Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

“PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)”


DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
DI PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

Di susun Oleh:
PUPUT AGUS PURNAIRAWAN
201420461011114

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi Keluarga
Ada beberapa macam definisi keluarga yaitu menurut:
- Departemen Kesehatan (2008): Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
- Ballon Maglaya (1948) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu
rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
- Menurut Fiedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan membagi
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
- BKKBN (2000) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

B. Bentuk Keluarga
Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk kelurga, dalam masyarakat ditemukan
tipe/ bentuk keluarga:
1. Keluarga inti (Nuclear family/ tradisional nuclear) : yaitu keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of original) : yaitu suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga besar (extended family) : yaitu keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tungal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/
lesbion families).
4. Keluarga berantai (social family resconstututed nuclear) : yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda : yaitu keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/ kematian
pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family) : yaitu keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation): dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur, namun lambat laun mulai dapat diterima.
8. Keluarga inces (incest family) : seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim dan melanggar
nilai-nilai budaya, contoh: anak perempuan menikah dengan ayah kandung, ibu menikah
dengan anak kandung laki-laki, 2 saudara seayah dan seibu menikah, paman menikah
dengan keponakan.
9. Keluarga tradisional dan non tradisional : yaitu dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh: keluarga tradisional adalah ayah ibu dan anak dari hasil
perkawinan atau adopsi, keluarga non tradisional adalah sekelompok orang yang tinggal di
sebuah asrama.
10. Keluarga single adult : yautu orang dewasa yang tinggal sendiri yang tidak ada keiinginan
untuk kawin.
11. Niddle age/ aging couple : yaitu suami sebagai pencari uang, istri di rumah/ kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan/
meniti karir.
12. Single parent : yaitu satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anak-anak dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
13. Dual Carrier : yaitu suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
14. Commuter Maried : yaitu suami istri/ keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

C. Struktur dan Fungsi Keluarga


1. Struktur Keluarga
a. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidikanak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggotamasyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
Tiap keluarga mempunyai struktur peran : peran formal dan non formal.
Contoh : Peran Formal kepala keluarga dan pencari nafkah.
Peran nonformal panutan dan pelindung keluarga.
b. Struktur Kekuatan
Yaitu: Kemampuan berkomunikasi, kemampuan untuk saling berbagi, kemampuan
system pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
kemampuan menyelesaikan masalah. Kekuatan merupakan kemampuan (potensial
atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
- Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
- Referent power (seseorang yang ditiru)
- Resource or expert power (pendapat ahli)
- Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
- Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
- Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
- Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual).

2. Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga.
Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai
tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga,
penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari
internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan
dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan
tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah,
depresi dan perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih
mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi
tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Menurut Friedman, lima fungsi dasar keluarga adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan saling mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Adalah kemampuan anggota keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
Menurut WHO (1978)
1.1 Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
1.2 Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga.
1.3 Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga
1.4 Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang.
Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
1.5 Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

D. Tahap Tumbuh Kembang Keluarga dan Tugas-tugas keluarga dalam tahap-tahap


perkembangan ( Friedman,1998) yaitu :
1. Tahap I, Pasangan Baru ( Keluarga Baru )
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing.Karena masih banyak yang kita temui keluarga baru yang tinggal
dangan orang tua, maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini bukanlah
secara fisik, namun secara psikologis keluarga tersebut sudahmemiliki keluarga baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga
yang yang baru karena keduannya membutuhkan penyusaian peran dan fungsi sehari-hari,
masing–masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya misalnya kebisaan makan, tidur, bangun pagi dan lain-lain.
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini yaitu :
- Membina hubungan intim yang memuaskan
- Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social.
- Mendiskusikan renana memiliki anak, kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan
anak dan jumlah anak yang diharapkan.
2. Tahap II, Keluarga Kelahiran Anak Pertama Child-bearring
Keluarga yang menantikan kelahiran di mulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.kelahiran bayi pertama
memberikan perubahuan yang besar dalam keluarga,sehingga pasagan harus beradaptasi
dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayinya sering terjadi dengan kelahiran
bayi, pasangan merasa diabaikan karna fokos perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh peasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan.
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini yaitu :
- Persiapan menjadi orang tua.
- Adaptasi dengan perubahan anggaota keluarga : peran,aintraksi,hubungan seksual,dan
kegiatan lain.
- Mertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat keluarga dalam tahap ini adalah mengakaji peran orang tua,
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi.perawat perlu memfasilitasi hubungan
orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III, Keluarga dengan tahap prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak usia 5 tahun, keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan sagat tergantung pada orang
tuanya kedua orang tua harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga kehidupan
anak,suami,istri dan pekerjaan dapat terpenuhi.
Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguatkan hubungan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas Perkembangan Keluarga Pada Tahap ini yaitu :
- Memenuhi kebutuhan anggata keluarga seperti kebutuhan tempet tinggal,privasi dan
rasa aman.
- Membantu anak untuk bersosialiasi.
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang jaga harus
terpenuhi
- Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
- Pembagian waktu untuk individu,pasangan dan anak (tahap paling repot)
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap IV, Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk selah pada usia 6 tahun.Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,sehingga keluarga sangat
sibuk.Selain aktivitas di sekolah,masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat
sendiri.Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan
anak.Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mancapai tugas perkembangan.
Tugas Perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu :
- Membantu sosialisasi anak,tetangga,sekolah dan lingkungan.
- Mempertahankan keintiman paangan.
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meninggkat, termasuk
kebutuhan untuk meninggkatkan kesejahteraan anggota keluarga
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,memberi kesempatan kepada
anak,memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah
maupaun luar sekolah..
5. Tahap V, Keluarga dengan Anak Remaja.
Tahap ini dimulai pada saat anak berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.Tujuan
keluarga ini adalah melepaskan anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. seperti pada tahap-
tahap sebelumnya.
Tugas Perkembangan Keluarga pada tahap ini yaitu :
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa dan meninggkat otonominya.
- Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
- Mempertahankan komunikasi tebuka antara anak dan orang tua.
- Hindari perdebatan,kecurigaan dan permusuhan.
- Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya
sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya).Sering kali muncul konflik antara
orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan akivitas
sementara orang tua mempunyai hak untuk melakukan aktivitasnya dan orang tua
mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak.Dalam hal ini orang tua perlu
menciptakan komunikasi terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga
hubungan orang tua dengan remaja tatap harmonis.
6. Tahap VI, Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri.
Tugas Perkembangan Keluarga pada Tahap ini yaitu :
- Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Membamtu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
- Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membembentuk keluarga
sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk mandiri.Pada saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri
seperti pada fase awal.Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan
merasa ‘kosong’ karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi
keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatan peran sebagai
pasangan, dan memelihara hubungan dengan anak.
7. Tahap VII, Keluarga usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa fase ini dirasakan sulit karena
masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas Perkembangan keluarga pada Tahap ini yaitu:
- Mempertahankan kesehatan.
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
- Meningkatkan keakraban pasangan.
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas : polo hidup yang sehat, deit
seimbang, olahraga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan, dan sebagainya. Pasangan juga
mempertahankkan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara
mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu )sehingga paangan perlu
semakin dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-
masing pasangan.
8. Tahap VIII, Keluarga Usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan
pensiun,berlanjut salah satu psangan meninggal.Proses berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat di hindari karena berbagai stressor dan kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan.Dengan memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi
stressor.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu :
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenanakan.
- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,teman,kekuetan fisik, dan
pendapatan.
- Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
- Melakukan ‘Live review.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri dari pada tinggal bersama anak-anaknya. Menurut hasil rist Day and Day
(1993).Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih
posittif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-
teman sebayanya.Orang tua juga perlu melakukan ‘life review’denan mengenang
pengalaman hidupnya berkualitas dan berarti.

E. Tugas Kesehatan Keluarga


Lima tugas kesehatan keluarga menurut Fredman (1981), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga/ setiap anggotanya.
Keluarga terutama orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan anggotanya maupun
perubahan-perubahan yang dialami anggotanya. Meereka perlu mencatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, sebesar apa perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
pribadi anggota keluarga/ modifikasi lingkungan.
5. Menggunakan fasilits kesehaatan yang ada di masyarakat, mempertahankan hubungan
timbal balik antara keluarga, lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat
fasilitas kesehatan yang baik.
F. Peran Perawat Keluarga
1. Sebagai pendidik
Perawat keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melaksanakan program askep keluarga secara mandiri dan
bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Perawat keluarga harus
memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar.
Tujuan khusus proses belajar mengajar adalah:
- Pendidikan untuk meningkatkan kesehatan dan penanganan penyakit.
- Membanatu keluarga untuk mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang
sedang dialami atau dibutuhkan.
2. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan.
Menurut ANA praktek keperawatan komunitas merupakan praktek keperawatan
yang umum, menyeluruh dan berlanjut.Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan
perawatan lanjutan di rumah, maka perlu koordinasi lanjutan askep di rumah.
3. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan dan pengawasan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang
sakit. Di klinik ataupun di rumah sakit, perawat dapat mendemonstrasikan cara merawat
keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukan di rumah. Hal ini dapat dilakukan
oleh perawat kesehatan masyarakat.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan.
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan atau penasehat
Sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
6. Kolaborasi
Harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain
untuk mencapai tahap bkesehatan keluarga yang optimal.
7. Sebagai pembela (advokat)
Melindungi hak keluarga dari pelayanan yang tidak sesuai di masyarakat. Bentuk advokasi
lainnya membantu keluarga ekonomi rendah dalam mencari bantuan yang mungkin dapat
memenuhi kebutuhan keluarga
8. Sebagai fasilitator
Membantu keluarga di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.Keluarga sering tidak menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai
kendala yang ada.Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, masalah sosial budaya. Agar dapat
melaksanakan peran ini dengan baik perawat harus mengetahui system pelayanan
kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat.
9. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan sedini mungkin, sehingga tidak terjadi ledakan
penyakit/ wabah.
10. Modifikasi lingkungan
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
11. Sebagai Peneliti.

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan
atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan
atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang
melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).

B. Etiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan berlemak
tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan diserap
tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol.
Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan
terhadap akan memungkinkan berkembangnya koleteral yang cukup sebagai pengganti.
2. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK.
3. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang
mengenai arteri coronaria, dll.
Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina pectoris
dan infark miokardium :
1. Angina pectoris
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon,
terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar
ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen.
a. Ateriosklirosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat d.
d. Artritis
e. Aorta insufisiensa
Adapun jenis-jenis angina :
a. Angina stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan
jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga.
b. Angina prinzmental
Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi spasme arteri koroner yang
menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
arterosklerosis.
c. Angina tak stabil
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban
kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandi oleh
trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di
bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang di perdarahi oleh
pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang melekat di
arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang
jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi.

C. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian suatu
penyakit di atas rata-rata. Faktor risiko mempunyai risiko penyakit jantung koroner dalam dua
kelompok, yaitu faktor risiko primer dan sekunder.
1. Faktor risiko primer
a. Merokok (1 pak atau lebih dalam sehari)
b. Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ; siastolik > 150 mmHg)
c. Peningkatan kolesterol plasma (> 240 - 250 mg/dl)
2. Faktor risiko sekunder
a. Peningkatan trigliserida plasma
b. Obesitas
c. Diabetes mellitus
d. Stres kronik
e. Pil KB
f. Vasektomi
g. Kurang aktifitas fisik
h. Keturunan
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis
sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini
bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero - genensis.
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang
terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol.
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan
ada faktor resiko utama yang tak diketahui benar- benar ada. berbagai faktor resiko yang ada
antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin.

D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis penyekit jantung koroner : Beberapa hari atau minggu sebelumnya
tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut
keras ,napas tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan
banyak.
Dalam kondisi sakit :
a. Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai ke telapak
tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
b. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38 derajat celcius
c. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
d. Debar jantung abnormal
e. Tekanan darah rendah atau stroke
f. Muka pucat pasi
g. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
h. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
i. Pingsan
j. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya perasaan mau mati
saja

E. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana
bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala
gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectoris.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut
densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very
Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL
menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di
ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner
berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).
1. Angina pectoris
Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat pada
jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen
ke oto jantung namun jika arteria koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
arterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemi miokardium, sel- sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Cara ini tidak efesien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri
yang berkaitan dengan nagina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang,
maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
penimbunan asam laktat, maka nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian angina pectoris
merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.
2. Infark miokardium
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang
akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis sel melepaskan simpanan kalium intra sel
dan enzim intra sel yang menyederai sel-sel di sekitarnya. Protein intra sel mulai mendapat akses
ke sirkulasi sistemik dan ruang intertisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan
intertisial di sekitar miokardium, akibat kematianj sel, tercetus reaksi inflamsi . di tempat
inflamsi, terjadi penimbunan trombosit dfan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi
sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat
vasokontriktif dan sebagian merangsang pembekuan (tromboksan).
Secara singkat semakin bayak arah (peningkatan preload) di salurkan ke jantung,
jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang menyempit (peningkatan
afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, terjadi akibat penurunan
kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah
rusak. Kebutuhan oksigen jantung meningkat. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel
tidak dapat di penuhi, maka terjadi peluasan daerah sel yang cedera dan iskemia di sekitar zona
nekrotik (mati). Sel- sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan
memompa jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk
bagian jantung yang masih sehat. Akhirya, karena darah di pompa secara tidak efektif, dan
kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai
akumulasi trombosit dan factor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan
bekuan darah.

F. Komplikasi
Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering memberikan
komplikasi adalah ventrikel vibrilasi. Ventrikel vibrilasi 95% meninggal sebelum sampai rumah
sakit. Komplikasi ini meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/syok
kardiogenik.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Menunjukan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datanya
gelombang T, menunjukan cedera dan adanya gelombang Q, nekrosis berarti.
2. Enzim jantung dan iso enzim : CPK-MB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung),
meningkat dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam . LDH meningkat dalam 12-
24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
3. Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas, contoh, hipokalemia/ hiperkalemia.
4. Sel darah putih : Leukosit (10.000-20.000). biasanya tampak pada hari kedua setelah IM
sehubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua – ketiga setelah IM menunjukan
inflamasi.
6. Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut/kronis.
7. GDA/Oksimetri nadi : dapat menunjukan hipoksia atau proses penyakit paru akut/kronis.
8. Kolesterol/trregliserida serum : meningkat, menunjukan arteriosklesis sebagai penyebab
IM.
9. Foto dada : mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisme ventrikuler
10. Ekokardiogram : mungkin dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup/
dinding ventrikuler, dan konfigurasi/fungsi katup.
11. Pencitraan darah jantung : Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
12. Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan/penyumbatan arteri koroner dan
biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase akut IM kecuali
mendekati bedah jantung angioplasti.
13. Digital Substraction Angiography (DSA) : tekhnik yang digunakan untuk menggambarkan
status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit arteri perifer.
14. Nuclear Magnetic Resonance (NMR) : memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi
jantung/katup ventrikel, katup, lesi veskuler, pembentukan plak, are nekrosis/infark, dan
bekuan darah.
15. Tes stress olahraga : menetukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan).

H. Penatalaksanaan
1. Perubahan gaya hidup :
a. Berhenti merokok
b. Diet sehat, mencegah atau menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
mempertahankan berat badan sehat.
c. Olahraga
d. Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
e. Kurangi stress
2. Obat obatan
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan
penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung dan kematian
mendadak.
a. Obat penurunan kolesterol
b. Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
c. Penyekat ACE
d. Penyekat beta
e. Penyekat kalsium
f. Nitroligserin
g. Nitrat
h. obat trombolitik
3. Prosedur Kasus :
a. Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit.
Prosedur ini meningkatkan aliran darah ke otot jantung, menyembuhkan sakit dada, dan
mencegah serangan jantung.
b. Coronary arteri by pass surgery/operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau
vena dari bagian tubuh lain untuk melewati /by pass arteri koroner yang menyempit.
Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.
c. Latihan/exercise
4. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol
faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin
mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,
status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi
anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur
dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
d. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan
metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda
vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah :
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut,
ruas jari kaki, paha dan lipat paha).
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karen. Adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada penderita penyakit
jantung coroner adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga dalam menaati terapi diet b/d Kurangnya paparan
informasi tentang penyakit (jantung).
2. Ketidakmampuan keluarga dalam mempertahankan status kesehatan b/d kurangnya
kesadaran dan motivasi melakukan pola hidup sehat.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menylesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,1998).11
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga (Mubarok,dkk, 2006). Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah
tingkat keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau
penyalur (Effendi,1998).
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan yang
sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga. Pendekatan ini digunakan dalam
rangka mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai
dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, pelaksanaan dan
teknik evaluasi.
II. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memeliharakesehatan keluarga mereka
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan khusus
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :
1.1 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasimasalah kesehatan yang
dihadapi oleh keluarga.
1.2 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangimasalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
1.3 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusanyang tepat dalam
mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
1.4 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhankeperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya.
1.5 Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutuhidupnya
(Effendi,1998).

III. Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi :


1. Pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga
Yang termasuk dalam pengkajian keluarga adalah :
a. Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural.
b. Data lingkungan.
c. Struktur dan fungsi keluarga.
d. Stress dan strategi koping yag digunakan keluarga.
e. Perkembangan keluarga.
Yang termasuk dalam pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga adalah :
a. Fisik
b. Mental
c. Emosi
d. Spiritual
2. Perumusan diagnosa keperawatan
3. Penyusunan rencana keperawatan
Rencana disusun untuk menentukan prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber
daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang telah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya
yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Tahap I: Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan
pengkajian dapat menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
A. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram
6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan serta denah rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3. Mobolitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk mengubah perilaku.
3. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu : keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi: pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah:
1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit.
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan
sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah:
1) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang
dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/penyakit.
2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
3) Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang
diperlukan.
5) Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam
keluarga.
6) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara
lingkungan dimasa mendatang.
7) Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
8) Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana
pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
9) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik,
pengobatan dan rehabilitasi).
10) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan
pencegahan.
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

Tahap II: Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi
yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu
pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
- Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
- Resiko (ancaman kesehatan)
- Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga :
Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual
Contoh 1
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.
b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk
mengatasi masalah kekurangan nutrisi.
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dangan
masalah kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga) mengandung 3 unsur yaitu
ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidakmauan mengambil keputusan dan ketidak
mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu)
diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam merumuskan tujuan dan intervensi
harus melibatkan ketiga etiologi tersebut .
Contoh 2
Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah peran suami.
Contoh 3
Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).
Diagnosa Keperawatan Keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan
rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, dsb.
Contoh:
a. Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal masalah komunikasi
b. Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan
dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.
Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak
menggunakan etiologi.
Contoh:
a. Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R
b. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R
c. Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R.

MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :


NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Sedang 2 1
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
Skor
x Bobot
Angka tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga.

Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas


- Kriteria 1
Sifat masalah : bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena
yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh
keluarga.
- Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
 Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
 Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
 Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan
dukungan masyarakat.
- Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
 Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
 Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi
untuk mencegah masalah.
- Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut.Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan
intervensi keperawatan keluarga.

Tahap III: Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.Kriteria dan
standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

FORMAT PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
Keluarga

Tahap IV: Implementasi


Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini ;
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
a. Memberikan informasi.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara:
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara ;
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Tahap V: Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga.Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan
diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.
FORMAT PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi


Keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes Republik Indonesia.(2000) Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes.
Depkes Republik Indonesia.(2008) Pedoman Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.Jakarta:
Depkes.
Sylvia, Azhari (2010) Perilaku Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada Balita Di Asrama Kowilhan
Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010.
Supariasa, I Dewa Nyoman.(2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Mubarok Iqbal, Chayatin N., Santoso Adi B. 2011, Ilmu Keperawatan Komunitas konsep dan Aplikasi,
Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai