Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERILAKU DAN PERANCANGAN ORGANISASI

Dosen Pembimbing
Ruli Nasrulloh,Malik Dip. 1.,S.Ag., S.Pd.,M.

DiSusun Oleh
Rifki Haryadi (21218196)

UNIVERSITAS SERANG RAYA


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK INDUSTRI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa merupakan generasi penerus yang pada gilirannya akan memikul

tanggung jawab guna mensukseskan pembangunan nasional dan memajukan bangsa

dan negara. Kebutuhan akan kemampuan dan profesionalisme menuntut adanya

pelatihan dan usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, guna meningkatkan

wawasan dan kemampuan pada bidang teknik dan juga untuk memenuhi persyaratan

wajib perkuliahan, maka penulis bermaksud untuk dapat melaksanakan Kuliah Kerja

Praktek (KKP).

Dalam era globalisasi dunia dan perdagangan bebas, diperlukan adanya industri yang

maju dengan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Selain mendapatkan berbagai

teori di bangku pendidikan formal, maka diperlukan adanya pengalaman kerja di lapangan.

Salah satu cara untuk menambah pengalaman kerja tersebut adalah dengan mengadakan

kerja praktek di industri-industri yang berkaitan dengan bidang studi yang dipelajari di

bangku kuliah.

Kuliah Kerja Praktek (KKP) merupakan salah satu mata kuliah di program studi teknik

kimia Universitas Serang Raya (UNSERA), sebagai sarana untuk mengembangkan dan

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu, dengan kerja

praktek akan memperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai teknik, terutama teknik

kerja ditempat KKP.

Pemilihan lokasi atau tempat KKP di PT. Asahimas Chemical (ASC) dikarenakan PT.

ASC adalah salah satu pabrik yang menghasilkan bahan-bahan kimia dasar yang secara

teknis lapangan sangat berkaitan langsung dengan studi yang dipelajari di bangku kuliah.
1.2 Rumusan Masalah

Apakah kondisi Vessel Clarifier pada proses waste water treatment yang ada di PT.

ASC plant utility masih effisien atau layak digunakan pada kondisi saat ini?

1.3 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya KKP adalah :

1. Menerapkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah

diperoleh.

2. Mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan dunia industri.

3. Memahami suasana kondisi objektif lapangan kerja.

4. Meningkatkan wawasan mengenai industri.

1.4 Manfaat

1. Dapat mengamati secara langsung kondisi di lapangan sebagai pendalaman materi

kuliah sekaligus mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari atau didapat di

bangku kuliah.

2. Memberikan pengalaman dalam hal menyelesaian masalah atau problem solving yang

berkaitan dengan lingkungan dalam dunia industri yang sesungguhnya. Mereview

tentang desain vessel clarifier pada proses waste water treatment pada unit utility.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Nama Perusahaan : PT. ASAHIMAS CHEMICAL

Alamat Perusahaan : Desa Gunung Sugih

Jl. Raya Anyer Km 122

Cilegon Banten, Indonesia 42447

Waktu Pelaksanaan : 1 November – 29 November 2013


1.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Selama KKP

No Tgl Kegiatan PIC

Company Profil, Environment and

1 1-Nov-13 Safety TEO Sec

General Explanation Of UTL Plant 1. Jaja


2
4-Nov-13 and Departement

UTL Process and Field Explanation : 1. Sulung


3 6-Nov-13
Water Treatment and ASU

UTL Process and Field Explanation : 1. Mas'ud


4 7-Nov-13
Cooling System (WCS, WKS, WSS)

UTL Process and Field Explanation : 1. Mas'ud


5 8-Nov-13
Steam Generation and Fuels 2. Sulung

11-Nov- UTL Process and Field Explanation : 1. Mas’ud


6
13 WWT 2. Mulyadi

12-Nov- UTL Process and Field Explanation : 1. Jaja


7
13 WSP 2. Mulyadi

Join With Morning Shift Activities : DCS


13-Nov-
8 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


14-Nov-
9 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


15-Nov-
10 & Field
13
Making report and Spesial Job
Join With Morning Shift Activities : DCS
18-Nov-
11 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


19-Nov-
12 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


20-Nov-
13 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


21-Nov-
14 & Field
13
Making report and Spesial Job

Join With Morning Shift Activities : DCS


22-Nov-
15 & Field
13
Making report and Spesial Job

25-Nov-

16 13 Presentation of UTL Process

26-Nov-

17 13 Report Revision and Signing

27-Nov-

18 13 Report Revision and Signing

28-Nov-

19 13 Report Revision and Signing

29-Nov-

20 13 Report Revision and Signing


BAB II

GAMBARAN UMUM

PT. ASAHIMAS CHEMICAL

2.1 Sejarah PT. Asahimas Chemical

PT. Asahimas Chemical (PT.ASC) adalah perusahaan yang memproduksi beberapa jenis

bahan kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan industrial dalam negeri untuk mengurangi

ketergantungan pada produk impor.

PT. ASC didirikan pada tanggal 8 Septamber 1986, dengan nama PT. Asahimas Subentra

Chemical. Perubahan nama dilakukan semenjak tanggal 1 Juli 1989. Perusahaan ini didirikan

dengan investasi awal sebesar US$ 200 juta, dan pada saat ini nilai investasinya berkembang

menjadi sebesar US$ 545 juta. PT. ASC memulai produksi pada bulan Juli 1989 dan

diresmikan oleh Presiden Soeharto (Presiden ke-2 Republik Indonesia) pada tanggal 26

Agustus 1989. Dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya PT. ASC.

PT. ASC merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang terdiri dari 4

(empat) perusahaan swasta dari 3 (tiga) negara asing dan 1 (satu) perusahaan swasta

nasional, yaitu:

1. Asahi Glass Co. Ltd (Japan) 52,5%

2. Pt. Rodamas Co. Ltd (Indonesia) 18%

3. Ableman Finance, Ltd (Virgin Islands) 18%

4. Mitsubishi Corporation (Japan) 11,5%

Pt. ASC berkantor pusat di Summitmas Tower 1 Lt. 9, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62,

Jakarta Selatan. Sedangkan pabriknya berlokasi di kawasan Krakatau Industrial Estate

Cilegon (KIEC), Jl. Raya Anyer Km. 122, Desa gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Cilegon

42447 – Banten.

Pada awalnya pabrik dibangun diatas lahan seluas 24 hektar, setelah mengalami

perluasan dalam tahap (phase) II, III, IV, luas area yang sekarang ditempati berkembang

menjadi 90 hektar.
PT. ASC beroperasi secara terus-menerus (continue) dalam 24 jam, yang dioperasikan

oleh lebih dari seribu orang karyawan. Karyawan di PT. ASC direkrut dari lulusan Perguruan

Tinggi atau Universitas, Akademi atau Politeknik dan SLTA atau sederajat dari area provinsi

Banten atau dari luar provinsi Banten.

2.2 Kegiatan Perusahaan

PT. ASC saat ini adalah pabrik Chlor Alkaly-Vinyl terpadu terbesar di Asia Tenggara.

Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti kaustik soda (NaOH), Ethylene

Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinyl Chloride (PVC),

Hydrochloride Acid (HCl), dan Sodium Hypochlorite (NaClO) banyak dimanfaatkan oleh

industri hilir. Produk-produk ini merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor

industri di Indonesia.

Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC memperkerjakan lebih dari seribu orang

karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, termasuk dari

Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kepedulian

sosial terhadap lingkungan masyarakat secara terus-menerus, disamping menjalankan

program padat karya, pembangunan puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa

berprestasi, dan menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dan lain-lain.

Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di bidang

lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHAS 18001 serta menerapkan

Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT. ASC

terhadap kualitas produknya demi meningkatkan kepuasan pelanggan, pelestarian

lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan dimasa depan serta terhadap

keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan atas

nama PT. ASC.


2.3 Struktur Organisasi

Untuk memastikan tercapai tujuan perusahaan, PT. ASC menetapkan pola kendali

operasi yang tersusun dalam struktur organisasi sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris, yang terdiri dari:

a. Presiden Komisaris

b. Wakil Presiden Komisaris

c. Komisaris

2. Dewan Direktur, yang terdiri dari:

a. Presiden Direktur

b. Wakil Presiden Direktur

c. Direktur, termasuk Manajer Pabrik (Plant director)

3. Manajer Divisi (Division Manager)

4. Asisten Manajer Divisi

5. Manajer Departemen (Departement Manager)

6. Kepala Seksi (Section Chief)

7. Staff, termasuk shift leader

8. Operator atau Teknisi

Pemegang jabatan di Dewan Komisaris dan Dewan Direktur merupakan para wakil

pemegang saham di PT. ASC.

2.4 Tujuan dan Fungsi Instansi

PT. ASC merupakan sebuah pabrik terpadu (Integrated Plant) dimana produk yang

dihasilkan saling berkaitan dan digunakan pada proses-proses selanjutnya.

PT.ASC mempunyai empat plant (pabrik) utama, yaitu :

1. Chlor Alkali Plant

Terdapat tiga buah plant yaitu CA-1, CA-2 dan CA-3 yang menghasilkan kaustik soda

(NaOH) sebagai produk utama dalam bentuk flake dan liquid. Sementara hasil
samping adalah gas klorin, gas hidrogen, larutan hydrochloric acid (HCl), dan Sodium

Hypochloride (NaClO).

2. VCM Plant

Terdapat dua buah plant yaitu VCM-1 dan VCM-2. Klorin dari plant CA direaksikan

dengan ethylene menghasilkan Ethylene Dicchloride (EDC) yang selanjutnya akan

terjadi perekahan untuk menghasilkan VCM dan HCL. Plant VCM-1 dan VCM-2 akan

menghasilkan VCM yang kemudian dijadikan bahan baku untuk produksi PVC. Bahan

baku VCM diperoleh dari plant CA berupa gas klorin, direaksikan dengan etilen klorida

(EDC).

3. PVC Plant

Terdapat tiga buah plant yaitu PVC-1, PVC-2 dan PVC-3. Proses produksi pada plant

PVC adalah polimerisasi VCM menjadi PVC.

4. Utility plant

Unit produksi yang bertugas menyediakan atau mendukung kebutuhan material

penunjang proses produksi di pabrik-pabrik lainnya.

PT. ASC merupakan pabrik petrokimia yang terpadu dan mempunyai resiko cukup

tinggi dan besar terhadap terjadinya bahaya kebakaran karena adanya bahan-bahan kimia

yang mudah terbakar (flammable) seperti ethylene, VCM, EDC, Hydrogen, dan LPG.

Selain itu semua juga terdapat bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan

dan membahayakan keselamatan manusia seperti gas Cl2, VCM, EDC, caustic soda, asam

sulfat, asam klorida (HCl), dan NaClO.

Upaya pencegahan terhadap kecelakan dan kebakaran sangat perlu dilakukan karena

pencegahan terhadap bahaya seperti itu merupakan perlindungan bagi tenaga kerja

maupun aset perusahaan serta ekosistem di lingkungan sekitarnya. Hal ini seperti yang

terdapat dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa

pengusaha atau perusahaan wajib melindungi tenaga kerja dan orang yang berada di
lingkungannya dari kecelakaan dan gangguan kesehatan serta menggunakan sumber-

sumber produksi secara aman dan efisien.

Untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat, maka PT. ASC

mempunyai visi dan misi yang tertuang dalam : “Kebijakan Mutu, Lingkungan,

Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Perusahaan ini bertujuan menjadi perusahaan

kimia yang handal dan bertaraf internasional, mempunyai komitmen untuk memenuhi

kepuasan pelanggan, melestarikan lingkungan dan meminimalkan resiko pada aktivitas

bisnis yang relevan melalui penerapan “Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

Dalam mendukung prinsip kerja tersebut, PT. ASC akan:

A
ndalkan kualitas yang prima untuk memuaskan pelanggan dan memenuhi semua

peraturan dan perundang-undangan yang relevan di Indonesia dan ketentuan lain yang

berlaku bagi perusahaan.

S
tandarkan pencapaian mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dengan

cara mencegah polusi, menghemat energi, dan mempertimbangkan aspek bahaya dan

resiko sebagai sikap kerja bagi karyawan.

C
iptakan perbaikan terus-menerus pada penerapan dan pemeliharaan Sistem

Manajemen Mutu, lingkungan dan Keselamatan Kerja dengan melibatkan partisipasi

seluruh karyawan.

2.5 Pengaturan dan Sistem Kerja

Dalam kondisi kerja, Manajemen PT. ASC bersama dengan Serikat Pekerja (SP-KEP Unit

Kerja PT. ASC) membuat kesepakatan bersama yang menghasilkan Perjanjian Kerja

Bersama (PKB).

Beberapa ketentuan pokok yang diatur antara lain:

1. Hubungan kerja

2. Hari kerja, jam kerja dan jam istirahat


Tabel 2.1 Jadwal Kerja Kerja Karyawan Daily dan Shift

Kelompok Kerja Hari Kerja Jam Kerja

Karyawan Daily Senin – Jumat 07.30 - 16.30 WIB

Karyawan Shift Mengikuti Pola Shift Shift 1 : 23.00 - 07.00 WIB

Shift 2 : 07.00 - 15.00 WIB

Shift 3 : 15.00 - 23.00 WIB

3. Perjalanan dinas

4. Sistem pengupahan

5. Pemeliharaan kesehatan

6. Keselamatan dan kesehatan kerja

7. Jaminan sosial dan kesejahteraan

8. Pendidikan dan latihan

9. Tata tertib kerja

10. Dan lain-lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Pengolahan Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai

jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air

buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini

terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi

dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan

terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap

limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis

dan karakteristik limbah.

Pengolahan Limbah

Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah,

kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi

limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan

limbah ini dapat dibedakan menjadi:

1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan,

2. Pengolahan menurut karakteristik limbah.

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan

permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak

dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga

layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau

penghuni rumah, seperti jamban misalnya:


1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah air kakus.

2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke

unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka

masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.

3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan

pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau

truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan

sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan

sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah

dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan

upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan

pengumpulan bahan layak daur-ulang.

4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan

saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan

mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar

agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran

drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.

5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan

dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat.

Karakteristik Limbah:

1. Berukuran mikro

2. Dinamis

3. Berdampak luas (penyebarannya)

4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Limbah Industri

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen-komponen

air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organic dan

bahan buangan anorganik.

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke

atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup

tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,

kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2

kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran

primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan

secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang

terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan

bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara

primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap

(stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah

tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus,

pesawat terbang, dan kereta api.

Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%

pencemaran udara global adalah:

a. Karbonmonoksida (CO),

b. Nitrogen oksida (Nox),

c. Hidrokarbon (HC),

d. Sulfur oksida (SOx)

e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang

memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran

yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang

berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak

penting baik lokal,regional maupun global yaitu:

a. CO2 (karbon monoksida),

b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),

c. Hujan asam

d. CFC (Chloro-Floro-Carbon/Freon)

e. CH4 (metana)

3.2 Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel dari fluidanya (air) yang dipengaruhi

oleh gaya gravitasi atau centrifugal (A. Rushton and friend, 1996). Dalam proses

sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah, misalnya

lumpur. Bak sedimentasi sendiri dapat diletakkan sebelum proses lumpur aktif atau yang

disebut primary clarifier, sedimentasi diletakkan di awal proses guna untuk memisahkan

komponen-komponen terapung seperti minyak dan lemak, serta padatan berat yang

berada pada bagian bawah clarifier. Adapula bak sedimentasi diletakkan setelah proses

lumpur aktif, guna untuk memisahkan partikel-partikel lumpur dengan fluida bersihnya,

sehingga effluent yang berupa air bersih bisa langsung dibuang ke lingkungan dengan

catatan kandungan nitrogen dalam effluent memenuhi standart buangan air ke lingkungan

(Gerardi, 2002). Bagian terpenting dalam perencanaan unit sedimentasi adalah

mengetahui kecepatan pengendapan (settling rate) dari partikel-partikel yang akan

dipindahkan (Siregar, 2005). Menurut A. Rushton dkk, perlakuan settling partikel

ditentukan dari 2 faktor, yang pertama yaitu konsentrasi dari partikel padatannya dan yang

kedua adalah status penggumpalan dari partikel itu sendiri. Dengan meningkatnya

konsentrasi padatan, settling akan lebih cepat, begitupula dengan penggumpalan partikel
selama proses sedimentasi. Bersatunya beberapa partikel membentuk gumpulan akan

memperbesar rapat massanya, sehingga akan mempercepat pengendapannya. Misalnya

dalam proses lumpur aktif ini keluaran suspensi biomassa dialirkan ke bak sedimentasi.

Dengan adanya konsentrasi yang cukup besar dan adanya gaya gravitasi maka biomassa

atau lumpur tersebut akan terpisah dengan airnya.

3.3 Clarifier

Pemisahan liquid-solid akan efektif bila salah satu dari kedua zat yang akan

dipisahkan berbeda densitasnya. Pemisahan liquid-solid ini menggunakan bantuan gaya

gravitasi atau sentrifugal. Penggunaan gaya grafitasi atau sentrifugal atau penyaringan

sangat bergantung pada bentuk dan ukuran partikel.. teknik pemisahannya juga

bergantung pada :

1. Konsentrasi solid

2. Kecepatan umpan masuk

3. Ukuran partikel solid

4. Bentuk partikel solid

Salah satu teknologi yang umum digunakan pada proses pemisahan liquid-solid

adalah dengan menggunakan metoda klarifikasi dengan menggunakan clarifier.

3.3.1 Fungsi dan Prinsip Clarifier

Clarifier berfungsi untuk memisahkan sejumlah kecil partikel-partikel halus yang

menghasilkan liquid yang jernih yang bebas partikel-partikel solid atau suspensi.

Teknologi pemisahan liquid-solid umumnya dipakai pada proses pengolahan air bersih

pada berbagai industri antara lain pada pengolahan air minum PDAM dan pengolahan

air baku untuk Demin Plant maupun Cooling Water System.

Di dalam clarifier terjadi proses yang kita sebut dengan proses klarifikasi yang

mana proses ini berfungsi menghilangkan suspended solid. Suspended solid

merupakan bagian dari kotoran (impurities) yang menyebabkan air menjadi keruh.
Secara umum klarifikasi dapat diartikan sebagai proses penghilangan suspended solid

melalui mekanisme koagulsai, flokulasi, dan sedimentasi.

Air yang mengandung bahan kimia serta flok mengalir ke clarifier melalui pipa

vertical ditengah clarifier, untuk dipisahkan flok-floknya dengan cara pengendapan

gravitasi. Clarifier pada umumnya berbentuk tangki silinder dari beton dengan

diameter 26 meter dan tinggi 3.65 meter.

Selama clarification, dihilangkan juga water hardness, yaitu garam-garam calcium

dan magnesium yang larut dalam air, dengan jalan mereaksikannya dengan zat-zat

kimia yang akan mengendapkan hardness tersebut. Garam Ca dan Mg dalam bentuk

bikarbonat akan lebih mudah larut.

Untuk pengendapan yang efesien, perlu pengadukan sehingga zat pengendap

akan terbagi dalam air sebelum pengendapan untuk membentuk gumpalan yang lebih

besar, hal ini dapat dicapai dengan pengadukan lambat. Jika dosis pengendapan

terlalu tinggi, lapisan lumpur akan naik sampai batas yang telah ditentukan dan

terbawa arus keluar. Untuk mengetahui kualitas air, clarifier dilakukan kontrol di outlet

clarifier dengan parameter pH, Cl2 (1.5 – 4.0 ppm) dan turbidity maksimum 5 ppm. Air

yang bersih dipisahkan melalui overflow di bibir clarifier dan endapan yang terbentuk

dibuang melalui bagian bawah clarifier.

Clarifier dilengkapi dengan alat pengaduk (mixer) yang mana sangat membantu sekali

dalam proses pencampuran yang berlangsung dengan homogen. Mixer ini bekerja

dengan prinsip dasar dari proses agitasi. Proses agitasi ini merupakan dasar dalam

pengadukkan air yang mana dengan adanya baffle hasil dari proses agitasi ini dapat

mengurangi terjadinya vorteks.

