Surveilans Epidemiologi Influenza Pandemi Di Indonesia
Surveilans Epidemiologi Influenza Pandemi Di Indonesia
INFLUENZA PANDEMI
DI INDONESIA
I. LATAR BELAKANG
Avian Influenza (AI) sampai saat ini masih menjadi masalah global maupun
nasional. Sejak tahun 2003 sampai Mei 2008 Avian Influenza pada unggas sudah
menyerang di hampir semua negara Asia, sebagian Afrika dan Eropa. Sedangkan
AI pada manusia sudah dilaporkan oleh 15 negara di dunia termasuk Indonesia. Di
Indonesia AI pada unggas sudah menyebar secara luas di semua propinsi kecuali
Gorontalo dan Maluku Utara. Sedangkan pada manusia sejak Juni 2005 sampai
Mei 2008 sudah dilaporkan 135 kasus dengan 110 kematian yang tersebar di 12
propinsi. Dan diperkirakan virus AI masih terus bersirkulasi di Indonesia sehingga
risiko terjadinya mutasi atau adaptasi virus yang menghasilkan virus yang dapat
menular antar manusia tinggi.
Belajar dari pengalaman kejadian pandemi Influenza sebelumnya yaitu
pada tahun 1918, 1957 dan 1968/1969, pemerintah telah merumuskan Strategi
Penanggulangan AI dan Kesiapsiagaan menghadapi pandemi Influenza. Salah
satu dari strategi tersebut adalah Surveilans Epidemiologi pada Unggas dan
Manusia serta Surveilans dan Peringatan Dini Pandemi Influenza yang diharapkan
telah terlaksana pada akhir tahun 2008 di semua level.
Untuk mencapai tujuan dimaksud perlu disusun pedoman Surveilans
Pandemi Influenza ini.
II. TUJUAN
Terlaksananya deteksi dini kasus dan respon; memperoleh informasi tentang
gambaran epidemiologi, klinis penyakit, dan virologi; serta untuk evaluasi upaya
penanggulangan.
III. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang No 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut
2. Undang-undang No 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara
3. Undang-undang No 4 tahun 1984 tentang Wabah
4. Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
5. International Health Regulation tahun 2005
6. Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
7. Peraturan Pemerintah No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan wabah
penyakit menular
8. Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana ( bencana alam, non alam dan sosial )
9. Permenkes No 560 tahun 1989 tentang Tatalaksana Penanggulangan KLB
dan Jenis-jenis Penyakit yang dapat menimbulkan wabah
10. Kepmenkes No 1575 tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata kerja
Departemen Kesehatan
11. Kepmenkes No 424 tahun 2007 tentang Kekarantinaan
12. Permenkes No 356 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan
I. KERANGKA KONSEP
Di
bandara/pela
buhan
Kasus ILI Surveilans
Dari Hasil Lab (+) Kasus Influenza Fase 4/5 B
Daerah/wilayah/ IP Pandemi
negara Episenter
Kontak dengan
orang yg berasal Yankes
dari daerah
/wilayah/negara
episenter *)
Bukan Kasus
Hasil lab (-) Influenza Pandemi
Masyarakat
Kontak dikarantina ( karantina rumah untuk kasus yang ditemukan di masyarakat dan
karantina di asrama karantina untuk kasus yang ditemukan di bandara/pelabuhan), diberi
profilaksis dan dipantau selama 10 hari sejak kontak terakhir dengan kasus.
DETEKSI DINI DAN RESPON INFLUENZA PANDEMI
PADA SAAT EPISENTER PANDEMI INFLUENZA
Kasus Suspek IP :
Verifikasi dan
penyelidikan lanjutan ,
Sinyal Epidemiologi Penanggulangan
pengiriman spesimen ke
positif Seperlunya , tentukan
Lab rujukan luas wilayah
penanggulangan
2. Sinyal virologis
Sinyal virologis dideteksi melalui genetic sequencing/ penguraian gen dari isolat
virus H5 yang berasal dari manusia atau hewan. Pemeriksaan ini telah dapat
dilakukan di Indonesia. Meski demikian setiap negara anggota WHO diminta
untuk mengirimkan spesimen yang positif ke laboratorium rujukan WHO dalam
rangka surveilans Influenza global. Dari surveilans global ini akan dapat
dideteksi sedini mungkin munculnya virus baru yang bisa menimbulkan
pandemi. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti seberapa jauh
perubahan genetik yang dibutuhkan untuk memungkinkan terjadinya penularan
antar manusia.
Untuk memastikan adanya sinyal virologi diperlukan waktu yang relatif lama (2-
3 minggu) karena membutuhkan pemeriksaan penguraian gen secara penuh
(full genetic sequencing).
Merupakan fase dimana klaster dengan penularan dari manusia ke manusia sudah
terjadi secara efektif, dan hasil virologi menunjukkan adanya virus influenza yang
baru. Episenter pandemi Influenza ini bisa ditandai dengan adanya kasus kluster,
terjadinya penularan pada petugas kesehatan yang merawat kasus konfirmasi AI
dimana sebelumnya dia tidak ada kontak dengan unggas.Episenter ini bisa terjadi di
luar Negara Indonesia atau di dalam Negara Indonesia itu sendiri.
1. Kasus Suspek :
a. Kasus ILI yang berasal dari daerah episenter
b. Kasus ILI yang pernah kontak dengan orang yang berasal dari daerah
episenter
2. Kasus Konfirmasi :
a. Kasus ILI yang berasal dari daerah episenter
b. Kasus ILI yang pernah kontak dengan orang yang berasal dari daerah
episenter, ditambah dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif
menunjukkan virus influenza baru
BAB III
SURVEILANS PADA FASE EPISENTER TERJADI DI LUAR
(FASE 4/5 A)
Fase 4/5 A merupakan fase dimana klaster dengan penularan dari manusia ke
manusia yang terjadi di negara/daerah lain.
I. Tujuan
Deteksi dini kasus, kontak dan lingkungan terkait sebagai sumber infeksi dan cara
penularannya serta dapat dilakukan penanggulangannya.
Tatacara Pelaporan
Petugas surveilans KKP melaporkan hasil pemantauan tersebut
kepada kepala KKP menggunakan formulir terlampir, untuk selanjutnya
diteruskan ke Ditjen PP & PL.
Pelaporan dilakukan setiap hari pada jam 15.00 waktu setempat
melalui fax ( 021 42802669 atau 4257125) atau email
(skd_klb@yahoo.com).
Jika ada kasus suspek maka pelaporan segera dilakukan.
4. Surveilans epidemiologi di unit pelayanan kesehatan masyarakat
a. Surveilans epidemiologi di unit pelayanan kesehatan di daerah risiko tinggi dan
melakukan deteksi dini terhadap kasus Influenza Pandemi melalui :
Semua pasien ILI dilakukan anamnesa lebih lanjut, jika pasien pernah
berkunjung ke daerah terinfeksi dalam 1 minggu sebelum sakit (sesuai
definisi kasus), atau kontak dengan suspek Influenza Pandemi maka pasien
tersebut dirujuk ke RS rujukan dan dilaporkan ke dinas kesehatan setempat
untuk seterusnya dilakukan penyelidikan epidemiologi dan penegakan
diagnosis.
Jika ditemukan pasien Kluster Pneumonia yang tidak jelas penyebabnya
maka pasien tersebut dirujuk ke RS rujukan dan dilaporkan ke dinas
kesehatan setempat.
Melaporkan adanya kematian karena ARDS yang tidak jelas penyebabnya
Melakukan PWS KLB untuk kasus ILI
b. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan surveilans berbasis masyarakat dan
surveilans rumors.
c. Setiap petugas kesehatan di unit pelayanan kesehatan menggunakan alat
pelindung diri sesuai standar dan menerapkan standar pengendalian infeksi.
6. Penyelidikan epidemiologi
a. Semua kasus suspek Influenza Pandemi segera dilakukan penyelidikan
epidemiologi sesuai protokol penyelidikan epidemiologi kasus Influenza
Pandemi (terlampir) termasuk pelacakan kontak serta segera melaporkan
hasilnya.
b. Tujuan penyelidikan epidemiologi pada fase ini adalah untuk memastikan
diagnosis, mengidentifikasi kontak sekaligus menentukan seberapa luas
wilayah yang akan ditanggulangi jika hasil positif.
c. Semua kontak dilakukan karantina rumah dan diberikan profilaksis antiviral
selama 10 hari.
d. Jika hasil pemeriksaan terhadap kasus suspek ternyata positif Influenza
Pandemi, maka kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan penanggulangan
episenter pada fase 4/5 B
IV.INDIKATOR
Monitoring dan evaluasi kinerja surveilans di daerah risiko tinggi ( daerah yang disinggahi
penumpang/awak dan daerah tujuan di Indonesia) dari episenter pandemi influenza
dengan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan laporan : 100
2. Kelengkapan laporan : 100 %
3. Kecepatan penyelidikan epidemiologi < 24 jam sejak laporan diterima: 100%
4. Jumlah Kontak yang diamati 100 % termonitor
5. Kecepatan deteksi dini suspek (dihitung < 24 jam dari onset): 100%
6. Ketepatan Diagnosa : 100%
7. Semua alat angkut yang berasal dari daerah/negara episenter dilakukan
pemeriksaan : 100 %
BAB I V
SURVEILANS PADA FASE EPISENTER TERJADI DI DALAM
( FASE 4/5 B )
Fase 4/5 B merupakan fase dimana klaster dengan penularan dari manusia ke manusia
terjadi di dalam negeri.
I. Tujuan
Yang dimaksud dengan RS di atas adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk
merawat kasus influenza pandemi pada saat penanggulangan episenter.
Kegiatan meliputi surveilans kasus, surveilans kontak (petugas dan keluarga),
pengumpulan data epidemiologi dan klinis.
Langkah-langkah kegiatan :
a. Direktur RS menugaskan Tim Pengendalian Infeksi RS atau tim
epidemiologi yang ada di RS untuk melakukan surveilans di RS. Jika
RS belum mempunyai tim tersebut, maka ditunjuk satu tim surveilans.
b. Petugas kesehatan/tim tersebut melakukan :
pemantauan ketat setiap hari terhadap petugas kesehatan dan
keluarga yang kontak dengan kasus di RS (formulir terlampir,
lampiran 4) sampai 20 hari sejak kontak terakhir (disesuaikan
dengan lamanya pemberian profilaksis). Kontak yang pulang
kerumah, dipantau oleh petugas lapangan
Jika ada kontak yang menunjukkan gejala ILI maka
diperlakukan sebagai kasus suspek Influenza Pandemi dan
segera dilaporkan ke Posko KLB influenza Kab/Kota.
Pemantauan efek samping profilaksis antivirus (lampiran 6) dan
KIPI vaksin (jika diberikan) menggunakan formulir.
Berkoordinasi dengan dokter yang merawat dalam melakukan
pemantauan kasus harian (dokumentasi klinis, radiologi dan
hasil laboratorium kasus) (formulir perkembangan kasus,
lampiran 5)
Formulir hasil pemantauan tersebut dikirimkan setiap hari ke
Posko KLB influenza Kab/kota paling lambat pukul 15.00 waktu
setempat.
Jika pasien meninggal, maka segera dilaporkan ke Posko KLB
influenza Kab/Kota.
Dilakukan pemantauan prosedur pemulasaraan jenazah
Melakukan surveilans Pneumonia dan kematian akibat
Pneumonia di IGD, rawat jalan dan rawat inap setiap hari, dan
dilaporkan setiap hari ke Posko KLB influenza Kab/Kota selama
masa penanggulangan episenter.
5. Di Bandar udara, pelabuhan, Pos Lintas Batas Darat (PLBD), terminal dan
stasiun yang merupakan pintu keluar transportasi dari wilayah episenter
RING II
THERMOSCANNER
THERMOSCANNER
Poliklinik
Pemeriksaan
HAC
Tidak
Tidak ada
ada keluhan:
keluhan:
Ada
Ada keluhan
keluhan :: Batuk,Pilek,sakit
Batuk,Pilek,sakit
Batuk,Pilek,sakit
Batuk,Pilek,sakit tenggorokan,sesak
tenggorokan,sesak napas
napas (-)
(-)
tenggorokan,sesak
tenggorokan,sesak napas
napas
KONTAK
KONTAK --
KONTAK
KONTAK ++
Suspek Bukan Suspek
Diobati/dirujuk, jika hasil
bukan penyakit menular
dan tidak beresiko
terbang
Bila ternyata penumpang yang dicurigai setelah diperiksa di poliklinik KKP ternyata
hasilnya baik (aman), tetapi pesawat/kapal/kendaran umum sudah berangkat maka
penumpang tersebut harus dijamin untuk bisa berangkat pada pesawat /kapal/kendaran
umum berikutnya dan sepenuhnya dijamin oleh pemerintah. Oleh karena itu mulai
sekarang harus dibangun suatu mekanisme dan koordinasi untuk mengatasi hal-hal
tersebut, berupa legalitas, koordinasi dengan Ad Bandara /Pelabuhan/Terminal dan lintas
sektor terkait, dukungan dana dari pemerintah dan mekanisme pencairan dana.
Wilayah berisiko adalah wilayah yang mempunyai risiko tertular influenza pandemi
dari wilayah episenter. Wilayah ini seperti wilayah sekitar yang berbatasan
langsung atau wilayah yang mempunyai akses lalu lintas dan mobilitas tinggi
dengan wilayah episenter pandemi influenza. Kegiatan di wilayah ini sama dengan
kegiatan surveilans pada fase 4/5 A (merujuk ke Buku Pedoman Surveilans
Influenza Pandemi) dengan surveilans yang lebih intensif, antara lain :
8. Kajian Epidemiologi
Data-data yang dikumpulkan dikaji secara deskriptif meliputi:
Angka serangan (Attack Rate)
Angka kematian (Case Fatality Rate)
Kurva epidemik
Kecepatan Penyebaran
Masa inkubasi (berdasarkan timeline dan kurva epidemik)
Proporsi kasus berdasarkan berat ringannya penyakit
Pemetaan kasus dan kontak
Distribusi gejala, perjalanan penyakit, golongan umur yang paling berisiko
Keberhasilan intervensi di wilayah penanggulangan.
Semua hasil analisis tersebut digunakan untuk rekomendasi tindak lanjut sebagai
bahan pengambilan keputusan pimpinan, serta untuk menilai keberhasilan upaya
penanggulangan.
Walaupun kegiatan karantina sudah selesai, intensifikasi surveilans terutama
dalam deteksi kasus terus dilakukan sampai beberapa minggu untuk
mengantisipasi adanya kasus baru lagi/ gelombang kedua dan seterusnya.
Bila memungkinkan dilakukan analisis secara analitik, pengumpulan data
dilakukan dengan study epidemiologi lanjutan.
Analisis dampak lain dari episenter PI seperti dampak ekonomi, sosial, keamanan,
politik dilakukan oleh unit terkait
Fase 6 merupakan fase Influenza Pandemi dengan penularan antar manusia yang
sudah menyebar luas bahkan bisa ke beberapa negara dan upaya karantina sudah tidak
efektif lagi.
Petunjuk ini dilakukan pada saat pandemi terjadi juga di Indonesia. Jika Indonesia
tidak terkena pandemi, maka kegiatan yang dilakukan adalah sama dengan kegiatan pada
fase 4/5A.
Pada prinsipnya semua penyakit serupa Influenza (ILI) pada fase 6 ini dianggap
sebagai kasus Influenza Pandemi.
I. Tujuan :
a. Diketahuinya gambaran epidemiologi Influenza pandemi
b. Diketahuinya genotype virus
c. Diketahuinya efektifitas dan efisiensi intervensi penanggulangan influenza pandemi
Data yang dikumpulkan adalah data kasus ILI yang berkunjung ke Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan (yankes) lainnya selain rumah sakit yang berada di
wilayah kerja puskesmas seperti klinik 24 jam, praktek dokter swasta, praktek bidan
dan lain-lain.
Seluruh puskesmas dan rumah sakit melakukan pencatatan dan pelaporan kasus ILI
setiap hari. Jumlah kasus baru ILI dilaporkan setiap hari ke Posko Penanggulangan
Pandemi Influenza dimasing-masing tingkatan dan di teruskan secara berjenjang.
Puskesmas dan Rumah sakit yang akan dijadikan sentinel akan ditetapkan pada
saat pandemi sesuai dengan perkembangan kasus. Kriteria puskesmas dan rumah
sakit yang akan dijadikan sentinel adalah :
- masih mampu melakukan kegiatan surveilans
- terletak di daerah yang mempunyai banyak kasus Influenza Pandemi
- mempunyai fasilitas dan tenaga untuk mengambil spesimen
- mempunyai akses dengan laboratorium yang akan memeriksa spesimen
Influenza Pandemi
4. Surveilans Kematian
5. Surveilans Virologi
Selain dari pelaporan data rutin setiap fase sesuai dengan pedoman diperlukan, juga
diperlukan suatu studi khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik yang
tidak didapatkan dari laporan data rutin. Hasil dari studi dapat digunakan untuk melihat
perkembangan penyakit dan situasi pandemi itu sendiri sehingga dapat menunjang
upaya penanggulangan yang dilakukan.
Studi yang dilakukan dapat berupa studi deskriptif dan analitik tergantung dari situasi
dan kemampuan. Pelaksanaan studi ini dilakukan oleh berbagai program dan sektor
yang berkaitan.
Beberapa informasi yang diperlukan meliputi masa inkubasi, gejala klinis, cara
penularan, lamanya sakit, jumlah kontak, jumlah kontak yang tertular/ sakit, luas
penyebaran, tatalaksana kasus yang efektif, lamanya virus bertahan dilingkungan dan
tindakan dalam upaya pengendalian dan lain-lain.
a. Analisis
Analisis dilakukan dengan cara deskriptif dan dilakukan oleh setiap unit surveilans
disemua tingkatan (Posko Penanggulangan Pandemi). Analisis dilakukan setiap hari.
Data-data yang dikumpulkan melalui laporan rutin dikaji secara deskriptif , meliputi:
Angka serangan (Attack Rate)
Angka kematian (Case Fatality Rate)
Kurva epidemik
Kecepatan Penyebaran
Masa inkubasi (berdasarkan timeline dan kurva epidemik)
Proporsi kasus berdasarkan berat ringannya penyakit
Pemetaan kasus dan kontak
Distribusi gejala, perjalanan penyakit, golongan umur yang paling berisiko
Keberhasilan intervensi dalam penanggulangan
Kemungkinan munculnya gelombang kedua
Semua hasil analisis tersebut digunakan untuk rekomendasi tindak lanjut sebagai bahan
pengambilan keputusan pimpinan, serta untuk menilai keberhasilan upaya
penanggulangan.
Analisis tentang kemungkinan munculnya gelombang kedua pandemi dilakukan pada saat
jumlah kasus cenderung menurun mendekati nol (post – peak).
b. Diseminasi Informasi
IV. INDIKATOR
Indikator digunakan untuk mengukur kinerja sistem surveilans disetiap tingkatan.
kelengkapan laporan ≥ 90 %
Ketepatan laporan ≥ 80 %
Adanya kajian epidemiologi dan rekomendasi minimal satu kali dalam seminggu
selama masa penanggulangan: 100%
Adanya informasi tentang perkembangan genotype virus influenza pandemi.
BAB VI
SURVEILANS PADA PASCA PANDEMI
Adalah keadaan setelah dinyatakan bahwa pandemi berakhir oleh WHO. Pada keadaan
ini perlu dilakukan evaluasi kegiatan surveilans dan kinerja sistem surveilans secara
menyeluruh. Pada awal pasca pandemi, kegiatan surveilans fase pandemi tetap
dilakukan sampai dua kali masa inkubasi dari kasus terakhir dan selanjutnya kembali pada
fase interpandemi.
Bab VII
PENUTUP
.
Buku ini disusun dengan harapan agar dapat dijadikan acuan bagi petugas surveilans di
lapangan, baik Dinas Kesehatan maupun Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam upaya
menghadapi kemungkinan Episenter dan Pandemi Influenza.
Dengan adanya buku surveilan Pandemi Influenza ini, maka diharapkan pengambilan
keputusan dalam penanggulangan episenter dan pandemi influenza dapat dilaksanakan
dengan cepat dan tepat.
Tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan
hingga selesainya Pedoman ini. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi upaya pengendalian
penyakit Flu Burung di Indonesia.
Glossary
KONTRIBUTOR
Lampiran 1
Format Pelaporan Kasus Influenza Pandemi di Bandara
Daerah/Wilayah/Negara Episenter :
Tanggal Kedatangan :
Jam kedatangan :
Nama Pesawat :
No.Penerbangan/Kapal :
.........., .......,........
Kepala KKP,
(__________________)
NIP
Catatan:
1. Laporan dibuat setiap saat setelah kedatangan pesawat/kapal dari episenter.
2. Laporan segera dikirim dalam waktu < 24 jam ke Posko Pusat Pengendalian Episenter Ditjen
PP & PL Depkes RI dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
Lampiran 2 :
Format Pelaporan Kasus Influenza Pandemi di Pelabuhan Laut
Nama Kapal :
Bendera :
Berat Kotor :
Pelabuhan Daerah/ Negara Episenter : tanggal Keberangkatan :
Rencana Sandar : Tanggal ; jam :
Lokasi Sandar :
Jumlah ABK :
Keagenan :
Keluhan (Panas,
No Nama Umur Sex Alamat Tujuan batuk, pilek, sakit Keterangan
tenggorokan)
.........., .......,.......
Kepala KKP,
(_______________________)
NIP
Catatan:
1. Laporan dibuat setiap saat setelah kedatangan kapal dari episenter.
2. Laporan segera dikirim dalam waktu < 24 jam ke Posko Pusat Pengendalian Episenter Ditjen
PP & PL Depkes RI dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
Lampiran 3 :
Format Pelaporan Kasus Influenza Pandemi di PLBD
Nama Armada :
Nomor Kendaraan :
Asal Daerah/ Wilayah/Negara Episenter :
Tanggal Keberangkatan :
Tanggal Kedatangan :
Jumlah Penumpang/Crew :
Keluhan (Panas,
No Nama Umur Sex Alamat Tujuan batuk, pilek, sakit Keterangan
tenggorokan)
.........., .......,.......
Kepala KKP
(_______________________)
NIP
Catatan:
1. Laporan dibuat setiap saat setelah kedatangan kapal dari episenter.
2. Laporan segera dikirim dalam waktu < 24 jam ke Posko Pusat Pengendalian Episenter Ditjen
PP & PL Depkes RI dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan
Kab/Kota.
Format Pemantauan Penumpang/Awak di Asrama Karantina
Tgl
Tgl dan hasil Pemantauan *)
L/P
Nama Keterangan
Umur
kontak
terakhir
Lampiran 4 : format pencatatan pemantauan di asrama karantina
T*) Isikan : tgl & hs pemantauan : x, sehat, D=demam, P=pilek, B=btk, ST=skt tggrk
Keterangan : Tanggal kontak terakhir adalah tanggal terakhir berada di daerah/wilayah/negara
episenter.
Lampiran 5
KKP :
Tanggal :
Jumlah Penumpang/awak yang dipantau :
Jumlah yang ILI :
Jumlah yang sehat :
Jumlah yang diberi profilaksis :
Kepala KKP,
(____________________)
NIP
Lampiran 6
I. Identitas Pelapor
1. Nama : ____________________
2. Nama Kantor & Jabatan : ____________________
3. Kabupaten/Kota : _______________ 4. Provinsi : ________________
5. Tanggal Laporan : ____/____/200_
20/06 28/06
mulai
demam
kontak
Apakah ada penderita dengan gejala yang sama di rumah, tetangga atau anggota
keluarga yang lain ?
[1] Ada [2] Tidak ada [3] Tidak jelas
Jika Ada, lengkapi keterangan penderita dimaksud sebagai berikut :
Tanggal
Alamat
kontak Ket
Umur
Nama dan Kepala Hub dg
Jalan, Kec, jenis
Keluarga penderita
RT/RW, Kab/Kota dan awal akhir kontak
Pemukiman Provinsi
Kontak kasus
Mulai dari 1 hari sebelum sakit penderita pernah kontak (jarak kontak < 1 meter)
dengan siapa saja, tuliskan pada tabel di bawah ini : (jika kasus tidak bisa memberikan
informasi maka digali informasi ini kepada kerabat kasus)
L/P
Hubungan dengan Tgl dan hasil Pemantauan *) Keterangan &
Umur
terakhir
penderita jenis kontak
Tgl kontak
*) Isikan : tgl & hs pemantauan : x, sehat, D=demam, P=pilek, B=btk, ST=skt tggrk
Pemantauan Kontak Serumah & sekitar
Nama
Penyelidikan Epidemiologi
Lampiran 8
Tgl
Tgl dan hasil Pemantauan *)
L/P
Ruangan/ Keterangan &
Umur
kontak
terakhir
Bagian jenis kontak
*) Isikan : tgl & hs pemantauan : x, sehat, D=demam, P=pilek, B=btk, ST=skt tggrk
Pemantauan Kontak Tenaga Kesehatan Influenza Pandemi
Nama
Lampiran 9
1. Gejala Klinis
Panas
Sakit tenggorok
Batuk
Pilek
Sesak
Diare
2. Pemeriksaan Lab
Lekosit
Trombosit
Limfosit
SGOT/SGPT
3. Pemeriksaan
Rongent Thorax
Hasil
4. Pemberian
Oseltamivir
Catatan :
1. Semua data diisi harian sesuai dengan hasil pemeriksaan
2. Jika pasien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit lain, maka hasil pemeriksaan
yang adapun ditulis dalam form
Lampiran 10
Status
Nama Anggota Umur dalam Sakit Suhu Gejala/Penyakit
No Serumah L/P (thn) keluarga (Ya/Tidak) Gejala ILI (oC) lain Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
Kolom 7 diisi jika pada kolom 6 jawaban ya. Diisi dengan gejala ILI yang ada seperti
adanya demam, batuk, pilek, sesak nafas.
Kolom 8 diisi dengan berapa derajat suhunya (diukur dg termometer), jika mengeluh demam/meriang.
Kolom 9 diisi dengan penyakit /gejala lain di luar ILI, misalnya diare, malaria dll.
Kolom 10 diisi dengan keterangan lain-lain termasuk obat-obat yang sudah diminum saat sakit,
riwayat keluar rumah & berhubungan/kontak dengan pasien influenza baik suspek ataupun
konfirmasi.
Lampiran 11
Status
Nama Anggota Umur dalam Efek samping
No Serumah L/P (thn) keluarga yang dirasakan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan :
Kolom 6 diisi dengan gejala yang dirasakan, seperti mual;muntah;pusing;panas dll.
Kolom 7 diisi dengan hasil temuan lain, termasuk jika obat tdk diminum, jika demam maka
suhu diisikan dalam kolom 6 ini, atau ada obat lain yang diminum juga dicantumkan.
Lampiran 12
Status
Nama Nakes yg Umur dalam Efek samping
No mendapat profilaksis L/P (thn) ruangan yang dirasakan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan :
Kolom 6 diisi dengan gejala yang dirasakan, seperti mual;muntah;pusing;panas dll.
Kolom 7 diisi dengan hasil temuan lain, termasuk jika obat tdk diminum, jika demam maka
suhu diisikan dalam kolom 6 ini, atau ada obat lain yang diminum juga dicantumkan.
Lampiran 13
HEALTH ALERT CARD
Lampiran 14
Puskesmas/RS : Kecamatan :
Kab/Kota : Propinsi :
Tanggal :
Jumlah kasus IP :
Jumlah Kasus IP yang meninggal :
Jumlah Kunjungan Pasien :
.............,..... - ..... –
2008
Kepala Puskesmas/Rumah
Sakit,
(_________________)
NIP
Lampiran 15 :
Puskesmas/RS : Kecamatan :
Kab/Kota : Propinsi :
Minggu ke : Tanggal : ...... s/d ........
Jumlah
.............,..... - ..... –
2008
Kepala Puskesmas/Rumah
Sakit,
(_________________)
NIP
Lampiran Contoh Analisis
Lampiran 16 :
Tabel XXX
Penderita Influenza Pandemi Menurut Gol. Umur
Kab. X Prov. Y Minggu Ke 32 Tahun 20xx
Tabel XXX
Penderita Influenza Pandemi Menurut Jenis kelamin
Kab. X Prov. Y Minggu ke 32 Tahun 20xx
Identifikasi kelompok rentan (attack rate) dimanfaatkan untuk menuntun kepada sumber
penularan dengan mengajukan pertanyaan:
“Adakah suatu kondisi yang menyebabkan kelompok tertentu lebih rentan
dibandingkan kelompok lain ?”
“Adakah keadaan yang dicurigai tersebut berhubungan dengan penularan ?”
Lampiran 17 :
Distribusi Gejala
Tabel XX
Distribusi Gejala Influenza Pandemi
(Wawancara Terhadap 250 Kasus)
Jumlah
No Gejala dan tanda %
Kasus
1. Batuk 250 100
2. Sesak Napas 250 100
3. Demam 250 100
4. Diare 134 53,6
5. Sakit Kepala 97 …
6. Mual 34 …
7. Muntah 45 …
1. Kurva epidemic
2. Kecepatan Penyebaran
3. Masa inkubasi (berdasarkan timeline dan kurva epidemik)
Apabila waktu terpaparnya belum jelas, tetapi diagnosis sudah diperoleh, sehingga
sudah dapat diketahui masa inkubasi terpendek dan terpanjang penyakit.
Rumus :
Periode Paparan KLB adalah periode waktu sebelum kasus
pertama (A) dikurangi masa inkubasi terpendek penyakit (A1)
sampai dengan kasus terakhir KLB (B) dikurangi masa inkubasi
terpanjang penyakit (B1).
Masa inkubasi
terpanjang penyakit
pada kasus terakhir
Periode
paparan
b
B1 A1 A
B
a
Masa inkubasi
terpendek penyakit
pada kasus pertama
Lampiran 18 :
: 1 kasus AI
: 1 kematian AI