Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

BAJA DAN BESI

DISUSUN OLEH:

IMAN KURNIYAWAN I1B005076

IWAN PEBRIANTORO H1D007031

NUROHMAN H1D008009

PUTRI ARIFIANANDA H1D009040

GALIH SAPTO RIONO H1D009045

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PURBALINGGA

2012
TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN BAJA DAN BESI

I.PENGERTIAN

Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C). Jadi baja berbeda
dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu), dan titanium (Ti) yang merupakan
logam murni. Dalam senyawa antara besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut besi menjadi unsur
yang lebih dominan dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari berat baja,
tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah meningkatkan kualitas baja, yaitu
daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya (hardness). Selain karbon, sering juga
ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat
lain sesuai aplikasi di lapangan seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi.

II. SEJARAH

Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM Tahun 1100 SM, Bangsa
hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada
tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani,
Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi
dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya.
Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi. Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan
penggunaannya di Eropa. Tahun 250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000
M, Baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim
yang disebut dengan baja Damaskus. 1300 M, Rahasia pembuatan baja damaskus hilang.1700 M,
Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.

Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779. Dalam
kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk
lengkungan dengan balok – balok utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang
membentuk batang – batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai
rantai penghubung pada jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.

Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya yang
penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada 1846 – 1850.
Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang sepanjang 230 – 460 – 460 –
230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa.

Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan besi
tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada skala industrial sekitar
tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada bentuk – I menjelang
tahun 1870-an.

Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter Bessemer
(1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk – produk besi sebagai
bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan
bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari 24.000
sampai dengan 100.000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk
berbagai keperluan struktural.

Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbon
lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas mulai dari
perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat.

III. PROSES PEMURNIAN BESI

Prinsip dasar : Menghilangkan kandungan oksigen dalam bijih besi,


bijih besi antara lain :

 Hematite - Fe2O3 - 70 % iron


 Magnetite - Fe3O4 - 72 % iron
 Limonite - Fe2O3 + H2O - 50 % to 66 % iron
 Siderite - FeCO3 - 48 % iron
Cara tradisional : blomery, pada proses ini bijih besi dibakar dengan charcoal, dimana banyak
mengandung carbon sehingga terjadi pengikatan oksigen, pembakaran tersebut menghasilkan
karbondiokasida dan karbon monoksida yang terlepas ke udara, sehingga besi murni didapat dan
dikeluarkan dari dapur, kekurangannya tidak semua besi dapat melebur sehingga terbentuk spoge,
spoge berisi besi dan silica.
Proses lebih modern adalah dengan blast furnace, blast furnace diisi oleh bijih besi, charcoal atau coke
(coke adalah charcoal yang terbuat dari coal) dan limestone (CaCO3). Angin secara kencang dan
kontinu ditiupkan dari bawah dapur. Hasil peleburan besi akan berada di bawah, cairan besi yang
keluar ditampung dan disebut dengan pig iron.
IV. PROSES PEMBUATAN BAJA

Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair, besi
bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembuatan baja antara lain :

A. proses konvertor
terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap ke samping.

Sistem kerja

 Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,


 Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
 Kembali ditegakkan.
 Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
 Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengeluarkan hasilnya.
 proses Bassemer (asam)
lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam atau aksid
asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat
bereaksi dengan SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3

 proses Thomas (basa)


Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit [ kalsium karbonat
dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P antara
1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida
phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur (CaO),

3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)

B. proses Siemens Martin


menggunakan sistem regenerator (± 3000 0C.) fungsi dari regenerator adalah :

a. memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur


b. sebagai Fundamen/ landasan dapur
c. menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,

 Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),


 besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)
C. proses Basic Oxygen Furnace
 logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
 Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang bakar dengan kecepatan tinggi. (55
m3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
 ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.
Keuntungan dari BOF adalah:

 BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen


 Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
 Tidak perlu tuyer di bagian bawah
 Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
 Biaya operasi murah

D. proses dapur listrik


temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi listrik.

Keuntungan :

 Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat


 Temperatur dapat diatur
 Efisiensi termis dapur tinggi
 Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga kualitasnya baik
 Kerugian akibat penguapan sangat kecil

E. proses dapur kopel


mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.

Proses

 pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.


 Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
 kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai 700 – 800
mm dari dasar tungku.
 besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur (CaCO3) dan
akan terurai menjadi:
CaCO3  CaO  CO2

CO2 akan bereaksi dengan karbon:

CO2  C  2CO

Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
mesin-mesin lain.

F. proses dapur Cawan


 Proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi kasar dalam
cawan,
 kemudian dapur ditutup rapat.
 Kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan dan muatan
dalam cawan akan mencair.
 Baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan menambahkan
unsur-unsur paduan yang diperlukan

V. KLASIFIKASI BAJA

A. Menurut komposisi kimianya:

a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;


 Baja karbon rendah (low carbon steel)  machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % - 0,30% C.

Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:

- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
 Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.
 Baja karbon tinggi (high carbon steel)  tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % C
Penggunaan

- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives,
drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for
cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
b. Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:

1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:

1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %


2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy
steel) dan high speed steel.

 Baja Paduan Khusus (special alloy steel)


Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese,
molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka
baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat
dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).

 High Speed Steel (HSS)  Self Hardening Steel


Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills,
reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong
yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan
carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Baja Paduan dengan Sifat Khusus

1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)


Sifatnya antara lain:

 Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
 Tahan temperature rendah maupun tinggi
 Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
 Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
 Tahan terhadap oksidasi
 Kuat dan dapat ditempa
 Mudah dibersihkan
 Mengkilat dan tampak menarik

2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)


Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap
abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las
yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus
dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum
(Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.

3. Baja Perkakas (Tool Steel)


Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah
diasah, tahan panas, kuat dan ulet.

Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang
diberikan antara lain:

a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock resisting
(Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading.
Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang berbeda-
beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D
didinginkan di udara.
c. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan didinginkan
perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga
sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas
tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak cocok
untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

Klasifikasi lain antara lain :

a. Menurut penggunaannya:
 Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C.
 Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.

b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:


 Baja tahan garam (acid-resisting steel)
 Baja tahan panas (heat resistant steel)
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia maka
diperoleh lima kelompok baja yaitu:

1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)


2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:

1. Baja kualitas biasa


2. Baja kualitas baik
3. Baja kualitas tinggi
Standard AISI dan SAE
VI. SIFAT-SIFAT BAJA

BAJA STRUKTURAL
Selama periode pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama hingga tahun
1960, baja yang dipakai adalah baja karbon ("carbon steel") dengan sebutan baja ASTM
(Ameican Society for Testing and Materials) A7, dan mempunyai tegangan leleh minimum
yang ditetapkan (minimum speciied yield stress) sebesar 33 ksi. Banyak perencana hanya
menyebutnya sebagai "baja" tanpa petunjuk lain, dan spesiikasi AISC hanya mcnentukan
tegangan izin dan prosedur untuk jenis baja A7. Baja struktural yang lain, seperti baja paduan
("alloy") rendah khusus tahan karat (A242) dan baja yang lebih muda dilas (A373), telah ada di
pasaran tetapi masih jarang dipergunakan untuk gedung. Perencanaan jembatan kadang-kadang
memakai baja tersebut.

Sekarang (1979) banyaknya baja yang tersedia memungkinkan seorang perencana


menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, sehingga tidak perlu
memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana ynag lebih
disukai, kekakuan maksimum atau berat teingan. Sifat tahan karat (untuk menghindai
seringnya pengecatan) juga dapat merupakan faktor yang penting. Beberapa baja
sekarang dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat. Lapisan ini
mencegah oksidasi (korosi/karat) lebih lanjut dan mempunyai tekstur yang rata dengan wama
coklat tua yang menank. Karena pengecatan diperlukan, baja seperti ini (disebut baja
lapuk/weathenng steel) mungkin lebih ekonomis walaupun biaya awalnya agak lebih mahal
daripada baja karbon tradisional.

Baja tertentu memiliki sifat kemampuan dilas yang lebih baik, beberapa lainnya lebih
sesuai untuk tangki tekanan (pressure vessels), baik pada suhu di atas maupun dibawah suhu
kamar. Baja struktural diiunjukkan dengan identiikasi ASTM, dan juga dengan banyak
sebutan lam. untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tank adalah besaran yang digunakan
oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai variabel sifat bahan untuk menetapkan tegangan izin
terhadap pelabagai macam pembebanan. Istilah tegangan leleh dipakai sebagai kata umum
untuk "titik leleh", yaiu titik penyimpangan dari keadaan elastis sempurna yang dapat dilihat
dengan jelas pada kebanyakan baja struktural, atau "kekuatan leleh" yaitu tegangan pada
regangan tetap tetentu untuk baja tanpa titik leleh yang jeias. Baja untuk pemakaian struktural
yang digiling panas (hot-rolled) dapat dibedakan atas baja karbon, baja paduan rendah
berkekuatan tinggi, dan baja paduan.
KELAKUAN TEGANGAN-REGANGAN (UJI TARIK) PADA SUHU ATMOSFIR

Kurva tegangan-regangan juga menunjukkan daktilitas. Daktilitas didefenisikan


sebagai jumlah regangan permanen (yaitu regangan yang melampaui batas proporsional)
sampai titik patah. Besarnya daktilitas diperoleh dari uji tarik dengan menentukan
persentase perpanjangan (dengan membandingkan luas penampang lintang akhir dan
semula) benda uji. Daktilitas penting karena memungkinkan terjadinya kelelahan
setempat akibat tegangan yang besar, sehingga distribusi tegangan berubah. Prosedur
perencanaan berdasarkan kelakuan kekuatan batas memerlukan daktilitas bawaan
(inherent) yang besar.

KELIATAN DAN KEKENYALAN


Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) merupakan ukuran kemampuan
logam untuk menyerap energi mekanis. Untuk tegangan uniaksial (satu sumbu), besaran
ini dapat diperoleh dari kurva uji tarik (tegangan-regangan teknik).

Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan.


Kekenyalan adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume
bahan yang dibebani tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram
tegangan regangan sampai tegangan leleh.

Keliatan berhubungan dengan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang
dapat diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah. Untuk tarikan uniaksial,
keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik
patah (akhir dari diagram). Luas ini kadang-kadang disebut modulus keliatan. karena
deformasi semua bagian pada benda uji tank tidak sama besar dan maksimum, luas
tersebut hanya membeikan harga pendekatan bagi keliatan logam.

KELAKUAN PADA SUHU TINGGI


Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau
kelakuan pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam
menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran.

Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear
dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan
leleh, dan kekuatan tank akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C
terjadi laju penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti A36
dan A440 menunjukkan "pelapukan regangan" (strain aging) pada suhu 150 sampai 370 °C.
Pelapukan regangan mengakibatkan turunnya daktilitas. Penurunan modulus elastisitas tidak
terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah itu modulus elastisitas akan menurun
dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai 260 sampai 320 °C deformasi pada
baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu pembebanan; fenomena ini dikenal
sebagai "rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai pada struktur beton dan pengaruhnya
pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar) meningkat bila suhu naik.

Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah :


a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C.
b). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan
senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 510 °C.
c). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C.

Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja
yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C.

PATAH GETAS
Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi
plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat". Kelakuan patah dipengaruhi
oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat,
geometi sambungan, dan mutu pengerjaan.

Pengaruh Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam beberapa hal : (a) harga di bawah mana
keliatan takik tidak memadai, (b) pada suhu 320 sampai 430 °C timbul formasi
mikrostruktur yang getas, dan (c) di atas 540 °C pengendapan senyawa karbon dan
elemen paduan terjadi sehingga mikrostrukturnya lebih getas.

Pengaruh Tegangan multiaksial


Kurva tegangan-regangan teknik berlaku bagi tegangan uniaksia; sebelum patah,
pengecilan penampang terjadi. Jika beban lateral biaksial (dua sumbu) diberikan,"kelakuan
plastis tidak terjadi sehingga batang akan patah secara getas dengan tanpa perpanjangan
dan pengecilan luas penampang". Tegangan patah yang berdasarkan luas penampang
lintang semula akan sama harganya seperti tegangan yang berdasarkan penampang
lintang yang diperkecil pada kasus tarikan uniaksial. Tegangan akan jauh di atas kekuatan
tarik maksimum dai kurva tegangan-regangan teknik yang selalu dihitung berdasarkan luas
Denamoane semula. Takik mempunyai pengaruh yang hampir sama seperti pembebanan
tiaksial teontis, yaitu mengekang aliran plastis (yang akan terjadi) sehingga pada tegangan
yang lebih tinggi cenderung runtuh secara getas. Takik dapat terjadi pada struktur yang
sebenarnya karena sudut yang tak diisi dalam perencanaan atau las yang tidak sempurna
sehingga timbul retak-retak. Hal ini dapat menyebabkan kegetasan. Namun, takik dan las
yang retak dapat dikurangi dengan perencanaan dan prosedur pengelasan yang baik.

Tegangan Multiaksial Akibat Pengelasan


Umumnya pengelasan menimbulkan kontinuitas yang menaikkan tegangan biaksial dan
tegangan triaksial serta kondisi regangan, sehingga kelakuannya menjadi getas. Sebagai
illustrasi, tinjaulah balok bertumpuan sederhana yang memikul pelat yang tertarik. Akibat
lenturan , sayap bawah pada balok mengalami tarikan, jadi tegangan di titik A adalah tarikan
uniaksial (dengan mengabaikan pengaruh yang kecil dai lebar balok serta pertemuan sayap
dan badan). Taikan pada pelat yang disambung dengan siku dan baut menyebabkan baut
sayap dan siku mengalami taikan aksial serta baut pada pelat penggantung mengalami
gaya geser, sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang besar pada tegangan di titik A.
Dengan kata lain, kondisi tegangan pada sambungan mendekati keadaan uniaksial.

Selanjutnya, tinjaulah pelat penggantung yang tertarik dan dilas ke sayap balok yang
tertarik. Tegangan di titik A sekarang biaksial karena pelat digantung langsung pada
sayap di titik A. Oleh karena itu, daerah las mengalami tegangan tiaksial, yaitu biaksial
akibat beban yang dibeikan langsung ditambah dengan penahan deformasi sepanjang sumbu
las akibat gantungan yang menerus (pengaruh angka Poisson). Perencanaan sambungan las
hams meninjau kemungkinan terjadinya kegetasan akibat tegangan tiga dimensi

Pengaruh Ketebalan
Jika tegangan bidang terjadi pada pelat tipis yang tegangan dalam arah
transversalnya dapat diabaikan, pengaruh tiga dimensi tidak terjadi. Untuk pelat tebal,
kecenderungan terjadinya kegetasan meningkat karena pengaruh tiga dimensi. Akibat
proses pembuatan, pelat tebal juga cenderung lebih getas daipada pelat tipis. (a) laju
pendinginan yang lebih lambat meningkatkan kekasaran mikrostmktur, dan (b)
kandungan karbon yang lebih tinggi (yang diperlukan agar kekuatan penampang tipis yang
diberi perlakuan panas) juga menghasilkan bahan yang lebih getas.
Pengaruh Beban Dinamis
Pembebanan yang lebih cepat seperti akibat pukulan palu, gempa bumi atau
ledakan nuklir membah sifat tegangan-regangan. Umumnya, kenaikan laju regangan
akibat beban dinamis menaikkan titik leleh, kekuatan taik dan daktilitas. Pada suhu kira-
kira 320 °C terjadi penurunan kekuatan yang cukup berarti. Kegetasan juga agak
meningkat dengan laju regangan yang tinggi, tetapi kelihatannya berkaitan dengan faktor
lain seperti takik tempat konsentrasi tegangan dan pengaruh suhu pada keliatan. Faktor
yang lebih penting dai pembebanan dinamis bukanlah laju pertambahan regangan yang
cepat, tetapi gabungannya dengan laju penurunan regangan yang cepat.

SOBEKAN LAMELA
Sobekan lamella (lamella tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas.
dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained)
pecah (sobek) akibat regangan "sepanjang ketebalan" yang timbul karena penyusutan
logam las. Bila las dilakukan pada sambungan yang sangat dikekang, tegangan setempat
akibat penyusutan logam las dapat beberapa kali lebih besar dan regangan titik leleh.
Karena tegangan akibat beban kerja jauh di bawah tegangan leleh, regangan akibat beban
kerja tidak menimbulkan atau menyebarkan sobekan lamela.

Akibat operasi penggilingan panas dalam pembuatan profil, penampang baja


mempunyai sifat yang berlainan dalam arah sejajar penggilingan, arah transversal, dan
arah "ketebalan". Dalam daerah elastis baik arah penggilingan maupun transversal
menunjukkan kelakuan yang serupa, dengan batas elastis untuk arah transversal berada
sedikit di bawah batas untuk arah penggilingan. Namun, daktilitas (kapasitas regangan)
dalam arah "ketebalan" dapat jauh di bawah daktilitas untuk arah penggilingan. Umumnya
profil I cukup daktil bila dibebani dalam arah sejajar atau transversal terhadap arah
penggilingan. Penampang I akan berubah bentuk setempat hingga regangannya lebih
besar dari regangan leleh (F/Es). Jadi beban dipikul pada keadaan di mana sebagian
penampang mengalami tegangan leleh, dan jika beban diperbesar. bahan di sekitarnya akan
ikut mendukung. Namun, bila regangan dilokalisir misalnya dalam arah "ketebalan" di
sayap penampang yang tebal, maka keadaan terkekang terjadi karena regangan pada sayap
tersebut tidak dapat dibagi ke sayap lainnya melalui badan penampang. Regangan
"ketebalan" setempat yang besar dapat melampaui regangan titik leleh, sehingga terjadi
dekohesi dan menimbulkan sobekan lamela.
BAJA LAPUK DAN TAHAN KARAT

Sejak pemakaian baja pertama, salah satu kelemahan utama ialah dibutuhkannya
pengecatan untuk mencegah kerusakan logam akibat karat (korosi). Baja karbon yang
kekuatannya rendah tidak mahal tetapi sangat mudah berkarat. Sifat tahan karat dapat
ditingkatkan dengan menambahkan tembaga sebagai unsur paduan. Namun, baja karbon yang
mengandung tembaga terlalu mahal untuk pemakaian umum.

Baja paduan rendah kekuatan tinggi memiliki sifat tahan karat yang beberapa kali
lebih besar dai baja karbon struktural, baik dengan atau tanpa penambahan tembaga.
Permukaan baja paduan rendah kekuatan tinggi tidak sekasar baja karbon, dan karat yang
terbentuk menjadi lapisan pelindung yang mencegah korosi lebih lanjut. Dengan elemen
paduan tertentu, baja paduan rendah kekuatan tinggi akan membeikan lapisan oksida
pelindung yang tampaknya menaik dan dapat dideskipsikan sebagai beikut : " Lapisan
ini adalah karat yang sangat padat - warnanya adalah gabungan dai coklat, merah dan ungu
tua.

Tekstur dan warnanya tidak dapat ditiru - karakter yang hanya dapat diperoleh dari
alam, seperti pada batu, manner, dan granit." Bila baja tidak perlu dicat dan dibiarkan
terbuka, baja ini disebut baja lapuk (weathering steel). Seperti yang dapat diperkirakan, sifat
karat suatu baja, termasuk baja lapuk, tergantung pada susunan kimia, derajat polusi pada
atmosfir, dan frekuensi pembasahan dan pengeingan baja. Fabrikasi dan pemasangan baja
lapukperlu dilakukan dengan hati-hati. Lekiikan, goresan dan celah yang memperburuk
tampak hams dihindai. Pengecatan walaupun untuk identifikasi hams dikurangi
sesedikit mungkin, karena semua tanda harus dihilangkan setelah pemasangan
selesai. Kerak dan penghilangan warna akibat pengelasan juga hams dihilangkan.
Biaya tambahan akibat proses fabikasi dan pemasangan diimbangi oleh tidak perlunya
pengecatan selama masa berdirinya struktur. Dalam banyak hal, kebutuhan baja tahan api pada
gedung memperlambat pemakaian baja ekspos. Dua contoh penyelesaian yang bermanfaat
adalah (1) menaruh batang baja ekspos semuanya di luar dai bagian gedung yang dapat
mudah terbakar, dan (2) mengisi kolom baja ekspos yang berongga dengan air yang diproses
secara kimia sebagai penumn oanas sehingga suhu baja tetap dingin bila kolom terbakar.
VII. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PELAT BAJA

Kelebihan:
1, Beratnya lebih ringan dari pada kayu, beban yang harus ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih
rendah (jadi lebih irit strukturnya)
2, Baja ringan bersifat tidak membesarkan api (non-combustible)
3, Tidak dimakan rayap
4, Pemasangannya relatif lebih cepat di bandingkan dengan kayu
5, Nyaris tidak memiliki nilai muai dan susut, jadi tidak berubah karena panas dan dingin

Kekurangan:
1, Kerangka atap baja tidak bisa diekspos seperti kayu, sistem rangkanya yang berbentuk jaring
kurang menarik bila tanpa plafon
2, Karena strukturnya yang seperti jaring ini maka bila ada salah satu bagian yang kurang memenuhi
syarat keamanann, maka kegagalan bisa terjadi secara keseluruhan (biasanya perhitungan strukturnya
langsung dilakukan oleh structural engineering dari aplikatornya)
3, Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profile

VII. BAJA RINGAN

Baja ringan atau disebut juga Cold Formed Steel (baja canai dingin) adalah komponen
struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Profil baja ringan yang
dibentuk dari pelat-pelat yang sudah jadi ini, menjadi profil baja dalam temperatur atmosfir (dalam
keadaan dingin). Baja ringan dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya
tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550
berarti baja memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550
(Minimum Yeild Strength 5500 kg/m2) dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570.

Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung
(coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah
korosi pada baja mutu tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar
dipasaran adalah Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah
produsen mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian
dikenal dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari:
96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium
Baja ringan menjadi material bangunan yang sedang trend saat ini, rangka atap baja ringan
lebih dominan terkenal dibanding baja ringan untuk struktur lainnya. Hal ini karena gencarnya iklan-
iklan yang menawarkan produk rangka atap baja ringan menggantikan rangka atap dari material kayu.
Mengingat kayu semakin hari semakin langka juga karena harga kayu yang relatif mahal, maka
pemilihan material rangka atap baja ringan menjadi satu pilihan para kontraktor atau owner dalam
membangun rumah. Selain karena faktor keawetan dan tahan rayap dan karat, rangka atap baja ringan
mempunyai kelebihan yaitu kekuatan struktur yang lebih bagus, seperti lebih kuat dan lebih kaku.

VIII. SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT


PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

Dari pengujian impact pada baja karbon rendah yang sebelum dikarbonasi diperoleh
harga keuletan rata-rata sebesar 0,350 Joule/mm2, sedangkan pada baja setelah
dikarbonasi harga keuletan rata-ratanya sebesar 1,067 Joule/mm2 kenaikan harga impact
pada baja sesudah dikarbonasi dipengaruhi oleh perubahan kekerasan. Hal tersebut akan
mempengaruhi harga keuletannya.

Berdasarkan hasil data penelitian dan hasil analisa serta pembahasan yang didapat,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan data dan grafik hasil pengujian
kekerasan pada baja karbon rendah terdapat perubahan kekerasan, yaitu pada raw material
(212,18 kg/mm2), kekerasannya naik pada proses karbu-rising 2 jam menjadi (257,5
kg/mm2), karburising 4 jam (273,1 kg/mm2) dan karburising 6 jam harga kekerasannya
tertinggi (274,6 kg/mm 2).
Hasil pengamatan foto struktur mikro melalui microscope olympus photomi-
crographic system dihasilkan foto struktur mikro untuk raw material dan karburising sama
terdapat ferit dan perlit, untuk yang dikarburising struktur mikronya, yaitu ferit yang
berwarna putih, dan untuk perlit berwarna hitam. Semakin lama proses karburising,
semakin banyak pula kandungan perlitnya yang mengakibatkan semakin tingginya tingkat
kekerasan.
Dari pengujian impact pada baja karbon rendah yang sebelum dikarbonasi diperoleh
harga keuletan rata-rata sebesar 0,350 Joule/mm2, sedangkan pada baja setelah dikarbonasi
harga keuletan rata-ratanya sebesar 1,067 Joule/mm2 kenaikan harga impact pada baja
sesudah dikarbonasi dipengaruhi oleh perubahan kekerasan. Hal tersebut mempengaruhi
harga keuletannya.
IX. METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA
BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

Metode untuk meningkatkan tegangan tarik dan kekerasan baja karbon rendah hasil penelitian adalah
dengan membentuk baja karbon rendah menjadi baja fasa ganda dengan cara sebagai berikut :
Baja karbon rendah dinormalising terlebih dahulu dengan temperatur
9000C holding timenya 20 menit dan didinginkan dengan media udara terbuka,
kemudian peroses pembentukan fasa ganda dengan temperatur pemanasan 7700C
holding time 20 menit dan diquench media air tanpa agitasi, selanjutnya proses
tempering temperatur 2000C holding time 20 menit dan pendinginan media udara
terbuka, terakhir pengerasan regang dengan pembebanan mencapai tegangan
luluh baja fasa ganda yang dihasilkan sebanyak 3 kali pembebanan. Dengan metode tersebut dapat
meningkatkan tegangan tarik baja karbon rendah yang semula 310 [N/mm2] menjadi 567,6
[N/mm2], dan kekerasan meningkat dari 133,1 [HV] menjadi 186,6 [HV].
Metode ini berhasil mendapatkan metode perbaikan sifat mekanik baja karbon rendah,
sehingga disarankan untuk rekayasa perbaikan sifat mekanik baja karbon rendah sebaiknya
menggunakan metode hasil penelitian ini.

X. BAJA TEKNOLOGI PENGENDALI IKLIM

Jakarta-TAMBANG- PT. BlueScope Steel Indonesia, terus berinovasi guna meningkatkan


nilai tambah produk baja Clean COLORBOND® yang mereka miliki. Produsen baja terkemuka
inipun meluncurkan produk terbaru mereka, Thermatech. Baja jenis ini disinyalir memiliki
kemampuan membantu proses memantulkan panas matahari guna menjaga ruang atap tetap dingin
sehingga suhu dalam ruangan terus berada dalam tingkat kenyamanan yang diinginkan.

Presiden Direktur PT. BlueScope Steel Indonesia, Cheong Ku Wei, menyatakan, "Clean
COLORBOND® steel dengan teknologi Thermatech™ merupakan bukti komitmen BlueScope Steel
untuk terus menawarkan solusi inovatif produk baja lapis yang memiliki nilai tambah di dalam
rangkaian produk baja datar."

Mr. Cheong yakin produk baru yang inovatif ini akan diterima dengan baik oleh pelanggan
Indonesia di sektor bangun dan konstruksi. "Hubungan kami dengan para pelanggan berlandaskan
kepercayaan, keandalan, serta prinsip yang kami tahu sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Kualitas
terbaik dan dapat diandalkan dari baja Clean COLORBOND® dengan Thermatech™ memperkuat
prinsip-prinsip ini."
Mr. Cheong melanjutkan, "Pemasangan yang digabungkan bersama isolasi atap, Clean
COLORBOND® steel dengan solar reflectance technology Thermatech™ akan membantu menjaga
kenyamanan suhu dalam ruang yang lebih baik sepanjang tahun, tanpa harus menggunakan energi
yang berlebihan. Dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan permintaan akan
efisiensi energi yang lebih baik lagi, kehadiran produk kami merupakan hembusan angin segar bagi
para pemilik bangunan di Indonesia.”

Generasi terbaru Clean COLORBOND® menjawab kekhawatiran pemerintah dan beragam


komunitas akan perubahan iklim dunia. Peningkatan efisiensi energi di rumah dan bangunan umum
lainnya akan membantu meminimalisasikan perusakan lingkungan serta dapat mengurangi
pembayaran tagihan dalam rumah.

Thermatech™ solar reflectance technology bertindak sebagai isolator tambahan dalam


kondisi cuaca panas, sehingga lebih mudah untuk pendingin ruangan dalam mempertahankan suhu
dingin dalam bangunan. Dengan memantulkan lebih banyak panas matahari, Thermatech™
membantu mengurangi pengumpulan energi. Sistem cat milik COLORBOND® yang berteknologi
Thermatech® mampu untuk memantulkan lebih banyak panas matahari, dibandingkan dengan bahan
atap lain dengan warna sama yang memiliki daya pantul surya rendah.

Solar reflectance technology kini tersedia dalam semua rangkaian produk warna Clean
COLORBOND®. Dalam semua rangkaian produk warna, cat dan performa produk baik dalam
durabilitas serta daya tahan akan korosi memiliki ketahanan yang cukup lama. Sistem oven kering
yang dimiliki oleh produk ini mencegah untuk terjadinya noda yang umumnya disebabkan oleh suhu,
endapan embun, serta kontaminasi udara. Dalam kondisi suhu menengah ke tinggi, apabila
dibandingkan dengan bahan atap dengan kemampuan pantul surya lebih rendah, baja Clean
COLORBOND® mampu untuk mengurangi suhu maksimal atap hingga 6° C, tergantung pada warna
dan desain bangunan.

"Tidak ada produk baja sebanding tersedia di pasar Indonesia yang dapat mengimbangi
kinerja Clean COLORBOND® steel.", kata Mr. Cheong.

Thermatech™ merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan bekerja sama dengan
pelanggan di industri bangunan dan konstruksi selama bertahun-tahun, untuk meningkatkan
kepemilikan premium Clean COLORBOND® steel yang telah melindungi dan menghiasi bangunan
di seluruh ASEAN selama beberapa dekade.
Sumber:

Ahmad Hasnan S. Mengenal Baja, http://www.scribd.com/doc/3024023/Sejarah-baja diakses


[18/01/2011]

Imelda Akmal, Baja Ringan, http://books.google.co.id/books diakses [18/01/2011]

Muh. Iqbal Haqi., Hardening Pada Baja Karbon Tinggi. oke.or.id/?file_id=22 diakses [18/01/2011]

Yuli, Sejarah Baja, http://chemistry161.blogspot.com/2009/02/sejarah-baja.html diakses [18/01/2011]

Rato, Sejarah Struktur Baja, http://rathocivil02.wordpress.com/2008/06/25/sejarah-struktur-baja/


diakses [18/02/2011]

Anda mungkin juga menyukai