Ahyar Wahyudi-Analisa Sistem Informasi K
Ahyar Wahyudi-Analisa Sistem Informasi K
Oleh:
Ahyar Wahyudi 1006749062
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Teranalisanya sistem informasi kesehatan yang dikembangkan di pusat dan daerah.
2. Tujuan Khusus
a. Teranalisanya Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan;
b. Teranalisanya Sistem Informasi Kesehatan yang dikembangkan
c. Teranalisanya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Sumber: http://siknasonline.depkes.go.id
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun berupaya
mengembangkan sistem informasi yang sesuai dengan keunikan dan karakteristiknya.
Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah melalui software atau web. seperti
SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan sebagainya.
2. Sistem Informasi Kesehatan
Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat
dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari
pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung
pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja
sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program
kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi,
pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Subsistem dalam sistem informasi kesehatan secara umum meliputi:
a. Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan faktor risiko);
b. Pelaporan rutin dari puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta;
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertikal;
d. Sistem administratif, meliputi sistem pembiayaan, keuangan, sistem
kepegawaian, obat dan logistik, program pelatihan, penelitian dan lain-lain;
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun migrasi.
Jika dicermati, komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab sektor
kesehatan semata, tetapi juga lintas sektor lainnya seperti statistik vital kependudukan,
data kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi kesehatan rutin dari
fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan baik.
Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di
segala bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat dan fleksibel. Hal ini mendorong
semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan.
World Health Organization (WHO) menilai bahwa investasi sistem informasi
menuai beberapa keuntungan, antara lain:
a. Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah
kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
b. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami serta
melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
c. Penguatan evidence based dalam mengambilan kebijakan yang efektif, evaluasi,
dan inovasi melalui penelitian.
d. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas cara
yang digunakan.
Informasi Kesehatan
Sumber: http://www.digital-sense.net
Secara umum, SIMPUS terdiri dari beberapa sub-sistem sebagai berikut :
a. Registrasi Pasien
Registrasi merupakan sub-sistem yang menangani data registrasi kunjungan
pasien, baik kunjungan pemeriksaan umum/ gigi/ gizi /KIA/ imunisasi/ KB.
Kegiatannya meliputi:
1) Pengolahan data pasien.
2) Pengolahan data registrasi kunjungan pasien, terdapat beberapa macam
klasifikasi registrasi, yaitu: pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan
gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan
laboratorium.
b. Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis
Hal ini merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkait dengan kegiatan
pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan jenis pemeriksaannya, sub-sistem ini diklasifikasikan menjadi
pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi,
kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium.
Kegiatannya meliputi:
1) Pengolahan data kondisi pasien
2) Pengolahan data anamnesis
3) Pengolahan data diagnosis
4) Pengolahan data terapi
5) Pengolahan data pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab.
6) Pengolahan data obat (resep)
7) Pengolahan data Rujukan
c. Farmasi
Farmasi merupakan sub-sistem yang menangani data yang terkait dengan obat.
Fungsionalitasnya meliputi:
- Pengolahan data data master obat
- Pengolahan data stok obat baru
- Pengolahan data persediaan obat
- Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien.
d. Pemantauan Data Register
Pemantauan data register merupakan pemantauan data yang terjadi di puskesmas
secara harian/bulanan ataupun periode tertentu. Kegiatannya meliputi:
- Register pemeriksaan umum
- Register pemeriksaan gigi
- Register pemeriksaan gizi
- Register pemeriksaan imunisasi
- Register pemeriksaan KIA
- Register pemeriksaan KB
e. Laporan
Laporan merupakan sub-sistem untuk membuat laporan/ rekapitulasi. Laporan ini
meliputi:
a. LB:
- LB1 - Kasus penyakit
- LB2 – LPLPO
b. Laporan manajemen
- Laporan kunjungan pasien
- Laporan 10 penyakit terbanyak
- Laporan penggunaan obat
- Laporan tindakan medis terbanyak
- Laporan metode pembayaran oleh pasien
- Laporan billing
f. Pemetaan
Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan
obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan
sangat jarang dilakukan.
E. Pembahasan
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat
dianalisa beberapa hal sebagai berikut:
1. Integrated System
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi disamping
itu berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan
puskesmas juga mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak
tumpang tindihnya informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya.
Sejatinya suatu sistem informasi yang terintegrasi yang memenuhi kebutuhan
berbagai lintas sektor dan lintas program yang dapat diakses sebagai informasi yang
dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan.
Seperti aplikasi komunikasi data, dapat dilihat bahwa data dan informasi kesehatan
yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/ kota pun berupaya mengembangkan sistem
informasi sendiri.
SP2TP pun yang sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata di
lapangan puskesmas pun masih menyampaikan laporannya secara manual setiap
bulannya. Hal ini mengakibatkan beban kerja bagi petugas dan informasi yang
diberikan tidaklah dalam hitungan hari, melainkan bulan. Suatu sistem yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau daerah, pengambil keputusan
dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga kebijakan dapat efektif
dan efisien.
2. Kemampuan Daerah
Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap kebutuhan sistem
informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah prioritas, akan tetapi daerah
masih memenuhi kebutuhan infrastruktur dan sarana fisik. Tidak semua daerah
surplus, akan tetapi tidak sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya
pelaksanaan sistem informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam
perjalannya juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang tidak sedikit.
Kondisi geografis juga sangan mempengaruhi, masih banyak puskesmas di daerah
yang sangat terbatas akses informasinya.
3. Pemanfaatan data dan informasi
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan pusat, bukanlah
kebutuhan daerah, sehingga munculah anggapan hanya proyek dan ego program
masing-masing. Hal ini karena pemanfaatan data dan informasi secara signifikan
tidak dirasakan oleh kabupaten/ kota sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat.
4. Sumber Daya Manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya
tenaga purna waktu.
F. Kesimpulan
1. Data dan informasi merupakan kunci pokok dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan yang efektif dan efisien.
2. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sistem informasi telah ada, akan tetapi
dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala dan hambatan yang dihadapi;
3. Pengembangan sistem informasi baik di pusat atau daerah belum dapat dimanfaatkan
sepenuhnya karena keterbatasan sistem yang dikembangkan, kemampuan daerah,
dan sumber daya manusia;
G. Saran
1. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan;
2. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah.
H. Daftar Pustaka
Congress Of The United States Congressional Budget Office. (2005). The Costs and
Benefits of Health Information Technology A PAPER CBO. JupiterImages
Corp.Evidence. USA
Kemenkes RI. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
http://depkes.go.id
Kemenkes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat kesehatan Masyarakat. http://depkes.go.id
Kemenkes RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511 tahun 2002 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) http://depkes.go.id