Askep Obs Febris
Askep Obs Febris
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal. Febris atau demam
pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2ºC.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial.
ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi
dan peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen
adalah suatu protein yang identik dengan interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan
mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas
metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang
adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya : mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri
otot dan sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan laboratotium, foto rontgent
ataupun USG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan nafsu makan yang
menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam menujukan temperatur
dalan batas normal
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan
2. Suhu tubuh stabil 36-37 C
Intervensi :
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol
4. Berikan minuman sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
5. Riwayat keluarga
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita / pasien
: Tinggal
6. Riwayat Obsetrik
a. Riwayat Menstruasi
- Monarche : 12 th
- Siklus : 30 hr
- Lama : 69 hr
b. Riwayat Kehamilan
No Anak ke Lahir di Lahir dengan Penolong Jenis berat Keterangan
1 1 RS SC Pr ♀/3000 gr Hidup sehat
c. Riwayat Menikah
Pasien menikah 1 kali selama 1 tahun
d. Riwayat KB
Pasien belum pernah KB
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum operasi : pasien mengatakan nafsu makan normal, 3 x sehari, makanan terdiri dari
nasi, sayur, lauk, minum 8 gl/hr turgor kulit baik, mukosa bibir lembab.
Setelah operasi : pasien mengadakan nafsu makan meningkat 4 x/hari, minum 8 gl/hari.
b. Istirahat tidur
Sebelum operasi : pasien mengatakan tidur ± 6-7 jam/hari kadang tidur siang ± 2 jam/hari.
Setelah tidur : pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari kadang bangun untuk menyusui anaknya.
c. Personal hygiene
Sebelum operasi : pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas 2 hari
1x.
Setelah operasi : pasien mengatakan mandi disibin 2 x/hari pagi dan sore.
d. Psikososial dan psikologis
Pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga. Pasien
tampak senang ditunggui oleh keluarganya pada saat ini pasien berada paa tahap “taking hold”
dimana pasien sudah mempunyai keinginan dan belum bisa merawat bayinya pasien sudah
bisa memberi ASI pada bayinya.
e. Spiritual
Pasien mengatakan beragama Islam atau menjalankan sholat dengan tertib tetapi setelah
operasi pasien hanya mampu berdoa saja.
f. Keselamatan
Pasien dalam beraktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.
8. Konsep Diri
a. Identitas diri
Pasien merasa senang dapat melakukan bayinya dengan selamat.
b. Peran
Pasien mengatakan selain menjadi istri dia juga menjadi seorang ibu.
c. Ideal diri
Pasien mengatakan akan merawat bayinya secara mandiri dan tetap memberikan ASI.
d. Harga diri
Pasien mengatakan senang dengan kelahiran anak pertama.
e. Gambaran diri
Pasien mengatakan sedikit terganggu dengan adanya luka SC, tapi pasien bisa menerima
pasien mengatakan aktivitas dibantu perawat dan keluarga.
9. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 22 Januari 2008
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital : TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 366 0C
Rr : 20 x/menit
d. Kepala
Rambut : panjang, bergelombang tampak terikat
Mata : simetris, penglihatan baik
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak meringis menahan diri
e. Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler
Payudara : areola warna hitam kecoklatan, puting susu menonjol bersih.
f. Abdomen I : Terdapat jahitan sepanjang ± 13 cm baru 1 hari, vertikal
A : Peristaltik usus ± 15 x/menit
P : Tidak teraba massa TFU 3 jari di bawah pusat
P : Tidak kembung
g. Genetalia : tidak ada oedem lochea rubra (merah) dalam jumlah ± 1 pembalut penuh.
h. Ektremitas
Atas : tangan kiri pasien terpasang infus DS 20 tpm colk VII
Bawah : tidak ada oedem
i. Turgor kulit : baik, tidak kering
10. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Angka Normal Satuan
Hemoglobin : 10,5
Jumlah eritrosit : 4,35
Jumlah leukosit : 6,200
Hematokrit : 34
Jumlah trombosit : 210.000
Waktu perdarahan : 3’10’’
Waktu pembekuan 4’35’
Gol. Darah : O Lk : 13.0-18.00 Pr : 11,5-16,5
Lk : 4,5-5,5 Pr : 4.0-5.0
4000-11000
Lk : 40-50 Pr : 37-43
150.000-400.000
1-5
7-t g/dl
mm3
mm3
%
mm3
menit
menit
B. Analisa Data
No Tanggal Data Fokus Etiologi Problem Ttd
1 DS : ¬- pasien mengatakan nyeri pada abdomen pada luka jahitan
- pasien mengatakan pusing
DO : P : nyeri dirasakan pasien saat beraktivitas
Q : nyeri terasa tertusuk dan hilang timbul
R : nyeri di abdomen
S : skala nyeri 6
T : saat pasien mengangkat bayi dan beraktivitas Terputusnya kontiunitas jaringan Nyeri
akut
2 DS : - pasien mengatakan belum banyak bergerak dan hanya miring kanan dan kiri
- pasien mengatakan masih lemas dan aktivitas masih dibantu keluarga dan perawat.
DO : - pasien mandi 2 x/hari dengan disibin perawat dan dibantu oleh keluarga di tempat
tidur. Kelemahan fisik Gangguan pemenuhan ADL
3 DS : - pasien mengatakan belum tahu menyusui yang benar dan perawatan tali pusat pada
bayi
DO : - pasien belum mengerti tentang tekhnik menyusui yang benar dan perawatan tali pusat
Kurang informasi Kurang pengetahuan tentang tekhnik menyusui dan perawatan tali pusat
4 DS : - pasien mengatakan nyeri pada abdomen
DO : - S : 366 0C
- Abdomen tampak dijahit 19 cm Luka jahitan post SC Resti infeksi
Prioritas Masalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Kurang pengetahuan tentang tekhnik menyusui dan perawatan tali pusat berhubungan
dengan kurang informasi.
4. Resti injeksi berhubungan dengan luka jahitan post SC.
C. Intervensi Keperawatan
Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang.
KH : - Nyeri berkurang skala nyeri 3
- Wajah pasien tampak rileks
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi : - Monitor tanda-tanda vital
- Observasi KU pasien
- Kaji skala nyeri
- Berikan suasana yang nyaman dan tenang
- Ajarkan tekhnik relaksasi
- Berikan terapi sesuai program.
Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan ADL terpenuhi.
KH : Pasien dapat imobilisasi secara mandiri
Intervensi : - Bantu pasien dalam pemenuhan ADL
- Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
- Motivasi pasien untuk imobilisasi secara bertahap dan mandiri
- Kolaborasi dengan fisioterapi tentang tekhnik ADL yang benar
Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pengetahuan bertambah.
KH : - Pasien sudah tidak banyak bertanya tentang tekhnik menyusui yang benar.
- Pasien dapat mendemonstrasikan cara menyusui yang benar.
Intervensi : - Anjurkan pasien tentang cara menyusui yang benar
- Ajarkan pasien tentang perawatan tali pusat
- Anjurkan pasien untuk mendemonstrasikan cara menyusui yang benar dan perawatan tali
pusat
- Observasi pasien saat menyusui
Dx. IV
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak terjadi dan
tidak terjadi tanda-tanda peradangan.
KH : - Luka bersih kering
- Tidak ada tanda-tanda infeksi dalam luka (rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesa)
Intervensi : - Monitor tanda-tanda vital
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Tindakan luka jahitan kontak air secara langsung
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Observasi hasil laboratorium
- Lakukan perawatan luka (medikasi) sesuai advis dokter
- Anjurkan klien untuk kontrol sesuai jadwal
- Berikan penkes perawatan luka sebelum pulang
D. Implementasi
No Hari/tgl/jam Implementasi Respon Ttd
I Rabu,
23-01-08
07.15
- Mengkaji tanda-tanda vital
- Observasi KU pasien
- Mengkaji skala nyeri S : pasien mengatakan nyeri pada abdomen
O : TD : 110/80 mmHg
S : 366 0C
N : 86 x/menit
R : 20 x/menit
Ekspresi wajah pasien tegang
I,IV 09.00
11.00
11.30
IV Kamis,
24-01-08
14.15
14.30
16.00
17.00
17.15
- Observasi KU pasien
S:-
O : KU baik
S : pasien mengatakan masih nyeri daerah abdomen
O : pasien tampak meringis kesakitan saat bergerak
S : pasien mengatakan masih nyeri pada abdomen
S : TD : 110/80 mmHg
S : 360C
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
Ekspresi wajah pasien tampak meringis saat beraktivitas
S:-
O : pasien belajar beraktivitas secara bertahap
S:-
O : pasien mau minum obat
III
Jum’at,
25-01-08
07.15
08.00
09.00
09.15
10.00
10.15
- Mengkaji KU pasien
- Mengkaji skala nyeri pasien
- mengajarkan pasien cara menyusui yang benar dan perawatan tali pusat
- menganjurkan pasien untuk mendemonstrasikan cara menyusui yang benar dan perawatan
tali pusat
- Observasi pasien cara menyusui
E. Evaluasi
Hari/tgl/jam No. Dx Evaluasi Ttd
Jum’at
25-01-08
11.00 I S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Skala nyeri 3
TTD : 180/80 N : 84
S : 384 0C R : 20
A : Masalah gangguan nyeri teratasi sebagian
P : - Anjurkan klien untuk menerapkan relaksasi
- Lanjutkan obat oral caltropen 3x1
S : Pasien mengatakan sudah tahu tekhnik menyusui dan perawatan tali pusat yang benar
O : Pasien dapat mendemonstrasikan tekhnik menyusui dan perawatan tali pusat yang benar
A : Kurang pengetahuan tentang cara menyusui dan perawatan tali pusat yang benar
P : Intervensi dihentikan
S:-
O : - Luka bekas OP bersih
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, tumor, fungsiolesa)
A : Resti infeksi tidak terjadi
P : - Intervensi dilanjutkan
- Anjurkan minum obat sesuai dosis
Become 1x1
Caltropen 3x1
Inchonazol 3x1
- Anjurkan klien kontrol sesuai jadwal
2. Diagnosa
1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak
ada nafsu makan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Intervensi
No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Kekurangan Volume 1) Kaji KU dan kondisi 1) Untuk mengetahui
cairan berhubungan pasien kondisi pasien
dengan peningkatan 2) Observasi tanda-tanda 2) Untuk menentukan
permeabilitas kapiler , vital ( S,N,RR ) tindakan selanjutnya
perdarahan, muntah, dan 3) Beri pasien dan anjurkan 3) Untuk menyeimbangkan
demam keluarga pasien untuk cairan tubuh pasien
Tujuan : memberi minum banyak
Gangguan volume cairan
tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh
kembali normal
1. Memudahkan untuk
intervensi selanjutnya
1. Kaji keadaan umum klien
Perubahan nutrisi kurang
2. Merangsang nafsu makan
2. Beri makanan sesuai
3. dari kebutuhan tubuh
klien sehingga klien mau
kebutuhan tubuh klien.
berhubungan dengan
makan.
3. Anjurkan orang tua klien
mual, muntah, tidak ada
3. Makanan dalam porsi
untuk memberi makanan
nafsu makan
kecil tapi sering
sedikit tapi sering.
Tujuan : Tidak terjadi
memudahkan organ
4. Kolaborasi pemberian obat
syok hipovolemik,
pencernaan dalam
reborantia.
dengan criteria :
metabolisme.
- Keadaan umum
4. Menambah nafsu makan
membaik
- Tanda-tanda vital 1. Mengetahui tingkat
dalam batas normal ketergantungan klien
1. Kaji hal-hal yang mampu dalam memenuhi
dilakukan klien. kebutuhannya.
2. Beri penjelasan tentang hal-2. Bantuan sangat diperlukan
hal yang dapat membantu klien pada saat kondisinya
Intoleransi aktivitas dan meningkatkan kekuatan lemah
4 berhubungan dengan fisik klien. 3. Keluarga merupakan
kelemahan fisik 3. Libatkan keluarga dalam orang terdekat dengan
Tujuan pemenuhan ADL klien klien
Klien mampu melakukan 4. Jelaskan pada keluarga4. Untuk mencegah
aktivitas sehari-hari, dan klien tentang pentingnya terjadinya keadaan yang
dengan criteria : bedrest ditempat tidur. lebih parah
- Kebutuhan aktivitas
sehari-hari terpenuhi.
- Klien mampu
mandiri setelah bebas
demam
Hasil laboraturium
Tanggal Jenis pemeriksaaan Hasil Normal
19 maret 2014 HB 11,2 g/dl L : 14-18 g/dl
Hematosit 30 % 40-50%
Golongan darah A
Trambosit 359.000 mm3 150.000-400.000 mmg
Obat-obatan
Nama obat Jenis dosis Gologan
Injeksi ceftri 2×1 mg Antibiotik
Injeksi ranitidin 2×25 mg Antibiotik
Injeksi ondan 2×4 mg Antianalgentik
Injeksi asam treneksamat 2×250 mg Antikolagen
ANALISA DATA
Nama pasien : An. A diagnosa medis : Demam berdarah
Jenis kelamin : laki-laki no.kamar medis : 327585
No kamar bed : kamar III infeksi hari/tanggal : 19 maret 2014
No Data senjang Etiologi Masalah Paraf perawat
keperawatan
1 Ds : ibu klien mengatakan Virus duege HIPERTERMI
badan anak nya panas
Do : klien tampak lemah
T: 38,8O C
Masuk kedalam
tubuh (verimia)
Peradag
an
Hipotalamus
Merangsang
saraf simpatis
Pembuluh darah
ferifer
Vasoko
ntraksi
DS : klien mengatakan tidak
2 nafsu makan karna mual dan Demam
mutah
Do : makanan tidak habis Peningkatan suu Gangguan
Bibir kering tubuh pemenuhan nutrisi
Demam kurang dari
kebutuhan tubuh
Anore
ksia
Muntah
Demam
Anore
ksia
Munta
h
Daya tubuh
menurun
Kelemahan
Intolora
nsi aktivitas
NURSING PLANNING
Nama pasien : An .A diagnosa medis : DBD
Jenis kelamin : laki-laki No. RM : 327585
No kamar bed : infeksi III hari/ tanggal : 19 maret 2014
No Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana keperawatan Rasionalisasi Paraf
1 Hipertermi b.d proses Setelah di 1. Observasi TTV 1. Untuk menentukan
infeksi lakukan intervensi selanjutnya
Ditandai dengan keperawatan 2. Pemberian
DS: ibu mengatakan selama 2×24 komperes hangat dan
badan anak nya panas jam di 2. Berikan kompres minum air putih
Do : klien tampak lemah harapkan hangat + anjurkan untuk mempercepat
T: 38,8O C demam turun minum air putih proses penguapan
dengan 3. Untuk penurun
kreteria panas
hasil : badan
tidak panas
dan suhu
dalam batas 3. Kalaobrasi dengan
normal dokter 1. Untuk mengindari
rasa mual karna prsi
kecil dapat di
Setelah di intolaransi dengan
Ganguan Pemenuhan lakukan baik
2 Nutrisi Kurng dari keperawatan1. Anjurkan pada orang 2. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh selama 2×24 tua untuk pemberian intake dan ut put
DS : klien mengatakan jam di makan dalm porsi kecil makanan yag masuk
tidak nafsu makan karna harapkan tapi sering dan keluar
mual dan mutah nafsu makan 3. Untuk
Do : makanan tidak bertambah 2. Catat jumlah porsi menyeimbangkan
habis dengan KH : yang di habiskan oleh nutrisi yang hilang
Bibir kering -anak tidak pasien
merasa mual
dam muntah
-Nafsu makan
bertambah 3. Kaloborasi dengan tim1. Untuk menentukan
gizi dalam pemberian intervensi selanjutnya
diet makanan 2. Untuk mengetahui
Setelah di kondisi klien
lakukan 3. Agar klien dapaty
keperawatan beraktivitas
selama 2×24
Intolorasni aktivitas b.d jam di 1. Kaji TTV
kondisi tubuh yang harapkan 2. Kaji kemampuan klien
3 lemas klien dapat dalam beraktivitas
DS : ibu klien melakukan 3. Bantu klien dalam
mengatakan keadaan aktivitas beraktivitas
anak nya lemas
DO : KU lemah
Dan KU tampak lemas
NURSING IMPLEMENTASI
Nama pasien : An .A diagnosa medis : DBD
Jenis kelamin : laki-laki No. RM : 327585
No kamar bed : infeksi III hari/ tanggal : 19 maret 2014
No Diagnosa Tindakan keperawatan Respon Paraf
1 Hipertermi b.d proses 1. Mengobservasi TTV 1. Suhu tubuh berangsur
infeksi 2. Berikan kompres hangat normal
Ditandai dengan dan anjurkan sering minum 2. Keluarga klien mengikuti
DS: ibu mengatakan air putih perintah perawat
badan anak nya panas 3. Berikan obat analgetik 3. Suhu tubuh menurun
Do : klien tampak
lemah
T: 38,8O C
1. Anjurkan pada orang tua
Ganguan Pemenuhan untuk pemberian makan 1. Orang tua klien
2 Nutrisi Kurng dari dalm porsi kecil tapi sering mengikuti anjuran perawat
kebutuhan tubuh 2. Catat jumlah porsi yang di2. Klien mulai makan
DS : klien mengatakan habiskan oleh pasien walau dalm porsi kecil
tidak nafsu makan karna
3. Kaloborasi dengan tim gizi
mual dan mutah dalam pemberian diet 3. Nafsu makan klien
Do : makanan tidak makanan berangsur kembali
habis
Bibir kering
1. Kaji TTV
2. Kaji kemampuan klien dalam
1. TTV:
beraktivitas
RR: 24×/ menit
Intolorasni aktivitas b.d3. Bantu klien dalam
T: 36O C
kondisi tubuh yang lmas beraktivitas
P : 120×/menit
3 DS : ibu klien
2. Klien mulai berangsur
mengatakan keadaan
beraktivitas
anak nya lemas
3. Agar klien mampu
DO : KU lemah
beraktivitas
Dan KU tampak lemas
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : An .A diagnosa medis : DBD
Jenis kelamin : laki-laki No. RM : 327585
No kamar bed : infeksi III hari/ tanggal : 20 maret 2014
No Diagnosa Jam Catatan perkembangan paraf
1 Hipertermi b.d proses 19:00 S: ibu klien mengatakan badan
infeksi anak nya masih panas
O: tampak T : 38,8 O c
A: masalah belum teratasi
P: intervensi belum teratasi
I:
- mengobservasi TTV
- memberikan kompres hangat
-berikan obat analgetik
E:
S: ibu klien mengatakan anak
nya tidak panas lagi
O: tampak T : 36,5O C
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : An .A diagnosa medis : DBD
Jenis kelamin : laki-laki No. RM : 327585
No kamar bed : infeksi III hari/ tanggal : 21 maret 2014
No Diagnosa Jam Catatan perkembangan paraf
1 Hipertermi b.d proses 07:00 S: ibu klien mengatakan badan
infeksi anak nya tidak panas lagi
O: tampak T : 36,5 O c
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
EVALUASI
Nama pasien : An .A diagnosa medis : DBD
Jenis kelamin : laki-laki No. RM : 327585
No kamar bed : infeksi III hari/ tanggal : 21 maret 2014
NO Diagnosa Jam Evaluasi Paraf
1 1. Hipertermi b.d proses 09:00 S: ibu klien mengatakan badan
infeksi anak nya tidak panas lagi
O: tampak T : 36,5 O c
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
1. NYERI
a. Dx : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Intervensi :
· Observasi tanda-tanda vital
· Kaji tingkat rasa nyeri
· Atur posisi yang nyaman bagi klien
· Beri kompres hangat pada daerah abdomen
· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
b. Dx: Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang
Intervensi :
· Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
· Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
· Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
· Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
· Jelaskan prosedur sebelum memulai
· Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
c. Dx: Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Intervensi :
· Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
· Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.
· Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
· Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
· Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
· Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman
· Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
d. Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Intervensi :
Mandiri
· Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh
nyeri
Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
· Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
· Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti
mendengarkan musik atau membaca buku
Rasional : Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali
perhatian dan dapat meningkatkan koping
· Kolaborasi:Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri.
e. Dx: gangguan rasa nyaman nyeri b/d tidak pantasnya kontaminitas jaringan akibat
trauma pada jalan lahir Karen alat
Intervensi :
· Kaji tingkat nyeri
· Observasi TTV
· Lakukan teknik relaksasi distraksi
· Kolab antibiotic
· Rawat inkal atau kompres dengan anti septic
· Lakukan septic aseptic saat melakukan tindakan Rasionalisasi.
f. Dx: Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung (gaster).
Intervensi :
· Catat adanya keluhan nyeri epigastrik (sensasi ulu hati seperti terbakar/ panas), perih
· Motivasi klien untuk tidak telat makan. Makan makanan ringan bila di antara waktu makan
perut terasa perih.
· Observasi ada keluhan lain yang menyertai seperti mual/ muntah, perut kembung.
· Observasi tanda vital
· beri obat-obatan sesuai program medis.
g. Dx: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera.
Intervensi :
· Kaji terhadap nyeri dengan skala 0 – 5.
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
· Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan
berbaring lama.
· Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
· Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
· Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan
meningkatkan istirahat.
h. Dx: Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Intervensi :
· Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
· Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah
meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
· Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
· Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau
menyokong dengan bantal
i. Dx: Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi
Intervensi :
· Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi.
· Bila terjadi nyeri panthom limb Beri analgesik ( kolaboratif ).
· Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan
menarik handuk dengan berlahan.
2. NUTRISI
a. Dx: Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan
mual dan muntah.
Intervensi :
· Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
· Timbang berat badan klien.
· Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
· Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi).
· Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
· Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
b. Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (resiko) berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak adekuat, Outcome yang diharapkan.
Intervensi :
· Catat adanya keluhan mual/muntah, anoreksia
· Anjurkan klien untuk modifikasi diit (porsi sedikit demi sedikit tapi sering)
· Rencanakan pengaturan diit dengan libatkan klien dan ahli gizi (kebutuhan kalori, variasi menu)
· Pantau intake nutrisi klien
· berikan obat-obatan bila ada indikasi sesuai program
c. Dx: Nutrisi,kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi :
· Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah
· berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan/atau makanan yang
menarik untuk pasien.
d. Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Intervensi :
· Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
· Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
· Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak,
bubur kasar, nasi biasa)
· Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
· Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
e. Dx: Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Intervensi :
· Observasi frekuensi peristaltic usus secara periodic
· Observasi respon klien terhadap pemasukan nutrisi peroral, nasogastrik tube maupun parenteral
· Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
· Bantu dan berikan motivasi dan dukungan kepada klien dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisinya
· Kolaborasi dengan dokter atau ahli gizi :
- Tentukan kebutuhan kalori diit perhari
- Pemberian nutrisi parenteral
- Pemberian obat-obatan
- Evaluasi hasil laboratorium atau radiologi
3. ELIMINASI
a. Dx: Diare
Intervensi :
· Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang
tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
· Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.
· Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.
· Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
· Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
· Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
b. Dx: gangguan eliminasi BAB, konstipasi sampai dengan nyeri rektand atau penrema
Intervensi :
· Anjurkan banyak minum dengan ambulasi dinikolab pemberian laksatip
Rasionalisasi :
- Banyak minum dapat mambantu melarutkan feses dengan ambulasi mengurangi kostipasi
- Melancarkan pembentukan feses yang lembek
c. Dx: Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus
dan rectum.
Intervensi :
· Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.
Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
· Observasi adanya distensi perut.
· Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT.
Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.
· Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces
· Berikan obat pencahar sesuai pesanan.
Rasional: merangsang kerja usus
d. Dx: Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin.
Intervensi :
· Kaji system drainase urin dengan segera.
· Kaji keadekuatan keluaran urin dan patensi system drainase.
· Gunakan prosedur asepsis dan pembasuhan tangan ketika memberikan perawatan serta
tindakan.
· Pertahankan system drainase urin yang tertutup.
· Jika irigasi diperlukan dan diresepkan, lakukan tindakan ini secara hati-hati dengan
menggunakan larutan saline steril.
· Bantu pasien dalam mobilisasi
· Observasi warna, volume bau dan konsistensi urin.
· Kurangi trauma dan manipulasi kateter, system drainase serta uretra.
· Bersihkan kateter secara hati-hati.
· Pertahankan asupan cairan yang adekuat
e. Dx: gangguan eliminasi BAK sampai dengan trauma akibat p’ saluran
Intervensi :
· Observasi kandung kemih
· Anjurkan BAB teratur
· Berikan kompres hangat
· Lakukan kaperisasi
Rasionalisasi :
- Kandungan kemih menjaga kontraksi atau involusi uterus
- Urine tertahan mengakibatkan terjadinya infeksi
- Relaksasi spring ter urinenan
- Blass yang para mengakibatkan terganggunya kontraksi dengan akolasi uterus dimana uterus
tertekan oleh blass sehingga uterus terjepit dan mengakibatakan penanahan
f. Dx: Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat
perkemihan.
Intervensi :
· Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam.
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
· Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
· Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
· Pasang dower kateter.
Rasional membantu proses pengeluaran urine
g. Dx: Konstipasi
Intervensi :
· Observasi bising usus secara periodic
· Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan sedikitnya 2 liter perhari bila tidak ada kontra
indikasi
· Tingkatkan aktivitas secara teratur
· Untuk pemberian terapi yang sesuai, pemeriksaan penunjang yang diperlukan
· Kolaborasi tim dietis untuk pemberian diit seimbang dan tinggi serat
4. OKSIGENASI
a. Dx : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
Intervensi :
· Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.
Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah
aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
· Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan
mengurangi resiko infeksi pernapasan.
· Kaji fungsi pernapasan.
Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial,
karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
· Auskultasi suara napas.
Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat
pneumonia.
· Observasi warna kulit.
Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
· Kaji distensi perut dan spasme otot.
Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
· Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai
ekspektoran.
· Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan.
Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk
mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
· Pantau analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh :
hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
· Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi
pernapasan.
· Lakukan fisioterapi nafas.
Rasional : mencegah sekret tertahan
b. Dx: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan lokasi imsisi
Intervensi :
· Berikan preparat analgesic seperti yang diresepkan.
· Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal untuk membantu pasien saat batuk.
· Dorong penggunaan spirometer insentif jika terdapat indikasi
· Bantu dan dorong ambulasi dini.
· Bantu pasien untuk mengganti posisi dengan sering
c. Dx: Penurunan curah jantung
Intervensi :
· Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien
· Pantau pengeluaran urine catat jumlah dan karakteristik urine
· Batasi aktivitas pasien melakukan hal-hal yang dapat menghindari kelelahan
· Pemberian terapi oksigen
· Pemberian obat diuretika, vasodilator, dihitalis, antikoagulan, pemberian cairan intravena
5. ISTIRAHAT/TIDUR
a. Dx: Ketidak keseimbangan istirahat/tidur
Intervensi :
· Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
· Mengatur lingkungan yang adekuat
· Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
· Minum hangat sebelum tidur
b. Dx: Gangguan pola tidur
Intervensi :
· Identifikasi fktor penyebab gangguan tidur dan cara mengatasinya
· Ciptakan lingkungan yang tenang kurangi kebisingan
· batasi asupan cairan pada malam hari dan anjurkan berkemih sebelum tidur.
· batasi waktu tidur siang.
6. AKTIVITAS
a. Dx: Takikardia sebagai respons terhadap aktivitas
Intervensi :
· Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas,catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
· bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
b. Dx: Kelelahan umum ,penurunan kekuatan/ketahanan: mengalami keterbatasan aktivitas:
depresi.
Intervensi :
· tingkatkan tirah baring/duduk.berikan lingkungan tenang:batasi pegunjungan sesui keperluan.
· ubah posisi dengan sering,berikan perawatan kulit yang baik.
c. Dx : Kurang mampu merawat diri
Intervensi :
· Pastikan makanan yang tidak disukai
· ciptakan lingkungan nyaman
· observasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas keperawatan
· kekuatan dan daya tahan menurun
7. PERSONAL HYGIENE
a. Dx: Gatal - gatal
Intervensi :
· Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
· Mengatur lingkungan yang adekuat
b. Dx: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
Intervensi :
· Ganti popok anak jika basah.
· Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
· Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
· Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
· Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
c. Dx: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
akibat kehilangan bagian tubuh.
Intervensi :
Mandiri
· Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan,
pandangan dirinya.
Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
· Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada
perawatan.
Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan
terapi yang lebih ketat.
· Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan.
Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik
tentang diri sendiri.
8. PSIKOSOSIAL
a. Dx: Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Intervensi :
· Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah,
sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
· Ciptakan lingkungan psikososial :
- sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
- Bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur,
tepat janji, empati dan menghargai.
- Tunjukkan perwat yang bertanggung jawab.
· Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit)
· Kembangkan orientasi kenyataan :
- Bantu kien untuk mengenal persepsinya
- Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi
· Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi :
- Kaji halusinasi klien
- Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
· Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip
tindakan pada halusinasi.
· Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek
samping obat).
b. Dx: Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung
yang tidak adequat.
Intervensi :
· Ciptakan lingkungan terapeutik :
- bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur ,
tepat janji, empati dan menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
- tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap
· Perlihatkan penguatan positif pada klien.
Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang sukar bagi klien.
· Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.
· Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
c. Dx: Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi dan kesalahan interpretasi informasi .
Intervensi :
· Gali pengetahuan klien tentang diet dan proses penyakit
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien
· Jelaskan tentang proses penyakit dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
· Tanya pasein tentang hal yang telah dijelaskan petugas
d. Dx: Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
Intervensi :
· Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
· Menggunakan pakaian.
· Berikan dukungan moral.
· Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri