Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“POS BINDU ”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners

“Komunitas Keluarga Gerontik”

Disusun Oleh:

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Judul : Posbindu

Materi : Konsep Posbindu

Sasaran : Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu

Hari/Tanggal :

Waktu : 20 menit

Tempat :

Pengajar : Kelompok 6

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x20 menit diharapkan ibu-ibu

PKK dan calon kader Posindu mampu memahami tentang Posindu

B. Tujuan Instruksional Khusus

1. Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu dapat mengetahui dan

memahami pengertian Posindu.

2. Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu dapat mengetahui dan

memahami tujuan Posindu

3. Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu dapat mengetahui dan

memahami sasaran kegiatan Posindu

4. Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu dapat mengetahui dan

memahami bentuk kegiatan

5. Ibu-ibu PKK dan calon kader Posindu dapat mengetahui dan

memahami pelaksanaan posbindu


C. Sasaran

Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada Ibu-

ibu PKK dan calon kader Posindu di RW 07 Desa Cimenyan Kabupaten

Bandung.

D. Materi (terlampir)

1. Pengertian Posindu

2. Tujuan Posindu

3. Sasaran Posindu

4. Bentuk kegiatan posbindu

5. Pelaksanaan posbindu

E. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

F. Media

1. Leaflate
G. Proses Kegiatan

NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audiens

1. 3 Menit Pembukaan :

 Mengucapkan Salam  Menjawab

 Menyebutkan nama salam

 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan

Penyuluhan  Mendengarkan

 Menyebutkan materi yang

akan diberikan

 Kontrak waktu

2. 10 menit Pelaksanaan :

Menyampaikan materi  Mendengarkan

 Menjelaskan pengertian penjelasan dari

Posbindu penyuluh

 Menjelaskan tujuan

Posbindu

 Menjelaskan sasaran

Posbindu

 Menjelaskan bentuk

kegiatan Posbindu

 Menjelaskan

pelakasanaan posbindu
 Tanya jawab

 Memberikan kesempatan

pada peserta untuk

bertanya

 Bertanya

3. 5 menit Evaluasi :

 Mengevaluasi dengan  Menjawab

Memberikan pertanyaan pertanyaan

4. 2 menit Penutup :

 Menutup pertemuan  Mendengarkan

dengan menyimpulkan

materi yang telah di bahas

 Memberikan salam  Menjawab

penutup salam

H. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian Posindu

2. Jelaskan tujuan Posindu

3. Jelaskan sasaran Posindu

4. Jelaskan bentuk kegiatan Posindu

5. Jelaskan pelaksanaan Posbindu


I. Daftar Pustaka

Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :EGC Kementrian

Kesehatan RI. 2013. Buku Pintar Kader “Penyelenggaraan

Posbindu PTM” Seri 1. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan & Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular.

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Ed. 1. Jakarta: EGC

Rahajeng, E. 2012. Posbindu PTM. Jakarta: Kemenkes RI.

Suseani, H., Akhmadi, & R. Ibrahim. 2010. Block 1.2 Values and

Beliefs Buku Ketrampilan Keperawatan Ed. Ketiga. Yogyakarta:

PSIK FK UGM

Lampiran
POSBINDU

A. Pengertian

Posbindu singkatan dari Pos Pembinaan Terpadu. Posbindu PTM

(Penyakit Tidak Menular) merupakan peran serta masyarakat dalam

melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko, terutama

penyakit tidak menular (PTM) utama yang dilakukan secara terpadu, rutin,

dan periodik (Corwin, E.J. 2009)

B. Tujuan

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi dini,

monitoring/ pemantauan dan tindak lanjut faktor resiko PTM secara mandiri

dan berkesinambungan (Potter & Perry. 2009).

C. Sasaran

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko, dan

penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Di sini mulai sejak anak usia 15

tahun dapat terpantau kondisi kesehatannya baik secara fisik, biologis,

psikologis. (Rahajeng, 2012)

D. Bentuk kegiatan Posbindu

Posbindu PTM meliputi 10 kegiatan, yaitu:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana

tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan

kekerasan dalam rumah tangga, serta terjadinya cedera dan kekerasan

dalam rumah atngga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk

identifikasi masalah informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi

masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini

dilakukan saat pertama akali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh

(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebauknya

diselenggarakan 11 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat

dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan

darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.

3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun

sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan

penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan

Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13

tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4. Kegiatan pemeriksaan kadar gula dara bagi individu sehat paling sedikit

diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor

resiko PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun

sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan

(dokter, perawat, bidan atau analis lanoraturium).


5. Kegiatan pemeriksaan kolestrol total dan trigliserid, bagi individu sehat

disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor resiko

PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam

darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan gula darah dan kolestrol

darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yanga da di lingkungan kelompok

masyarakat tersebut.

6. Kegiatan pemeriksaan IVA(Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan

sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah positif IVA

dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulang setelah 6 bulan, jika

hasil negative dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil

positif dilakukan tindakan oleh bidan/dokter terlatih.

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alcohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi

kelompok pengemudi umum dilakukan oleh tenaga kesehatan.

8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksaanaan

posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor resiko

kurang bermanfaat jika masyarakat tidak mengetahu cara

mengendalikannya.

9. Kegiatan fisik atau olah raga bersama, dilakukan rutin tiap minggu

minimal.

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas kesehatan dasar di wilayahnya. (Corwin, E.J.

2009)
E. Pelaksanaan Posbindu

1. Waktu Penyelenggaraan

Diselenggarakan sebulan sekali, bila diperlukan dapat lebih dari satu kali

dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor resiko PTM lainnya,

misalnya olah raga bersama atau sarasehan. Hari dan waktu fleksibel sesuai

dengan kesepakatan.

2. Tempat

Lokasi mudah dijangkau dan nyaman bagi peserta. Biasanya dilakukan di

salah satu rumah warga, balai desa/kelurahan, kios pasar, ruang perkantoran,

ruang khusus di sekolah, atau tempat tertentu swadaya masyarakat.

3. Pelaksanaan kegiatan

Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut system 5

meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan

deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor

resiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke puskesmas. Uraian

setiap langkah pelaksanaanya, sebagai berikut:

Proses Kegiatan Posbindu PTM


Pembagian peran kader Posbindu PTM idealnya sebagai berikut, namun

sebaiknya setiap kader memahami semua peranan tersebut, pelaksanaannya

dapat disesuaikan dengan kesepakatan.

No Peran Kriteria dan Tugas

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab

kegiatan serta berkoordinasi terhadap puskesmas

dan para Pembina terkait di wilayahnya

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif berpengaruh

dan komunikatif bertugas menggerakan

masyarakat, sekaligus melakukan wawancara

dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dan

komunikatif bertugas melakukan pengukuran


faktor resiko PTM

4 Kader Anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif

Konselor/Edukator dan telah menjadi panutan dalam penerapan

gaya hidup sehat, bertugas melakukan konseling,

edukasi, motivasi serta menindaklanjuti rujukan

dari puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan

komunikatif bertugas melakukan pencatatan

hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan

kepada coordinator posbindu PTM

4. Pembiayaan

Dalam mendukung terselenggaranya Posbindu PTM, diperlukan

pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok

masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang peduli terhadap

pengelolaan PTM di wilayah masing-masing. Puskesmas dapat

memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang potensial. Pembiayaan ini

mendukung dan memfasilitasi Posbindu PTM, salah satunya melalui

pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan.

Pembiayaan bersumber daya dari masyarakat dapat melalui Dana Sehat atau

mekanisme pendanaan lainnya. Dana juga bias didapat dari lembaga donor

yang umumnya didapat dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan.


Pihak swasta menyelenggarakan posbindu PTM di lingkungan kerja sendiri

maupun berperan dalam psobindu di wilayah kerjanyadalam bentuk

kemitraan melalui CSR (Corporate Social Responsbillity)/ Tanggung jawab

Sosial Perusahaan.

Pemerintah daerah setempat berkewajiban melakukan pembinaan agar

posbindu PTM tetap tumbuh dan berkembang melalui dukungan kebijakan

termasuk pembiayaan secar berkesinambungana.

Dana terkumpul dari berbagai sumber dapat dipergunakan untuk

mendukung kegiatan Posbindu PTM seperti:

a. Biaya operasional Posbindu PTM

b. Pengganti biaya perjalanan kader

c. Biaya penyediaan bahan habis pakai

d. Biaya pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

e. Biaya penyelenggaraan pertemuan

f. Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan

g. Bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami kecelakaan atau

kematian

5. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader. Petugas

Puskesmas mengambil data hasil kegiatan posbindu PTM yang digunakan

untuk pembinaan, dan melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.

Untuk pencatatan digunakan:

a. Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM


Pada pelaksanaan pemantauan, kondisi faktor resiko PTM harus

diketahui oleh yang diperiksa dan yang memeriksa. Alat untuk

memantau yaitu berupa KMS FR-PTM. KMS ini disimpan oleh setiap

individu dan jika akan memeriksan individu dapat menggunakan KMS

tersebut. Tujuan agar individu dapat mawas diridan melakukan tindak

lanjut, sesuai saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan kondisi

peserta Psobindu.

b. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM

Buku pencatatan diperlukan mencatat identitas dan keterangan lain

mencakup nomor KTP/ Kartu Identitas lainnya, nama. Umur, dan jenis

kelamin. Buku ini berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat

diperlukan.

6. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM

Tujuan dari diselenggarakan Psobindu PTM agar faktor resiko PTM dapat

dicegah dan dikendalikan secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi

normal atau tidak masuk dalam kategori buruk, namun jika berada dalam

kondisi buruk, faktor resiko harus dikembalikan pada kondisi normal. Tidak

semua cara pengendalian faktor resiko PTM, harus dilakukan dengan obat-

obatan.

Pada tahap ini, resiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan dengan diet

yang sehat, aktifitas fisik yang cukup dan gaya hidup yang sehat seperti

berhenti merokok, pengelolaan stress, konselor/educator, pengetahuan dan


ketrampilan masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko

PTM dapat ditingkatkan.

7. Rujukan Posbindu

Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor resiko

tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk), atau sesuai dengan

criteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik

harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik bersangkutan. Meskipun sudah

mendapatkan pengobatan yang diperlukan, ksaus yang telah dirujuk tetap

dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor resiko PTM di Posbindu

PTM.

Keterangan alur:

Pelaksanaan posbindu PTM dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan

dengan wawancara dan pengukuran faktor resiko PTM. Kader posbindu

PTM akan melakukan konseling dan edukasi terhadap permaslahan

kesehatan yang dijumpai pada peserta posbindu PTM termasuk


melaksanakan system rujukan ke Puskesmas bila diperlukan sesuai dengan

criteria. Hasil pelaksanaan Posbindu PTM tercatat secara tertib dan

diberikan kepada petugas Puskesmas atau unsure pembinaan lainnya yang

memerlukan sebagai bahan informasi. (Rahajeng, E. 2012)

Anda mungkin juga menyukai