Makalah Asc
Makalah Asc
Dosen Pembimbing
Ruli Nasrulloh,Malik Dip. 1.,S.Ag., S.Pd.,M.
DiSusun Oleh
Rifki Haryadi (21218196)
PENDAHULUAN
pelatihan dan usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, guna meningkatkan
wawasan dan kemampuan pada bidang teknik dan juga untuk memenuhi persyaratan
wajib perkuliahan, maka penulis bermaksud untuk dapat melaksanakan Kuliah Kerja
Praktek (KKP).
Dalam era globalisasi dunia dan perdagangan bebas, diperlukan adanya industri yang
maju dengan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Selain mendapatkan berbagai
teori di bangku pendidikan formal, maka diperlukan adanya pengalaman kerja di lapangan.
Salah satu cara untuk menambah pengalaman kerja tersebut adalah dengan mengadakan
kerja praktek di industri-industri yang berkaitan dengan bidang studi yang dipelajari di
bangku kuliah.
Kuliah Kerja Praktek (KKP) merupakan salah satu mata kuliah di program studi teknik
kimia Universitas Serang Raya (UNSERA), sebagai sarana untuk mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu, dengan kerja
praktek akan memperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai teknik, terutama teknik
Pemilihan lokasi atau tempat KKP di PT. Asahimas Chemical (ASC) dikarenakan PT.
ASC adalah salah satu pabrik yang menghasilkan bahan-bahan kimia dasar yang secara
teknis lapangan sangat berkaitan langsung dengan studi yang dipelajari di bangku kuliah.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah kondisi Vessel Clarifier pada proses waste water treatment yang ada di PT.
ASC plant utility masih effisien atau layak digunakan pada kondisi saat ini?
1.3 Tujuan
diperoleh.
1.4 Manfaat
bangku kuliah.
2. Memberikan pengalaman dalam hal menyelesaian masalah atau problem solving yang
tentang desain vessel clarifier pada proses waste water treatment pada unit utility.
25-Nov-
26-Nov-
27-Nov-
28-Nov-
29-Nov-
GAMBARAN UMUM
PT. Asahimas Chemical (PT.ASC) adalah perusahaan yang memproduksi beberapa jenis
bahan kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan industrial dalam negeri untuk mengurangi
PT. ASC didirikan pada tanggal 8 Septamber 1986, dengan nama PT. Asahimas Subentra
Chemical. Perubahan nama dilakukan semenjak tanggal 1 Juli 1989. Perusahaan ini didirikan
dengan investasi awal sebesar US$ 200 juta, dan pada saat ini nilai investasinya berkembang
menjadi sebesar US$ 545 juta. PT. ASC memulai produksi pada bulan Juli 1989 dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto (Presiden ke-2 Republik Indonesia) pada tanggal 26
Agustus 1989. Dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya PT. ASC.
PT. ASC merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang terdiri dari 4
(empat) perusahaan swasta dari 3 (tiga) negara asing dan 1 (satu) perusahaan swasta
nasional, yaitu:
Pt. ASC berkantor pusat di Summitmas Tower 1 Lt. 9, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62,
Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km. 122, Desa gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Cilegon
42447 – Banten.
Pada awalnya pabrik dibangun diatas lahan seluas 24 hektar, setelah mengalami
perluasan dalam tahap (phase) II, III, IV, luas area yang sekarang ditempati berkembang
menjadi 90 hektar.
PT. ASC beroperasi secara terus-menerus (continue) dalam 24 jam, yang dioperasikan
oleh lebih dari seribu orang karyawan. Karyawan di PT. ASC direkrut dari lulusan Perguruan
Tinggi atau Universitas, Akademi atau Politeknik dan SLTA atau sederajat dari area provinsi
PT. ASC saat ini adalah pabrik Chlor Alkaly-Vinyl terpadu terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti kaustik soda (NaOH), Ethylene
Hydrochloride Acid (HCl), dan Sodium Hypochlorite (NaClO) banyak dimanfaatkan oleh
industri hilir. Produk-produk ini merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor
industri di Indonesia.
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC memperkerjakan lebih dari seribu orang
karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, termasuk dari
Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kepedulian
berprestasi, dan menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dan lain-lain.
Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di bidang
lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHAS 18001 serta menerapkan
Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT. ASC
lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan dimasa depan serta terhadap
keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan atas
Untuk memastikan tercapai tujuan perusahaan, PT. ASC menetapkan pola kendali
a. Presiden Komisaris
c. Komisaris
a. Presiden Direktur
Pemegang jabatan di Dewan Komisaris dan Dewan Direktur merupakan para wakil
PT. ASC merupakan sebuah pabrik terpadu (Integrated Plant) dimana produk yang
Terdapat tiga buah plant yaitu CA-1, CA-2 dan CA-3 yang menghasilkan kaustik soda
(NaOH) sebagai produk utama dalam bentuk flake dan liquid. Sementara hasil
samping adalah gas klorin, gas hidrogen, larutan hydrochloric acid (HCl), dan Sodium
Hypochloride (NaClO).
2. VCM Plant
Terdapat dua buah plant yaitu VCM-1 dan VCM-2. Klorin dari plant CA direaksikan
terjadi perekahan untuk menghasilkan VCM dan HCL. Plant VCM-1 dan VCM-2 akan
menghasilkan VCM yang kemudian dijadikan bahan baku untuk produksi PVC. Bahan
baku VCM diperoleh dari plant CA berupa gas klorin, direaksikan dengan etilen klorida
(EDC).
3. PVC Plant
Terdapat tiga buah plant yaitu PVC-1, PVC-2 dan PVC-3. Proses produksi pada plant
4. Utility plant
PT. ASC merupakan pabrik petrokimia yang terpadu dan mempunyai resiko cukup
tinggi dan besar terhadap terjadinya bahaya kebakaran karena adanya bahan-bahan kimia
yang mudah terbakar (flammable) seperti ethylene, VCM, EDC, Hydrogen, dan LPG.
Selain itu semua juga terdapat bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan
dan membahayakan keselamatan manusia seperti gas Cl2, VCM, EDC, caustic soda, asam
Upaya pencegahan terhadap kecelakan dan kebakaran sangat perlu dilakukan karena
pencegahan terhadap bahaya seperti itu merupakan perlindungan bagi tenaga kerja
maupun aset perusahaan serta ekosistem di lingkungan sekitarnya. Hal ini seperti yang
terdapat dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa
pengusaha atau perusahaan wajib melindungi tenaga kerja dan orang yang berada di
lingkungannya dari kecelakaan dan gangguan kesehatan serta menggunakan sumber-
Untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat, maka PT. ASC
mempunyai visi dan misi yang tertuang dalam : “Kebijakan Mutu, Lingkungan,
kimia yang handal dan bertaraf internasional, mempunyai komitmen untuk memenuhi
A
ndalkan kualitas yang prima untuk memuaskan pelanggan dan memenuhi semua
peraturan dan perundang-undangan yang relevan di Indonesia dan ketentuan lain yang
S
tandarkan pencapaian mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dengan
cara mencegah polusi, menghemat energi, dan mempertimbangkan aspek bahaya dan
C
iptakan perbaikan terus-menerus pada penerapan dan pemeliharaan Sistem
seluruh karyawan.
Dalam kondisi kerja, Manajemen PT. ASC bersama dengan Serikat Pekerja (SP-KEP Unit
Kerja PT. ASC) membuat kesepakatan bersama yang menghasilkan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).
1. Hubungan kerja
3. Perjalanan dinas
4. Sistem pengupahan
5. Pemeliharaan kesehatan
10. Dan lain-lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi
dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
Pengolahan Limbah
limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak
dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga
layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka
truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar
agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran
drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat.
Karakteristik Limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
Limbah Industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen-komponen
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organic dan
2. Limbah padat
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke
atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran
primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan
secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang
bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara
(stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah
tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus,
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
a. Karbonmonoksida (CO),
c. Hidrokarbon (HC),
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang
yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang
c. Hujan asam
d. CFC (Chloro-Floro-Carbon/Freon)
e. CH4 (metana)
3.2 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel dari fluidanya (air) yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi atau centrifugal (A. Rushton and friend, 1996). Dalam proses
sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah, misalnya
lumpur. Bak sedimentasi sendiri dapat diletakkan sebelum proses lumpur aktif atau yang
disebut primary clarifier, sedimentasi diletakkan di awal proses guna untuk memisahkan
komponen-komponen terapung seperti minyak dan lemak, serta padatan berat yang
berada pada bagian bawah clarifier. Adapula bak sedimentasi diletakkan setelah proses
lumpur aktif, guna untuk memisahkan partikel-partikel lumpur dengan fluida bersihnya,
sehingga effluent yang berupa air bersih bisa langsung dibuang ke lingkungan dengan
catatan kandungan nitrogen dalam effluent memenuhi standart buangan air ke lingkungan
ditentukan dari 2 faktor, yang pertama yaitu konsentrasi dari partikel padatannya dan yang
kedua adalah status penggumpalan dari partikel itu sendiri. Dengan meningkatnya
konsentrasi padatan, settling akan lebih cepat, begitupula dengan penggumpalan partikel
selama proses sedimentasi. Bersatunya beberapa partikel membentuk gumpulan akan
dalam proses lumpur aktif ini keluaran suspensi biomassa dialirkan ke bak sedimentasi.
Dengan adanya konsentrasi yang cukup besar dan adanya gaya gravitasi maka biomassa
3.3 Clarifier
Pemisahan liquid-solid akan efektif bila salah satu dari kedua zat yang akan
gravitasi atau sentrifugal. Penggunaan gaya grafitasi atau sentrifugal atau penyaringan
sangat bergantung pada bentuk dan ukuran partikel.. teknik pemisahannya juga
bergantung pada :
1. Konsentrasi solid
Salah satu teknologi yang umum digunakan pada proses pemisahan liquid-solid
menghasilkan liquid yang jernih yang bebas partikel-partikel solid atau suspensi.
Teknologi pemisahan liquid-solid umumnya dipakai pada proses pengolahan air bersih
pada berbagai industri antara lain pada pengolahan air minum PDAM dan pengolahan
Di dalam clarifier terjadi proses yang kita sebut dengan proses klarifikasi yang
merupakan bagian dari kotoran (impurities) yang menyebabkan air menjadi keruh.
Secara umum klarifikasi dapat diartikan sebagai proses penghilangan suspended solid
Air yang mengandung bahan kimia serta flok mengalir ke clarifier melalui pipa
gravitasi. Clarifier pada umumnya berbentuk tangki silinder dari beton dengan
dan magnesium yang larut dalam air, dengan jalan mereaksikannya dengan zat-zat
kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut. Garam Ca dan Mg dalam bentuk
akan terbagi dalam air sebelum pengendapan untuk membentuk gumpalan yang lebih
besar, hal ini dapat dicapai dengan pengadukan lambat. Jika dosis pengendapan
terlalu tinggi, lapisan lumpur akan naik sampai batas yang telah ditentukan dan
terbawa arus keluar. Untuk mengetahui kualitas air, clarifier dilakukan kontrol di outlet
clarifier dengan parameter pH, Cl2 (1.5 – 4.0 ppm) dan turbidity maksimum 5 ppm. Air
yang bersih dipisahkan melalui overflow di bibir clarifier dan endapan yang terbentuk
Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (mixer) yang mana sangat membantu sekali
dalam proses pencampuran yang berlangsung dengan homogen. Mixer ini bekerja
dengan prinsip dasar dari proses agitasi. Proses agitasi ini merupakan dasar dalam
pengadukkan air yang mana dengan adanya baffle hasil dari proses agitasi ini dapat
1. Koagulasi
a. Alum-aluminum sulfate-Al2(SO4)3
b. Ferric sulfate-Fe2(SO4)3
c. Ferric chloride-FeCl3
d. Sodium aluminate-Na2AI204
Metode pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum adalah dalam bentuk
larutan. Larutan aluminium sulfat dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas yang
cukup untuk pembubuhan koagulan. Untuk itu diperlukan dua tangki berpengaduk,
dimana yang satu beroperasi sementara larutan disiapkan pada tangki lainnya.
2. Flokulasi
Adalah suatu mekanisme dimana floc kecil tersebut akan dilalui suatu media
flokulan (Polyelektrolit) digabungkan menjadi floc yang lebih besar sehingga massa
bertambah agar dapat mengendap. Flok-flok yang semakin membesar itu akan
pengaliran akan lebih lama dan reaksi yang terjadi akan semakin sempurna.
sekat pada bak flokulasi. Sehingga butiran-butiran yang sudah terbentuk akan saling
dikarenakan flok-flok tadi akan saling melekat antara satu dengan yang lainnya.
3. Sedimentasi
Adalah suatu mekanisme dimana floc yang sudah cukup besar tersebut akan
air, baik itu pengolahan air minum, pengolahan limbah, atau lainnya.
Clarifier pada dasarnya identik dengan thickner, dalam hal desain dan keluaran
kecuali desain konstruksi yang ringan dan tenaga penggeraknya. Perbedaan ini
suspensi solid sedangkan pada clarifier akan dihasilkan liquid dengan konsentrasi
solid rendah.
Jenis-jenis Clarifier yang umum dijumpai dakam dunia industri, antara lain:
1. Rectangular Clarifiers
a. Berfungsi untuk pengolahan air limbah dan juga dalam proses industri.
d. Clarifier tipe ini biasanya digunakan terutama dalam pemisahan minyak dan air
serta dalam pemurnian gas buangan dari pabrik baja. Hasil yang dihasilkan
a. Bridge
b. Center- column
c. Peripheral-traction.
Oleh karena konsiderasi ekonomi, tipe bridge dalah tipe yang diusulkan untuk
tangki berdiameter kurang dari 20 m. Circular clarifier biasanya dilengkapi dengan alat
surface-skimming yang terdiri dari rotating skimmer, scum baffle, dan scum box.
dari mekanisme circular standar dimana terdapat engsel pada sudut blade untuk
3. Vertical-Clarifier
gaya gravitasi.
Gambar 3.3 Vertical Clarifier
4. Horizontal-Clarifier
Gambar 3.4
5. Clarifier-Thickener
clarifier jenis ini biasanya memiliki kemampuan tenaga putar yang tinggi yang
cukup dari low-density solids yang membentuk biomass, perlu kriteria design
tertentu dalam rancangan jika memiliki data pilot-plant, prosedur design yang
diusulkan oleh Albertson (op. cit.) dapat digunakan untuk menetapkan diameter
tank, kedalaman, feed well dimension, feed inlet configuration, dan rake blade
Kriteria yang digunakan dalam desain dan tahap pengopersian klarifier yang
biasanya digunakan overflow rate dan solid loading rate yang paling penting. Kriteria
Over Flow Rate adalah flok settler dalam klarifier yang memisah dengan cairan
bening yang berada diatas. Kenaikan velocity air menunjukan adanya over flow rate
(OFR) dengan satuan gpd/ft2 dan dapat diartikan juga pembagian antara laju (gpd)
Ketika klarifier dioperasikan pada OFR yang lebih spesifik, semua partikel
mengalami settling velocity yang lebih besar kemudian proses OFR dihentikan. Partikel
dengan settling velocity yang rendah akan diangkut keluar menjadi effluent. Dengan
Over Flow rate yang digunakan untuk desain klarifier perlu memperhatikan basis dari
average dry weather flow (ADWF) dan seluruh luas klarifier menunjukan ADWF yang
bervariasi dari 0.5 sampai 2 m3/m2.h (300 sampai 1.000 gpd/sq ft). Beberapa rancangan
operasi dapat berjalan lancar pada rentang nilai yang besar dan menghasilkan keluaran
dengan kualitas yang tinggi. Dalam banyak kasus, dalam laju alir pipa yang tinggi
dengan laju 2.7 sampai 3.1 m3/m2.h (1600 sampai 1800 gpd/sq ft) tidak menimbulkan
Kapasitas klarifier pun telah dikembangkan pada tahun 1970. Pengembangan dalam
desain ini meliputi struktur umpan dan keluaran, dan penghilangan lumpur sehingga
Over Flow Rate juga bisa disebut Velocity atau Hidraulic Surface Loading (HSL) dengan
rumus:
Solid Loading Rate atau Density time (waktu tinggal) pada klarifier dengan satuan
lb/d/ft2 menunjukan bahwa massa padatan yang digunakan per satuan luas per satuan
di dalam vessel sehingga menjadi sludge yang selanjutnya akan diproses menggunakan
Filter Press atau proses yang lainnya. Settling time didapat dengan menggunakan
rumus :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) merupakan pabrik kimia terpadu yang terdiri dari
Chlor Alkaly Plant, Vinyl Chloride Plant, dan Polyvinyl Chloride Plant. PT. ASC
memproduksi bahan-bahan kimia dasar seperti kaustik soda (NaOH), asam hidroklorida
(HCl), natrium hipoklorit (NaClO), etilen diklorida (EDC), vinyl klorida monomer (VCM),
Unit utility adalah unit yang menyediakan atau mensuplai kebutuhan pabrik baik
Waste water treatment (WWT) atau pengolahan limbah cair di PT. ASC yang
digolongkan dalam 7 line berdasarkan asal limbah, kandungan limbahnya dan cara
pengolahan limbah.
Dari tugas khusus yang penulis dapat tentang review design Vessel Clarifier (VE 8011)
pada WWT di unit utility didapat data yang menjadi bahan pertimbangan untuk
menentukan apakah VE 8011 itu masih effisien dengan design sekarang dan apakah
vessel clarifier tersebut masih bisa menampung lebih banyak flowrate waste jika
sehingga hasil endapan berupa sludge akan diproses lebih lanjut dengan bantuan Filter
Press untuk menjadi sluge cake. Sedangkan air jernih yang berada di atas endapan akan
overflow menuju talang yang langsung menuju sewer, dan juga dialirkan ke vessel
bantuan flokulan yang berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan waste menjadi
otomatis jumlah flokulan yang diperlukan untuk mempercepat proses pengendapan juga
ditambah. Akan tetapi flokulan mempunyai titik jenuh pengendapan sehingga jumlah
Dari data yang didapat, dan setelah melakukan perhitungan didapatkan bahwa dari
flowrate waste sekarang 65 m3/jam dengan kapasitas 330 m3 dan jumlah flokulan yang
Didapatkan dengan data tersebut, velocity (HSL) atau kecepatan overflow cairan di
atas permukaan vessel 0.575 m/jam yang didapat dari perhitungan jumlah flowrate dibagi
Dengan ketentuan HSL > 1.3 , maka penulis membuat perbandingan antara jumlah
flowrate dan HSl didapat flowrate waste maksimal di VE 8011 146.9 m3/jam dengan HSL
1.299 m/jam.
Tetapi dengan mengacu pada Data Penentuan Berat Jenis Endapan diketahui bahwa
flokulan dengan dosis 2 ppm dihasilkan Bj endapan yang paling tinggi yaitu 1.476. penulis
memakai acuan tersebut untuk menentukan jumlah flokulan yang ditambahkan ke dalam
Dengan acuan tersebut didapat jumlah flokulan 1.463 m3/jam dengan flowrate waste
95 m3/jam. Dengan begitu, VE 8011 dengan kapasitas 330 m3 masih dapat menampung
tambahan flowrate sampai 95 m3/jam dengan waktu tinggal waste 3.473 jam dengan
4.2 Saran
1. Sebaiknya di setiap alat atau bangunan diberi keterangan tentang ukuran dan
parameter alat atau bangunan tersebut secara detail seperti ukuran panjang alat,
2. Kurangnya alat pelindung diri seperti ear plug atau penutup telinga yang digunakan