Anda di halaman 1dari 2

HIRARKI KONTROL BAHAYA K3 DAN LINGKUNGAN

PT. Bio Farma telah melakukan identifikasi dan penilaian resiko bahaya K3 dan
Lingkungan secara sistematis dan menyeluruh. Identifikasi dan penilaian resiko bahaya
K3 dan Lingkungan itu meliputi :
- Aktifitas rutin dan non rutin
- Aktifitas semua personil ( karyawan dan kontraktor )
- Area, fasilitas dan mesin-mesin di tempat kerja.

Selanjutnya dari hasil identifikasi dan penilaian resiko tersebut dilakukan upaya-upaya
pengendalian resiko agar dapat menurunkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Metode untuk melakukan pengendalian resiko bahaya K3 dan Lingkungan
dikenal dengan nama Hierarchy of Risk Control.

Hirarki pengendalian resiko meliputi :

1. Eliminasi : Menghilangkan bahaya.


Apabila ada bahaya di tempat kerja bahaya itu dihilangkan sama sekali, bisa
dilakukan dengan desain ulang sehingga bahaya itu tidak ada.

2. Substitusi : Mengganti bahaya.


Apabila ada bahan / mesin / proses yang berbahaya diganti dengan bahan / mesin /
proses yang tidak / kurang berbahaya.

3. Rekayasa Engineering :
Apabila ada bahaya dilakukan rekayasa engineering sehingga menjadi tidak
berbahaya, misalnya :
- Pembuatan pipa dari killink tank ke IPAL sehingga tidak ada tetesan limbah
sisa panen ( Sebelumnya dibuang secara manual )
- Menambahkan pelindung pada mesin yang punya roda gigi yang berputar
sehingga lebih aman bagi operator.

4. Pengendalian secara administrasi


Pengendalian ini bisa dilakukan diantaranya :
- Pedoman, Prosedur baku yang sudah ditrainingkan kepada karyawan sehingga
karyawan dapat bekerja dengan baik dan aman.
- Rambu-rambu K3 dan Lingkungan.
- Rotasi Karyawan
- Pembatasan waktu kerja di tempat yang berbahaya.

Training
Training internal dan eksternal dilaksanakan oleh Bio Farma untuk memastikan
bahwa karyawan tersebut memahami dan cakap dalam menjalankan tugas sehari-
hari. Pemahaman terhadap pekerjaannya juga dilengkapi dengan pemahaman
terhadap resiko bahaya, cara pengendalian bahaya dan pengendalian limbah di
lokasi kerjanya masing-masing.
5. Alat Pelindung Diri ( APD ) :
Alat pelindung diri misalnya :
- Sepatu safety, ear muff dan ear plug ( pelindung telinga ), sarung tangan, masker
dll.

Semua tipe pengendalian dapat digunakan secara bersamaan, tapi prioritas harus
diberikan pada pengendalian nomor 1, berikutnya 2 dan 3. Pengendalian administratif (4)
dan APD (5) sebaiknya menjadi pilihan terakhir sebelum pengendalian 1 ( Eliminasi ), 2
( Substitusi ) dan 3 ( Rekayasa Engineering ) dicoba atau tidak mungkin dilakukan.

Dari data kecelakaan kerja tahun 2006, 2007 dan 2008 Depnakertrans, dapat disimpulkan
bahwa 80 % kecelakaan disebabkan oleh human error. Untuk itu upaya yang paling
efektif untuk menurunkan angka kecelakaan adalah pengendalian bahaya dengan tidak
terlalu tergantung pada faktor manusia.

Catatan :
1. Eliminasi, Substitusi dan Engineering Control :
- Lihat Pedoman SM-S20 : Identifikasi aspek Penting
- Lihat Prosedur Baku 100K-SIS-IAP dan Tujuan, Sasaran serta Program K3
Lingkungan tahunan.
2. Pengendalian secara administrasi dan APD
- Lihat Prosedur Baku 100K-SIS-JSA : Analisa Keselamatan Kerja
3. Training
- Lihat Prosedur Baku 100K-SIS-12 : Pelatihan Karyawan

Dokumen Rujukan :
1. SM-S20 : Pedoman Identifikasi Aspek Penting
2. 100K-SIS-IAP : Prosedur Baku Identifikasi Aspek / Bahaya & Dampak / Resiko
3. 100K-SIS-JSA : Prosedur Baku Analisa Keselamatan Kerja
4. 100K-SIS-12 : Prosedur Baku Pelatihan Karyawan
5. Dewo D Rahardjo, Tingginya Kecelakaan Kerja akibat Kegagalan Pengelolaan
Resiko, e-mail 12 Januari 2009.

Tim P2K3 PT. Bio Farma ( Persero )

Mahsun Muhammadi

Anda mungkin juga menyukai