Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI NON FARMAKOLOGI PADA DISMENORHEA


POKOK BAHASAN : Dismenorhea
SUB POKOK BAHASAN : Terapi Non Farmakologi Pada Dismenorhea
TEMPAT : Balai Dusun Sukorame
WAKTU :
1. Latar Belakang
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulanya untuk kehamilan (Keikos, 2007). Menstruasi menurut
Prawirohardjo (1999) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium. Walaupun menstruasi datang setiap
bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik
atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung (Blogdokter, 2007).
Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (Imcw, 2007). Dismenore dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare
dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan mabok,
keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami
“kelumpuhan” aktivitas untuk sementara (Youngson, 2002).
Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang,
tetapi hal ini akan sangat menggangu syarafnya, kadang-kadang sampai mengalami
penderitaan yang menahun dan kronis (Hartati, 1990).
Penyebab dismenore bermacam-macam yaitu karena suatu proses penyakit (misalnya
radang panggul), endometriosis, tumor, atau kelainan letak uterus, selaput dara atau
vagina tidak berlubang, dan stres atau kecemasan yang belebihan, tetapi penyebab
yang tersering diduga karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada
hubungan dengan organ reproduksi.
Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan
hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami
dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan
apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008).
Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap
tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di
dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan
(Harunriyanto, 2008).
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan remaja putri dapat memahami dan
mengerti tentang Nyeri haid yang sering dialami wanita saat menstruasi
3. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini dan remaja putri dapat menjelaskan
kembali :
1. Pengertian nyeri haid
2. Penyebab
3. Tanda dan Gejala
4. Pengobatan
4. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
5. Media
Power Point
6. Rencana Penyuluhan
NO Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Audiens
1. Pembukaan 5 menit Menjawab salam dan
1. Salam
memperhatikan
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
2. Pelaksanaan 50 menit 1. Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan
memperhatikan
secara berurutan dan teratur 2. Bertanya dan
Materi :
menjawab
a. Pengertian dismenorhea
b. Penyebab dismenorhea pertanyaan
c. Tanda dan gejala dismenorhea
d. Pengobatan Non Farmakologi
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Penutup 5 menit Menjawab salam
1. Mengucapkan terima kasih dan
mengucapkan salam
7. Materi
NYERI HAID PADA WANITA

1. Pengertian Nyeri Haid


Menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai
dengan pelepasan endometrium. Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding
uterus disertai dengan perdarahan. Darah haid tidak membeku karena ada fermen yang
mencegah pembekuan darah dan mencairakan potongan potongan mukosa. Hanya jika
terlalu banyak darah yang keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul
bekuan bekuan darah dalam darah haid.
Secara fisiologi haid dipengaruhi berbagai hormone GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormon) yang di keluarkan oleh hipotalamus dan memicu hipofisis anterior
mengeluarkan hormone FSH.FSH Memicu pematangan folikel di ovarium, sehinga
terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel
endometrium (Penebalan dari endometium). Estrogen yang tinggi memper tanda kepada
hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing Hormon). LH akan
mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesiskan progesteron.
Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sexkeretorix pada endometrium sehingga
terjadi fase sexresi atau faseluteal
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Nyeri yang dirasakan selama menstruasi adalah normal namun apabila berlebihan,
maka hal ini merupakan masalah. Terutama apabila nyeri ini sampai membatasi /
mengganggu aktivitas sehari – hari atau sampai selalu membutuhkan obat penghilang
rasa nyeri.
Nyeri haid atau disminore itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 2.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan dengan intensitas
nyerinya.
1. Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis :
a. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), yaitu dismenorea yang terjadi
tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional
tidak stabil, dismenorea primer mudah terjadi. Faktor konstitusi erat kaitannya
dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Dismenorhea primer timbul sejak menarche, biasanya pada tahun pertama
atau kedua haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian
hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Nyeri biasanya terjadi beberapa jam
sebelum atau setelah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam.
Nyeri diuraikan sebagai mirip-kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian
bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Dapat
disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah,
iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya
b. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired), yaitu dismenorea yang berkaitan
dengan kelainan ginekologis, baik kelainan anatomi maupun proses patologis pada
pelvis.
Dismenorea sekunder biasanya terjadi beberapa tahun setelah menarche,
dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum
menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada
dismenorea sekunder dijumpai kelainan ginekologis seperti endometriosis,
adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain. Dapat pula
disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang abnormal
2. Berdasarkan intensitas nyeri
a. Dismenorea ringan, yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang berlangsung
beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa
disertai pemakaian obat.
b. Dismenorea sedang, yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk
menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.
c. Dismenorea berat, yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat sedemikian
lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih
2. Penyebab Nyeri Haid :
Penyebab dari nyeri haid ini adalah
a. Disminorrea primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi
disminorrea primer, tetapi meskipun begitu patofisiologinya belum jelas terjadi.
Etiologi dari disminorrea primer tersebut adalah :
1. Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja yang tidak stabil emosional tidak stabil,
mempunyai ambang nyeri tang rendah, sehingga dengansedikit rangsangan
nyeri, maka ia akan sangat merasakan kesakitan
2. Faktor Endokrin
Pada umumnya haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tudak
bagus. Hal ini sanagt erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan
produksi prostlagandin akan menyebabakan terjadinya kontraksi uterus yang
tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri
b. Disminorrea sekunder
Pada disminorrea sekunder etiologi yang mungkin terjadi adalah :
1. Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang
menyebabkan perdarahan, tumor atau fibroid
2. Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput
lendir rahim,
3. Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan
jaringan endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan
yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus menstruasi,
lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya
kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan
dikeluarkan sebagai menstruasi.
Bagaimana lapisan endometrium ini dapat tumbuh di luar
rahim? Biasanya tempat-tempat di luar rahim di mana lapisan endometrium ini
tumbuh ialah pada indung telur (ovarium), belakang rahim (ligamen utero
sacral), saluran tuba fallopi dan kandung kemih. Penyebab endometriosis
secara pasti belum diketahui, tapi ada beberapa teori yang diajukan selama ini,
yaitu :
a. Menstruasi retrograd, di mana sebagian aliran darah menstruasi dari rahim
keluar ke rongga perut melalui saluran tuba fallopi.
b. Gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel-sel endometrium
melekat dan berkembang.
c. Kelainan genetis.
d. Infeksi pelvis
3. Tanda dan Gejala
1. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah
dan tungkai
2. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang
terus menerus ada.
3. Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya
dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
4. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan
sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah
4. Pengobatan
Pengobatan atau penatalaksanaan dari diminorrea ini dapat dilakukan dengan medis
dan non medis.
1. Terapi medis untuk perempuan yang mengalami dissminorrea adalah :
Pemberian obat analgetik digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. dapat
menggunakan aspirin, asetaminofen, propofiksen (untuk Nyeri ringan),
Promrtazin, oksikodon, butalbitat ( untuk Nyeri berat)
2. Terapi Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan
pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang
diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi).
Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron
diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri
berkurang.
Terapi non Medis dapat dilakukan :
1. Hangatkan bagian perut, dapat menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi
spasmodik uterus
2. Masase daerah perut yang tersa nyeri, mengurangi nyeri karena ada stimulus
sentuhan terapeutik
3. Lakukan latihan ringan, dapat memeprbaiki aliran uterus dan tonus otot
4. Lakukan tekhnik relaksasi, mengurangi tekanan untuk mendapatkan rileks
5. Istirahat dan tidur
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani, 2009 Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai