Manrisk 1
Manrisk 1
Program 1:Perencanaan
Dalam mengembangkan manajemen risiko diperlukan perencanaan yang baik yang meliputi hal-
hal berikut:
Analisis risiko adalah proses pengumpulan data dan sintesa informasi untuk mendapatkan
pemahaman tentang risiko dari suatu perusahaan. Dalam melakukan analisis risiko diperlukan
tahapan-tahapan berikut,yaitu:
Menentukan teknik analisis risiko yang sesuai atau tepat. Terdapat berbagai teknik
analisis risiko yang dapat digunakan,namun pemilihan metode yang tepat akan
menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat.
Mengidentifikasi bahaya disemua area operasi.
Melakukan estimasi risiko dari bahaya yang sudah di identifikasi sebelumnya.
Mengidentifikasi risiko-risiko besar / major yang dapat menimbulkan bencana bagi
perusahaan.
Melakukan studi sensitivitas dari risiko yang ada.
Program 3:Kontrol
Setelah melakukan analisis risiko,maka akan didapatkan gambaran risiko yang ada secara
keseluruhan. Hasil analisis risiko dapat berbentuk kualitatif ataupun kuantitatif tergantung dari
teknik atau metode yang digunakan. Analisi risiko juga akan memberikan gambaran tingkat
risiko dari berbagai potensi bahaya yang ada. Dalam tahapan kontrol ini,kita dapat menentukan
risiko mana yang akan diprioritaskan untuk dikontrol atau semua potensi risiko akan dikontrol.
Dalam sistem kontrol ada beberapa program yang harus dijalankan,yaitu:
Program 4:Monitoring
Monitoring atau pengawasan adalah komponen yang sangat penting dalam penerapan sistem
manajemen risiko. Tujuan dari pengawasan adalah untuk memastikan bahwa program yang
sudah direncanakan berjalan sebagaimana mestinya. Monitoring dapat dilakukan dalam bentuk
audit dengan tahapan sebagai berikut:
Program 5:Komunikasi
Meskipun program kominikasi ditempatkan pada urutan paling akhir,namun pada pelaksanaanya
program komunikasi sudah dimulai sejak awal perencanaan. Keberhasilan dari manajemen risiko
juga sangat ditentukan oleh program komunikasi ini. Ada beberapa bentuk komunikasi yang
harus dilakukan,yaitu:
Memberikan informasi kepada semua level manajemen untuk mendapat dukungan serta
keterlibatan mereka.
Mengkomunikasikan semua program manajemen risiko kepada semua level yang ada
dalam perusahaan.
Semua dokumen program termasuk SOP,Kebijakan dan laporan analisis risiko harus
dibuat dalam format yang mudah dimengerti.
Memberikan tekanan terhadap keterbatasan atau asumsi-asumsi yang dibuat.
Contoh :
sebagai badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi dan memasarkan pupuk dalam
operasinya tetap memperhatikan aspek mutu, memberikan kepuasan kepada pelanggan dan
masyarakat melalui produk dan pelayanan yang berkualitas, mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan hidup.
Guna mendukung visi dan misi perusahaan, diterapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (GCG) yang meliputi : transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban dan kewajaran sebagai dasar pengelolaan perusahaan.
Dengan banyaknya ketidakpastian dan cepatnya perubahan lingkungan usaha, baik internal
maupun eksternal, maka akan berdampak kepada makin kompleksnya risiko usaha yang harus
dihadapi perusahaan.
Setiap pimpinan unit kerja bertanggung jawab atas dilaksanakannya kebijakan manajemen risiko
di unit kerjanya masing-masing, guna mewujudkan terciptanya suatu sistem pengelolaan risiko
yang akurat dan komprehensif untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan.