Unit Filtrasi 2
Unit Filtrasi 2
UNIT FILTRASI
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang
membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada pengolahan air minum,
filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil dari proses koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga
dihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi
dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada tujuan pengolahan dan
pre-treatment yang telah dilakukan pada air baku sebagai influen filter.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:
a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi di dalam filter bed
e. Aktivitas biologis
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat.
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi
cepat, berkisar 4 hingga 21 m/jam. Filter ini selalu didahului dengan proses koagulasi – flokulasi
dan pengendapan untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir
cepat berkisar 5 – 10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya dapat mencapai 90 – 98%.
Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi (Gambar 7.1):
a. Bak filter, merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan ukuran bak
tergantung debit pengolahan (minimum dua bak).
b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang membentuk pori-pori di antara
butiran media. Pada pori-pori inilah air mengalir dan terjadi proses penyaringan.
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah melewati
proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain terdiri atas:
• Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan masuknya air dari
media filter ke dalam pipa.
• Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
• Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan mengalirkannya ke
bangunan penampung air.
1
Gutter
Bak filter
Media filter
Media penyangga
Lateral
Manifold
2
Gambar 7.3 Aliran air pada saat pencucian filter
1. Constant rate: debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level tertentu. Hal ini dilakukan
dengan memberikan kebebasan kenaikan level muka air di atas media filter.
2. Declining rate atau constant head: debit hasil proses filtrasi menurun seiring dengan waktu
filtrasi, atau level muka air di atas media filter dirancang pada nilai yang tetap.
Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi
lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran
media pasir lebih kecil (effective size = 0,15 – 0,35 mm). Filter pasir lambat merupakan sistem
filtrasi yang pertama kali digunakan untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak
tahun 1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku mendahului proses filtrasi.
3
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan bahan
organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter
pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku di bawah 50 NTU.
Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan
filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi.
Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan biofilm di beberapa
milimeter bagian atas lapisan pasir halus yang disebut lapisan hypogeal atau schmutzdecke.
Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larva serangga air. Schmutzdecke
adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif dalam pengolahan air minum. Selama air
melewati schmutzdecke, partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi,
diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, dan protozoa. Proses yang terjadi dalam schmutzdecke
sangat kompleks dan bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap
kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil, kurang dari satu
mikron. Ketebalan lapisan ini meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang
menyebabkan aliran mengecil. Ketika kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter
harus dicuci dengan mengambil lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25 mm.
Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat dari
lambatnya kecepatan filtrasi.
Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Filter lambat
tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem underdrain (Gambar 7.4). Perbedaan filter pasir
cepat dan filter pasir lambat dapat dilihat pada Tabel 7.1.
4
Tabel 7.1 Perbedaan Kriteria Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat
Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter.
Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini
umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Pemilihan media filter yang
akan digunakan dilakukan dengan analisa ayakan (sieve analysis). Hasil ayakan suatu media filter
digambarkan dalam kurva akumulasi distribusi (Gambar 7.5) untuk mencari ukuran efektif
(effective size) dan keseragaman media yang diinginkan (dinyatakan sebagai uniformity
coefficient).
Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran media filter bagian atas
yang dianggap paling efektif dalam memisahkan kotoran yang besarnya 10 % dari total kedalaman
lapisan media filter atau 10 % dari fraksi berat, ini sering dinyatakan sebagai d10 (diameter pada
persentil 10).
5
Gambar 7.5 Lembar untuk penggambaran hasil analisis ayakan pasir
Berdasarkan jenis dan jumlah media yang digunakan dalam penyaringan, media filter
dikategorikan menjadi:
1. Single media: Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja. Filter cepat
tradisional biasanya menggunakan pasir kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi
pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering dilakukan
pencucian.
6
2. Dual media: misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit. Filter dual media sering
digunakan filter dengan media pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan
atas. Keuntungan dual media:
a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 – 15 m/jam)
b. Periode pencucian lebih lama
c. Merupakan peningkatan filter single media (murah)
3. Multi media: misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet atau dolomit. Fungsi
multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai
penyaring.
Kriteria nilai ukuran efektif dan keseragaman media untuk beberapa jenis dan jumlah
media filter dapat dilihat pada Tabel 7.2. Bila suatu stok pasir tidak memenuhi kriteria, maka
harus dilakukan pemilihan ukuran hingga memenuhi kriteria tersebut. Perhitungan persentase
pasir yang dapat digunakan, pasir yang terlalu kecil, pasir yang terlalu besar dapat dihitung
sebagai berikut:
Keterangan:
• Pst10 adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES sesuai kriteria yang diminta
• Pst60 adalah persentase pasir stok yang memenuhi ES x UC sesuai kriteria yang diminta
Setelah dilakukan pemilihan ukuran butiran pasir stok, maka pasir stok dapat digunakan
sebagai media filter yang memenuhi kriteria.
7
Tabel 7.2 Kriteria Perencanaan Media Filter untuk Pengolahan Air Minum
Nilai
Karakteristik
rentang tipikal
I. Single Media
A. Media pasir:
Kedalaman (mm) 610 – 760 685
ES (mm) 0,35 – 0,70 0,6
UC <1,7 <1,7
B. Media anthrasit:
Kedalaman (mm) 610 – 760 685
ES (mm) 0,70 – 0,75 0,75
UC <1,75 <1,75
C. Rate Filtrasi (l/det-m2) 1,36 – 3,40 2,72
II. Dual Media
A. Anthrasit:
Kedalaman (mm) 460 – 610 610
ES (mm) 0,9 – 1,1 1,0
UC 1,6 – 1,8 1,7
B. Pasir
Kedalaman (mm) 150 – 205 150
ES (mm) 0,45 – 0,55 0,5
UC 1,5 – 1,7 1,6
C. Rate Filtrasi (l/det – m2) 2,04 – 5,44 3,4
III. Multi Media
A. Anthrasit:
Kedalaman (mm) 420 – 530 460
ES (mm) 0,95 – 1,0 1,0
UC 1,55 – 1,75 <1,75
B. Pasir
Kedalaman (mm) 150 – 230 230
ES (mm) 0,45 – 0,55 0,50
UC 1,5 – 1,65 1,60
C. Garnet
Kedalaman (mm) 75 – 115 75
ES (mm) 0,20 – 0,35 0,20
UC 1,6 – 2,0 <1,6
D. Rate Filtrasi (l/det – m2) 2,72 – 6,80 4,08
Sumber: Reynolds dan Richards (1996)
8
Contoh Soal 7.1:
Telah dilakukan analisis ayakan terhadap media pasir dengan hasil sebagaimana digambarkan
pada gambar di bawah. Distribusi ukuran pada grafik tersebut menunjukkan nilai ES = 0,29 mm
dan UC = 2,41. Bila pasir tersebut akan digunakan sebagai media filter, lakukan analisis terhadap
pasir tersebut untuk menentukan bagian pasir yang dapat digunakan. Spesifikasi media filter yang
diharapkan adalah ES = 0,05 cm dan UC = 1,5.
Penyelesaian:
Berdasarkan gambar di atas, d10 adalah 0,29 mm dan d60 adalah 0,70 mm.
ES = 0,29 mm = 0,029 cm
UC = 0,70/0,29 = 2,41
Berdasarkan spesifikasi yang diharapkan, pasir tersebut tidak memenuhi syarat sebagai media
filter. Oleh karena itu harus dilakukan pemilihan ukuran agar memenuhi spesifikasinya. ES yang
diharapkan adalah 0,05 cm dan UC adalah 1,5.
9
Spesifikasi yang diharapkan:
ES = d10 = 0,05 cm
Buatlah garis baru yang menghubungkan (d10, P10) dan (d60, P60) sesuai spesifikasi yang diharapkan.
Tentukan Pst60 dan Pst10. Diperoleh Pst60 = 63% dan Pst10 = 31%.
10
• Persentase pasir yang terlalu kecil:
Pf = Pst10 – 0,1 Puse = Pst10 – 0,2 (Pst60 – Pst10) = 31 - 0,2 (63 - 31) = 24,6%
Dengan demikian, 24,6% dari ukuran pasir terkecil, yaitu pasir dengan ukuran lebih kecil dari
0,045 cm harus dihilangkan. Untuk ukuran yang terlalu besar, 11,4% ukuran pasir terbesar yang
harus dibuang atau ukuran pasir di atas 0,105 cm. Jadi pasir stok yang dapat digunakan adalah
pasir yang berukuran 0,045 sampai 0,105 cm.
Luas permukaan bak filter tergantung pada jumlah bak, debit pengolahan, dan kecepatan
(rate) filtrasi. Jumlah bak ditentukan berdasarkan debit pengolahan dengan rumus pendekatan:
N = 1,2 Q0,5, dengan Q adalah debit pengolahan (mgd). Jumlah bak juga dapat ditentukan dengan
batasan luas permukaan maksimum 100 m2 per bak. Jumlah bak minimum adalah dua.
Q
As = (7.4)
Vo
dengan Vo adalah kecepatan filtrasi. Berdasarakan luas permukaan bak, ukuran bak (panjang dan
lebar, atau diameter) dapat ditentukan. Ratio lebar terhadap panjang berkisar 1 : 1 hingga 1 : 2.
Tinggi bak filter ditentukan dari tinggi total bahan yang terdapat di bak, meliputi
underdrain, media penyangga, media filter dan air di atas media ditambah dengan tinggi jagaan
(free board). Timggi air di atas media direncanakan sekitar 90 sampai 120 cm.
Pada prinsipnya aliran pada media berbutir (filter pasir) dianggap sebagai aliran dalam
pipa berjumlah banyak. Kehilangan tekanan dalam pipa akibat gesekan aliran mengikuti
persamaan Darcy – Weisbach berikut:
LV 2
hL = f (7.5)
Dc 2g
dengan:
hL = kehilangan tekanan akibat gesekan, m
f = koefisien kekasaran
L = panjang pipa, m
V = kecepatan aliran, m/detik
Dc = diameter pipa, m
11
Bila persamaan Darcy – Weisbach diterapkan pada aliran di media berbutir, maka perlu
ada penyesuaian. Ketebalan atau tinggi media sama dengan panjang pipa dan diameter pori di
antara butiran pasir dianggap identik dengan diameter pipa. Pada pipa, luas penampang saluran
adalah ¼ x π x Dc2. Jari–jari hidrolis (r) pada pipa adalah luas penampang dibagi dengan keliling
basah:
πD c 2 D c (7.6)
r= =
4πD c 4
Jari-jari hidrolis pada media berbutir dapat ditentukan dengan volume rongga dibagi dengan luas
permukaan butiran (Ap):
Vv
r= (7.7)
Ap
Volume rongga bergantung pada besarnya porositas media. Porositas media ε dapat dinyatakan
sebagai berikut:
⎛ ε ⎞
Vv = ⎜ ⎟.Vp (7.9)
⎝ 1− ε ⎠
Dengan substitusi, persamaan (7.7) menjadi:
⎛ ε ⎞ Vp
r =⎜ ⎟ (7.10a)
⎝ 1 − ε ⎠ Ap
⎛ ε ⎞d
r =⎜ ⎟ (7.10b)
⎝ 1− ε ⎠6
2 ⎛ ε ⎞
Dc = d⎜ ⎟ (7.11)
3 ⎝ 1− ε ⎠
Kecepatan aliran pada pipa (V) identik dengan pendekatan laju aliran (flow rate, Va =
debit/luas permukaan bak) dibagi dengan porositasnya, maka:
Va
V= (7.12)
ε
Untuk jenis media yang tidak bulat digunakan faktor bentuk (kebulatan) ψ, sehingga perlu
dikoreksi:
12
Vp d
=Ψ (7.13)
Ap 6
⎛ 1− ε ⎞
f ' = 150⎜⎜ ⎟⎟ + 1,75 (7.15)
⎝ N Re ⎠
Bilangan Reynold, NRe merupakan fungsi diameter dan kecepatan aliran yang diturunkan
dengan rumus:
Selain persamaan Carman – Kozeny di atas, terdapat persamaan empiris untuk menghitung
kehilangan tekanan saat filter bersih, yaitu Persamaan Rose sebagai berikut:
2
C .L.V
hL = 1,067 D 4a (7.17)
ψ .d.ε g
CD adalah koefisien drag yang besarnya tergantung bilangan Reynolds (Persamaan 7.16). Nilai CD
dihitung sebagai berikut:
Persamaan (7.14) dan persamaan (7.17) digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan
akibat aliran pada media berbutir yang seragam. Untuk media terstratifikasi dengan porositas
tidak sama, maka setiap lapisan media dihitung tersendiri sebagai media seragam. Demikian juga
untuk jumlah media lebih dari satu macam media. Untuk media tidak seragam tetapi porositas
seragam, maka persamaan tersebut berubah menjadi:
13
• Persamaan Rose:
2
L.Va CD x
4 ∑
hL = 1,067 (7.20)
ψ .ε g d
dengan x adalah fraksi berat butiran media dengan ukuran di dan L adalah tebal media total.
Besarnya kehilangan tekanan pada media filter dapat ditentukan dengan menggunakan
percobaan piezometrik dalam skala laboratorium seperti terlihat pada Gambar 7.6. Gambar 7.6(a)
memperlihatkan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur tinggi tekanan air (head) pada
piezometer selama percobaan filtrasi berlangsung. Makin ke bawah lokasi titik sampling, maka
head makin menurun (karena kehilangan tekanan atau headloss bertambah). Selama proses filtrasi
berlangsung, head di setiap piezometer dicatat seperti digambarkan pada Gambar 7.6(b). Dengan
bertambahnya waktu filtrasi, head makin menurun (karena terjadi clogging yang menyebabkan
headloss meningkat), bahkan bisa mencapai head negatif, artinya tinggi muka air di piezometer
berada di bawah dasar media filter.
(a) (b)
Gambar 7.6 Kehilangan tekanan pada filter, (a) percobaan piezemetrik (b) profil kehilangan
tekanan selama proses filtrasi.
Headloss pada proses filtrasi akan selalu meningkat sejalan dengan waktu operasi filtrasi.
Naiknya headloss ini dapat digunakan untuk menentukan filter run atau siklus filtrasi, yaitu
periode waktu operasi filtrasi di antara dua pencucian media. Filter run ditentukan dengan
melakukan pencatatan kekeruhan pada efluen filter dan headloss yang terjadi selama filter
beroperasi. Gambar 7.7 memperlihatkan hubungan antara headloss dan kekeruhan dengan waktu.
Dengan mengacu pada besarnya kekeruhan maksimum pada efluen, waktu backwash dapat
ditentukan. Waktu backwash juga dapat ditentukan dengan memberi batasan pada nilai headloss
maksimum.
14
Gambar 7.7 Hubungan an
ntara headloss dan kekeruhan dengan w
waktu operasii filter
Hitungla
ah headloss yang terjadi akibat
a aliran melewati
m med
dia pasir terssebut:
a. deng
gan persamaa
an Carman-Ko
ozeny
b. deng
gan persamaa
an Rose
Penyele
esaian:
1. Perh
hitungan head
dloss menggu
unakan persam
maan Carman
n-Kozeny
Perrsamaan Carm
man-Kozeny:
2
L ⎛ 1 − ε ⎞ Va
hL = f ' ⎜ ⎟
ψd ⎝ ε 3 ⎠ g
⎛ 1− ε ⎞
0⎜⎜
f ' = 150 ⎟⎟ + 1,75
7 NRe = (Ψρ d Va) / μ
⎝ N Re ⎠
Pada T = 28oC, diperoleh μ = 0,8363. 10-2 gram/cm-detik dan ρ = 0,9963 gram/cm3
NRe = (0,82 x 0,9963 x 0,045 x 1000 / 3600) / 0,008363 = 1,220
f' = 150 x [(1- 0,42) / 1,140] +1,75 = 72,997
60 ⎛ 1 − 0,42 ⎞ (1000/3600 )2
h = 72,997x ⎜ ⎟ = 73,09 cm
L 0,82 x 0,045 ⎝ 0,42 3 ⎠ 981
CD =
24 3
+ + 0,34 = 22,71
1,220 1,220
1,067 22,71 (1000/3600 )2 1
hL = * * 60 * = 99,59 cm
0,82 981 0,42 4 0,045
Sebuah bak filter single media tidak seragam terstratifikasi dengan data sebagai berikut:
- Tebal media pasir total, L = 60 cm
- Specific gravity pasir, Sg = 2,65
- Faktor bentuk pasir, Ψ = 0,82
- Porositas media pasir, ε = 0,42
- Rate filtrasi, Va = 10 m/jam
- Temperatur air = 28oC
- Diameter pasir terdistribusi sebagai berikut:
Penyelesaian:
16
diameter (mm) % berat NRe CD CD x/d
0,61 8 1,655 17,171 22,519
0,55 19 1,492 18,877 65,210
0,4 45 1,085 25,331 284,970