Didalam clarifier akan terjadi tiga proses yaitu :

1. Koagulasi

Adalah suatu mekanisme penetralan dimana partikel-partikel koloid yang

bermuatan dinetralkan muatannya, setalah penetralan maka partikel akan saling


mendekat satu sama lain sehingga membentuk floc yang kecil melalui suatu proses

penambahan koagulan yaitu antara lain :

a. Alum-aluminum sulfate-Al2(SO4)3

b. Ferric sulfate-Fe2(SO4)3

c. Ferric chloride-FeCl3

d. Sodium aluminate-Na2AI204

Tujuannya adalah untuk mengikat atau mengumpulkan kotoran-kotoran yang tidak

bisa disaring melalui filter biasa.

Metode pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum adalah dalam bentuk

larutan. Larutan aluminium sulfat dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas yang

cukup untuk pembubuhan koagulan. Untuk itu diperlukan dua tangki berpengaduk,

dimana yang satu beroperasi sementara larutan disiapkan pada tangki lainnya.

Pembubuhan koagulan ini dilakukan pada unit koagulasi.

2. Flokulasi

Adalah suatu mekanisme dimana floc kecil tersebut akan dilalui suatu media

flokulan (Polyelektrolit) digabungkan menjadi floc yang lebih besar sehingga massa

bertambah agar dapat mengendap. Flok-flok yang semakin membesar itu akan

mengendap sejalan dengan pertambahan luas permukaan aliran, sehingga waktu

pengaliran akan lebih lama dan reaksi yang terjadi akan semakin sempurna.

Sedangkan perluasan permukaan aliran akan dilakukan dengan penambahan sekat-

sekat pada bak flokulasi. Sehingga butiran-butiran yang sudah terbentuk akan saling

bertumbukan dan akan menghasilkan flok-flok yang semakin membesar, ini

dikarenakan flok-flok tadi akan saling melekat antara satu dengan yang lainnya.

3. Sedimentasi

Adalah suatu mekanisme dimana floc yang sudah cukup besar tersebut akan

mengendap dan turun ke permukaan air karena gaya gravitasi bumi.


3.3.2 Jenis-Jenis Klarifier

Clarifier merupakan peralatan yang banyak digunakan pada industri pengolahan

air, baik itu pengolahan air minum, pengolahan limbah, atau lainnya.

Clarifier pada dasarnya identik dengan thickner, dalam hal desain dan keluaran

kecuali desain konstruksi yang ringan dan tenaga penggeraknya. Perbedaan ini

terlihat dari produk pemisahannya, dimana thickener akan menaikkan konsentrasi

suspensi solid sedangkan pada clarifier akan dihasilkan liquid dengan konsentrasi

solid rendah.

Jenis-jenis Clarifier yang umum dijumpai dakam dunia industri, antara lain:

1. Rectangular Clarifiers

a. Berfungsi untuk pengolahan air limbah dan juga dalam proses industri.

b. Metode pemisahan dengan tipe rangkaian pengisapan.

c. Ukuran antara lain lebar 2 sampai 10 m ( 6 sampai 33 ft), dimana panjangnya

3 sampai 5 kali lebarnya.

d. Clarifier tipe ini biasanya digunakan terutama dalam pemisahan minyak dan air

serta dalam pemurnian gas buangan dari pabrik baja. Hasil yang dihasilkan

jernih, tetapi bagaimanapun secara umum tidak sejernih dengan

menggunakan circular clarifier.

Gambar 3.1 Rectangular Clarifier


2. Circular Clarifiers

Unit Circular tersedia dalam 3 tipe dasar , yaitu :

a. Bridge

b. Center- column

c. Peripheral-traction.

Oleh karena konsiderasi ekonomi, tipe bridge dalah tipe yang diusulkan untuk

tangki berdiameter kurang dari 20 m. Circular clarifier biasanya dilengkapi dengan alat

surface-skimming yang terdiri dari rotating skimmer, scum baffle, dan scum box.

Mekanisme centre-drive juga di instal pada square tanks. Mekanismenya berbeda

dari mekanisme circular standar dimana terdapat engsel pada sudut blade untuk

menyapu sudut yang tidak terjangkau pada mekanisme utama.

Gambar 3.2 Circular Clarifier

3. Vertical-Clarifier

Clarifier vertical dirancang untuk memperkecil biaya yang harus dikeluarkan

karena memiliki efisiensi dalam memisahkan partikel solid dengan liquid.

Clarifier jenis ini mempercepat pengendapan partikel suspensi dengan bantuan

gaya gravitasi.
Gambar 3.3 Vertical Clarifier

4. Horizontal-Clarifier

Gambar 3.4

Horizontal Basin Clarifier

5. Clarifier-Thickener

Clarifier dapat pula bertindak sebagai thickener. Mekanisme drive pada

clarifier jenis ini biasanya memiliki kemampuan tenaga putar yang tinggi yang

di supply pada standar clarifier.


Gambar 3.5 Clarifier Thickener

6. Industrial Waste Secondary Clarifier

Banyak rancangan yang semula membuang limbah organik ke saluran air

telah berubah menggunakan fasilitas treatment sendiri agar mengurangi biaya

treatment plant. Untuk limbah organik, proses waste-activated sludge

merupakan tahapan yang disarankan, menggunakan aeration basin untuk

tahap bio-oxidation dan secondary clarifier untuk menghasilkan clear effluent

dan untuk mengkonsentrasikan biomass untuk recycle ke basin. Untuk

menghasilkan effluent yang diinginkan dan memperoleh konsentrasi yang

cukup dari low-density solids yang membentuk biomass, perlu kriteria design

tertentu dalam rancangan jika memiliki data pilot-plant, prosedur design yang

diusulkan oleh Albertson (op. cit.) dapat digunakan untuk menetapkan diameter

tank, kedalaman, feed well dimension, feed inlet configuration, dan rake blade

design untuk suatu unit.

Kriteria yang digunakan dalam desain dan tahap pengopersian klarifier yang

biasanya digunakan overflow rate dan solid loading rate yang paling penting. Kriteria

desain yang lain adalah sebagai berikut ini:


1. Over Flow Rate

Over Flow Rate adalah flok settler dalam klarifier yang memisah dengan cairan

bening yang berada diatas. Kenaikan velocity air menunjukan adanya over flow rate

(OFR) dengan satuan gpd/ft2 dan dapat diartikan juga pembagian antara laju (gpd)

dengan luas permukaan klarifier (ft2).

Ketika klarifier dioperasikan pada OFR yang lebih spesifik, semua partikel

mengalami settling velocity yang lebih besar kemudian proses OFR dihentikan. Partikel

dengan settling velocity yang rendah akan diangkut keluar menjadi effluent. Dengan

pemakaian OFR yang tepat, klarifikasi dapat berjalan.

Over Flow rate yang digunakan untuk desain klarifier perlu memperhatikan basis dari

average dry weather flow (ADWF) dan seluruh luas klarifier menunjukan ADWF yang

bervariasi dari 0.5 sampai 2 m3/m2.h (300 sampai 1.000 gpd/sq ft). Beberapa rancangan

operasi dapat berjalan lancar pada rentang nilai yang besar dan menghasilkan keluaran

dengan kualitas yang tinggi. Dalam banyak kasus, dalam laju alir pipa yang tinggi

dengan laju 2.7 sampai 3.1 m3/m2.h (1600 sampai 1800 gpd/sq ft) tidak menimbulkan

ekses pada kapasitas klarifier sekunder.

Kapasitas klarifier pun telah dikembangkan pada tahun 1970. Pengembangan dalam

desain ini meliputi struktur umpan dan keluaran, dan penghilangan lumpur sehingga

dapat meningkatkan laju. Proyeksi pengembangan ini adalah optimalisasi desain

klarifier menghasilkan 15 sampai 20 % kapasitas hydrualic yang lebih besar.

Over Flow Rate juga bisa disebut Velocity atau Hidraulic Surface Loading (HSL) dengan

rumus:

HSL = flowrate / Luas area

2. Solid Loading Rate

Solid Loading Rate atau Density time (waktu tinggal) pada klarifier dengan satuan

lb/d/ft2 menunjukan bahwa massa padatan yang digunakan per satuan luas per satuan

waktu. Persamaan solid loading rate (SLR) adalah sebagai berikut:

SLR = Volume vessel / flow rate


3. Settling Time (Vo)

Settling time biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan pengendapan limbah

di dalam vessel sehingga menjadi sludge yang selanjutnya akan diproses menggunakan

Filter Press atau proses yang lainnya. Settling time didapat dengan menggunakan

rumus :

Vo = tinggi vessel / waktu pengendapan


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) merupakan pabrik kimia terpadu yang terdiri dari

Chlor Alkaly Plant, Vinyl Chloride Plant, dan Polyvinyl Chloride Plant. PT. ASC

memproduksi bahan-bahan kimia dasar seperti kaustik soda (NaOH), asam hidroklorida

(HCl), natrium hipoklorit (NaClO), etilen diklorida (EDC), vinyl klorida monomer (VCM),

dan polyvinyl chloride (PVC).

Unit utility adalah unit yang menyediakan atau mensuplai kebutuhan pabrik baik

material maupun fasilitas untuk berlangsungnya proses produksi.

Waste water treatment (WWT) atau pengolahan limbah cair di PT. ASC yang

digolongkan dalam 7 line berdasarkan asal limbah, kandungan limbahnya dan cara

pengolahan limbah.

Dari tugas khusus yang penulis dapat tentang review design Vessel Clarifier (VE 8011)

pada WWT di unit utility didapat data yang menjadi bahan pertimbangan untuk

menentukan apakah VE 8011 itu masih effisien dengan design sekarang dan apakah

vessel clarifier tersebut masih bisa menampung lebih banyak flowrate waste jika

seandainya inlet atau masukkan limbah ditambah.

VE 8011 difungsikan sebagai tempat terjadinya pengendapan waste atau limbah

sehingga hasil endapan berupa sludge akan diproses lebih lanjut dengan bantuan Filter

Press untuk menjadi sluge cake. Sedangkan air jernih yang berada di atas endapan akan

overflow menuju talang yang langsung menuju sewer, dan juga dialirkan ke vessel

selanjutnya dan akan dibuang ke sewer. Proses pengendapan waste memerlukan

bantuan flokulan yang berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan waste menjadi

flok yang aka mengendap di bagian bawah vessel.


Jumlah flowrate berbanding lurus dengan jumlah flokulan yang berfungsi untuk

mempercepat proses pengendapan di dalam VE 8011. Dan jika flowrate ditambah,

otomatis jumlah flokulan yang diperlukan untuk mempercepat proses pengendapan juga

ditambah. Akan tetapi flokulan mempunyai titik jenuh pengendapan sehingga jumlah

flokulan yang masuk mempunyai batas maksimal yang bisa ditambahkan.

Dari data yang didapat, dan setelah melakukan perhitungan didapatkan bahwa dari

flowrate waste sekarang 65 m3/jam dengan kapasitas 330 m3 dan jumlah flokulan yang

ditambahkan 1 m3/jam dengan tinngi vessel 3 m dan diameter 12 m.

Didapatkan dengan data tersebut, velocity (HSL) atau kecepatan overflow cairan di

atas permukaan vessel 0.575 m/jam yang didapat dari perhitungan jumlah flowrate dibagi

dengan luas permukaan atas vessel yang berbentuk lingkaran.

Dengan ketentuan HSL > 1.3 , maka penulis membuat perbandingan antara jumlah

flowrate dan HSl didapat flowrate waste maksimal di VE 8011 146.9 m3/jam dengan HSL

1.299 m/jam.

Tetapi dengan mengacu pada Data Penentuan Berat Jenis Endapan diketahui bahwa

flokulan dengan dosis 2 ppm dihasilkan Bj endapan yang paling tinggi yaitu 1.476. penulis

memakai acuan tersebut untuk menentukan jumlah flokulan yang ditambahkan ke dalam

flowrate waste untuk VE 8011.

Dengan acuan tersebut didapat jumlah flokulan 1.463 m3/jam dengan flowrate waste

95 m3/jam. Dengan begitu, VE 8011 dengan kapasitas 330 m3 masih dapat menampung

tambahan flowrate sampai 95 m3/jam dengan waktu tinggal waste 3.473 jam dengan

waktu pengendapan 0.05 jam.

4.2 Saran

1. Sebaiknya di setiap alat atau bangunan diberi keterangan tentang ukuran dan

parameter alat atau bangunan tersebut secara detail seperti ukuran panjang alat,

material alat, dan sebagainya.

2. Kurangnya alat pelindung diri seperti ear plug atau penutup telinga yang digunakan

ketika melakukan Kuliah Kerja Praktek di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai