukkan air sebanyak 50 liter
berukuran 3-5 cm yang diperoleh kedalam akuarium dan diaerasi
dari BBI Tarantang, kabupaten 50 selama 24 jam.
kota, Sumatera Barat. Pakan yang
diberikan pada pemeliharaan ikan 3.2.2. Persiapan Ikan Uji
betok selama penelitian berlangsung Ikan betok sebagai ikan uji
adalah pelet ikan terapung dengan diperoleh dari BBI Tarantang,
merk dagang FF-999 (dengan Kabupaten 50 Kota, sumatera barat.
komposisi protein 38%, lemak 4% Ikan sebelum ditebar, terlebih dahulu
serat 6% dan kadar air 12%). ikan diaklimatisasi terhadap
Metode yang digunakan lingkungan hidupnya. Akimatisasi
dalam penelitian ini adalah metode dengan cara memasukkan kantong
eksperimen dan rancangan acak plastik yang berisi ikan kedalam
lengkap (RAL) satu faktor dengan
akuarium yang telah diisi air, diambil, maka ikan ditimbang
kemudian setelah kantong plastik terlebih dahulu menggunakan
berembun dibuka perlahan-lahan timbangan analitik yang diatasnya
sampai semua ikan keluar dari sudah diberi mangkok kecil yang
kantong plastik tersebut. Selanjutnya berisi air. Setelah itu dilakukan
diukur panjang dan ditimbang pengukuran panjang total tiap
beratnya, kemudian dimasukkan masing-masing ikan menggunakan
kedalam wadah terkontrol yaitu kertas milimeter/ penggaris.
akuarium berukuran (60x40x40)cm3,
sebanyak 9 buah. Setiap perlakuan 3.2.5. Pengukuran Kualitas Air
diulang 3 kali. Penebaran dilakukan Untuk kualitas air yang
ketika kondisi air telah stabil agar diukur antara lain adalah pH, suhu,
ikan yang ditebar lebih mudah oksigen terlarut (DO), dan amoniak
beradaptasi. yang diukur sebanyak tiga kali
selama penelitian yaitu di awal,
3.2.3. Pemeliharaan Ikan Betok pertengahan, serta pada akhir
Ikan betok yang ditebar rata- penelitian.
rata berukuran panjang 3-5 cm
Pengukuran suhu dilakukan
kemudian dipelihara dalam akuarium dengan cara mencelupkan
dengan padat tebar 15, 20, 25 Termometer pada media
ekor/wadah. ikan di beri pakan pemeliharaan selama beberapa menit,
berupa pellet FF-999 yang diberikan Termometer diikat dengan tali pada
pada ikan uji secara sekenyangnya bagian pangkal, dan suhu dapat
(atsatiation) pada masing-masing dibaca setelah thermometer
perlakuan dengan frekuensi menunjukkan angka yang konstan
pemberian pakan tiga kali sehari, dan kemudian dicatat (Adriman et
yaitu pagi, siang dan sore selama 45 al., 2006).
hari. Pengukuran pH dilakukan
3.2.4. Pengamatan Pertumbuhan dengan menggunakan kertas pH
Sampling ikan betok universal indicator yang dicelupkan
dilakukan 15 hari sekali dalam waktu ke dalam air kemudian dilihat
45 hari. Dalam penelitian ini perubahan warna yang terjadi dan
sampling dilakukan sebanyak tiga dicocokan dengan petunjuk warna
kali. Sampling tersebut berguna standarnya untuk mendapatkan nilai
untuk mengetahui pertumbuhan pH air tersebut (Anonimus, SNI 01-
bobot, pertumbuhan panjang, laju 6483.4-2000).
pertumbuhan harian, dan
kelulushidupan ikan betok. Sampling DO atau oksigen terlarut
dilakukan pada sore hari tujuannya diukur dengan menggunakan alat
agar ikan tidak mudah stres akibat pengukur DO yaitu DO meter. Cara
perubahan suhu. Pengambilan ikan penggunaannya yaitu dengan
betok dibaskom menggunakan jaring memasukkan elektroda ke dalam
dengan berhati-hati agar ikan tidak wadah pemeliharaan (akuarium)
lonjat dari baskom. Apabila tidak lebih kurang sedalam 4 cm di bawah
hati-hati ikan betok akan terluka dan permukaan air hingga sensor suhu
stres yang bisa menimbulkan juga terendam, gerakkan elektroda di
penyakit dan menurunkan dalam media ke bawah dan ke atas
kelulushidupan ikan. Ikan yang telah atau aduk dengan pengaduk magnetis
kemudian bacalah hasil pengamatan kelulushidupan, tingkah laku ikan
sebagai mg/l (Adriman et al, 2006). dan kualitas air.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Bobot Rata-


Berdasarkan hasil penelitian Rata Ikan Betok (Anabas
yang dilakukan selama 45 hari dan testudineus)
pengamatan yang dilakukan setiap 15 Berdasarkan pengukuran yang
hari, diperoleh seluruh data dari dilakukan sebanyak 3 kali selama 45
benih ikan betok (Anabas hari penelitian diperoleh bobot rata-
testudineus) pada setiap perlakuan rata ikan betok dapat dilihat pada
dari masing-masing parameter yang Tabel 2.
diukur yaitu pertumbuhan bobot
mutlak, pertumbuhan panjang
mutlak, laju pertumbuhan harian,

Tabel 2. Bobot Rata-Rata Ikan Betok (Anabas testudineus) Selama


Penelitian.
Pengamatan hari ke- (gram)
0 15 30 45
P1 4,20 4,99 5,93 6,69
P2 4,17 5,19 6,17 6,85
P3 4,15 4,79 5,55 6,42
Pada Tabel 2 dapat dilihat selanjutnya diikuti dengan perlakuan
bahwa bobot rata-rata individu ikan P1 yaitu 6,69 g dan pada perlakuan
betok mengalami peningkatan P3 6,42 g. Pertumbuhan terendah
disetiap perlakuan. Pada akhir terdapat pada perlakuan P3 yaitu
penelitian P2 menghasilkan bobot 6,42 g. Untuk lebih jelasnya
rata-rata ikan lebih tinggi perubahan bobot rata-rata individu
dibandingkan P1 dan P3. Diakhir ikan betok pada setiap perlakuan
penelitian pada perlakuan P2 dapat dilihat pada pada Gambar 2.
menghasilkan bobot rata-rata
individu tertinggi yaitu 6,85 g
10
9
8
bobot mutlak (gram)

7
6
5 p1
4 p2
3
p3
2
1
0
0 15 30 45
pengamatan hari ke-
Gambar 2. Bobot Rata-Rata Ikan Betok (Anabas testudineus) Selama
Penelitian

Pada Gambar 2.
menunjukkan pertumbuhan ikan 4.2. Pertumbuhan Bobot Mutlak
betok (Anabas testudineus) pada hari Ikan Betok (Anabas
pertama hingga hari ke-15 terlihat testudineus)
peningkatan pada perlakuan P1 dan Dari hasil pengamatan yang
P2 hal ini dikarenakan pada dilakukan selama 45 hari, maka
perlakuan tersebut ikan betok sudah didapat data pertumbuhan bobot
beradaptasi sehingga pakan yang mutlak ikan betok (Anabas
diberikan pada ikan betok sudah testudineus) dengan cara menimbang
mulai dimakan sedangkan pada bobot rata-rata ikan betok pada akhir
perlakuan P3 ikan masih belum dapat penelitian dikurangi bobot rata-rata
beradaptasi dengan baik dan padat ikan awal penelitian. Data hasil
tebar pada perlakuan P3 terlalu tinggi pengamatan bobot mutlak ikan betok
sehingga bobot rata-rata ikan pada pada masing-masing perlakuan dapat
perlakuan P3 lebih rendah dilihat pada Tabel 3.
dibandingkan pada perlakuan P1 dan
P2.
Pada hari ke-30 hingga hari ke-
45 terjadi peningkatan pada
perlakuan P2 dibandingkan pada
perlakuan P1 dan P3 hal ini
dikarenakan pada perlakuan P1 ruang
gerak ikan lebih besar sehingga ikan
lebih aktif bergerak sehingga banyak
menghabiskan energi dari pakan
sedangkan pada perlakuan P3 Padat
tebar yang tinggi mengakibatkan
adanya kompetisi ruang, oksigen dan
makanan sehingga terjadi variasi
ukuran, pertumbuhan ikan melambat
karena ikan kekurangan pakan dan
tingkat kelangsungan hidup rendah.

Tabel 3. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Betok (Anabas testudineus)


Selama Penelitian
Ulangan Pertumbuhan Bobot Mutlak(gram)
P1 P2 P3
1 2,43 2,75 2,29
2 2,87 2,61 2,09
3 2,18 2,68 2,43
Jumlah 7,48 8,04 6,81
Rata-rata (Std. 2,49±0,34 2,68±0,07 2,27±0,17
Dev)
dalam berebut pakan tinggi dan
Pada Tabel 3 dapat dilihat perbedaan pemanfaatan pakan yang dimakan
pertumbuhan bobot mutlak ikan oleh ikan tidak merata sehingga
betok pada masing-masing mengakibatkan bobot mutlaknya
perlakuan. Pertumbuhan bobot rendah dan pertumbuhannya lambat
mutlak tertinggi terdapat pada dan terjadi variasi ukuran pada ikan.
perlakuan P2, yaitu sebesar 2,68 Hal ini sesuai dengan pendapat
gram, selanjutnya pada perlakuan P1, Bunasir et al,. (2002) bahwa tinggi
yaitu sebesar 2,49 gram dan yang rendahnya pertumbuhan ikan
terendah terdapat pada perlakuan P3 dipengaruhi oleh kemampuan ikan
yaitu sebesar 2,27 gram. Hal ini merespon dan memanfaatkan pakan
dikarenakan pada perlakuan P1 untuk pertumbuhan dan jumlah
diduga karena sifat agresif pada ikan pakan yang diberikan.
betok membuat ikan banyak Dari uji analisis variansi
menghabiskan energi dari pakan (ANAVA), menunjukkan bahwa
yang dimakan sehingga bobot mutlak padat tebar yang berbeda pada ikan
ikan betok lebih menurun betok selama 45 hari penelitian tidak
dibandingan pada perlakuan P2. memberi pengaruh yang nyata
Pertumbuhan tertinggi pada P2 terhadap pertumbuhan bobot mutlak
diduga karena perlakuan P2 padat ikan betok yaitu P > 0,05.
tebarnya sesuai dengan kondisi ikan
sehingga tingkat persaingan terhadap 4.3. Pertumbuhan Panjang Rata-
perebutan makanan dan Rata Ikan Betok (Anabas
memanfaatkan pakan dapat terjadi testudineus)
dengan baik hal ini mengakibatkan
bobot mutlak pada P2 terbaik dari Berdasarkan pengukuran yang
semua perlakuan. Sedangkan dilakukan selama penelitian
pertumbuhan terendah yaitu pada P3 diperoleh bobot rata-rata ikan betok
karena padat tebar pada P3 tidak dapat dilihat pada Tabel 4.
sesuai dengan kondisi ikan hal ini
mengakibatkan tingkat persaingan

Tabel 4. Pertumbuhan panjang rata-rata ikan betok (Anabas testudineus)


Pengamatan panjang hari ke- (Cm)
Perlakuan 0 15 30 45
P1 4,73 5,56 6,29 6,8
P2 4,73 5,6 6,42 7,14
P3 4,73 5,41 6,18 6,76
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 4 dapat dilihat perlakuan P1 dan P3 yaitu 7,14 cm.
bahwa panjang rata-rata ikan betok Selanjutnya diikuti dengan perlakuan
mengalami peningkatan pada P1 sebesar 6,8 dan perlakuan P3
masing-masing perlakuan. Pada akhir sebesar 6,76. Perlakuan P3
penelitian P2 menghasilkan panjang merupakan perlakuan paling rendah
rata-rata lebih panjang dibandingkan dari perlakuan lainnya dan tidak
berbeda jauh dengan P1.untuk lebih ikan betok dapat dilihat pada gambar
jelasnya perubahan panjang rata-rata 3.
8

Panjang (cm) 6

4 P1

3 P2

2 P3

0
0 15 30 45
Hari ke-

Gambar 3. Pertambahan Panjang Rata-Rata Ikan Betok (Anabas


testudineus)
Gambar 3 menunjukkan 4.4. Pertumbuhan Panjang Mutlak
pertumbuhan panjang ikan betok dari Ikan Betok (Anabas
hari pertama hingga hari ke-45 tidak testudineus)
ada perbedaan nyata dan Hasil pengukuran panjang
pertumbuhan relatif sama. Perbedaan mutlak ikan betok (Anabas
diakhir penelitian hanya 0,01 cm testudineus) yang dilakukan setiap 15
hingga 0, 38 cm. Hal ini hari sekali selama 45 hari, pada
menunjukkan bahwa padat tebar masing-masing perlakuan dapat
tidak berpengaruh banyak terhadap dilihat pada Tabel 5.
pertumbuhan panjang ikan.

Tabel 5. Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Betok (Anabas testudineus)


Pada Masing-Masing Perlakuan Selama Penelitian.
Ulangan Perlakuan (Cm)
P1 P2 P3
1 1,66 2,26 2,23
2 2,13 2,33 2,00
3 2,43 2,63 1,85
Jumlah 6,22 7,22 6,08
Rata-rata 2,03±0,38 2,40±0,19 2,02±0,19
Dari Tabel 5 menunjukkan kemudian diikuti perlakuan P1
pertumbuhan panjang mutlak sebesar 2,03 cm, dan pertumbuhan
individu ikan betok selama penelitian panjang yang terendah terdapat pada
mengalami pertumbuhan yang relatif perlakuan P3 sebesar 2,02
sama. Pertumbuhan terbaik terdapat cm.perbedaan antara pertumbuhan
pada perlakuan P2 yaitu 2,40 cm, P1, P2, dan P3 Cuma sebesar 0,01
hingga 0,38 cm. Hal ini Dari hasil Analisis Variansi
menunjukkan bahwa padat tebar (ANAVA), menunjukkan padat tebar
tidak memberikan pengaruh terhadap yang berbeda tidak memberi
pertambahan panjang individu ikan pengaruh yang nyata terhadap
betok. pertambahan panjang mutlak ikan uji
Kecepatan pertumbuhan yaitu (P>0,05).
tergantung pada jumlah makanan
yang diberikan , ruang, suhu, 4.5. Laju Pertumbuhan Harian
kedalaman air, dan faktor lain. Ikan Betok (Anabas testudineus)
Makanan yang dimanfaatkan ikan Berdasarkan pengukuran yang
pertama-tama digunakan untuk dilakukan sebanyak 3 kali selama 45
memelihara tubuh dan mengganti hari rata-rata laju pertumbuhan
alat-alat tubuh yang rusak, setelah itu harian individu ikan betok pada
baru kelebihan makanan yang tersisa setiap perlakuan dapat dilihat pada
digunakan untuk pertumbuhan ( Tabel 6.
Asmawi, 2003)

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Harian Individu Ikan Betok (Anabas


testudineus) Pada Masing-Masing Perlakuan Selama Penelitian.
Ulangan Perlakuan (%)
P1 P2 P3
1 0,99 1,20 1,02
2 1,27 1,09 0,86
3 0,86 1,10 1,02
Jumlah 3,12 3,39 2,90
Rata-Rata 1,04±0,20 1,13±0,06 0,96±0,09
Pada Tabel 6. Diketahui laju didapat oleh individu ikan beetok
pertumbuhan harian individu ikan membuat ikan cenderung bergerak
betok tertinggi terdapat pada bebas menyebar pada saat diberikan
perlakuan P2, yaitu sebesar 1,13 %, makan. Hal ini menyebabkan
selanjutnya diikuti perlakuan P1 pergerakan ikan betok tidak memicu
yaitu sebesar 1,04 % dan yang ikan betok lainnya untuk ikut makan
terendah terdapat pada perlakuan P3 bersama. Pada P3, padat tebarnya
sebesar 0,96 %. terlalu tinggi menyebabkan
Tingginya pertumbuhan kurangnya ruang gerak dan
bobot rata-rata pada P2, diduga terjadinya persaingan untuk
karena pada saat pemberian pakan mendapatkan makanan bahkan ikan
ikan betok akan bergerak secara berpeluang mengalami stres akibat
bergerombolan, sehingga memicu saling berdesakan saat berusaha
ikan betok untuk ikut makan. Secara mendapatkan makanan.
tidak langsung dapat juga dikatakan Dari uji analisis variansi
menambah nafsu makan ikan (ANAVA), menunjukkan bahwa
sehingga ikan aktif bergerak untuk padat tebar yang berbeda pada ikan
mendapatkan makanan. Untuk ikan betok selama 45 hari penelitian tidak
Betok pada P1 dengan padat tebar memberi pengaruh yang nyata
yang lebih sedikit dibanding P2 dan terhadap laju pertumbuhan harian
P3, banyaknya ruang gerak yang ikan betok P > 0,05.
4.6. Kelulushidupan Ikan Betok mempengaruhi tingkat
Kelulushidupan adalah kelulushidupan ikan betok seperti
perbandingan jumlah ikan uji yang kualitas air, pakan yang diberikan
hidup pada akhir penelitian dengan dan padat tebar. Kelulushidupan ikan
ikan uji pada awal penelitian pada betok (Anabas testudineus) selama
satu periode dalam satu populasi penelitian berkisar antara 77-95 %.
selama penelitian. Kelulushidupan Data kelulushidupan ikan betok yang
juga merupakan hal yang penting diperoleh selama penelitian dapat
dalam budidaya. Banyak faktor yang dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kelulushidupan Ikan Betok Pada Masing-Masing Perlakuan Selama
Penelitian.
Ulangan Perlakuan (%)
P1 P2 P3
1 93 95 76
2 87 90 80
3 87 100 76
Jumlah 89 95 77
b b
Rata-Rata 89±3,4 95±5,0 77± 2,30a
Ket: Huruf superscrip yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang berbeda nyata antara
perlakuan dan tanda ± menunjukkan standart deviasi.
berdampak pada pertumbuhan
Dari Tabel 7 dapat dilihat namun ikan juga lebih mudah
bahwa kelulushidupan ikan betok terserang patogen, bahkan ikan mati.
(Anabas testudineus) yang tertinggi
terjadi pada P2 padat tebar 20 ekor Hasil uji normalitas dan
yaitu sebesar 95% kemudian diikuti homogenitas terhadap data tingkat
dengan P1 padat tebar 15 ekor kelulushidupan (lampiran 11)
sebesar 89 % dan yang terendah menjelaskan bahwa data normal dan
terjadi pada P3 padat tebar 25 ekor berdistribusi homogen. Selanjutnya
yaitu sebesar 77 %. hasil analisis variansi menunjukkan
Menurut efendie (2002), bahwa perlakuan yang diberikan
kelangsungan hidup ikan dipengaruhi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah resistensi tingkat kelulushidupan ikan betok.
terhadap penyakit, pakan dan umur. Hasil uji lanjut dengan menggunakan
Sedangkan faktor eksternal adalah Neuman Keuls menunjukkan bahwa
padat tebarnya, penyakit, dan antara P1 dan P2 berbeda nyata
kualitas air. Secara eksternal, padat terhadap P3, sedangkan p1 terhadap
tebar merupakan salah satu faktor p2 tidak berbeda nyata.
penting karena berkaitan dengan
ruang gerak. Pada saat ikan berusaha 4.7. Kualitas Air
mendapatkan pakan ikan akan saling Parameter fisika kimia air
berebut. Jika satuan wadah yg yang diukur pada penelitian ini
digunakan sempit maka ikan akan adalah suhu, pH, dan oksigen terlarut
saling berdesakan dan bisa memicu (DO), pengukuran kualitas air
ikan utuk stres. Pada saat ikan stres, dilakukan3 kali selama penelitian.
ikan tidak hanya kurang respon Hasil pengukuran fisika kimia air
terhadap pakan yang diberikan dan
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian.

Perlakuan Kisaran Parameter


Awal Pertengahan Akhir
Suhu (°c) 26-29 28-30 26-29
DO (ppm) 3,4-3,8 3,6-4,0 3,6-3,9
pH 6-7 6-7 6-7
NH3 0,001-0,041 0,001-0,043 0,002-0,043
Dari Tabel 9. Dapat diketahui betok karena ikan betok dapat hidup
bahwa kualitas air selama penelitian dalam air yang bersifat asam (pH<7).
adalah suhu 26-300c, PH 6-7, Hal ini sesuai dengan pendapat
Oksigen terlarut (DO) 3,4-4,0 ppm/l, Widodo et al (2007) yang
dan ammonia 0,001-0,043.
Suhu merupakan salah satu menyatakan bahwa ikan betok dapat
faktor penting dalam kegiatan tumbuh normal pada perairan dengan
budidaya ikan. Hal ini terkait dengan kisaran pH antara 4-8.
sifat ikan yang merupakan hewan Kandungan oksigen terlarut
berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya (DO) selama penelitian berkisar
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. antara 3,6-4,0 ppm, dimana
Pada saat suhu lingkungan tinggi kandungan oksigen terlarut selama
suhu tubuh ikan juga tinggi sehingga penelitian tergolong rendah.
metabolisme tubuh ikan cepat dan Walaupun terjadi penurunan
sebaliknya pada suhu rendah konsentrasi oksigen terlarut, tetapi
metabolisme ikan pun rendah. Hal masih di atas 3 mg/liter hingga akhir
tersebut berpengaruh terhadap nafsu pemeliharaan. Mudjiutami (2000)
makan ikan yang selanjutnya akan mengatakan pada kondisi oksigen
berpengaruh terhadap pertumbuhan kurang dari 3 mg/liter, ikan masih
ikan dan pada akhirnya bisa menggunakan labyrinth organ
mempengaruhi produksi. Nilai suhu sebagai alat bantu pernapasan.
yang diperoleh selama penelitian ini Menurut Syafriadiman et al (2005)
adalah 26-300C. Suhu tersebut masih DO yang paling ideal untuk
sesuai untuk kehidupan ikan pertumbuhan dan perkembangan
termasuk ikan betok. Kisaran suhu organisme akuatik yang dipelihara
optimum bagi kehidupan ikan adalah adalah lebih dari 5 ppm. Kualitas air
25-320C (Kordi, 2004). Suhu air merupakan salah satu faktor yang
yang baik untuk pertumbuhan ikan mendukung pertumbuhan dan
betok berkisar antara 25-300C kelangsungan hidup ikan. Ikan
(Widodo et al., 2007). memerlukan air untuk seluruh
Derajat keasaman (pH) kebutuhan hidupnya, baik untuk
merupakan faktor penting yang bergerak, makan, tumbuh dan
berpengaruh terhadap kehidupan berkembang biak.
ikan adalah sebesar 7-8,5. Nilai pH Ammonia dalam media
yang diperoleh selama penelitian budidaya berbahaya bagi ikan jika
berkisar antara 5-7 Nilai tersebut terdapat dalam konsentrasi yang
masih dapat ditoleransi oleh ikan tinggi. Ammonia dalam media
pemeliharaan berasal dari ekskresi DAFTAR PUSTAKA
ikan melalui insang, perombakan sisa
metabolisme, serta dari perombakan Andrijana E. 1995. Pengaruh dosis
sisa pakan dalam media kotoran ayam terhadap
pemeliharaan. Nilai ammonia yang kualitas media pemeliharaan
dihasilkan selama penelitian ikan betok (anabas
berfluktuasi dan berada pada kisaran testudineus bloch) [skipsi].
0,001-0,043 mg/L. Nilai tersebut Program studi budidaya
Masih dapat ditoleransi oleh ikan. perairan, fakultas perikanan,
Menurut Boyd (1990), kisaran institut pertanian bogor.
konsentrasi ammonia dalam Bogor. Hlm. 1-14
pemeliharaan ikan adalah kurang dari Akbar, J dan A. Nur., 2008.
0,1 mg/L. Optimalisasi Perikanan
Budidaya Rawa dengan
Akan Buatan Alternatif
V. KESIMPULAN DAN Berbasis Bahan Baku Lokal.
SARAN Program I-HERE B.1 Batch
II Unlam.
Berdasarkan penelitian yang Asmawi S. 1989. Pemberian
telah dilaksanakan dapat disimpulkan makanan yang berbeda
bahwa pertumbuhan dan terhadap pertumbuhan ikan
kelulushidupan ikan betok (Anabas sepat siam (Trichogaster
testudineus) dengan padat tebar yang pectoralis Reagan) yang
berbeda tidak berbeda nyata terhadap dipelihara dalam bak plastik
pertumbuhan mutlak ikan, (Laporan Praktek Jurusan
pertumbuhan panjang mutlak, dan Budidaya Perairan) Fakultas
laju pertumbuhan harian, namun Pertanian Universitas
berbeda nyata terhadap Lambung Mangkurat.
kelulushidupan ikan. Hasil terbaik Banjarbaru.
pada penelitian ini yaitu pada Bunasir, Fahmi MN & Fauzan GTM.
perlakuan P2 dengan padat tebar 2002. Pembesaran ikan
sebanyak 20 ekor. Pada perlakuan papuyu (Anabas testudineus
tersebut menghasilkan pertumbuhan Bloch) yang dipelihara dalam
bobot mutlak sebesar 2,68 gram, kolam sebagai salah satu
panjang mutlak 2,40 cm. alternatif usaha (Laporan
Kelulushidupan (SR) 95 %, dan Perekayasaan). Loka karya
pertumbuhan harian sebesar 1,13 %. Budidaya Air Tawar
Berdasarkan penelitian ini Kalimantan Selatan.
penulis menyarankan agar untuk Direktorat Jendral Perikanan
penelitian selanjutnya ikan betok Budidaya. Depertemen
dipelihara di keramba dan untuk Kelautan dan Perikanan.
pakannya sebaiknya pakan uji Banjarbaru.
(pellet) dapat diransum / Faturrahman, 2011. Investasi
diformulasikan secara manual Potensial Menyemai Benih
berdasarkan kebutuhan protein ikan Papuyu. Layuh, Kabupaten
betok, setelah itu dapat diberikan Hulu Tengah, Kalimantan
jenis aktraktan yang cocok untuk Selatan. Available at
merangsang daya konsumsi pakan http://kalsel.antaranews.com/
ikan betok.
berita/3774/investasi- Sterba, HG. 1969. Fresh Water
potensial-menyemaibibit- Fishes Of The World. Tucker
papuyu. [10 april 2015] DW ( Translated And
Hepher B, Pruginin Y. 1981. Revised). British Museum.
Commercial Fish Farming The Pet Library, Ltd. 50
with Special Reference to Cooper Square, New York.
Fish Culture in Israel. John 778-780 hal.
Wiley and Sons, New York. Talwar, P.K. dan Jhingran AG.199.
Hickling CF. 1971. Fish Culture. Anabas testudineus Climbing
Faber and Faber, London. Perch. [terhubungberkala].
Jhingran, V. G. 1975. Fish and http:/www. Fishbase.com/
Fisheries of India. India: summery/SpeciesSummary.p
Hindustan Bublishing hp?id=495&CFID=2236458
Publications. &CFTOKEN=4462909.
Mujiman. 1985. Makanan Ikan. Cet Widodo, P., Budiman, U., dan
ke-1: Jakarta. Penebar Ningrum, M., 2007. Kaji
Swadaya. Terap Pembesaran Ikan
Pamungkas, WC. 2011. Pertumbuhan Papuyu (Anabas testudineus
Bloch) dengan Pemberian
dan kelangsungan hidup ikan
Kombinasi Pakan Pelet dan
betok (Anabas testudineus) Keong Mas dalam Jaring
dengan pemeliharaan padat Tancap di Perairan Rawa.
penebaran awal 10,20,30 DKP
larva/ liter.

Anda mungkin juga menyukai