Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu;
stadium kataran, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat didalam sekret nasofaring dan
darah selama massa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak- bercak. Cara
penularannya dengan dorplet dan kontak. Biasanya penyakit ini timbul pada massa
anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Adapun alasan pemilihan morbili ini dikarenakan tingginya angka penderita
penyakit ini. Disamping itu morbili merupakan penyakit yang mudah sekali menular
dan menyebabkan kematian jika mengenai anak dengan keadaan gizi buruk, sehingga
mudah sekali mendapat komplikasi terutama bronkopneumonia.

B. INSIDENSI
Biasanya penyakit ini timbul pada massa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang pernah
menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai
umur 4 – 6 bulan, dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang, sehingga bayi
dapat menderita morbili. Bila seorang wanita hamil menderita morbili ketika usia
kehamilan 2 bulan, maka 50 % kemungkinan akan mengalami keguguran; bila ia
menderita morbili ketika usia kehamilan pada trimester pertama, kedua/ ketiga maka
kemungkinan bayinyang lahir akan menderita cacat atau keleinan bawaan, atau berat
badan lahir rendah, lahir mati dan bayi kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum.
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan
morbili, diharapkan penulis mampu memahami dasar dan identifikasi morbili.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili,
penulis mampu :
a. Mengetahui definisi morbili
b. Mengetahui etiologi dari morbili.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari morbili.
d. Mengetahui dasar pengkajian dari orbili.]
e. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul akibat morbili.
f. Mengetahui cara penanganan anak dengan morbili.

D. SISTEMATIKA PENULISAN.
Penulisan laporan ini terbagi dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Yang meliputi latar belakang masalah, insidensi, tujuan penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Meliputi konsep dasar, etiologi, manifestasi klinis, perumusan
diagnosa, dilengkapi dengan pathways.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian , perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Yang berisi tentang analisa masalah, masalah yang ditemukan
antara teori dengan kasus yang ada serta argumentasi ilmiah
sebagai pemecahnya.
BAB V : PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran terhadap masalah dan pemecahan
masalah pada pasien dengan morbili.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium kataran, stadium erupsi dan stadium konvalensi. (Perawatan anak sakit,
351).

B. ETIOLOGI
Virus morbili berasal dari sekret saluran pernafasan, darah urin dari orang yang
tereinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan dorplet dari orang
yang terinfeksi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat menular, ialah dari
hari pertama hingga hari ke-4 setelah timbulnya rash (pada umunya pada stadium
kataran).

C. PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous di proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring bronkus dan konjungtiva.

D. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis).
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise
(lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema.
Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum
stadium erupsi. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa dan
sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada
bercak klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.

2. Stadium erupsi.
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak
koplik. Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula
terdapat kulit yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga,
dibagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, bagian dada,
punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah
umumnya pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare
dan muntah.
Variasi morbili yang biasa ini adalah : black measles yaitu ; morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(Hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu
ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali
jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia, malaise,
limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).

E. KOMPLIKASI
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadi uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif. Sehingga
memudahkan terjadinya komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensepalitis,
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bagi yang masih muda, anak
dengan malnutrisi energi protein (KKP), penyakit menahun, leukemia dll. Oleh
karena itu pada keadaan tertentu perlu diadakan pencegahan. Komplikasi nerologis
pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental,
encepalitis.

F. DASAR PENGKAJIAN
Pengkajian dasar pada pasien dengan morbili bagaimana riwayat kperawatan
yaitu mulai dari sejak lahir sampai sekarang, riwayat imunisasi yaitu sesuai dengan
atau teratur tidak sesuai dengan jadwal imunisasi denga umur/ perkembangan umur,
pernah tidak kontak langsung dengan orang yang terinfeksi khususnya morbili. Selain
itu dapat dikaji tanda – tanda demam atau suhu tubuhnya, koriza, batuk lama tau
tidak, konjungtivitis, bercak koplik ada atau tidak, pakah ada eritema pada bagian
belakang telinga dan leher, bagaimana kebutuhan nutrisinya sesuai dengan TKTP,
bagaimana nafsu makannya, selain itu yang perlu diperhatikan keadaan dari anak itu
sendiri kondisinya lemah, lesu atau nampak pucat.

