Anda di halaman 1dari 7

Materi Pertemuan ke-1

“Konsep Listrik Dinamis”

Jika kita perhatikan lampu atau peralatan elektronik lain yang menggunakan listrik, semua
alat tersebut membutuhkan kabel sebagai penghubung aliran arus listrik. Dari manakah aliran
arus listrik tersebut berasal? Apakah makhluk hidup dapat menghasilkan arus listrik sehingga
dapat digunakan untuk menyalakan lampu?

Secara umum, aliran arus listrik bersumber dari pembangkit listrik. Pernahkah kamu berpikir
bagaimana cara membuat atau menemukan sumber arus listrik? Ternyata, selain dihasilkan oleh
pembangkit listrik seperti generator, arus listrik juga dapat dihasilkan oleh ba terai, aki (accu),
dan buah-buahan terutama buah-buahan yang mengandung asam, misalnya jeruk.

A. Arus Listrik

Listrik dinamis adalah aliran partikel bermuatan dalam bentuk arus listrik yang dapat
menghasilkan energi listrik. Listrik dapat mengalir dari titik berpotensi lebih tinggi ke titik
berpotensi lebih rendah apabila kedua titik tersebut terhubung dalam suatu rangkaian tertutup.

Arus listrik berasal dari aliran elektron yang mengalir terus-menerus dari kutub negatif
menuju kutub positif, dari potensial tinggi menuju potensial rendah dari sumber beda potensial
(tegangan). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:

Gambar di atas dikatakan A lebih berpontensial lebih tinggi daripada B. Arus listrik
terjadi berasal dari A menuju ke B, hal ini karena adanya usaha penyeimbangan potensial antara
A dan B.
Ketika kamu menghubungkan lampu dan sumber listrik dengan menggunakan kabel artinya
kamu telah membuat sebuah rangkaian listrik. Pada rangkaian listrik tertutup (skalar tertutup
atau posisi on), arus listrik akan mengalir dan lampu menyala. Bagaimanakah arah arus listrik
tersebut? Berapakah besar arus listrik yang mengalir? Agar memahami arah aliran arus listrik
dan mengetahui besar arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian, baca penjelasan berikut
dengan seksama.
Arus listrik mengalir karena pada ujung-ujung rangkaian ada perbedaan potensial listrik yang
diberikan oleh baterai sebagai sumber tegangan. Ujung kawat penghantar yang memiliki banyak
elektron (terhubung dengan kutub negatif baterai) dapat dikatakan memiliki potensial listrik yang
rendah, sedangkan ujung kawat penghantar lainnya yang memiliki sedikit elektron (terhubung
dengan kutub positif baterai) dapat dikatakan memiliki potensial listrik yang tinggi. Arus listrik
mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, sedangkan arah aliran elektron adalah
sebaliknya yaitu dari potensial rendah ke potensial tinggi atau dengan kata lain dari kutub negatif
ke kutub positif.
Pada rangkaian listrik tertutup, besar arus listrik yang mengalir pada rangkaian dapat
ditentukan dengan menghitung besar muatan listrik yang mengalir pada rangkaian setiap
detiknya. Hal ini dikarenakan besar arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian tertutup
sebanding dengan besarnya muatan listrik yang mengalir pada setiap detik, atau secara
matematis besar arus listrik ditulis sebagai berikut.
I=Q/t

Keterangan:
 I = kuat arus listrik (A)
 Q = jumlah muatan listrik (Coulomb)
 t = selang waktu (s)
Contoh Soal
Arus listrik sebesar 5 mA mengalir pada suatu kawat penghantar selama 0,1 detik. Berapakah
besar muatannya?
Diketahui:
I = 5 mA = 0,005 A
t = 0,1 s

Ditanyakan: besar muatan yang berpindah pada suatu kawat penghantar?

Jawab:

Besar muatan listrik,


Q
I=
t

q = I x t = 0,005 x 0,1 = 5 x 10-4 C


Jadi, besar muatan pada suatu kawat penghantar adalah 5 x 10-4 C

B. Hambatan Listrik

Hambatan atau resistor (R) adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur besarnya arus
listrik yang mengalir melalui rangkaian. Besaran resistor disebut dengan resistansi yang memiliki
satuan Ohm (Ω). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resistansi adalah ohmmeter.

Setiap bahan memiliki nilai resistansi yang berbeda-beda. Berdasar sifat resistivitas bahan,
suatu bahan dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Konduktor memiliki hambatan yang kecil, sehingga dapat menghantarkan listrik dengan
baik. Contohnya material-material logam seperti besi, tembaga, aluminium, dan perak.
2. Isolator memiliki hambatan yang besar, sehingga tidak dapat menghantarkan listrik.
Contohnya kayu dan plastik.
3. Sedangkan semikonduktor adalah material yang dapat bersifat sebagai konduktor, juga
isolator. Contohnya karbon, silikon, dan germanium.

Dari sifat-sifat bahan tersebut, yang sering digunakan sebagai hambatan penghantar adalah
konduktor. Tahukah kamu? Setiap bahan memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menghantarkan listrik. Kemampuan tersebut tergantung pada nilai hambatan jenis suatu benda
atau bahan. Semakin kecil hambatan jenis suatu bahan, semakin baik kemampuan bahan tersebut
untuk menghantarkan listrik. Tabel 5.1 menyajikan beberapa nilai hambatan jenis bahan.

Tabel 5.1 Hambatan Jenis Bahan


Bahan Hambatan Jenis pada Suhu 20oC (Ωm)
Konduktor
Alumunium 2,82 x 10-8
Tembaga 1,72 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8
Besi 9,71 x 10-8
Konstantan 49 x 10-8
Nikrom 100 x 10-8
Platina 10,6 x 10-8
Perak 1,59 x 10-8
Tungsten 5,65 x 10-8
Semikonduktor
Karbon (grafit) 3,5 x 10-5
Germanium (murni) 5 x 10-4
Silicon (murni) 6,4 x 102
Isolator
Kaca 1010 x 1014
Kuarsa 7,5 x 1017
Nilai hambatan bahan konduktor sebanding dengan panjang kawat (l), dan berbanding
terbalik dengan luas penampang kawat (A). Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
L
R=ρ.
A

Keterangan:
 R = hambatan kawat (Ω)
 ρ = hambatan jenis kawat (Ωm)
 L = panjang kawat (m)
 A = luas penampang kawat (m2)

C. Hukum Ohm

Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan
tegangan pada pada ujung-ujung rangakaian dan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaian”. Hukum Ohm dinamai dari ahli fisika Jerman, Georg Simon Ohm (1787 – 1854).
Hukum Ohm digunakan untuk menghitung tegangan listrik, hambatan listrik, atau kuat arus
dalam rangkaian listrik. Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung
besar voltase listrik menggunakan rumus:

V = I x R atau I = V / R atau R = V / I

Keterangan:
 I = Kuat arus listrik (A)
 V = beda potensia atau sumber tegangan listrik (Volt)
 R = hambatan listrik (ohm)

Untuk mempermudah mengingat rumus ini, hubungan ketiga  variabel tersebut dapat
digambarkan dengan sebuah segitiga berikut:
Contoh Soal

1. Perhatikan gambar dibawah ini!

Tentukan aliran arus listrik yang terdapat pada hambatan R2?

Pembahasan

Diketahui : R1 = 1 Ω; R2 = 3 Ω; R3 = 9 Ω; V = 8 V

Ditanyakan : I2 = ?

Jawab:

Contoh soal listrik dinamis ini dapat diselesaikan dengan mencari jumlah total hambatannya
terlebih dahulu. Untuk melakukannya dapat menggunakan langkah langkah seperti di bawah
ini:

1 1 1
= +
Rp R2 R3

1 1
= +
3 9

3 1
= +
9 9

4
=
9

9
Rp = Ω
4

Hambatan Total (Rt) = R1 + Rp

Rt = R1 + Rp

9
=1+
4

13
= Ω
4

Langkah berikutnya yaitu mencari arus totalnya dengan hukum Ohm seperti di bawah ini:
I = V/Rt

13
=8/
4

32
= A
13

Langkah terakhir yaitu menghitung arus yang mengalir pada R2 dengan rumus seperti
berikut:

R3
I2 = xI
R 2+ R 3

9 32
= x
3+9 13

9 32
= x
13 13

= 1,7 A

Jadi pada hambatan R2 terdapat arus listrik yang mengalir sebesar 1,7 A.

2. Besar masing masing resistor yang berjumlah 3 buah dalam rangkaian seri yaitu 4 Ω, 5 Ω dan
7 Ω. Kemudian terdapat sebuah baterai yang dihubungkan pada kedua ujungnya dengan
besar GGL 6 Volt dan hambatan dalamnya 3/4 Ω. Hitunglah tegangan jepit pada rangkaian
tersebut?

Pembahasan

Diketahui : R1 = 4 Ω; R2 = 5 Ω; R3 = 7 Ω; V = 6 V; R = 3/4 Ω

Ditanyakan : V jepit = ?

Jawab:

R total = R1 + R2 + R3 + R

       = 4 + 5 + 7 + 3/4

       = 16,75 Ω

I =V/R

  = 6 / 16,75

  = 0,35 A

V jepit = I x R jepit

       = 0,35 x (4 + 5 + 7)

       = 5,6 Volt

Jadi tegangan jepit pada rangkaian tersebut ialah 5,6 Volt.


D. Hukum Kirchoff

Hukum Kirchoff merupakan suatu hukum sebuah ilmu elektronika yang mempelajari tentang
analisis suatu arus dan tegangan suatu rangkaian listrik. Hukum Kirchoff ini telah diciptakan
oleh ahli fisika yang berasal dari Jerman bernama Gustav Robert Kirchoff. Hukum ini berlaku
pada rangkaian bercabang yang berkaitan dengan arah arus saat melewati titik percabangan.

Hukum I Krichoff biasa disebut Hukum Arus Kirchoff atau Kirchoff’s Current Law (KCL).
Bunyi Hukum I Kirchoff: Kuat arus total yang masuk melalui titik percobaan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan kuat arus total yang keluar dari titik percabangan. Secara
matematis dinyatakan Σ Imasuk = Σ Ikeluar yang besarnya adalah I1 = I2 + I3. Hukum ini berlaku pada
rangkaian yang tidak bercabang yang digunakan untuk menganalisis beda potensial (tegangan)
pada suatu rangkaian tertutup.

Gambar diatas menunjukkan aplikasi Kirchoff 1 pada analisis rangkaian listrik, dimana
jumlah arus masuk i2 dan i3 akan sama dengan jumlah arus keluar i1 dan i4.
Hukum II Kirchoff biasa disebut Hukum Tegangan Kirchoff atau Kirchoff’s Voltge Law
(KVL). Bunyi Hukum II Kirchoff: Total beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian
tertutup adalah nol. Versi lain Hukum II Kirchoff yaitu pada rangkaian tertutup jumlah aljabar
GGL (ε) dan jumlah penurunan potensial (IR) sama dengan nol. Total tegangan pada rangkaian
adalah Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0. Hukum II Kirchoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan
beda potensial sama dengan nol artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau
semua energi listrik diserap dan digunakan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = 0 atau ε + IR = 0

Hukum II Kirchoff dirumuskan sebagai berikut

ΣE + ΣIR = 0

Keterangan:
ΣE = jumlah ggl sumber arus (V)
ΣIR = jumah penurunan tegangan (V)
I = arus listrik (A)
R = hambatan (W)

Contoh Soal
Perhatikan gambar berikut.
Diketahui besarnya arus listrik yang melalui I2= 1 A, I1= 3 A, I4= 0,5 A, tentukan besarnya arus
listrik yang melalui I3 dan I5!
Diketahui:

Ditanya: I3 dan I5 =…?
Pembahasan:
Σ Imasuk = Σ Ikeluar
I1 = I5
Oleh karena jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar, maka besarnya arus
listrik yang melalui I5 = 3 A.

Jadi, besarnya kuat arus yang melalui I3 dan I5 berturut-turut adalah 1,5 A dan 3 A.

Anda mungkin juga menyukai