LP PJK
LP PJK
Di susun Oleh:
PUPUT AGUS PURNAIRAWAN
201420461011114
A. Definisi Keluarga
Ada beberapa macam definisi keluarga yaitu menurut:
- Departemen Kesehatan (2008): Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
- Ballon Maglaya (1948) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu
rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
- Menurut Fiedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan membagi
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
- BKKBN (2000) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
B. Bentuk Keluarga
Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk kelurga, dalam masyarakat ditemukan
tipe/ bentuk keluarga:
1. Keluarga inti (Nuclear family/ tradisional nuclear) : yaitu keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of original) : yaitu suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga besar (extended family) : yaitu keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tungal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/
lesbion families).
4. Keluarga berantai (social family resconstututed nuclear) : yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda : yaitu keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/ kematian
pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family) : yaitu keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation): dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur, namun lambat laun mulai dapat diterima.
8. Keluarga inces (incest family) : seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim dan melanggar
nilai-nilai budaya, contoh: anak perempuan menikah dengan ayah kandung, ibu menikah
dengan anak kandung laki-laki, 2 saudara seayah dan seibu menikah, paman menikah
dengan keponakan.
9. Keluarga tradisional dan non tradisional : yaitu dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh: keluarga tradisional adalah ayah ibu dan anak dari hasil
perkawinan atau adopsi, keluarga non tradisional adalah sekelompok orang yang tinggal di
sebuah asrama.
10. Keluarga single adult : yautu orang dewasa yang tinggal sendiri yang tidak ada keiinginan
untuk kawin.
11. Niddle age/ aging couple : yaitu suami sebagai pencari uang, istri di rumah/ kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan/
meniti karir.
12. Single parent : yaitu satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anak-anak dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
13. Dual Carrier : yaitu suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
14. Commuter Maried : yaitu suami istri/ keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
2. Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga.
Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai
tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga,
penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari
internal maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan
dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan
tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah,
depresi dan perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih
mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi
tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Menurut Friedman, lima fungsi dasar keluarga adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan saling mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Adalah kemampuan anggota keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
Menurut WHO (1978)
1.1 Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
1.2 Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga.
1.3 Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga
1.4 Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang.
Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
1.5 Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis penyekit jantung koroner : Beberapa hari atau minggu sebelumnya
tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut
keras ,napas tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan
banyak.
Dalam kondisi sakit :
a. Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai ke telapak
tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
b. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38 derajat celcius
c. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
d. Debar jantung abnormal
e. Tekanan darah rendah atau stroke
f. Muka pucat pasi
g. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
h. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
i. Pingsan
j. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya perasaan mau mati
saja
E. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana
bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala
gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectoris.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut
densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very
Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL
menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di
ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner
berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).
1. Angina pectoris
Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga meningkat pada
jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen
ke oto jantung namun jika arteria koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
arterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemi miokardium, sel- sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Cara ini tidak efesien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri
yang berkaitan dengan nagina pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang,
maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
penimbunan asam laktat, maka nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian angina pectoris
merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.
2. Infark miokardium
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang
akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis sel melepaskan simpanan kalium intra sel
dan enzim intra sel yang menyederai sel-sel di sekitarnya. Protein intra sel mulai mendapat akses
ke sirkulasi sistemik dan ruang intertisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan
intertisial di sekitar miokardium, akibat kematianj sel, tercetus reaksi inflamsi . di tempat
inflamsi, terjadi penimbunan trombosit dfan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi
sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat
vasokontriktif dan sebagian merangsang pembekuan (tromboksan).
Secara singkat semakin bayak arah (peningkatan preload) di salurkan ke jantung,
jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang menyempit (peningkatan
afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, terjadi akibat penurunan
kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah
rusak. Kebutuhan oksigen jantung meningkat. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel
tidak dapat di penuhi, maka terjadi peluasan daerah sel yang cedera dan iskemia di sekitar zona
nekrotik (mati). Sel- sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan
memompa jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk
bagian jantung yang masih sehat. Akhirya, karena darah di pompa secara tidak efektif, dan
kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai
akumulasi trombosit dan factor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan
bekuan darah.
F. Komplikasi
Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering memberikan
komplikasi adalah ventrikel vibrilasi. Ventrikel vibrilasi 95% meninggal sebelum sampai rumah
sakit. Komplikasi ini meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/syok
kardiogenik.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Menunjukan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datanya
gelombang T, menunjukan cedera dan adanya gelombang Q, nekrosis berarti.
2. Enzim jantung dan iso enzim : CPK-MB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung),
meningkat dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam . LDH meningkat dalam 12-
24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
3. Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas, contoh, hipokalemia/ hiperkalemia.
4. Sel darah putih : Leukosit (10.000-20.000). biasanya tampak pada hari kedua setelah IM
sehubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua – ketiga setelah IM menunjukan
inflamasi.
6. Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut/kronis.
7. GDA/Oksimetri nadi : dapat menunjukan hipoksia atau proses penyakit paru akut/kronis.
8. Kolesterol/trregliserida serum : meningkat, menunjukan arteriosklesis sebagai penyebab
IM.
9. Foto dada : mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisme ventrikuler
10. Ekokardiogram : mungkin dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup/
dinding ventrikuler, dan konfigurasi/fungsi katup.
11. Pencitraan darah jantung : Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
12. Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan/penyumbatan arteri koroner dan
biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase akut IM kecuali
mendekati bedah jantung angioplasti.
13. Digital Substraction Angiography (DSA) : tekhnik yang digunakan untuk menggambarkan
status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit arteri perifer.
14. Nuclear Magnetic Resonance (NMR) : memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi
jantung/katup ventrikel, katup, lesi veskuler, pembentukan plak, are nekrosis/infark, dan
bekuan darah.
15. Tes stress olahraga : menetukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan).
H. Penatalaksanaan
1. Perubahan gaya hidup :
a. Berhenti merokok
b. Diet sehat, mencegah atau menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
mempertahankan berat badan sehat.
c. Olahraga
d. Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
e. Kurangi stress
2. Obat obatan
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan
penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung dan kematian
mendadak.
a. Obat penurunan kolesterol
b. Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
c. Penyekat ACE
d. Penyekat beta
e. Penyekat kalsium
f. Nitroligserin
g. Nitrat
h. obat trombolitik
3. Prosedur Kasus :
a. Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit.
Prosedur ini meningkatkan aliran darah ke otot jantung, menyembuhkan sakit dada, dan
mencegah serangan jantung.
b. Coronary arteri by pass surgery/operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau
vena dari bagian tubuh lain untuk melewati /by pass arteri koroner yang menyempit.
Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.
c. Latihan/exercise
4. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol
faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin
mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.
Tahap V: Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga.Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan
diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.
FORMAT PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Almatsier, Sunita. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes Republik Indonesia.(2000) Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes.
Depkes Republik Indonesia.(2008) Pedoman Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.Jakarta:
Depkes.
Sylvia, Azhari (2010) Perilaku Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada Balita Di Asrama Kowilhan
Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010.
Supariasa, I Dewa Nyoman.(2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Mubarok Iqbal, Chayatin N., Santoso Adi B. 2011, Ilmu Keperawatan Komunitas konsep dan Aplikasi,
Salemba Medika, Jakarta