G. PENANGANAN
Pada anak berumur 15 bulan sangat dianjurkan untuk memberikan imunisasi akjtif
yaitu dengan pemberian vaksin morbili live attenuated. Karena dipastikan anak
sebelum umur 15 bulan belum dapat membentuk antibody secara baik karena masih
ada antibody dari ibu. Bila terdapat alergi sebaiknya vaksin ditunda sampai dua
minggu sesudah sembuh. Vaksin morbili tidak boleh diberikan pada anak dengan
infeksi saluran pernafasan yang akut atau infeksi lainnya yang disertai demam, anak
dengan defisiensi imunologik dan anak dengan obat imunosupresif.

H. KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sertam intervensinya adalah sebagai
berikut :
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan : perluasan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
- tempatkan anak pada ruang khusus.
- Pertahankan isolasi yang ketat dirumah sakit.
- Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan
anak.
- Mempertahankan istirahat selama periode prodormal (kataral).
- Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.


Tujuan : anak dapat mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
- pertahankan kuku anak tetap pendek.
- Jelaskan pada anak untuk tidak menggaruk rash.
- Mandikan pasien dengan menggunakan sabun dengan lembut untuk
mencegah infeksi.
- Berikan obat antipruritus topikal dan anestesi topikal.
- Beirikan antihistamin sesuai order.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan iuntake


yang tidak adekuat.
Tujuan : anak menunjukan tanda- tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
- Kaji ketidakmampuan anak untuk makan.
- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutirisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
- Anjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering.
- Pertahankan kebersihan mulut anak.
- Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi
melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
- Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuha
penyakit.

4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.


Tujuan : anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau
anggota keluarga.
Intervensi :
- Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak.
- Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memiliki aktivitas yang
diinginkan.
- Ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit.
- Anjurkan anak untuk berhubungan dengan teman jika mungkin.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2004 pukul 15.00 WIB dan 07
Oktober 2004 pukul 09.00 WIB diruang anak IRNA C1 lantai I RSUP Dr. Kariadi
Semarang secara alloanamnesa atau dengan keluarga pasien.
Identitas anak A, usia 5 tshun, jenis kelamin perempuan, bersagama Islam,
masuk rumah sakit tanggal 05 Oktober 2004 pukul 18.10 WIB, diantar orang tua
dengan nomor register 732453 dengan diagnosa medis observasi kejang penurunan
kesadaran dan morbili pada stadium prodormal.
Identitas penanggung jawab Ny. A berusia 40 tahun yaitu ibu pasien. Ny. A
bekerja sebagai pegawai negeri dan Tn. S yang berusia 48 tahun yaitu ayah pasien.
Tn. S bekerja sebagai pegawai negeri, Ny. A dan Tn. S akan bertanggung jawab pada
pasien A selama dirawat di rumah sakit dan mereka bertempat tinggal di Pecangaan
kulon RT 03 RW 02 Pecangaan – Jepara.

RIWAYAT KEPERAWATAN
Alasan atau keluhan pasien dibawa kerumah sakit adalah panas tinggi dan
timbul bercak- bercak merah dikulit. Lima hari yang lalu anak A panas tinggi dan
naik turun, batuk, kemudian orang tua membawanya ke dokter terde4kat dan diberi
obat turun panas dan anti biotik kemudian panas turun tetapi naik lagi. Dua hari
kemudian anak A dibawa kerumah sakit bersalin Kumala Siwi Pecangaan, dengan
timbul bercak- bercak pada kulit.
Dirumah sakit bersalin Kumala Siwi Pecangaan, anak A kejang 1 x 5 menit.
Setelah kejang anak A sadar , selama kejang anak A tidak sadar kemudian pasien
dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tanggal 05 Oktober 2004. Sampai di
UGD pasien mendapatkan infus D 5 % 390 cc + NaCl + KCL dan terpasang oksigen
masker.
Selama menjalani perawatan di IRNA anak C1 lantai I, pasien A telah menjalani
therapi infus D5 %, injeksi taxegram 3 x 800 mg (iv), injeksi cloramfenikol 3 x 400
mg (iv), injeksi kalmetason 3 x 1 amp (iv), injeksi nicholin 2 x 90 mg (iv), izepham 6
mg (iv) bila pasien kejang, injeksi streptomicin 400 mg (im).
Selain program ijeksi, pasien A juga mendapat obat perparenteral karena pasien
A terpasang sonde / NGT. Paracetamol sebagai penurun panas, luminol, ambrozol,
vitamin A 1 x 200, alloris 1 x ½ tablet. Untuk menghilangkan sekret dilakukan
suction.
Menurut ibu A yaitu ibu pasien A, keluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini yaitu morbili. Menurut ibu pasien, anak A juga dalam riwayat kelahiran
normal yaitu lahir 9 bulan, dirumah sakit dengan berat badan 2800gram, tinggi badan
50 cm. Pasien merupakan anak yang ke– 5. Anak A mendapat ASI, imunisasi dasar
sesuai dengan tahap perkembangan usia. Selama dirawata dirumah sakit, anak A
mendapatkan diit 3 x 200 cc susu.

PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL DAN PEMERIKSAAN FISIK


Pasien datang diantar orang tuanya dengan keluhan panas tinggi (suhu 390 C)
dan terdapat bercak- bercak (koplik) ditubuhnya.
Selama sakit dan dirawat dirumah sakit, anak A berat badannya agak menurun
yaitu dari sekitar 17 kg menjadi 15 kg. Anak A porsi makannya berkurang karena
parenteral atau melalui selang NGT dengan porsi cir yaitu 3 x 200 cc susu.
Pasien dalam BAB dan BAK, BAB konsisitensinya lembek, sehari sekitar 3- 4
kali dan BAK 5- 6 kali kali dalam sehari.
Selama menjalani perawatan, kondisi pasien sampai pengkajian belum sadar,
jadi pola gerak pasien tidak ada. Pasien masih terpasang infus, oksigen masker dan
ET.
Pasien anak A sebelum dirawat dirumah sakit pola istirahat tidurnya teratur
sehari sekitar 8 – 9 jam termasuk pada siang hari. selama dirawat dirumah sakit,
pasien dalam keadaan belum sadar, pasien dalam keadaan berbaring ditempat tidur
selama 24 jam.
Pasien anak A dalam kebutuhan berpakaian, keluarga selalu mengganti bajunya
2 x kali sehari pagi dan sore, pakaiannya sesuai dan tidak mengahambat jalanya
perawatan.
Pada saat anak A demam tinggi, ibu dan perawat memberikan kompres dan
memberikan obat sesuai dengan advis dokter. Tidak lupa pula perawat menganjurkan
keluarga untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan keadaan pasien.
Untuk kebutuhan personal hygiene, pasien A menggantungkan pada ibu/
keluarganya. Untuk oral hygiene tidak pernah selama masa perawatan karena
terpasang ET, hanya diusap bagian tertentu saja, begitu juga dalam mandi, keluarga
hanya memberikan siben dan handuk saja.
Untuk kebutuhan rasa aman dan nyaman, anak A selalu dijaga keluarga atau
kedua orang tuanya dan selalu mendapatkan perawatan dari para dokter ataupun
perawat ruangan.
Sampai saat pengkajian, pasien A belum dapat berkomunikasi karena
keadaannya yang sedemikian rupa. Jadi selama pengkajian hanya dengan keluarga
pasien.
Selama masih sehat, pasien A selalu diajari ibu dan bapak serta keluarganya
tentang bahasa- bahasa yang baik, do’a- do’a, sholat dan lain- lain. Orang tua juga
mengajari untuk mandiri apalagi anak A sudah sekolah TK O kecil.
Pasien anak A sangat suka bermain dan beraktivitas dengan teman- teman
sebayanya. Namun selama dirawat di rumah sakit pasien anak A tidak dapat bermain
dan beraktivitas sebagaimana biasanya.
Keadaan sakit anak A membeuat kehilangan menikamati variasi udara/ rekreasi
kemana – mana. Untuk sementara harus berbaring menjalani pengobatan dirumah
sakit. Selama masa perawatan, perawat, dokter dan keluarga selalu membantu dan
mendorong untuk kesembuhannya anak A dan selalu meningkatkan program terapi
yang diberikan.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 07 Oktober 2004, didapatkan :
mata ; anemis (−), ikterik (−), pupil isokor Ф 3 mm, hidung ; nafas cuping hidung (−),
mulut ; sianosis (−), leher ; kaku kuduk (−), dada ; simetris, gallop (−), ronchi −/+,
terdapat bercak- bercak koplik merah disekitar dada, abdoment ; datar, lemas dan
sedikit ada bercak- bercak koplik merah. Ektrimitas ; atas dan bawah normal, namun
untuk sementara belum dapat digerakkan karena pasien masih mengalami penurunan
kesadaran.
Dan untuk hasil pemeriksaan laboratoriumnya pada tanggal 05 Oktober 2004
adalah sebagai berikut : (WBC : 4,5), (RBC : 4,26), (HGB : 12,0), (HCT : 37,4),
(MCH : 282), (MCV : 87,2), (PCT : 80), (Ly % : 23,1), (Ly : 1,1), (MCHC : 32,0),
untuk hasil BGA : (PH : 7,390), (PCO 2 : 26,9), (PO2 : 23 %), (measured at 37 0C).
PH : 7,346 mmol/L, PCO2 : 30,6 mmol/ L, PO2 : 24,9 mmol/L, HCO3 : 16, 4 mmol/L,
TCO2 : 17,2 mmol/L, BED : -6,6 mmol/L, SBC : 19,8 SO2 : 99, 8 mmol/L.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI.


Dengan dilakukannya pengkajian tanggal 06 Oktober 2004 dan 07 Oktober
2004, penulis merumuskan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi
adalah sebagai berikut :
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan : perluasan infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 jam dengan kriteria hasil :
- Tidak timbul tanda- tanda infeksi diantaranya tumor, rubor, kalor, dolor
dan fungsiolaesa.
- Perluasan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
- Tempatkan anak pada ruang khusus.
- Pertahankan istirahat selama periode prodormal (kataral).
- Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan
anak.
- Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi.

2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.


Tujuan : anak menunjukan tanda- tanda pola nafas efektif, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
- Tidak ada dyspneu dan takhipneu.
- Anak kembali normal dalam bernafas antara 20 – 30 x / menit.
Intervensi :
- Kaji ulang tanda – tanda vital (nadi, suhu, irama dan frekuensi).
- Berikan oksigen sesuai dengan anjuran.
- Lakukan suction.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.


Tujuan : anak dapat mempertahankan integritas kulit, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil :
- Kulit kembvali bersih tidak ada bercak koplik.
- Koplik tidak lagi menyebar pada daerah tubuh yang lain.
Intervensi :
- Pertahankan supaya anak untuk tidak menggaruk rash.
- Mandikan pasien dengan menggunakan sabun dengan lembut untuk
mencegah infeksi.
- Berikan obat sesuai advis dokter.

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Untuk mengatasi masalah yang muncul, maka implementasi yang dilakukan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil adalah sebagai berikut :
 Masalah I
Pada tanggal 06 Oktober 2004 dilakukan tindakan keperawatan yaitu : mengkaji
keadaan umum pasien, mengkaji riwayat kesehatan pasien, memonitor tanda- tanda
vital, menempatkan anak pada ruang yang khusus, mempertahankan istirahat pada
pasien, memberikan antibiotik sesuai advis dokter, menggunakan prosedur- prosedur
perlindungan infeksi jika melakukan tindakan keperawatan. Respon pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan belum menunjukan kemajuan karena pasien masih
belum belum sadar penuh. Dari catatan perkembangan diperoleh data bahwa masalah
belum teratasi, jadi planning/ rencananya adalah melanjutkan intervensi.

 Masalah II
Pada tanggal 06 Oktober 2004 dilakukan tindakan keperawatan yaitu : mengkaji
keadaan umum pasien, didapatkan pasien pola nafasnya kurang efektif dan terdengar
suara akumulasi sekret. Kemudian penulis mengkaji tanda- tanda vital. Memberikan
oksigen sesuai anjuran, membantu menghisap jalan nafas/ suction. Respon pasien
setelah dilakukan tindakan keperawtan, pasien menunjukan pola nafasnya lebih
efektif,m terbukti suara akumulasi sekret tidak terdengar dan isapan suction sudah
bersih. Dari catatan perkembangan diperoleh bahwa masalah teratasi sebagian dan
lanjutkan intervensinya.

 Masalah III
Pada tanggal 07 Oktober 2004, melakukan tindakan keperawatan yaitu :
mengkaji keadaan umum dan didapatkan kulit pasien khususnya dada dan lengan atas
terdapat bercak – bercak koplik. Maka tindakan yang dilakukan : mempertahankan
supaya anak tidak menggaruk rash/ koplik, memandikan/ siben klien, memberikan
obat sesuai advis dokter dan bedak salycil untuk dioleskan. Respon pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukan kemajuan dan bercak- bercak
koplik mulai berkurang dan menghilang. Maka planning selanjutnya adalah lanjutkan
intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Penyakit morbili pada waktu yang lampau dianggap sebagai penyakit anak yang
biasa saja, bahkan dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-
anak dari pada sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah
karena tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya.
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, stadium konvalensi. Penyebab morbili adalah virus
morbili yang terdapart dalam sekret nasofaring dan darah selama massa prodormal
sampai 24 jam setelah timbul bercak- bercak. Cara penularan dengan droplet dan
kontak langsung.
Pronosis baik pada anak yang dengan keadaan imun yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umumnya buruk atau anak yang sedang menderita kronik atau
komplikasi. Komplikasi pada penyakit morbili yaitu otitis media, peneumonia,
bronkitis, ensepalitis dan laringitis.
Penyakit morbili sendiri dapat dicegah dengan cara imunisasi aktif. Sangat
dianjurkan pemberian vaksin morbili pada anak usia 15 bulan, karena pada saat itu di
perkirakan anak belum dapat membentuk antibody secara baik, disebabkan masih ada
antibody dari ibu.
Vaksin morbili tidak boleh di berikan kepada anak dengan infeksi saluran
pernafasan yang akut atau infeksi lainnya yang disertai demam, anak dengan
defisiensi imunologik, anak yang sedang diberikan pengobatan intensif dengan
imunosupresif
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis selesai melaksanakan asuhan keperawatan pada anak A dengan
morbili, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Morbili adalah penyakit virus akut, yang ditandai oleh tiga stadium, yaitu stadium
kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
2. Prinsip pelaksanaan morbili adalah agar proses penularan infeksi tidak terjadi,
diantaranya adalah dengan mengisolasi pasien, menggunakan perlindungan
infeksi jika melakukan kontak dengan anak, memberikan antibiotik sesuai advis.
3. Dalam proses penyembuhan, peran keluarga sangat penting, orang tua dapat
menjembatani komunikasi anatara perawat dengan anak tersebut.

B SARAN
1. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis bekerjasama dengan tim medis
lain dan orang tua pasien.
2. Peran keluaraga adalah mutlak diperlukan dalam proses penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Kartasasmita, Cissy. B. (1998). Bagian Ilmu Keperawatan anak. Bandung : FKUP/


RSHS.

Ngastiah. (1995). Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Ricard E Behrman, MD Victor C Voughan MD. (1992). Ilmu Kesehatan Anak


bagian II (alih bahasa). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai