BAB IV
ANALISIS PEKERJAAN PEMASANGAN SAMBUNGAN BAUT MUTU
TINGGI (F10T) DENGAN METODE KONTROL TORSI MENGGUNAKAN
KUNCI TORSI (TORQUE WRENCH)
Tabel 4.1 Spesifikasi Jembatan Pelengkung Produksi PT. Bukaka Teknik Utama
80 Meter
Kelas 2 Jalur SM 490YB
s/d 7 Meter 2 x 1 M - F10T Friksi
Jembatan A Kelas A SS400
250 Meter
Pelengkung
Baja
(BM 100) 80 Meter
Kelas 2 Jalur SM 490YB
s/d 6 Meter 2 x 0,5 M - F10T Friksi
B Kelas B SS400
250 Meter
Dari tebel diatas dapat dilihat bahwa jenis baut yang digunakan pada
sambungan ialah baut mutu tinggi tipe F10T. dalam Surat Edaran Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 14/SE/M/2015 tentang Pedoman
Pemasangan Baut Jembatan, baut tipe F10T merupakan baut dengan standarisasi JIS
(Japanese Industrial Standart) dan dapat disetarakan dengan baut ISO grade 10.9 dan
ASTM A490 dengan kuat leleh dan kuat tarik hampir sama.
46
Berikut ini ialah data baut mutu tinggi yang digunakan pada jembatan
Penyebrangan Muara Teweh – Jingah
- Merk Baut : TMS
- Jenis Baut : F10T
- Nominal Diameter : M24
- Proof Load Test : 265 kN
- Status Galvanisasi : Galvanisasi dengan lapisan seng untuk mencegah
Korosi pada baut
-E : 23.6 mm
-H : 14.1 mm
-F : 40 mm
-G : 47.3 mm
-S : 45 mm
-L : 70 mm, 75 mm, 80 mm, 85 mm, 90 mm, 95 mm,
100 mm, 110 mm.
47
Tabel 4.2 Diameter baut standar ASTM dan ISO pada Jembatan
Luas Area
Ukuran Diameter Pitch
Tegangan
Nominal Nominal (mm) (mm)
(mm2)
M16 16 2,0 157
M20 20 2,5 245
M22 22 2,5 303
M24 24 3,0 353
M27 27 3,0 459
M30 30 3,5 561
M36 36 4,0 817
Sumber : Surat Edaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
2015 Tentang Pedoman Pemasangan Baut Jembatan
Untuk baut mutu tinggi tipe F10T merupakan baut dengan standarisasi jepang dan
diatur dalam perturan JIS (Japanese Industrial Standard) dengan kode JIS B 1186
Sumber : Surat Edaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015
Tentang Pedoman Pemasangan Baut Jembatan halaman 10
49
4.2.3 Perhitungan Nilai Torsi Pemasangan Baut Menurut Surat Edaran Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 14/SE/M/2015
- Yield Load, adalah besarnya gaya tarik baut pada saat terjadi pertambahan
panjang tanpa mengalami peingkatan gaya.
- Tensile Load, adalah besarnya gaya tarik maksimum yang diterima oleh baut
hingga putus.
- Proof Load, adalah besarnya gaya tarik maksimum yang dapat diterima oleh
baut tanpa mengalami deformasi permanen. Biasanya dicantumkan oleh
pabrikan pembuat baut.
Rumus umum sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemasangan Baut Jembatan
(halaman 9)
𝐾 . 𝐹𝑚𝑎𝑥 . 𝑑
Tmax = ………………………………………………………………4.1
1000
𝐾. 𝐹𝑚𝑖𝑛 .𝑑
Tmin = …………………………………………………………………4.2
1000
Keterangan :
Tmax = Nilai torsi maksimum (Nm)
Tmin = Nilai torsi minimum (Nm)
K = Konstanta friksi baut dan mur (untuk baut galvanis, K=0.16)
Fmax = Nilai Proof Load (N)
Fmin = Nilai gaya minimal baut
atau 70% dari nilai Proof Load (jika tidak dicantumkan dalam data pabrik)
d = Diameter baut (mm)
apabila dalam data pabrikan tidak dicantumkan besaran nilai gaya tarik minimum,
dapat digunakan persamaan berikut :
Sehingga untuk perhitungan nilai torsi pengencangan baut galvanis mutu F10T M24
Nilai Torsi Maksimum
𝐾 . 𝐹𝑚𝑎𝑥 . 𝑑 0,16 𝑥 265000 𝑥 24
Tmax = = = 1017.6 Nm = 1.017 kNm
1000 1000
Nilai Torsi Minimum
𝐾 . 𝐹𝑚𝑖𝑛 . 𝑑 0,16 𝑥 185500 𝑥 24
Tmin = = = 712.32 Nm = 0.712 kNm
1000 1000
Pada pelaksanaan lapangan, untuk keseluruhan sambungan digunakan nilai torsi baut
sebesar 850 Nm, maka perhitungan gara tarik lapangan dijabarkan sebagai berikut :
𝑇 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 . 1000 850 . 1000
Fpelaksanaan = = = 221354. 17 N = 221.354 kNm
𝐾. 𝑑 0.16 . 24
Kapasitas torsi antara besaran nilai torsi maksimal dengan nilai torsi pada
pelaksanaan lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut :
𝐹𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Kapasitas torsi = x100
𝐹𝑚𝑎𝑥
221.354
= x 100
265
= 83.5 % (dari nilai torsi maksimal baut)
Nilai torsi yang dibutuhkan untuk pengencangan baut galvanis mutu F10T M24 untuk
keseluruhan sambungan di Jembatan Penyeberangan Muara Teweh – Jingah ialah
sebesar 712.32 Nm sampai dengan 1017.6 Nm. Pada pelaksanaan lapangan
digunakan nilai sebesar 850 Nm atau setara 83.5% dari nilai torsi maksimal.
48
Pada perhitungan perencanaan sambungan, data yang digunakan ialah data gaya pada
masing masing batang atau lazim disebut dengan beban ekstrem dengan kombinasi
tertentu sesuai dengan perencanaan. Atau dapat dijabarkan sebagai berikut :
𝑄 𝑄
Jumlah baut = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑢𝑡 = 1 …………………….....................4.3
∅ 𝑥 𝜆 𝑥 2 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2
4
Dari penjabaran diatas dapat dilakukan perhitungan dari kapasitas satu buah baut,
yaitu :
kapasitas baut = (Ø x Λ x ¼ π x d)
=(0.6 x 1000 x ¼ π x 24)
= 54286.675 N
50
Untuk perhitungan gaya maksimum yang dapat ditumpu oleh sambungan dengan jumlah baut tertentu pada setiap detail sesuai
gambar rencana diatas, akan ditampilkan pada tabel berikut ini
6. Setelah batang dan plat sambung telah selesai dirakit, maka langkah
selanjutnya ialah menghubungkan rantai baja yang dilengkapi katrol pada
batang, rantai katrol penopang beban batang ini terhubung kabel baja untuk
dipindahkan ke pier 1B yang berada diatas sungai. Kabel baja yang
menumpu batang akan ditarik secara mekanis menggunakan bantuan winch
yang dioperasikan di daratan.
Gambar 4.11 Proses Pengangkutan Batang dari Daratan Menuju Pier 1B.
7. Proses selanjutnya ialah penarikan batang menuju pier 1B, kemudian batang
tersebut diturunkan pada ponton yang berada tepat dibawah pier 1B sebagai
tempat diletakkannya batang sebelum dipasang pada kondisi eksisting.
Kapasitas ponton ini mampu menahan beban maksimal 10 Ton, atau kurang
lebih 5 batang rangka baja.
9. Pada tahapan akhir ialah pengecekan koordinat batang eksisting dengan alat
bantu total station. Acuan pada pengukuran ini ialah agar menyesuaikan
posisi batang vertikal dengan acuan utama baut terluar kanan atas dari tiap
sambungan dengan titik koordinat yang telah ditentukan dari fabrikasi.
Fungsi dari pengecekan ini ialah untuk memastikan batang sesuai dengan
koordinat dan chamber yang telah direncanakan, agar proses pemasangan
rangka jembatan dapat bertemu pada tengah bentang. Proses ini sangat
riskan dan merupakan hal yang wajib dilakukan setelah pemasangan batang
vertikal.