Syamsul Hadi1, Arif Rochman Fachrudin2, Mira Esculenta Martawati3, dan R.N. Akhsanu Takwim4
1,2,3,4
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang
e-mail: syampol2003@yahoo.com1 rasya_fachrudin@yahoo.com2 mmilla20@gmail.com3
akhsanu.takwim@yahoo.com4
Abstrak
Tujuan penelitian untuk mendapatkan nilai TS baja beton setelah pembengkokan yang diluruskan kembali.
Metode penelitian meliputi: pemilihan bahan 9 mm, 11 mm, dan 12 mm; pemotongan spesimen standar;
pembengkokan bersudut 45o, 90o, 135o, dan 180o pembengkokan dan pelurusan memakai pipa dan ragum;
pembuatan spesimen standar; pengkodean; uji tarik; pengolahan data; dan penarikan simpulan. Hasil penelitian
berupa: (1) terdapat pengaruh sudut pembengkokan (β) terhadap TS baja beton, karena Fhitung faktor β=2,86 >
Ftabel=2,600, berarti H01 ditolak, dan H11 diterima, (2) terdapat pengaruh diameter spesimen () terhadap TS baja
beton, karena Fhitung faktor , 8,25 > Ftabel = 3,226, berarti H02 ditolak, dan H12 diterima, (3) tidak terdapat
pengaruh interaksi antara faktor β dan terhadap TS baja beton, karena Fhitung interaksi antara faktor β dan faktor
, 0,77 < Ftabel = 2,174 yang berarti H03 diterima, (4) TS baja beton 12 mm menurun drastis dari β=90o ke 135o
kerena terjadi keretakan pada permukaan spesimen, yang mana TS (445 MPa) < TS sebelum pembengkokan (474
MPa), dan (5) semakin meningkat β baja beton, maka rasio TS/YS semakin turun dari rata-rata 1,42 ke 1,13, yang
berarti semakin besar β menghasikan rasio TS/YS yang semakin menurun.
Kata kunci: kekuatan tarik, kekuatan luluh baja beton, sudut bengkok spesimen, faktor keselamatan beton,
spesimen standar, dan baja beton bekas dibengkokkan.
Masalah dibatasi hanya pada baja beton yang Karakteristik bahan yang diuji tarik
dibeli di perdagangan: menunjukkan fungsi perpanjangan spesimen dengan
1) Berukuran 9, 11, dan 12 mm, untuk baja prinsip kekekalan volume benda padat (Bolton 1998,
tulangan beton bangunan/jembatan, Callister, 2010, Surdia dan Saito, 1985).
2) Dipilih produsen yang sama dengan asumsi
kondisi proses produksi adalah sama, Tabel 2. Tanda/kode kelas baja tulangan beton dengan
3) Pembubutan dilakukan sepresisi dan sehalus warna (Anonim, 2002)
mungkin pada permukaan gauge length (L0),
4) Pengujian dilaksanakan dengan sebuah mesin uji
tarik Tarno Grocky, dan
5) Analisis data diolah dengan excel dan metode
analysis of variance (anova), two way anova with
replication. Standar spesimen
Hipotesis Spesimen standar ASTM E8/E8M-09
Hipotesis penelitian meliputi, hipotesis nul dan berdimensi sebagaimana Tabel 3.
hipotesis alternatif sebagai: Mesin uji tarik memunyai keterbatasan gaya
Hipotesis nul adalah: penarikan. Oleh karenanya gaya tarik (F) perlu
diperkirakan untuk memilih kelas BjTP dan d-nya.
H01: tidak ada pengaruh terhadap TS baja beton,
Pembukaan grips ±12 mm, sehingga kedua ujung
H02: tidak ada pengaruh terhadap TS baja beton, dan
spesimen > 12 mm harus dibubut menjadi 12 mm.
H03: tidak ada pengaruh interaksi antara faktor dan
faktor terhadap TS baja beton. Tabel 3. Bentuk dan dimensi spesimen standar ASTM
Hipotesis alternatif adalah: E8/E8M-09 untuk L0=5d
H11: terdapat pengaruh terhadap TS baja beton,
H12: terdapat pengaruh terhadap TS baja beton, dan
H13: terdapat pengaruh interaksi antara faktor dan
faktor terhadap TS baja beton.
Tujuan penelitian untuk memperoleh ratio TS
L0 d R Ar
baja beton setelah/sebelum dibengkokkan untuk 9, Dimensi 24-36±0,1 6-9±0,1 8 45
11, 12mm, dengan =0o, 45o, 90o, 135o, dan 180o. Catatan: L0: gauge length, d: diameter gauge length, R:
Manfaat penelitian yaitu diketahui rasio TS radius filet, dan Ar: panjang penampang yang diperkecil.
setelah/sebelum dibengkokkan. Dapat dihindarinya
keruntuhan konstruksi beton akibat kealpaan adanya Prediksi F untuk spesimen 8 mm dengan A:
riwayat pembengkokan baja tulangan. luas penampang, F: gaya tarik, : tegangan tarik, jika
Luaran penelitian yaitu spesifikasi teknis rasio BjTP 40 (kuning), berarti YS-nya min. = 40 kgf/mm2.
TS baja beton baja tulangan polos (BjTP) SNI 07- = F/A, (1)
2052-2002 setelah/sebelum dibengkokkan. maka F = x A = 40 kgf/mm2 x /4 (8)2 = 2009,6 kgf.
Ukuran BjTP sebagaimana Tabel 4.
2. Tinjauan Pustaka
Sifat-sifat mekanis utama baja beton menurut Tabel 4. Ukuran baja tulangan beton polos
SNI 07-2052-2002 adalah kekuatan luluh (yield
strength/YS) atau TS-nya sebagaimana Tabel 1. Kelas
baja tulangan terdapat 5 kelas: BjTP 24, BjTP 30,
BjTP 35, BjTP 40, dan BjTP 50. BjTP 30 dibagi
menjadi 2 bagian yang dibedakan oleh regangannya.
Nilai setelah kode BjTP mengindikasikan YS
minimum dalam kgf/mm2. BjTP diberi kode warna Spesimen dibubut sebagaimana Tabel 5.
pada ujungnya sebagaimana Tabel 2. Tabel 5. Dimensi (mm) spesimen yang dibubut berdasar
ASTM E8-E8M-09
45,0 ± 0,1 Gauge Length, L0
Panjang Total, L
Radius filet, R
Jumlah* (bh)
Tabel 1. Sifat mekanis baja tulangan polos (BjTP) menurut Diameter (mm)
Penamaan
28
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
29
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
dengan A: luas penampang spesimen, untuk penampang Pendekatan untuk beberapa logam dan paduannya
lingkaran, A=¼πd2. untuk daerah necking diusulkan sebagai
Regangan dihitung dengan rumus: T = K Tn (10)
= L/L0 = ((L1 - L0) / L0) 100% (5) Dengan konstanta K dan n yang nilainya bervariasi
dengan satuan dalam %. dari berbagai paduan dan tergantung pada kondisi bahan
Plot kurva - yang akurat dilakukan setelah data (apakah telah dideformasi plastis, apakah telah
pembacaan dial indicator dikoreksi dengan pengukuran L1 diperlakukan panas, dan seterusnya). Parameter n disebut
dari spesimen yang telah putus. sebagai eksponen pengerasan regangan (strain hardening
Contoh kurva - bahan getas besi cor kelabu exponent) yang nilainya < 1.
sebagaimana Gambar 5 dan bahan yang ulet baja karbon
rendah sebagaimana Gambar 6 (Dowling, 2007: 110).
Gambar 5. Contoh - bahan getas (Dowling, 2007: 110) Tahapan penarikan spesimen uji tarik sebagaimana
Hasil plot - bahan getas tidak menunjukkan Gambar 8 (Anonim, 2016b). Spesimen saat awal
kejelasan daerah luluh yang ditandai dengan akhir garis menjelang dilakukan penarikan memiliki A0 dan L0.
linier sebagai batas elastis besi cor kelabu. Setelah spesimen mengalami luluh (awal deformasi
plastis) pemanjangan dan kontraksi pengecilan penampang
Plot - bahan ulet menunjukkan kejelasan daerah
proporsional sepanjang gauge length-nya yang
luluh yang ditandai dengan akhir garis linier sebagai batas
berdeformasi elastis (elastic deformation) dan pernyataan
elastis dari suatu bahan berupa baja karbon rendah diikuti
gradien (slope) sebagai modulus elastisitas (modulus
kelengkungan kurva sebagai tanda terjadinya deformasi
plastis yang tidak proporsional lagi dengan regangannya. Young). Gradien adalah - sampai pada titik tersebut.
Pada Gambar 7 ditunjukkan hubungan keadaan spesimen Dengan dilanjutkannya pemberian peningkatan beban,
spesimen berdeformasi plastis sampai mencapai kekuatan
dan posisinya pada -: (a) keadaan elastis, spesimen
tertinggi yang disebut TS dan spesimen mulai mengecil
mengalami deformasi elastis yang proporsional dengan
penampang setempatnya (necking). Dengan pengecilan
regangannya, (b) keadaan plastis, spesimen berdeformasi
penampang, bahan sudah tidak mampu lagi menahan gaya
plastis yang tidak proporsional dengan regangannya, (c)
tarik dan menuju patah dengan deformasi plastis yang
keadaan necking hingga dicapai TS sebagai kekuatan
tidak seragam (non-uniform plastic deformation) dan
tertinggi yang bisa dicapai suatu bahan dan uji tarik
akhirnya putus (fracture).
sebelum putus, dan (d) kondisi spesimen menuju putus.
Perbandingan - teknik untuk paduan terpilih
sebagaimana Gambar 9 (Smith, 2006: 225). Konversi
satuan 1 MPa =145 psi. Contoh pembacaan TS bahan SAE
1340 baja yang di-quenched dan ditemper pada 371oC =
242000 psi/1669 MPa.
30
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
0,0%N. Notasi DIN 17100 telah diperbaruhi dengan DIN pertambahan panjang dan Lo: panjang gauge length.
EN 10025, contoh St37 menjadi S235 (S235 yaitu baja Plot - untuk mengetahui pengaruh dan BjTP.
struktural dengan YS min. 235 N/mm2), dan St50 menjadi
E295 (E295 yaitu baja struktural dengan YS min. 295
N/mm2) (Anonim, 2015). Baja beton dikenal sebagai
bahan dengan kode St 37 dan seterusnya.
memperoleh akurasi pada tengah dan kedua ujung d, ketidakhomogenan bahan. Gambar 16 menunjukkan
juga pemberian tanda penitik mekanis dan pengukuran posisi antara titik YS dan titik TS baja beton semakin
jarak d serta kode spesimen sebelum dimulainya uji mendekati dengan semakin naiknya , yang berarti
tarik. Dicatat pula semua fenomena uji terutama saat rasio TS/YS 1.
luluh yang ditandai dengan tidak proporsionalnya data Hasil uji tarik 45 spesimen 9, 11, dan 12
antara pertambahan F dan L. mm dengan 5 perlakuan , 0o, 45o, 90o, 135o, dan 180o
dengan pengulangan 3 x setelah dihitung untuk YS dan
Data dalam penelitian regangannya, TS dan regangannya, regangan totalnya,
Contoh data baja beton lurus (Tabel 7). dan Rasio TS/YS sebagaimana Tabel 8.
Tabel 7. Data hasil uji tarik baja beton lurus
Spesimen Koreksi
Asal= 9 0.0806 kali
A1 slip=
d= 8.6 mm Lspesimen= 15.4 mm
L0= 58.8 mm L dibaca dalam mm/100
A= 58.06 mm2 L1= 74.2 mm
No. F(N) L(mm) Lkor(mm) (%)
(N/mm2)
1 0 0 0.0 0.0 0
2 2590 0.69 0.7 1.2 45
… … … … … … …
24 17400 1.93 1.9 3.3 300
25 18500 2.17 2.2 3.7 319 y Gambar 16. Penggabungan - baja beton 9 mm pada 5
26 19000 2.37 2.4 4.0 327
… … … … … … … Tabel 8. Data hasil YS dan TS (MPa) Baja beton
47 26500 12 12.0 20.4 456 No. Kode Asal YS TS total TS/YS
48 26800 15.07 15.1 25.6 462 u 1 A1 9 319 3.3 462 22.7 25.2 1.45
49 26000 16.08 16.1 27.3 448 2 A2 9 335 5.3 471 22 24.7 1.41
50 23000 16.75 16.8 28.5 396 3 A3 9 419 8.6 577 26.6 33.2 1.38
Catatan: 1 sebelum setelah 4 B1 9 395 2.6 535 10.1 13.5 1.35
N/mm2=1 MPa dikoreksi dikoreksi 5 B2 9 430 3.9 582 10.3 13.5 1.35
Contoh - baja beton lurus (Gambar 18). 6 B3 9 454 3.3 598 10.1 11.9 1.32
Kenyataannya pemegangan spesimen terjadi 7 C1 9 424 3 532 5.1 8.4 1.25
8 C2 9 442 4.8 546 8.3 10.6 1.24
slip pada 2 pasang grips, sehingga data pembacaan L 9 C3 9 550 3.3 688 6.2 10.6 1.25
dikoreksi sesuai dengan L yang ditunjukkan oleh 2 10 D1 9 514 4.3 626 8 10.5 1.22
titik ujung d yang diberikan secara mekanik permanen 11 D2 9 428 5.9 522 11 14.5 1.22
melalui pemukulan penitik baja sekitar 1 mm setelah 12 D3 9 589 5.1 749 9.1 11.7 1.27
13 E1 9 521 2.3 589 3.4 5.5 1.13
radius pertemuan antara dan d ke arah tengah
14 E2 9 550 1.9 617 3.8 5.6 1.12
spesimen. Pengukuran jarak 2 titik batas d setelah 15 E3 9 559 6.6 627 9.2 13.3 1.12
penangkupan kedua permukaan patahan secara tepat 16 A1 11 378 4 554 13.4 17 1.47
sebagai L yang sebenarnya. Jadi pengukuran L … … … … … … … … …
yang diperoleh jika lebih panjang dari ukuran 30 E3 11 618 6.2 688 7.8 9.2 1.11
31 A1 12 319 4.9 446 13.8 15.7 1.40
sebebarnya pada spesimen haruslah dikoreksi untuk
… … … … … … … … …
memperoleh ukuran L setelah dikoreksi (Lkor) 45 E3 12 544 3 616 4.1 5 1.13
untuk memperoleh hitungan yang akurat. Pembacaan Catatan: TS (u), YS (y), dan Rasio TS/YS.
L0 dari dial indicator adalah seperseratus milimeter.
Hasil - baja beton lurus sebagaimana 5. Analisis variansi data hasil penelitian
Gambar 15 dan penggabungan untuk 9 mm setelah Analisis hasil penelitian dengan anova untuk
dibengkokkan sebagaimana Gambar 16. perlakuan 2 parameter (faktor) yaitu dan dan
pengulangan 3x agar konsisten sebagaimana Tabel 9.
Tabel 9. Hasil olah data YS (MPa) dengan anova
SUMMARY YS-9 YS-11 YS-12 Total
Count for =0o 3 3 3 9
Sum 1073.00 1150.00 997.00 3220.00
Average 357.67 383.33 332.33 357.78
Variance 2885.33 1045.33 233.33 1528.69
Count for =45o 3 3 3 9
Sum 1279.00 1474.00 1227.00 3980.00
Average 426.33 491.33 409.00 442.22
Gambar 15. Hasil uji tarik baja beton lurus Variance 880.33 7241.33 5851.00 4906.19
Gambar 16 tampak bahwa menjadi semakin Count for =90o 3 3 3 9
pendek dengan semakin naiknya dan TS yang naik Sum 1416.00 1519.00 1383.00 4318.00
32
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
33
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
34
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
1) Sudut pembengkokan () berpengaruh terhadap TS Hadi, S., 1995, Teknologi Bahan 3, Pusat Peng. Pen.
baja beton, karena Fhitung untuk faktor =2,86 > Politeknik, Dirjen Dikti, Kemdikbud, Bandung.
Ftabel = 2,600, berarti H01 ditolak, dan H11 diterima, Hadi, S., 2016, Teknologi Bahan, Andi Offset,
2) Terdapat pengaruh terhadap TS baja beton, Yagyakarta.
karena Fhitung untuk faktor =8,25 > Ftabel = 3,226, Hadi, S.; Fachrudin, A.R.; dan Martawati, M.E., 2016,
berarti H02 ditolak, dan H12 diterima, Pengaruh Sudut Bengkok dan Diameter Spesimen
3) Tidak terdapat pengaruh interaksi antara faktor terhadap Kekuatan Tarik Baja beton, Laporan
dan terhadap TS baja beton, karena Fhitung Penelitian Swadana, Politeknik Negeri Malang.
Idris, M.; Kurniawandy, A.; dan Fatra, W., 2013,
interaksi antara faktor dan =0,77 < Ftabel = 2,174
Pengaruh Penghilangan Kulit Canai terhadap
yang berarti H03 diterima,
Sifat Mekanis Baja Tulangan Beton,
4) Baja beton 12 mm menurun drastis dari =90o http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/4809
menuju 135o yang menandakan terjadi kerusakan Smith, W. F., 2006, Foundations of Materials Science
yang berarti, dimungkinkan kerena retak and Engineering, 4th ed., McGraw Hill, Singapore.
permukaan luarnya yang sudah menuju titik putus, Surdia, T. dan Saito, S., 1999, Pengetahuan Bahan
karena TS-nya (445 MPa) telah < TS sebelum Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta.
dibengkokkan (474 MPa), dan Zaiontz, C., 2016. Two Factor ANOVA with
5) Semakin meningkat baja beton, maka rasio Replication, University of South Florida, USA,
TS/YS semakin turun dari rata-rata 1,42 ke 1,13 http://www.real-statistics.com/appendix/author/
yang berarti semakin besar menghasikan rasio diakses tanggal 11 September 2016.
TS/YS yang semakin menurun.
Daftar Rujukan
Anonim, 2002, Baja Tulangan Beton, SNI 07-2052-
2002, Badan Standarisasi Nasional/BSN.
Anonim, 2010, Standard Test Methods for Tension
Testing of Metallic Materials, Designation
E8/E8M-09, ASTM International, US.
Anonim, 2015, Penomoran Baja Struktural Menurut
DIN 17100,
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.co.id/2015/02/pe
nomoran-baja-struktural-menurut-din.html, diakses 13
Juli 2016.
Anonim, 2016a, Baja beton,
https://www.google.co.id/, diakses 13 Juli 2016.
Anonim, 2016b, Tabel Uji F,
https://www.scribd.com/doc/72252802/Tabel-Uji-
F-Dan-Uji-t, diakses 11 September 2016.
Anonim, 2016c,
https://www.scribd.com/doc/72252802/Tabel-Uji-
F-dan-Uji-t, diakses 11 September 2016.
Anonim, 2016d, https://www.google.co.id/, diakses
tanggal 27 Mei 2016.
Bolton, W., 1998, Engineering Materials Technology,
3rd Ed., Butterworth, Heinemann, Linacre House,
Oxford OX2 8DP.
Callister, W. D., 2007, Materials Science and Eng.:
An Introduction, Wiley Asia Student Ed., John
Wiley & Sons, 7th Ed., Utah, USA.
Dowling, N. E., 2007, Mechanical Behavior of
Materials, Eng. Methods for Deformation,
Fracture, and Fatigue, Pearson, NJ 07458, USA.
35
Seminar Nasional Terapan Teknologi (SeNTerTek) 2016-JTM Polinema
36