0,27 21 0,733 32,757 254,779
0,18 7 1,655 17,171 22,519
CD x
∑ = 627,48/cm
d
Filter pasir cepat, setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu akan mengalami
penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan koloid oleh media filter. Tersumbatnya media
filter ditandai oleh:
1. Penurunan kapasitas produksi (untuk filter constant head)
2. Peningkatan kehilangan energi (head loss) yang diikuti oleh kenaikan muka air di atas
media filter (untuk filter constant rate)
3. Penurunan kualitas air produksi
Jika keadaan ini tercapai, seperti ditunjukkan oleh adanya head yang negatif pada
Gambar 7.6b, maka filter harus dicuci. Teknik pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan
menggunakan aliran balik (backwashing), dengan kecepatan tertentu agar media filter
terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya
kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang telah terkelupas akan terbawa
bersama dengan aliran air. Untuk meningkatkan kinerja backwashing, sering didahului dengan
pencucian di permukaan (surface washing) dan/atau memberikan tekanan udara dari bawah
dengan blower (air washing).
Tujuan pencucian filter adalah melepaskan kotoran yang menempel pada media filter
dengan aliran ke atas (upflow) hingga media terekspansi. Umumnya tinggi ekspansi sebesar 15
sampai 35% (Droste, 1997). Lama pencucian sekitar 3 hingga 15 menit. Ada beberapa sistem
pencucian filter, yaitu:
• Menggunakan menara air
• Interfilter
• Pompa backwash
Untuk menghitung head pompa pencucian atau tinggi menara, maka harus dihitung
headloss melalui media, dasar filter (under drain), dan sistem perpipaan pada saat awal
backwash. Saat awal backwash, tekanan air backwash harus mampu memecahkan media yang
17
kemungkinan memadat akibat adanya kotoran yang melekat pada permukaan media. Tekanan air
backwash juga harus mampu mengangkat pasir hingga ketinggian tertentu (terfluidasi).
Pada saat terfluidasi, massa butiran pasir tidak berubah. Massa butiran pasir saat operasi
filtrasi sama dengan massa pasir saat terfluidasi. Hal ini dapat ditulis dengan persamaan berikut:
L.A.(1 − ε ) ρ p = Le .A.(1 − ε e ) ρ P
(7.21)
L dan Le masing-masing adalah tinggi media mula-mula saat filtrasi dan tinggi media terekspansi. ε
dan εe adalah porositas saat filtrasi dan saat terekspansi. A merupakan luas permukaan bak filter
dan ρP adalah massa jenis butiran media.
(1− ε )
Le = L
(1− ε e ) (7.22)
Porositas media terekspansi (εe) bergantung pada kecepatan backwash dan kecepatan
pengendapan partikel:
VB 0, 22
εe = ( )
Vs (7.23)
dimana: VB = kecepatan backwash
Vs = kecepatan pengendapan partikel
Vb = Vs ε4,5 (7.24)
(1 − ε )
Le = L
[1 − (VB / Vs ) 0.22 ] (7.25)
18
Contoh Soal 7.4:
Filter pasir cepat memiliki kedalaman media pasir 0,60 m. Spesific gravity = 2,65; faktor bentuk
(Ψ) = 0,82; porositas (ε) = 0,42; laju filtrasi = 1,75 lt/detik-m2; suhu operasi = 28°C.
Tentukan:
Penyelesaian:
Kecepatan aliran backwash untuk mengekspansi media ditentukan dengan mengacu pada
kecepatan pengendapan partikel terbesar. Kecepatan mengendap, Vs dapat dihitung dengan
rumus berikut:
1/ 2
⎡ 4g ⎤
Vs = ⎢ (Ss − 1)d ⎥
3
⎣ DC ⎦
24 3 dVs
CD = + + 0,34 dengan N Re = Ψ
N Re N Re ν
19
Untuk ayakan dengan ukuran pertama, d = 0,0010006 m atau 0,1 cm, dari Gambar di atas
(hubungan antara ukuran partikel dan kecepatan pengendapan), pada spesifik gravity 2,65
diperoleh kecepatan pengendapan sekitar 15 cm/detik (angka ini hanya untuk pendekatan).
Pada T = 28oC, diperoleh μ = 0,8363. 10-2 gram/cm-detik dan ρ = 0,9963 gram/cm3.
Nilai NRe adalah:
24 3
CD = + + 0,34 = 0,751
146,62 146,62
1/ 2
⎡ 4 9,81m 2,65 − 1 ⎤ m
Vs = ⎢ X 2
x x 0,0010006 m⎥ = 0,170
⎣ 3 det 0 ,751 ⎦ det
Kecepatan pengendapan yang diperoleh ini harus dicek lagi, masukkan nilai ini ke dalam
rumus NRe, CD, dan diperoleh Vs yang baru. Cara ini disebut iterasi (untuk lebih cepat
gunakan Excel). Hasil akhir yang diperoleh adalah:
20
a. Kecepatan backwash minimum: Vb=Vs ε4,5 = (0,174 m/det)(0,42)4,5 = 0,00351 m/det.
⎛ρ −ρ⎞
hL = ⎜⎜ s ⎟⎟(1− ε )(L ) = (Ss − 1)(1− ε )(L )
⎝ ρ ⎠
d. Ketinggian ekspansi dihitung dengan menentukan porositas saat ekspansi sebagai berikut:
0 , 22 0 , 22
⎛ Vb ⎞ ⎛ 0,00351⎞
ε e = ⎜⎜ ⎟⎟ =⎜ ⎟ = 0,424
⎝ Vs ⎠ ⎝ 0,167 ⎠
Catatan: Untuk menghitung εe, digunakan Vb yang sama untuk semua ukuran, yaitu
0,00351 m/det dan Vs masing-masing ukuran pasir.
Untuk ukuran pasir yang lain dihitung dengan cara yang sama, diperoleh hasil sebagai berikut:
Berat x
Sieve Size d (m) NRe CD Vs (m/det) εe
partikel (%) 1− ε e
14 – 20 0,87 0,0010006 170,08 0,711 0,174 0,424 0,015
20 – 28 8,63 0,0007111 89,61 0,925 0,129 0,453 0,158
28 – 32 26,30 0,0005422 51,91 1,219 0,098 0,481 0,507
32 – 35 30,10 0,0004572 36,18 1,502 0,081 0,501 0,604
35 – 42 20,64 0,0003834 24,34 1,934 0,065 0,526 0,435
42 – 48 7,09 0,0003225 16,38 2,546 0,052 0,552 0,158
48 – 60 3,19 0,0002707 10,84 3,465 0,041 0,582 0,076
60 – 65 2,16 0,0002274 6,89 4,968 0,031 0,618 0,056
65 – 100 1,02 0,0001777 3,82 8,159 0,022 0,670 0,031
x
∑ = 2,040
1− ε e
x
Le = (1 − ε )L ∑ = (1 − 0,424 )(0,60 m)(2,040 ) = 0,710 m
1− ε e
Ratio ekspansi adalah 71 cm / 60 cm = 1,18 (terjadi ekspansi sebesar 18%). Bila dikehendaki
ekspansi yang lebih besar, maka kecepatan backwash dapat ditambah sampai sebesar 10% dari
kecepatan pengendapan partikel terbesar (ratio Vb/Vs = 0,1).
21
7.7. Sistem Underdrain
Sistem underdrain adalah sistem pengaliran air di bawah media filter setelah air
melewati proses penyaringan. Persyaratan sistem underdrain adalah:
i. Dasar filter dapat terdiri dari sistem perpipaan yang tersusun dari lateral dan manifold,
dimana air diterima melalui lubang orifice yang diletakkan pada pipa lateral.
ii. Kecepatan pencucian ± 36 m/jam (600 l/m2.menit), dengan tinggi ekspansi sebesar 15 cm
sehingga headloss = 25 cm.
iii. Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi merata, headloss 1 – 3 m dengan kriteria sistem
manifold – lateral:
a. Perbandingan luas orifice/filter = 0,0015 – 0,005
b. Perbandingan luas lateral/ orifice = 2 – 4
c. Perbandingan luas manifold/lateral = 1,5 – 3
d. Diameter orifice = 0,6 – 2 cm.
e. Jarak antara orifice = 7,5 – 30 cm
f. Jarak antara lateral = orifice.
Gambar 7.8 sampai 7.11 di bawah ini adalah bentuk sistem underdrain dengan model
orifife-lateral-manifold dan bentuk sistem underdrain lainnya.
Manifold
22
Gambar 7.9 Sistem underdrain dengan model perforated plate
23
7.8. Soal-soal
1. Sebuah filter dual media terdiri atas pasir dan antrasit dengan spesifikasi sebagai berikut:
Ketebalan 60 cm 40 cm
Bila total headloss yang terjadi pada kedua media adalah 55 cm (hL pasir+ hL antrasit = 55 cm),
hitunglah rate filtrasinya pada temperatur 28oC.
2. Gambar berikut adalah potongan memanjang filter dengan dua macam pasir:
40 cm
24
4. Media filter dengan ketebalan bed 60 cm di-backwash dengan rate 1,1 cm/detik. Porositas
media 0,4. Hitunglah tinggi media terekspansi dan headlossnya jika ukuran butiran media
adalah sebagai berikut:
Diameter rata-rata (cm) % berat pasir
0,112 2,25
0,077 10,00
0,050 30,50
0,035 30,25
0,021 7,00
5. Filter cepat beroperasi pada kecepatan 8 m/jam. Jenis filter adalah single media pasir
dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Densitas media ρs = 2.650 kg/m3
• Faktor bentuk Ψ = 0,82
• Porositas ε = 0,4
• Tebal media L = 60 cm
Distribusi media:
a. Proses filtrasi:
• Berapa nilai P10, P60, P90
• Berapa nilai ES , UC
• Berapa headloss filtrasi
• Gambarkan kurva headloss filtrasi pada setiap lapis media
b. Proses backwash:
• Berapa kecepatan mengendap pasir terbesar (mm/dt)
• Berapa nilai porositas ekspansi (εe) di setiap ukuran media pasir
• Berapa tinggi expansi media pasir (cm)
• Berapa headloss akibat backwash
• Bagaimana menentukan tinggi menara backwash, gambarkan bagian tekanan
headlossnya
25
7.9. Bahan Bacaan:
1. Droste, R.L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley &
Sons, Inc., 1997
2. Fair, G.M., J.C. Geyer, dan D.A. Okun, Water and Wastewater Engineering, Volume 2:
Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc.
New York, 1981
3. Huisman, L., Rapid Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands, 1994
4. Huisman, L., Slow Sand Filtration, Lecture Notes, IHE Delft Netherlands, 1994
5. Kawamura, S., Integrated Design of Water Treatmrnt Fcilities, John Wiley & Sons,
Inc., 1991
6. Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G., Water Work Engineering: Planning, Design &
Operation, Prentice Hall PTR, Texas, 2000
7. Rich, L.G., Unit Operations of Sanitary Engineering, John Wiley & Sons, Inc., 1974
8. Reynolds T.D. dan P.A. Richards, Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering, PWS Publishing Company,20 Park Plaza, MA 12116, 1996
26