Anda di halaman 1dari 13

 Peyakit pada Tanaman Jagung

Penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi menimbulkan


kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit ini jika tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil
produksi jagung sehingga juga menurunkan pendapatan petani. Adapun penyakit tanaman jagun
biasanya disebabkan oleh serangan hawar daun, busuk pelepah, penyakit bulai, busuk tongkol,
busuk batang, karat daun, bercak daun, serta virus.

1. Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)

a. Gejala

Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval
kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik
(disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak
muncul di mulai dari daun terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat
akibat serangan penyakit hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau
mengering. Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di lahan.

b. Penyebab

Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.

c. Pengendalian

 Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan
semar-5.
 Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terinfeksi bercak daun.
 Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis
sesuai petunjuk di kemasan.
2. Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)

a. Gejala

Penyakit busuk pelepah pada budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah daun,
gejalanya terdapat bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu,
selanjutnya bercak meluas, seringkali diikuti pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan,
berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala serangan penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan
permukaan tanah kemudian menjalar ke bagian atas. Penanaman varietas tidak tahan penyakit ini
(rentan), serangan cendawan penyebab busuk pelepah dapat mencapai pucuk atau tongkol
jagung. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung, di
dalam tanah serta pada sisa-sisa tanaman di lahan. Keadaan tanah basah, lembab, serta drainase
kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga kondisi semacam
ini merupakan sumber inokulum utama.

b. Penyebab

Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani.

c. Pengendalian

- Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti:
Semar-2, Rama, Galur GM 27

- Diusahakan agar penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi

- Lahan memilik idrainase baik

- Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama

- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim.


Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
3. Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai merupakan penyakit utama budidaya jagung. Penyakit ini menyerang
tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit serta saat umur tanaman jagung masih
muda (antara 1-2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil produksi akibat penularan penyakit
bulai dapat mencapai 100%, terutama varietas rentan.

a. Gejala

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun
dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan atas maupun bawah
terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman
jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk,
daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang
berlebihan.

Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya meluas ke
seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik
terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi.
Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan
buah, tetapi bila terinfeksi saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun
buahnya kecil-kecil karena umumnya pertumbuhan tanaman mengerdil.

b. Penyebab

Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan


Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya,

c. Pengendalian

- Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14,
Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang
- Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada
tanaman terserang penyakit bulai

- Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan
aktif) /kg benih

4. Busuk tongkol Fusarium

Gejala penyakit ini ditandai permukaan biji tongkol jagung berwarna merah jambu
sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas berwarna merah
jambu. Cendawan berkembang baik pada sisa tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini
dapat terbawa benih, penyebarannya dapat melalui angin atau tanah. Penyakit busuk tongkol
Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.

5. Busuk tongkol Diplodia

Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada klobot. Jika infeksi
terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan biji berubah menjadi coklat,
kisut akhirnya busuk. Miselium cendawan diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam
tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian
merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam
bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa tanaman di lahan. Gejala busuk tongkol
Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.

6. Busuk tongkol Gibberella

a. Gejala

Serangan dini pada tongkol jagung dapat menyebabkan tongkol jagung menjadi busuk,
kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, serta buahnya berwarna biru hitam di
permukaan kelobot maupun bongkol.

b. Pengendalian :

- Menggunakan pemupukan berimbang.

- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan, jika musim hujan bagian batang
di bawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah ke atas.
- Pergiliran tanaman mengunakan tanaman bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini
mempunyai banyak tanaman inang.

7. Busuk Batang

a. Gejala

Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga
65%. Tanaman jagung terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya.
Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal
batang terserang berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk,
sehingga mudah rebah, serta bagian kulit luarnya tipis. Pangkal batang teriserang akan
memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat. Penyakit busuk batang
jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum,
Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium
apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi
Selatan, penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp.,
Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

b. Penularan

Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada


permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga.
Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi dalam
fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai
untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan
tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi
awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria, serta mampu masuk ke jaringan
tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol jagung. Akibat lebih
kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

c. Pengendalian
- Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya,
Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-
13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, atau J1-C3.

- Melakukan pergiliran tanaman.

- Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.

- Drainase baik.

- Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan
cendawan antagonis Trichodermasp.

8. Karat Daun (Puccinia polysora)

a. Gejala

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat di permukaan daun
jagung bagian atas maupun bawah, uredinia menghasilkan uredospora berbentuk bulat atau oval
serta berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi Tanaman jagung lainnya,
sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi,
infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.

a. Penyebab

Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora

b. Pengendalian

- Menanam varietas tahankarat daun, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 atau Semar-
10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terinfeksi karat daun maupun gulma

- Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif benomil. Dosis/konsentrasi sesuai


petunjuk di kemasan.
8. Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)

a. Gejala

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya
yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan berukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm,
sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6-1,2)x(0,6-2,7) cm. Ras T berbentuk
kumparan, bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan.
Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O. Serangan pada bibit tanaman
menyebabkan tanaman menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam.
Tongkol terserang/terinfeksi dini menyebabkan bijinya akan rusak lalu busuk, bahkan tongkol
jagung dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat di seluruh bagian tanaman (baik daun, pelepah,
batang, tangkai kelobot, biji, maupun tongkol jagung). Permukaan biji terinfeksi tertutup
miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil produksi secara
signifikan. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa
tanaman di lahan atau pada biji jagung di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau
percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.

b. Penyebab

Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua
ras yaitu ras O dan ras T.

c. Pengendalian

- Menanam varietas tahan serangan bercak daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga
atau Palakka

- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman
terinfeksi bercak daun

- Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim.


Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

9. Virus Mosaik

a. Gejala
Gejala penyakit virus mozaik pada budidaya jagung ditandai tanaman jagung menjadi
kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, jika dilihat secara
keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip gejala bulai namun permukaan
daun bagian bawah maupun atas apabila dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan
virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum
maydis secara nonpersisten. Tanaman jagung terinfeksi virus ini umumnya menjadikan
penurunan hasil secara signifikan.

b. Pengendalian

- Mencabut tanaman jagung terinfeksi virus seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi
bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman musim mendatang.

- Melakukan pergiliran tanaman, tidak menanam tanaman jagung secara terus menerus di lahan
yang sama.

- Penyemprotan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi. Dosis/konsentrasi


tidak melebihi anjuran dalam kemasan.

- Tidak menanam benih jagung dari tanaman terinfeksi virus.

DAFTAR PUSTAKA

Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University


Press. 449 hal.
 Penyakit pada tanaman kacang panjang

1. Karat Daun

Karat daun disebabkan oleh cendawan Uromyces phaseoli (Pers)


wint atau Uromyces appendiculatus (Pres) Ung. Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak kecil berwarna putih pada permukaan daun kemudian bercak membesar dan
berubah menjadi cokelat bertepung dikelilingi warna kuning atau bercincin cokelat.
Akhirnya menjadi cokelat tua menyerupai karat pada besi. Penyakit ini juga dapat
menyebar pada polong.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman


dan memilih bibit yang baik atau secara kimia dapat diatasi dengan menggunakan
fungisida seperti Dithane M-45 dengan kosentrasi 180-240g/10 liter air.

2. Antraknosa

Antraknosa adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum


lindemuthianum. Gejala yang ditimbulkan berupa bercak berwarna coklat kemerahan atau
jingga pada batang. Bercak berupa endapan memanjang. Pada tulang daun pada sisi
bagian bawah terdapat warna cokelat kemerahan hingga hitam, serta buah yang terserang
penyakit ini akan memiliki ukuran yang kecil dan berwarna coklat sampai hitam.
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan penanaman menggunakan benih yang
baik, penanaman jangan terlalu rapat, serta dapat menggunakan fungisida seperti Manzale
D (manep), Von Dozep (manep dan zinep), atau Dithane M-45 (mankozep) dengan dosis
sekitar 180-250 gr/100 liter air.

3. Penyakit Belang

Penyakit belang disebabkan oleh virus melalui vektor Aphis craccivora dan Aphis
glycines atau melalui daun secara mekanis. Gejalanya seluruh bagian daun terdapat
belang-belang tapi belum nyata pada daun muda.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan melakukan penanaman dengan benih yang
baik, lakukan pergiliran tanaman, serta memberantas serangga vektor.

 Penyakit pada kacang buncis

 Penyakit Antraknosa yang oleh cendawanColletotrichum lindemuthianum,


termasuk dalam famili Melanconiaccae.. Gejala adanya serangan penyakit ini
adalah: terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong buncis
muda dan bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Untuk
mengendalikannya: memakai benih yang benar-benar bebas dari
penyakit; pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan
tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan tanaman lobak, wortel atau kol bunga;
dan penyemprotan pestisida organik.
 Penyakit bercak daun ini biasanya disebabkan oleh
kehadiran cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam
famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga,
alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala yang timbul akibat serangan
penyakit ini adalah daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan.
Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna
kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai
menyerang polong, maka polong berbercak kelabu serta biji yang terbentuk kurang
padat dan ringan.
Sementara itu,untuk mengendalikannya dengan cara sbb: sebelum ditanam benih
buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C selama 30 menit, rotasi
tanaman, rotasi tanaman, memotong bagaian tanaman yang telah terserang,dan
penyemprotan dengan pestisida organik. Penyemprotan diulang dengan selang
waktu 5-15 hari agar lebih efektif.
 Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni, yang
termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala tanaman buncis yang terserang
penyakit ini : daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti
beludru). Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat
terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat akan dapat menggagalkan proses
pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang
maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna
cokelat suratsehingga kualitasnya menurun.
Dalam upaya mengendalikan penyakit ini yang harus dilakukan petani
yakni: bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau
dibakar,dan dapat juga disemprot dengan pstisida organik. Atau dapat juga
dilakukan penghembusasn dengan tepung belerang.
 Penyakit ujung keriting disebabkan kehadiranvirus mosaik keriting, yang
penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu loncat dari
famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat menjadi
pembawa (carrier) virus tersebut. Pada umumnya,serangan penyakit ini
menimbulkan gejala berupa daun-daun muda menjadi keriting dan berwarna
kuning, sedangkan daun yang sudah tua menggulung atau memilin. Biasanya daun-
daun terasa lebih kaku, tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak
normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Pengendalian terhadap
penyakit ini yang harus dilakukan petani adalah menanam bibit yang tahan
penyakit seperti spurt dan strike,mencabut dan membakar tanaman yang telah
terserang penyakit,dan melakukan penyemprotan pestisida organik
 Penyakit hawar daun ini disebabkan
adanyabakteri Xanthomonas campestris dari familiPseudomonadaceae. Bakteri
ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30
derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa
tanaman yang sakit. Tanaman buncis yang terserang penyakit ini biasanya
akan terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang
daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila
serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya
rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan
tanaman akan mati. Pengendalian yang dapat dilakukan yakni memakai benih yang
bebas dari penyakit,dan selalu menjaga kebersihan lahan tanaman dari gulma
dengan melakukan penyiangan.
 Penyakit busuk lunak umumnya disebabkan olehbakteri Erwinia carotopora,
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya menyerang bila ada
bagian tanaman yang luka, misalnya,karena gigitan ulat atau memang sudah sakit
akibat penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau penyimpanan.
Gejala serangan penyakit busuk lunak ini yakni daun berbercak, berair dan
warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini akan cepat menjalar ke seluruh bagian
tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk. Kadang-
kadang juga bisa roboh bila yang terserang batangnya.Dalam
upayamengendalikannya antara lain: membakar dan membuang tanaman yang
telah terjangkit penyakit; menjaga kebersihan lingkungan
tanaman,dan penyemprotan dengan pestisida organik Penyemprotan dapat
dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Penggunaan pestisida dapat dengan dioleskan
pada bagian tanaman yang sakit sudah cukup efektif.
 Penyakit karat karena adanya cendawanUromyces appendiculatus, termasuk
dalam ordoUredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman
yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada
musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran
air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah
lain.Adapun gejala yang timbul akibat serangan penyakit karat ini yakni: pada
jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun
sebelah atas maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada
varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja.
Pengendalian terhadap penyakit ini yang harus dilakukan sebagai
berikut: menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa
wonder, mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit, menggunakan
pestisida organic. Penyemprotan pestisida organik ini dilakukan bila intensitas
serangan mencapai 10% dengan selang waktu 7 hari. Penyemprotan dengan
pestisida organik efektif dan ramah lingkungan.
 Penyakit layu umumnya disebabkan oleh seranganbakteri Pseudomonas
sollanacearum,termasuk dalam famili Pseudomonadeceae.Adapun gejala
serangannya yakni tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang
tanaman yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan
kalau dipijit keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa
sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. Pengendalian yang
dilakukan antara lain : penyiraman tanaman dengan air yang bebas dari penyakit,
dengan rotasi tanaman selama 2 tahun,dan penyemprotan dengan fungsida Agrept
20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 gram/liter air.
Selain itu, penyebab layu dengan gejala diatas disebabkan oleh
cendawan Fusarium oxyporum,termasuk dalam famil Stilbellaceae.
Sedangkan gejalanya yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan sedikit
perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit tidak
mengeluarkan lendir.Untuk mengendalikannya dengan cara pengendalian hampir
sama dengan cara pengendalian Pseudomonas. Untuk mengendalikan cendawan
ini dapat digunakan campuran jelatang, kapur, kelor,dan mulsa daun bambu
(pestisi organik) ini disemprotkan pada semua batang merata.Ini dinilai cukup
efektif.
 Penyakit damping off akibat adanya cendawanPhytium sp, termasuk dalam
famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui tanah maupun biji. Serangannya
akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi.Pada
umumnya,serangan penyakit ini menimbulkan gejala yakni bagian batang yang
terletak di bawah keping biji (hipokotil) berwarna putih pucat karena mengalami
kerusakan klorofil. Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di
atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak kuat lagi
menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh.
Pengendalian terhadap penyakit ini cukup sederhana, yaitu menyiram tanaman
dengan air yang bebas penyakit,dan menyemprotkan pestisida organik yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai