Uji Pirogenitas
I.1 Definisi Pirogen
Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubugan dengan rasa panas,
dan kata gen yang artinya membentuk atau menghasilkan. Pirogen adalah produk mikroorganisme
terutama berasal dari bakteri gram negatif.
Pirogen merupakan senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira sekitar 10-15% massa bakteri total.
Pirogen adalah senyawa yang jika masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi suhu tubuh dan
biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam akibat pirogen pada beberapa kasus sulit
diobati dan dapat menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari kelompok senyawa yang luas,
meliputi endotoksin (LS). Endotoksin adalah suatu molekul yang berasal dari membran luar
bakteri gram negatif.
I.2 Uji Pirogenitas
Tujuan dari uji pirogenitas adalah untuk mengetahui apakah suatu sediaan ujii steril bebas
pirogen atau tidak.
Cara pengujian dengan cara mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci yang disebabkan
oleh penyuntikan intravena sediaan uji steril.
Hewan percobaan: kelinci (syarat: seminggun sebelum pengujian tidak menunjukkan
penurunan bobot badan)
Hewan uji tidak dapat digunakan jika :
Tiga hari sebelumnya dipakai untuk pengujian pirogenitas, hasil negatif.
Tiga minggu sebelumnya digunakan untuk pengujian pirogenitas sediaan uji tidak
memenuhi syarat.
Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitas tetapi respon rata-rata kelompok
kelinci melebihi 1,200
Alat
1. Termometer atau termometer listrik
- Ketelitian skala 0,10
- Dapat dimasukkan kedalam rektum kelinci sedalam ± 5cm
2. Alat suntik (terbuat dari kaca atau bahan lain yang cocok, tahan pemanasan pada suhu
250)
Sediaan Uji
Dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau mengencerkannya menggunakan larutan
natrium klorida P steril bebas pirogen atau jika zat uji berupa larutan yang sesuai dapat langsung
digunakan.
Pengujian
Pengujian meliputi dua tahapan yaitu:
1. Pendahuluan hewan uji disuntik dengan larutan NaCl P steril bebas pirogen (10 ml/kgBB,
intravena) 1-3 hari sebelum pengujian
2. Pengujian utam: sediaan uji dihangatkan ± 38,50
3. Disuntikkan perlahan kedalam vena auricularis tiap kelinci dan dilakukan evaluasi
Penafsiran Hasil
Penafsiarn hasil dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisis III atau IV. Penafsiran
hasil dibedakan untuk:
1. Hewan percobaan (kelinci)
2. Sediaan uji
Persyaratan penafsiran hasil pembacaan suhu (respon) dibaca sesuai petunjuk dan dibandingkan
dengan daftar tabel
Jumlah Kelinci Sediaan uji memenuhi syarat Sediaan tidak memenuhi
jika jumlah respon tidak syarat jika jumlah respon
melebihi melebihi
3 1,200 2,700
6 2,800 4,300
9 4,500 6,600
12 6,600 6,600
Prosedur kerja :
1. Kelinci dimasukkan ke kotak dengan penahan yang cukup longgar, badan bebas,
kelinci dapat duduk dengan bebas
2. Uji pendahuluan :
Ruang harus tenang, di ruang dengan perbedaan terhadap temperature
pemeliharaan tidak boleh lebih dari 3C
1 malam hingga pengujian selesai kelinci tidak diberi makan dan selama
waktu pengujian tidak diberi minum
Catat temperature badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit
yang dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga tiga jam sesudah
penyuntikan dengan laruan NaCl P steril bebas pirogen
Kelinci yang menunjukkan beda temperature lebih besar dari 0,6C tidak
dapat digunakan untuk pengujian utama
3. Pengujian utama
1 kelompok hewan percobaan terdiri dari 3 ekor kelinci
Hangatkan sediaan uji hingga temperature kurang lebih 38,5C
Suntikkan perlahan-lahan ke dalam vena auricularis tiap kelinci
Lama penyuntuikan tidak lebih dari 4 menit dan volume sediaan uji tidak
kurang dari 0,5 mL dan tidak lebih dari 10 mL per kg berat badan
Jika gagal, ulangi pengujian hingga 4 kali, tiap kelompok uji terdiri dari 3
ekor kelinci
4. Penafsiran hasil
Temperature awal adalah temperature rata-rata 2 pembacaan temperature
dengan interval 30 menit dan dilakukan 40 menit sebelum penyuntikan
sediaan uji
Temperature maksimum adalah temperature tertinggi yang dicatat selama 3
jam setelah penyuntikan sediaan uji
Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak lebih dari 30 menit yang
dimulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam setelah penyuntikan
- Bila antar kelinci perbedaan suhu awal tidak lebih dari 1C
- Jika jumlah respon tidak melebihi kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi
syarat jika jumlah respon melebihi kolom 3 untuk tiap kelompok
- Jika jumlah respon terletak antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian diulangi
- Jika pengujian keempat jumlah respon melebih 6,6C sediaan uji dinyatakan
tidak memenuhi syarat
i. Perhitungan sel darah putih
Injeksi obat suntik yang mengandung pirogen pada pembuluh baik darah kelinci akan
menyebabkan terjadinya percobaan sel-sel darah putih
Misal : penurunan limfosit dan menaikkan neutrofi ini menjadi indikator terhadap
adanya aktivitas pirogen.
Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari limulus
polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi LAL-test:
a. pH larutan 6-7
b. suhu 37oC
Gambar 1. Limulus
Amebocyte Lysate (LAL)
untuk deteksi endotoksin
Reagensia LAL dibuat dari ekstrak set darah Horseshoe Crab dari spesies Limulus
polvphentus, yaitu jenis invertebrata yang telah hidup pada jaman pra sejarah. Corpuscula
darah Limulus hanya terdiri dari satu macam set darah yang disebut sebagai Amoebocvte.
Amoebocvte dalam banyak hal menyerupai platelet, tetapi ukurannya agak lebih besar.
Untuk mendapatkan reaksi yang optimal antara reagensia LAL dengan endotoksin,
Thomas J. Novitsky (1984) menyebutkan perlunya unsur-unsur yang harus ada dalam
reagensia LAL, yaitu :
Garam anorganik
Sebagai gambaran masing-masing metode dan tahapan-tahapan untuk melakukan uji LAL
adalah sebagai berikut :
Reagensia LAL dicampur dengan sampel larutan uji dalam tabling galas masing-
masing dengan volume sama yaitu 1,0 ml.
Setelah dicampur, tabung gelas tersebut diinkubasi pada temperatur 37°C ± 2°C
selama 60 menit ± 1 menit.
Pembacaan pengujian larutan yaitu tabung galas dari inkubator diambil dengan
hati-hati, kemudian membaliknya 180°, sehingga permukaan atas tabung berada di
bagian bawah.
Hasil pembacaan adalah :
Positif (+) jika terbentuk gelatin padat yang tetap, berarti contoh larutan tersebut
mengandung sedikitnya sama dengan sensitivitas reagensia yang digunakan.
Negatif (-) jika tidak terbentuk·gelatin padat yang tetap, berarti bahwa contoh larutan uji
tersebut tidak mengandung endotoksin atau lebih sedikit daripada sensitivitas reagensia
yang digunakan.
BAB II
Penetapan Kadar Obat dan Jumlah Metabolitnya dalam Urin Ibu Hamil Dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis
5. Pembentukan DNA
Asupan ini dibutuhkan untuk memproduksi, memperbaiki, mengaktifkan DNA
yang berkaitan dengan genetik bayi. Selain itu, juga bagus untuk perkembangan
plasenta dan pertumbuhan janin.
Kebutuhan asam folat untuk wanita yang sedang menjalankan program hamil adalah 400
mikrogram (mcg) atau 0,4 miligram (mg) per hari. Setidaknya dikonsumsi sebulan sebelum masa
konsepsi atau pembuahan. Dosis 400 mcg atau 0,4 mg asam folat tersebut bisa didapatkan dari
makanan yang mengandung asam folat atau pun dari suplemen.
Makanan Sumber Asam Folat
Makanan sumber asam folat yang bisa Anda temukan dengan mudah, antara lain:
Sayuran hijau, seperti asparagus, brokoli, bayam, sawi hijau, kubis Brussel.
Buah-buahan, seperti jeruk, alpukat, dan bit.
Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah, dan
kacang kedelai.
Biji-bijian, seperti gandum dan sereal.
Hati sapi, makanan laut, salmon, telur, dan susu rendah lemak. Hati sapi memang tinggi asam
folat tapi juga tinggi kolesterol, jadi dianjurkan untuk tidak banyak dalam mengonsumsinya.
Perlakuan Pengamatan
Dipersiapkan alat dan bahan Alat :
Beaker glass, chamber, plat silica, pipa
kapiler, pipet tetes, kertas saring.
Bahan :
Aquadest, n-heksan, methanol, test pack merk
andalan, urin ibu hamil
Dikalibrasi chamber untuk menentukan Volume fase gerak yang dibutuhkan sebanyak
banyaknya volume fase gerak 280ml dengan tinggi volume fase gerak pada
bejana 1 cm
Dibuat fase gerak sebanyak 350ml Alasam fase gerak dibuat berlebih karena
menggunakan fase gerak air : methanol : etil
asetat (8:1,5:0,5) dan karena pada proses
pembuatannya dipisahkan antara air dan etil
asetat sehingga yang diambil fasa airnya dan
akan mengurangi fase gerak, sehingga
dilebihkan.
Dicampurkan antara air dan etil asetat Air 280ml, etil asetat 17,5ml.
-Etil asetat dibagian atas dan air dibawah
-Dipisahkan fase etil asetatnya
-Alasan digunakan fase yang polar karena
asam folat yang akan dideteksi dengan klt
bersifat larut air.
Ditambahkan methanol, kemudian Metanol 52,5ml
dicampurkan, masukkan fase gerak kedalam
chamber sebanyak 280ml
Dilakukan penjenuhan dengan cara -Penjenuhan ± 30 menit
memasukkan kertas saring yang telah -Jangan membuka tutup wrapping karena
dipotong seperti pita panjang, tutup chamber akan mengganggu proses penjenuhan
dengan wrapping dan dibiarkan hingga fase
gerak membasahi semua bagian kertas saring
Dibuat titik tempat penotolan pada plat silika -Ukuran plat 20 x 20 cm
-Panjang lintasan 11cm
-Dibuat 10 titik penotolan untuk masing-
masing kelompok 2x penotolan
Ditotolkan urin dengan pipa kapiler pada plat -Urin ditotolkan 1 kali, hingga sampai
silica, kemudian dimasukkan kedalam mongering, kemudian ditotolkan kembali
chamber yang telah jenuh. pada tempat yang sama, tujuannya agar noda
urin lebih tebal dan agar mudah dideteksi
Diamati pergerakan bercak noda Pergerakan noda bercak hingga atas
Dikeringkan plat silika Plat silica kering dengan diangin2kan
Disinari plat silica dengan sinar UV dan UV 254 nm dan 366 nm
dihitung nilai Rf nya.
BAB III
Penetapan Kehamilan pada Urin Ibu Hamil Dengan Test Pack
III.1 Human Chorionic Gonatropin (HCG)
HCG adalah hormone yang disekresikan oleh sel-sel tropoblas ke dalam cairan ibu
segera setelah nidasi terjadi. HCG yang dihasilkan dapat ditemukan dalam serum urin.
Beberapa test pack direndam dalam urine untuk mengetahui terjadinya kehamilan atau
tidak, hanya dengan melihat jumlah garis setelah 5 menit perendaman. Test urin memiliki
ketepatan 98% namun kesalahan dapat terjadi, dikarenakan test yang terlalu dini dilakukan.
HCG dapat diperoleh dari ekskresi urin wanita hamil karena hormone yang diproduksi
oleh plasenta ini diekskresikan dalam jumlah besar dalam urin. Hormon ini memiliki sifat
seperti LH pada wanita dengan produksi gonadotropin yang rendah atau non siklis.
Hormon ini juga digunakan pada wanita dengan ovulasi pada fase luteal sehingga terjadi
infertilitas atau arbutus habitualis.
BAB IV
Penetapan Indeks Busa Pada Sabun Cair, Indeks Hemolitik, dan Indeks
Ikan
Hasil:
Hasil pengamatan menunjukan tinggi busa setelah 15 menit pada tabung 1, 2, 3 dan 4 yaitu
0,1 cm, 0,4 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Data ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari
cairan sabun maka akan semakin tinggi indeks busa