57
1. PENDAHULUAN : KUAT ARUS LISTRIK
Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam
relatif, maka dalam pembahasan listrik dinamis, kita akan selalu
membicarakan muatan yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor.
Suatu bahan disebut bersifat konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya
Ampere
terdapat cukup banyak muatan (elektron) bebas. Elektron bebas adalah
elektron yang tidak terikat pada satu inti atom, atau meskipun terikat, ia
merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti sehingga hanya
mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini kemudian, yang
akan “mengalir” dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan potensial
diantara dua titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang memiliki
benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (-) ke potensial
yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru sebaliknya).
Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika terdapat
beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan yang
mengalir dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan
sebagai :
muatan (Coulomb) dQ
Kuat Arus ( I) = = (1)
waktu (detik) dt
Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere.
Arah dari arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron,
ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang
dilakukan sebelum diketahui bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik
adalah partikel bermuatan negatif (elektron bebas).
E
Arah elektron
58
buah setiap meter kubiknya yang bergerak sangat acak dan bertumbukan
satu sama lain dengan kecepatan rata-rata v = 106 m/s (satu juta meter tiap
detiknya). Waktu antar tumbukan satu dengan yang lainnya yang dialami
sebuah elektron τ berkisar atara 3x10-14 detik. Sebuah waktu yang sangat
pendek.
v =106 m/s
Jika kita memberikan medan listrik pada kawat tembaga misalnya, maka
elektron-elektron sesuai dengan hukum elektrostatik yang pernah kita bahas,
akan mengalami gaya Coulomb sebesar :
F = qeE (4)
Jika kita substitusikan a dari persamaan (4) dan F dari persamaan (5), maka
dihasilkan :
qeE
vd = ⋅τ (7)
me
ini merupakan kecepatan arus listrik (drift velocity).
Kita akan menghitung seberapa besar kecepatan elektron pada arus listrik ini.
Misalkan kita memiliki kawat tembaga sepanjang l = 10 meter, dan pada
ujung-ujungnya kita berikan beda potensial V sebesar 10 Volt. Dengan
demikian medan listriknya dapat kita hitung melalui :
V
E= = 1 Volt / m
l
59
karena massa elektron sekitar 10-30 kg dan muatannya 1,6 x10-19 C, maka jika
hitung vd pada kawat tembaga :
Kura-kura
Elektron Vd
60
2. HAMBATAN/RESISTANSI R dan RESISTIVITAS ρ
Ketika “mengalir” dalam suatu kawat konduktor, elektron
berhadapan/mengalami rintangan dari molekul-molekul dan ion-ion dalam
konduktor tersebut sehingga mengalami aliran arus listrik mengalami
semacam hambatan. Seberapa besar hambatan ini dinyatakan dengan
resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan R. Satuan dari hambatan
dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan atau konduktor
dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat-jenis (resistivitas) ρ
adalah : l
l (8)
R =ρ
A
dengan
R : Hambatan/resistansi (ohm)
ρ : Hambatan jenis/Resistivitas (ohm. Meter)
l : panjang kawat (m)
A : luas penampang kawat (m2)
Isolator Baik
Kaca, Plastik 10-12-10-16 1012-1016 1020
61
Resistansi juga merupakan fungsi dari temperatur (dipengaruhi temperatur)
dengan rumusan sebagai berikut :
R = R o + α ⋅ R o ⋅ (T − To ) (9)
62
Tabel 4.2 Data resistivitas dan konstanta temperatr resistansi beberapa bahan
Bahan ρ (Ω
Ωm) α(1/K)
Alumunium 2,8 x 10-8 3,9 x 10-3
Besi 10 x 10-8 5,0 x 10-3
Belerang 1 x 1015
Kaca 1010-1014
Kayu 108-1014
Karet 1013-1016
Karbon 3,5 x103 -0,5 x 10-3
Perak 1,6 x 10-8 3,8 x 10-3
Tembaga 1,7 x 10-7 3,9 x 10-3
Timah 22 x 10-8 4,3 x 10-3
Contoh :
Jika diketahui sebuah kawat logam dengan panjang 1 cm dan diamter 5 mm serta
resistivitasnya 1,76 x 10-8 ohm.meter, berapakah resistansi dari kawat tersebut ?
Jawab :
Menggunakan persamaan (8) :
l
R =ρ
A
dengan A adalah luas penampang lingkaran πr2 sehingga :
l −8 10 −2
R=ρ = ( 1 ,76 x 10 ) ≈ 4.5x10 -6 Ω
2 πr 2 2( 3 ,14 )( 2 ,5x10 − 3 ) 2
Contoh :
Nilai resistansi tembaga pada temperatur 0oC adalah 3,35 ohm. Berapakah
resistansinya jika temperatur naik menjadi 50 oC. Diketahui α =4,3 x10-3 C-1
Jawab :
Dari persamaan (9) :
Dengan :
Cincin-1 : Digit pertama
Cincin-2 : Digit kedua
Cincin-3 : Faktor Pengali
Cincin-4 : Toleransi
Untuk resistor dengan 5 cincin, tiga warna pertama menunjukan digit angka
dan cincin keempat menunjukkan pengali, sedangkan digit kelima
mengindikasikan toleransi.
64
Contoh :
Sebuah resistor menunjukkan warna-warna sebagai berikut :
merah kuning
biru emas
Jawab :
Cincin-1 : merah benilai 2
Cincin-2 : biru bernilai 6
Cincin-3 : kuning bernilai 10000
Cincin-4 : emas bernilai 5 %
Sehingga nilai dari resistor tersebut adalah : 620000 ± 5%
3. HUKUM OHM
George Simon Ohm (1789-1854) merumuskan hubungan antara kuat arus
listrik (I), hambatan (R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal
dengan hukum Ohm yang penurunannya sebagai berikut :
Sekarang pandanglah sebuah kawat konduktor dengan panjang l dan luas
penampang A
Ohm
l
dV
dl
65
sehingga :
dV = A ⋅ v d
sehingga banyaknya muatan yang mengalir pada dV adalah :
I = A ⋅ vd ⋅ n ⋅ qe
jika kita substitusikan persamaan persamaan (7) untuk vd, maka diperoleh :
q 2τ ⋅ n (10)
I = e AE
me
yang berada dalam kurung pada persamaan (10) merupakan sifat bahan dan
sering disebut konduktivitas σ, sehingga :
I = σAE
karena E=V/l, maka :
σAV (11)
I=
l
karena konduktivitas σ merupakan kebalikan dari resistivitas ρ (σ=1/ρ),
maka persamaan 11 menjadi :
AV
I=
ρ⋅l
atau :
V
I=
ρ⋅l
A
bagian di dalam kurung dari persamaan (8) kita ketahui sebagai R (resistansi),
sehingga :
V
I= (12)
R
66
hambatan R bergantuk juga pada arus listrik I dan jika diplot dalam gravik V
terhadap I tidak lagi linier
V Non-ohmik
ohmik
θ
R= tanθ
θ
I
Contoh :
Pada gambar di bawah ditunjukkan salah satu cara untuk menentukan hambatan
sebuah resistor.
A
E
67
4. SUMBER TEGANGAN (GGL) DAN HAMBATAN DALAMNYA
Untuk membuat suatu rangkaian elektronika bekerja, kita memerlukan
sebuah sumber beda potensial (tegangan) agar menghasilkan arus yang tetap.
Alat semacam ini disebut sumber GGL (gaya gerak listrik), misalnya baterai
dan accu. Pada baterai beda tegangan yang dihasilkan biasanya 1,5 V,
Gb 4.8 Baterai
adalah Salahsatuu meskipun ada juga beberapa baterai yang menghasilkan tegangan lebih kecil
contoh Sumber
Tegangan atau lebih besar. Ketika dirangkaikan pada sebuah komponen elektronika,
misalnya saja sebuah resistor. Arus akan mengalir menurut hukum Ohm.
Untuk memudahkan, katakanlah nilai hambatan dari resistor sebesar 1 ohm,
maka arus yang seharusnya mengalir dalam kawat adalah :
V 1,5 V
I= = = 1,5A
R 1Ω
Namun pada kenyataannya tidak demikian, baterai sesungguhnya memiliki
hambatan-dalamnya sendiri yang berasal dari material penyusunnya, dan
terutama proses kimiawi yang dihasilkannya. Nilai r ini cenderung membesar
karena residu proses kimiawi dalam baterai. Kita akan menamakan
hambatan dalam ini dengan r. Dengan adanya r, arus listrik yang mengalir
menjadi lebih kecil, atau cenderung mengecil.
Arus yang dihasilkan karena hambatan-dalam ini menjadi :
R
E 1,5
I= = = 1A
R + r 1 + 0 ,5
E, r
I
68
Gb 4.9 Penurunan Aliran Arus Listrik Akibat Bertambahnya
Hambatan Dalam Baterai
Contoh :
Sebuah baterai 6 volt dihubungkan dengan sebuah resistor dengan hambatan 9 ohm,
jika diketahui hambatan-dalam dari baterai adalah 1 ohm, hitunglah :
a. Arus yang mengalir dalam rangkaian
b. Tegangan yang terukur dalam terminal baterai
Jawab :
a. Arus yang mengalir dalam rangkaian akan lebih kecil dari arus ideal yang
diharapkan I= E/R karena adanya hambatan dalam dari baterai yakni :
E 6
I= = = 0 , 6A
R+r 9+1
b. Tegangan yang terukur pun akan berkurang tidak lagi 6 volt seperti
mungkin tertera dalam label baterai namun akan berkurang karena
adanya sejumlah tegangan yang terambil karena hambatan dalam :
V = E −I⋅r
= 6 − 0 ,6 ⋅ 1 = 5 , 4 Volt
69
Beberapa resistor dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi
arus (memperkecil arus) ataupu membagi tegangan.
Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan, seperti
pada gambar berikut :
R1 R2 R3 R4 R5
RTOTAL = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 (13)
R1
R2
R3
R1 ⋅R2 ⋅R3
R TOTAL =
R 2 ⋅ R 3 + R 1R 3 + R 1R 2
Anda harus berhati-hati, rumusan di atas hanya berlaku untuk tiga resistor
yang dipasang paralel dan bukan rumusan umum, untuk lebih dari tiga
resistor hambatan total tidaklah menjadi :
R 1 ⋅ R 2 ⋅ R 3 ⋅ R 4 .......
R TOTAL =
R 2 ⋅ R 3 + R 1 R 3 + R 1 R 2 + .........
70
Contoh :
Suatu rangkaian hambatan dengan R1=R2=R3=R4=2Ω :
R1 R2 R4
R3
Jawab :
Untuk menyelesaikan sebuah rangkaian hambatan yang terdiri dari seri dan
parallel, dahulukan rangkaian parallel R2 dengan R3.
R2
R3
R1 RP R4
VA
I
VB
VC
71
Namun arus yang mengalir dalam setiap cabang tidak sama dengan aarus
utamanya I karena arus telah terbagi dalam tiga cabang.
Hal yang sebaliknya terjadi di dalam suatu rangkaian seri, di mana kuat arus
pada setiap titik adalah sama, namun besarnya tegangan dalam setiap resistor
tidaklah sama :
IA IB IC
IA = IA = IB
Contoh :
Perhatikan sebuah rangkaian berikut :
I1 R2
R1 R4
I
R3
I2
Jika diketahui R1=R2=2 ohm, R3=R4 = 4 ohm, hitunglah arus yang mengalir dalam R2
(I1) dan R3 (I3), serta E = 22 Volt.
Jawab :
Langkah pertama, kita harus menyederhanakan rangkaian hambatan di atas
menjadi sebuah hambatan ekivalen dengan menggunakan aturan seri dan
paralel, yaitu dengan ”memparalelkan” R2 dengan R3, kemudian ”men-
serikan” hasilnya dengan R1 dan R4. Tujuannya adalah untuk memperoleh
arus utama I.
Hasil paralel antara R2 dengan R3 (kita sebut dengan Rp) adalah 4/3 ohm dan
jika diserikan dengan R1 dan R4 hasilnya adalah R= 22/3 ohm, sehingga
rangkaian di atas ekivalen dengan rangkaian berikut :
I E
72
Arus utama I dapat dihitung menggunakan hukum Ohm :
E 22
I= = = 3A
R 22 / 3
Langkah kedua, kita hitung tegangan di antara titik a-b, b-c dan c-d juga
dengan hukum ohm
R1 Rp R4
a b c d
I E
Arus yang mengalir pada ketiga hambatan R1, R4 dan Rp yang merupakan
hasil paralel dari R2 dan R3 adalah arus utama I, sehingga tegangan pada R1 ,
R4 dan Rp Yakni Vab, Vcd, dan Vbc, adalah :
Vab = I ⋅ R 1 = 3 ⋅ 2 = 6 V
Vcd = I ⋅ R 4 = 3 ⋅ 4 = 12 V
4
Vbc = I ⋅ R p = 3 ⋅ = 4V
3
Jika kita jumlahkan Vab, Vcd, dan Vbc, maka hasilnya sama dengan tegangan
sumber sebesar 22 volt. Karena kita akan menghitung arus yang mengalir
pada hambatan R2 dan R3, maka kita perhatikan tegangan yang ada pada
ujung-ujung kedua hambatan tersebut yakni Vbc. Tegangan di R2 dan R3 sama
dengan Vbc karena keduanya paralel
Langkah ketiga, kita hitung arus yang melalui hambatan R2 sebutlah I1 dan
arus I2 yang melalui R3 dengan hukum ohm :
Vbc 4
I1 = = = 2A
R2 2
Vbc 4
I2 = = = 1A
R3 4
Jika kita jumlahkan I1 dengan I2 hasilnya akan sama dengan arus utama I
yakni 3 A.
73
6. HUKUM KIRCHOFF
Menyederhanakan rangkaian dengan cara seri dan paralel seperti contoh di
atas mungkin bisa dilakukan untuk rangkaian-rangkaian yang sederhana,
namun untuk rangkaian yang lebih rumit, cara tersebut sulit dilakukan.
Salah satu contoh rangkaian yang sulit diselesaikan dengan cara tersebut
Kirchoff
adalah sebuah rangkaian yang terdapat pada gambar di bawah ini :
R2 E2
R1 R5 R3
E1 R4
Pada rangkaian di atas, karena loop (kurva melingkar) searah dengan arus,
ketika loop melewati E maka terjadi pertambahan potensial, namun saat
melewati R yang terjadi penurunan potensial karena adanya hambatan
sehingga berlaku :
E −I⋅R = 0 (15)
atau : E = I ⋅ R
Sesuai dengan hukum Ohm.
74
Misalnya jika terdapat dua loop pada rangkaian seperti di bawah :
I1 I3
R1 R4
I2
E
R2 R5
LOOP I LOOP II
R3 R6
I1
IA
I2 IB
A B
I3
Contoh :
Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4 dan R5 yang
masing-masing nilainya 2 ohm, 2 ohm, 4 ohm, 2 ohm, 4 ohm pada rangkaian berikut
jika E1 = 8 V dan E2 = 10 V
R2 E2
R1 R5 R3
E1 R4
75
Jawab :
Langkah pertama, mari kita terapkan dua loop pada rangkaian tersebut :
R2 I2 I1 E2
I2
I3
R1 I R5 II R3
E1 R4
I1
Arah arus belum dapat kita ketahui dengan pasti, sebab terdapat dua baterai
pada rangkaian ini, sehingga kita asusmikan arah arus seperti gambar di atas.
Asumsi arah arus ini dapat kita buat sekehendak kita asalkan memenuhi
aturan Kirchoff II tentang konservasi muatan (arus), yaitu bahwa :
I1 = I2 + I3 (*)
jika terdapat kesalahan asumsi arah arus, hasil perhitungan kita hanya akan
bernilai negatif yang berarti arah yang seharusnya adalah sebaliknya.
Pada loop II :
Kedua arah arus baik I1 dan I3 berlawanan dengan arah loop, namun
kehilangan tegangan dari E2 :
− E 2 + I 1R 3 + I 1R 4 + I 3R 5 = 0
− 10 + 6I 1 + 4I 3 = 0 (***)
Langkah ketiga, selesaikan ketiga persamaan (*), (*) dan (***) dengan
substitusi atau eliminasi :
Jika kita substitusi (*) pada (***)
− 10 + 6I 2 + 10I 3 = 0 (****)
76
dengan mengalikan 3 terhadap (**) dan 2 terhadap (****) dapat diperoleh
solusi dengan mengurangkannya :
24 + 12I 2 − 12I 3 = 0
− 20 + 12 I 2 + 20 I 3 = 0
-
44 − 32 I 3 = 0
sehingga kita peroleh bahwa I3 = 44/32 A
I2 dapat kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (***) :
44
− 10 + 6I 1 + 4 =0
32
44 80
=− +
8 8
6
I1 = A
8
Nilai I2 kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (**) :
44
8 + 4I 2 − 4 =0
32
5
I2 = − A
8
Ternyata asumsi kita untuk arah I2 adalah salah, karena bernilai negatif,
sehingga arah-arah arus seharusnya seperti di bawah :
R2 I2 I1 E2
I2
I3
R1 I R5 II R3
E1 R4
I1
77
7.MENGHITUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE
Selain dapat menganalisis menggunakan cara-cara analitis di atas, anda juga
dapat menggunakan bantuan software untuk menganalisis rangkaian. Salah
satu software yang dapat diperoleh dengan gratis (freeware) adalah
Electronics Workbench atau biasanya disingkat dengan nama EWB (kunjungi
www.electronicsworkbench.com). Dengan menggunakan software ini, anda
dapat men-simulasikan rangkaian anda sebelum anda benar-benar membeli
komponen-komponen elektronika dan merangkainya. Namun, kita
menggunakan EWB ini sekedar untuk melakukan pengujian terhadap
perhitungan terhadap beberapa rangkaian sederhana kita, selain untuk
mengenal cara kerjanya. Di bawah ini contoh tampilan dari program EWB :
I 2 R2
I1 R1
I3 R3
78
Kita sederhanakan rangkaian di atas menjadi :
2⋅4 8 4
RP = = = Ω=
2+4 6 3
4/3 Ohm
Kemudian :
4 10
RT = 2 + = Ω
3 3
10/3 Ohm
48/11 A
48/11 A
Sehingga I1 :
12 36
I= = A
10 / 3 10
72/10 volt
(120/10) – (72/10)=48/10 V
79
Tegangan di R2 dan R3 bernilai sama 48/10 volt karena dirangkai secara
paralel. Dengan demikian arus di R2 adalah :
48
I2 = 10 = 48 A = 2 , 4A
2 20
anda bisa menghitung besar I3 juga. Kerjakanlah sendiri.
Dengan menggunakan EWB kita dapatkan :
2.399
80
SOAL-SOAL
ARUS LISTRIK
1. Jika diketahui suatu kawat konduktor mengalirkan arus listrik sebesar 1
Ampere, berapakah muatan yang mengalir dalam kawat tersebut setiap
satu menitnya ?
2. Jika suatu lampu pijar dialiri arus listrik 0,5 Ampere, berapakah jumlah
muatan yang mengalir setiap menitnya melalui lampu tersebut ?
3. Sebuah alat listrik hambatannya 240 Ω. Berapa besarkah arus akan
mengalirinya apabila dihubungkan dengan sumber potensial 120 V ?
4. Sebuah alat pemanas listrik memakai arus 5 Ampere jika dihubungkan
dengan sumber tegangan 110 V. Berapakah hambatannya ?
5. Sebuah kompor listrik dengan hambatan 24 Ω memakai arus 5 A dalam
opeasinya. Berapakah beda potensial pada kedua ujungnya ?
RESISTIVITAS
6. Suatu kawat logam sepanjang 2 m berdiameter 8 mm. Jika resistivitas
(hambat jenis) logam itu 1,76 x 10-8 Ωm. Berapakah resistansi kawat
tersebut ?
7. Kawat A berdiameter 2,59 mm. Berapakah panjang kawat alumunium B
yang diperlukan agar mendapatkan resistansi 1 ohm jika diketahui
resistivitas alumunium 2,8 x 10-8 ohm meter ?
8. Kawat tembaga berdiameter 0,0201 m (resistivitas 1,73 x 10-9 Ωm):
a. Hitunglah luas penampang kawat
b. Resistansi kawat sepanjang 100 m
9. Resistansi (hambatan) lilitan tembaga pada temperatur 0o ternyata 3,35
ohm. Berapakah resistansinya pada temperatur 50o ? (α=4,3 x 10-3 0C-1)
10. Sebuah kawat dengan resistansi 5 Ω direntangkan secara beraturan
sehingga panjangnya menjadi tiga kali. Apakah besarnya resistansi tetap ?
81
HUKUM OHM
11. Arus pada gambar di bawah ini adalah 0,125 A dengan arah sesuai pada
gambar. Untuk setiap pasangan titik berikut berapakah beda
potensialnya, dan titik mana yang potensialnya lebih tinggi ?
10 Ω 9V
A B C
3Ω 5Ω
12 V 6Ω
E D
I=0,125 A
a. A ke B
b. B ke C
c. C ke D
d. D ke E
e. C ke E
f. E ke C
8V 3V
2A 6Ω 3Ω
A B C D
RANGKAIAN RESISTOR
13. Sebagai latihan, hitunglah resistor ekivalen (total) pada rangkaian
resistor-rangkaian resistor berikut :
R1=2Ω; R2=4Ω; R3=2Ω; R4=2Ω; R5=4Ω; R6= 2Ω; R7=4Ω; R8=2Ω; R9=4Ω;
R10=2 Ω;
R1
R1 R2 R3
R2
R3
(a) (b)
82
R4
R1 R2 R4 R1 R3
R5
R3 R2
R6
(c) (d)
R3
R6
R2
R4
R7
R5
R1
R8
R10
R9
(e)
HUKUM KIRCHOFF
14. Perhatikan rangkaian listrik berikut, jika R1 = 2 ohm, R2 = 4 ohm, dan R3 =
2 ohm. Jika E = 6 Volt hitunglah I, I1, I2, I3 secara analitik dan ujilah hasil
perhitungan anda dengan EWB.
I1 R1
I I2 R2
R3
I3 E
R2
I1
R3
I2
R4
R1 I3
I
R5
I4
83
16. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4 dan R5
yang masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm pada
rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 8 V
R2 E2
R1 R5 R3
E1 R4
17. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4, R5 dan R6
yang masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm dan 4
ohm pada rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 10 V
R1 R6
E1 R2 E2
R4
R5
R3
18. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3 yang
masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, pada rangkaian berikut jika
E1 = 6 V, E2 = 10 V dan E2 = 3 V
R1 R3
E1 E2 E3
R2
84