Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan

Hipotensi (Tekanan Darah Rendah)

A. Pengertian
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah lebih rendah dari nilai 90/ 60 mmHg atau tekanan darah cukup
rendah, sehingga menyebabkan gejala – gejala seperti pusing dan pingsan
(A.J. Ramadhan, 2012).
Hipotensi atau tekanan darh rendah ,terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan antara kapasitas vaskuler darah dan volume darah atau
jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan darah yang dapat
mendorong darah (Sherwood,2012).
Hipotensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah rendah dari
90/60 mmhg sehingga menyebabkan keluhan.Namun jika tidak terjadi
keluhan dapat dikategorikan kondisi yang normal.Sedangkan Tekanan darah
adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.Tekanan puncak terjadi
saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi saat ventricle beristirahat dan mengisi
ruangannya.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik(Oxford,2013).
Hipotensi adalah tekanan darah rendah sehingga tidak mencukupi
untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat.Hipotensi dapat primer atau
sekunder(misal:penurunan curah jantung,syok hipovolemik,penyakit
addison)atau postural (ortostatik). Kelenjara drenal (insufisiensiadrenal),
Syok (Chris Brooker,2015). Pada tekanan darah yang terlampau rendah
akan menyebabkan masalah yang dapat mengancam jiwa karena akan terjadi
penurunan aliran darah yang mengangkut nutrisi dan oksigen pada organ vital
seperti jantung daan otak (Lintang,2010).
Dalam fisiologi dan kedokteran, hipotensi yang abnormal rendah tekanan
darah, terutama di pembuluh darah dari sirkulasi sistemik. Hal ini paling baik
dipahami sebagai fisiologis tubuh, bukan penyakit. Hal ini sering dikaitkan
dengan syok, walaupun belum tentu menunjukkan hal itu. Hipotensi adalah
kebalikan dari hipertensi, yaitu tekanan darah rendah. Tekanan darah adalah
kekuatan darah mendorong terhadap dinding arteri saat jantung memompa
keluar darah. Jika lebih rendah dari normal, maka disebut tekanan darah
rendah atau hipotensi. Hipotensi umumnya dianggap sistolik tekanan darah
kurang dari 90 milimeter air raksa (mm Hg) atau diastolik kurang dari 60 mm
Hg. Namun dalam praktek, tekanan darah dianggap terlalu rendah hanya jika
gejala terlihat hadir.

Bagi sebagian orang yang berolahraga dan berada dalam kondisi fisik yang
prima, tekanan darah rendah adalah tanda kesehatan yang baik dan
kebugaran. Bagi banyak orang, tekanan darah rendah dapat menyebabkan
pusing dan pingsan atau menunjukkan jantung yang serius, endokrin atau
gangguan neurologis. Tekanan darah rendah parah dapat mencabut otak dan
organ vital lainnya oksigen dan nutrisi, yang dapat mengarah ke kondisi yang
mengancam jiwa yang disebut syok.

B. Tanda dan gejala


Terhadapat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :
1. Hipotensi, (Alo, 2014)
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas, mual,
pingsan, pandangan buram dan kehilangan keseimbangan
2. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal, 2015)
Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap, otot
terasa kram, gelisah, pusing kecemasan.
3. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk, 2014)
Pusing hingga pingsan.

Para kardinal gejala hipotensi termasuk ringan atau pusing.Jika tekanan


darah cukup rendah, pingsan dan sering kejang akan terjadi. Tekanan darah
rendah kadang-kadang dikaitkan dengan gejala tertentu, banyak yang terkait
dengan penyebab dan bukan efek hipotensi:
1. Nyeri dada
2. Sesak napas
3. Denyut jantung tidak teratur
4. Demam lebih tinggi dari 38,3 ° C (101 ° F)
5. Sakit kepala
6. Leher kaku
7. Parah nyeri punggung bagian atas
8. Batuk dengan dahak
9. Berkepanjangan diare atau muntah
10. Pencernaan yg terganggu
11. Disuria
12. Efek samping dari obat
13. Akut, yang mengancam nyawa reaksi alergi
14. Kejang
15. Kehilangan kesadaran
16. Kelelahan mendalam
17. Sementara kabur atau kehilangan penglihatan
18. Jaringan ikat gangguan Ehlers-Danlos Syndrome
19. Tinja tinggal hitam

C. Pemicu
1. Dehidrasi karena kurang minum, demam, diare hebat dan muntah.
2. Mengonsumsi obat tekanan darah tinggi, obat jantung, antidepresi, obat
disfungsi ereksi, atau obat untuk parkinson. Penggunaan obat diuretik
secara berlebihan, misalnya pil pelangsing.
3. Mengalami anemia, infeksi berat, gangguan jantung, gangguan sistem
saraf pusat, gangguan endokrin (termasuk hipotiroid, hipertiroid, diabetes,
dan kadar gula darah rendah).
4. Terlalu lama terpapar udara panas, kehamilan, terlalu lama berbaring
karena sakit, usia makin tua.
Phatway

Jantung Cairan
Terpapar panas terlalu
lama, dehidrasi
Kerusakan
otot Curah jantung
jantung

Menyetimulus jantung Suplai darah Suplai darah ke otak


bekerja lebih keras tidak adekuat tidak adekuat

Keadaan fisik metabolisme


Palpitasi
Darah
menuju
ekstrimitas Intoleransi Mata berkunang -
anoreksia
aktifitas kunag
s

Akral dingin
syncope
Menganggu aktifitas
Pucat sehari - hari
Jatuh

Rasti Cedera

D. Penyebab
Banyak orang memiliki tekanan darahGangguan
sistolik pemenuhan nutrisi
di bawah 100, tetapi
beberapa orang mengalami gejala dengan tekanan yang rendah. Gejala
tekanan darah rendah terjadi karena satu atau lebih dari organ tubuh tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup. (Benjamin C. Wedro, MD,
FAAEM 2015).
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya
akan berada di salah satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak
memompa dengan tekanan yang cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau
tidak ada cukup cairan intravaskular (pembuluh intra = dalam + vaskular =
darah) dalam sistem (Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM 2015).
1. Jantung
Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa atau
listrik dapat menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah.
Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah bisa turun karena
tidak ada cukup waktu bagi jantung untuk mengisi di antara setiap
denyut (diastole). Jika jantung berdetak terlalu lambat, mungkin ada
terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastol ketika darah tidak
mengalir.
Jika otot jantung telah rusak atau jengkel, mungkin tidak ada cukup
kekuatan memompa untuk mempertahankan tekanan darah. Dalam
serangan jantung (infark miokard), otot jantung cukup mungkin akan
terkejut sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa secara
efektif.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika
katup gagal, darah dapat memuntahkan mundur, meminimalkan
jumlah yang akan mengalir ke tubuh. Jika katup menjadi menyempit
(stenosis), maka aliran darah dapat menurun. Kedua situasi dapat
menyebabkan hipotensi.

Obat lain dapat menghasilkan hipotensi dengan mekanisme yang berbeda.


Kronis penggunaan alpha blockers atau beta blockers dapat menyebabkan
hipotensi. Beta blockers dapat menyebabkan hipotensi baik dengan
memperlambat denyut jantung dan dengan mengurangi kemampuan
memompa dari otot jantung. Penurunan curah jantung meskipun volume
darah yang normal, karena berat gagal jantung kongestif, besar infark
miokard, masalah katup jantung, serangan jantung, gagal jantung, atau sangat
rendah denyut jantung (bradycardia), sering menghasilkan hipotensi dan cepat
dapat berkembang menjadi syok kardiogenik . Aritmia sering mengakibatkan
hipotensi oleh mekanisme ini.
Beberapa kondisi jantung bisa mengakibatkan tekanan darah rendah,
termasuk denyut jantung sangat rendah (bradycardia), masalah katup jantung,
serangan jantung dan gagal jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan
darah rendah karena mereka mencegah tubuh dari mampu untuk
mengedarkan darah yang cukup. Berlebihan vasodilatasi, atau penyempitan
pembuluh cukup dari resistensi darah (terutama arteriol ), menyebabkan
hipotensi. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan output sistem saraf
simpatik atau aktivitas parasimpatis meningkat terjadi sebagai akibat dari
cedera otak atau sumsum tulang belakang atau dysautonomia, kelainan
intrinsik dalam fungsi sistem otonom. Vasodilatasi yang berlebihan juga bisa
terjadi akibat sepsis, asidosis, atau obat-obatan, seperti persiapan nitrat,
calcium channel blockers, atau angiotensin receptor blocker II ( ACE
inhibitor ). Banyak agen anestesi dan teknik, termasuk anestesi spinal dan
kebanyakan agen inhalasi, menghasilkan signifikan vasodilasi. Meditasi,
yoga, atau lainnya mental fisiologis disiplin dapat menghasilkan efek
hipotensi. Menurunkan tekanan darah adalah efek samping tertentu
tumbuhan, yang juga dapat berinteraksi dengan obat hipotensi. Contohnya
adalah theobromine di Theobroma cacao, yang menurunkan tekanan darah
melalui tindakannya baik sebagai vasodilator dan diuretik, dan telah
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
2. Cairan intravascular
Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel darah
dan serum ( air , faktor pembekuan , bahan kimia , dan elektrolit )
a. Dehidrasi , hilangnya air , dapat mengurangi total volume dalam
ruang intravaskular ( dalam pembuluh darah ) . Hal ini dapat
dilihat pada penyakit dengan peningkatan kehilangan air, seperti
muntah dan diare adalah tanda-tanda kehilangan air .
1) Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih ,
terutama orang tua , rentan terhadap dehidrasi .
2) korban Kebakaranbisa kehilangan sejumlah besar cairan dari
luka bakar mereka .
b. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran
darah dan menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang
intravaskular dan tekanan darah rendah.
c. Tekanan darah rendah judapat disebabkan oleh volume darah
yang rendah, perubahan hormonal, pelebaran pembuluh darah,
efek samping obat, anemia, masalah jantung atau masalah
endokrin. Mengurangi volume darah, hipovolemia adalah
penyebab paling umum dari hipotensi. Hal ini dapat disebabkan
oleh perdarahan, asupan cairan yang tidak mencukupi, seperti
pada kelaparan, atau kehilangan cairan yang berlebihan akibat
diare atau muntah. Hipovolemia sering disebabkan oleh
penggunaan berlebihan diuretik.

E. Patofisiologi
Tekanan Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri
maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh
gravitasi. Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada
kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah arterisetinggi kepala adalah
60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada dasarnya, darah akan
mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior 650 hingga
750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat. Pengisian atrium kanan
jantun gakan berkurang, dengan sendirinya curah jantung juga berkurang
sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan
darah sistolik hingga 25mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah
atau meningkat ringan hingga 10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota
tubuh bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan
arteri kepala akan turun mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini
akan diikuti kenaikan tekanan persial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan
persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang
terdapat didalam dinding dan hamper setiap arteri besar didaerah dada dan
leher, namun dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri karotis
interna, sedikit di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal sebagai
sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon yang ditimbulkan
baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan
frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat
vasoaktif. Sekresi zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system
Renin-Angiostensin Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis.
Kegagalan fungsi reflex autonomy inilah yang menjadi penyebab
timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor penurunan curah jantung
akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang
relative maupun absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia
lanjut berkaitan dengan :(Andhini Alfiani Putri F, 2012).
a. Penurunan sensitivitas baroreseptor yang diakibatkan oleh proses
atheroskleosis sekitar sinus karotikus dan arkus aorta, hal iniakan
menyebabkan tak berfungsinya reflex vasokontriksi dan peningkatan
frekuensi denyut jantung sehingga mengakibatkan kegagalan
pemeliharaan tekanan arteri sistemik saat berdiri.
b. Menurunnya daya elastisitas serta kekuatan otot eksremitas inferior.

A. KOMPLIKASI
1. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang
mengalir ke otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan nutrisi-
nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.
2. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan otak.
Sehingga menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena arteri otak
tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah (pendarahan).
3. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan produksi
sel darah merah yang minimal atau produksi sel darah merah yang
rendah sehingga mengakibatkan anemia.
4. Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya tekanan
darah yang tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-arteri koroner
(arteri yang menyuplai darah ke otot jantung) seingga menyebabkan
nyeri dada yang mengakibatkan serangan jantung.
5. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke ginjal-
ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi pembuangan-
pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan peningkatan pada
tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi (contohnya : kenaikan dari
blood urea nitrogen atau BUN,dan serum keratin.
6. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk memompa
darah lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam nyawa dimana
tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ seperti ginjal ,
hati, jantung, dan otak untuk secara cepat.

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala hipotensi
terus menerus berulang namun sulit untuk mendokumentasikan kelainan-
kelainan dalam pembacaan tekanan darah.Tes mungkin berguna dalam
membedakan hipotensi ortostatik dari gangguan lain yang hadir dengan
gejala orthostasis,seperti sinkop neurocardiogenic dan juga mengevaluasi
bagaiman tubuh bereaksi terhadap perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan :
1. Tes ini dilakukan diruangan yang tenang dengan suhu 680F hingga
750F(200C sampai 240C).
2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit
sebelum tes dimulai.
3. Sewaktu tes pasien diikat diatas meja yang rata,kemudian meja secara
berangsur-angsur dimiringkan kesudut 70/80 derajat,pembacaan
tekanan darah dan denyut jantung terus menerus diambil.
4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk mencari
perubahan-perubahan orthostatic tachycardia syndrome.
Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun 20mmHg
bawah dasar atau jika tekanan darah diastolik turun 10mmHg bawah
baseline.Jika gejala terjadi selama pengujian,pasien harus dikembalikan ke
posisi terlentang segera.

C. PENATALAKSANAAN MEDIS
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu :
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang tak
bergejala pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan perawatan.
Dalam mengatasi hipotensi berdasarkan penyebabnya yaitu dengan
mengurangi atau menghilangkan gejalanya.
a. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi, maka klien
dianjurkan untuk pemulihan kepada kebutuhan cairannya, yang
mempengaruhi atau mengurangi volume darah, mengakibatkan
menurunnya tekanan darah.
b. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan
mengakibatkan kurangnya volume daran dan menurunkan aliran
darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita adalah transfusi
darah sesuai dengan yang dibutuhkan.
c. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup, maka
penderita harusmenjalani operasi jantung sesuai indikasi dokter,
ataupun menjalani pengobatan yang intensif untuk tidak
memperburuk keadaan penderitanya.
2. hipotensi ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu Menambahkan
elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat meringankan gejala
dari hipotensi ringan.
a. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek karena
kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih cepat
b. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi rendah
dimana pasien masih merespon dengan meletakkan posisi kaki
lebih tinggi dari pada punggung ( posisi trendelenburg.) posisi itu
akan meningkatkan aliran balik vena, sehingga membuat banyak
darah memenuhi organ-organ yang membutuhkan seperti bagian
dada dan kepala.
c. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak
istirahat, dan membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan ini.
d. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk mempunyai
pola makan yang teratur dan mempunyai makanan pelengkap ,
seperti susu untuk meningkatkan stamina. Karena pada umumnya
penderita hipotensi cukup lemah dan mudah lelah.
e. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka klien
harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi ataupun
suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel darah merah darah
yang menambah volume darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah penderita.
f. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga ringan,
misal jogging, untuk melatih kerja jantung secara teratur, dan
melancarkan aliran darah keseluruh tubuh.
3. hipotensi simtomatik :
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan mengatur
posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Fludrokortison, suatu
mineralokortilkoid dapat juga berguna tapi banyak pasien tidak
mempunyai respon yang baik terhadap obat ini dan obat obatan yang
lain yang telah dicoba seperti indometasin Penanganan hipotensi yang
dilakukan sendiri (lionel ginsberg,2005).
a. Perbanyak asupan cairan terutama air minum.
b. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali sudah
konsisi lain yang tidak memperbolehkannya.
c. Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan pembulu
darah menjadi lebih sehat .
d. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain ( Dr.Indra
k.Muhtadi,2013)

Dapat dilakukan cara-cara berikut pada saat tanda dan gejala mulai
muncul . Segeralah berbaring dan biasakan mengubah posisi duduk ke berdiri
secara perlahan. Berlawanan dengan pengidap hipertensi, penderita tekanan
darah rendah justru dianjurkan menambah konsumsi garam dapur, termasuk
makanan asin bergaram. Disarankan total asupan garam sehari diperkirakan
setara dengan 10-20 gram (1-2 sendok makan). Tekanan darah rendah juga
dapat diatasi dengan mengkonsumsi kopi, bayam, cabe, coklat, lada, hati ayam
kampung/sapi/kambing, susu, mentega, keju dan jahe merah. Sebaliknya
hindari makanan yang pahit, asam, dan ketimun. Minum air putih dalam
jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari, sesekali minum
kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah akan
meningkat. Pada wanita dianjurkan untuk mengenakan stocking yang elastis
untuk melancarkan peredaran darah.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Tahap Pengkajian
a. Data Umum :
1) Nama kepala keluarga :Diisi oleh nama KK
2) Umur :Usia diisi oleh klien KK
3) Agama : Agama yang dianut oleh keluarga
4) Pendidikan : Pendidikan terakhir keluarga
5) Pekerjaan : Pekerjaan keluarga
6) Suku / Bangsa : Disi oleh suku bangsa keluarga
7) Alamat : Alamat kediaman keluarga
8) Komposisi keluarga : Komposisi keluargadiisi sesuai KK
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap perkembangan biasanya keluarga mempunyai
riwayat rematik sejak kapan dan sudah berapa lama.
2) Tugas Keluarga yang belum terpenuhi
Apakah keluarga dapat mempertahankan perkembangan
kesehatannya, yakni membudayakanperilaku hidup sehat.
3) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian tentang
kesehatan.
b) Riwayat keluarga sebelumnya: adakah riwayat penyakit
dari orang tua ataupun riwayat penyakit keturunan lainnya.
Hipotensi biasanya dapat diturunkan dan dapat juga dari
pola hidup yang kurang baik.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karateristik Rumah
1. Gambaran tipe rumah klien apakah memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah.
2. Gambaran kondisi rumah meliputi penerangan, ventilasi,
lantai, tangga ada atau tidak, susunan dan kondisi
bangunan apakah masih layak huni atau tidak.
3. Dapur: suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
pengamanan untuk kebakaran, kondisi berbahaya atau
tidak.
4. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet apakah licin
atau berbahaya atau tidak, ada tidaknya sabun dan handuk.
5. Sanitasi kebersihan rumah:apakah ada serbuan serangga-
serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau masalah-
masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-
binatang piaraan, debu, atau kotoran ternak yang dapat
mengganggu fungsi organ yang lain, apakah rumah
berantakan atau tidak.
2) Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
a) Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota,
antarkota).
b) Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian
dan industri kecil, agraris) di lingkungan.
c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak,
tidak terpelihara, sementara /diperbaiki).
d) Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah,
dll).
e) Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan
sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas.
f) Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
g) Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan,
konseling, pekerjaan).
3) Mobilitas Geografis Keluarga
a) Lama keluarga tinggal di daerah ini.
b) Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal untuk
melakukan aktivitas sehar-harinya.
4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan
dalam Komunitas
a) Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya.
b) Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
5) Sistem Pendukung Keluarga
a) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan
b) Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-
teman dekat, tetangga, lembaga: Pemerintah maupun
Swasta/LSM).
c) Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola Komunikasi
a) Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan-pesan penting (langsung, tidak langsung) dalam
membahas menenai penyakit yang dialami
b) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak
dalam pola-pola komunikasi keluarga yang menghambat
atau pemicu terjadinya proses penyakit
2) Struktur Kekuasaan
a) Keputusan dalam Keluargadalam mengambil keputusan
untuk menanggulangi penyakit
b) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
(otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada
masing-masing individu).
3) Struktur Peran
a) Struktur Peran Formal
Peran keluarga dalam menyikap penyakit yang dialami oleh
anggota keluarga. Adakah dukungan keluarga guna
menyikapi masalah penyakit yang diderita.
b) Struktur Peran Informal
Adakah peran-peran informal dalam keluarga. Untuk
membicarakan masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga.
c) Pengaruh/dampak terhadap orang-orang yang memainkan
peran-peran tersebut. Biasanya penyakit yang dialami
menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Kaji pengaruh
positif dan pengaruh negatif yang dialami keluarga.
4) Struktur Nilai-Nilai Keluarga
a) Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok
atau komunitas yang lebih luas.
b) Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.
c) Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.
d) Kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons: meliputi apakah anggota
keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan individu-individu
lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu
menggambarkan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan
kesehatan psikologis anggota keluarganya.
2) Fungsi Sosialisasi
Berisikan tentang siapa yang menerima tanggung jawab untuk
peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, apakah
fungsi ini dipikul bersama, apakah keluarga saat ini
mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh anak, apakah
lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain (cocok dengan tahap perkembangan anak).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
 Nilai-nilai yang dianut keluarga terkait dengan
kesehatan
 Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai
kesehatan
 Perilaku semua anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga yang sakit.
b) Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang
sehat/sakit.
 Bagaimana keluarga mengetahui penyaki yang dialami
oleh anggota keluarga yang sakit.
 Keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi
anggota keluargayang dialami oleh anggota keluarga
yang sakit.
 Kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda- gejala
pada anggota yang sakit
 Sumber informasi kesehatan yang diperoleh keluarga
apakah dari Rumah sakit, klinik atau Puskesmas
 Keluarga mengetahui bahwa hipotensi adalah masalah
yang serius.
c) Praktik diet keluarga:
 Biasanya keluarga mengetahui beberapa makanan yang
tidak boleh dikonsumsi atau yang harus dikonsumsi
oleh penderita hipotensi
 Keluarga biasanya akan menyiapkan makanan yang
dapat menghindari penyakit hipotensi apabila
mengetahui dan mengenal mengenai penyakit.
 Biasanya jenis makanan yang akan di masak setiap hari
adalah sayuran dan lauk pauk seadanya.
 Makanan yang akan disimpan di tudung saji agar tidak
terkontaminasi oleh kuman yang disebabkan oleh lalat.
d) Kebiasaan tidur dan istirahat:
 Waktu tidur klien biasanya tidak terlalu malam
 Kecukupan waktu tidur setiap hari adalah 7 – 8 jam
 Biasanya penderita tidak mengalami gangguan tidur
e) Latihan dan rekreasi:
 Biasanya keluarga akan menyadari bahwa rekreasi bagi
keluarga adalah penting guna untuk kebersamaan
keluaga.
 Jenis-jenis rekreasi yang akan dilakukan oleh keluarga
biasanya adalah berenang, ketempat alam-alam dll.
 Biasanya untuk keluarga dengan anak sekolah akan
mengikutserta dalam liburan.
f) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
 Kebiasaan keluarga menjaga pola makan
 Kebiasaan keluarga dengan hipotensi yaitu meminum
obat suplemen dan multivitamin
g) Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:
 Biasanya keluarga akan menjaga kesehatan dan
makanan untuk memperbaiki status kesehatan bagi
keluarga.
 Biasanya yang akan berperan dalam mengambil
keputusan adalah Kepala keluarga, tetapi bila Kepala
keluarga menjadi klien yang akan mengambil keputusan
adalah istri dan anak.
 Biasanya dengan keluarga hipotensi akan lebih menjaga
makanan dan aktivitas yang cepat membuat klien lelah
h) Cara-cara pencegahan penyakit:
Pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit
tersebut dan tindakan seperti apa yang dilakukan untuk
mengurangi potensi penyakit berulang.
i) Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang
dimanfaatkan keluarga:
Kebiasaan keluarga akan mengunjungiklinik terdekat guna
untuk mengetahui status kesehatan keluarga.
j) Perasaan dan persepi keluarga tantang pelayanan
perawatan kesehatan:
 Keluarga biasanya akan sangat membutuhkan pelayanan
perawatan kesehatan bagi mencegah terjadinya penyakit
berulang.
 Harapan keluarga terhadap perawat biasanya akan
membutuhkan perawat guna mengetahui status
kesehatan pasien.
k) Pelayanan kesehatan darurat:
 Pengetahuan keluarga tentang tempat pelayanan
kesehatan darurat terdekat.
 Pengetahuan keluarga tentangcara memanggil ambulans/
pelayanan kesehatan darurat.
 Pengetahuan keluarga tentang cara penanganan keadaan
darurat.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada asuhan keperawatan
keluarga dilakukan pada seluruh anggota keluarga yang berada di
rumah. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Keadaan umum, kesadaran, BB, dan Antopometri. Tidak ada
perubahan yang berarti pada klien dari pengkajian ini.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain: tekanan darah yang
cenderung dibawah 120/80 mmHg, nadi menjadi lebih cepat,
respirasi juga cepat, suhu.
3) Kepala: inspeksi bentuk, kebersihan rambut dan kulit kepala,
dan nyeri tekan yang dirasakan atau adanya luka/lesi.
4) Telinga: dilihat bentuknya, kebersihan telinga, dan fungsi
pendengarannya.
5) Mata: dilihat kesimetrisan mata, dan kebersihan mata serta di
test mengenai reflek pupil mata, dan fungsi penglihatannya.
Konjunctiva akan anemis (pucat). Mata akan sering kabur,
berkunang-kunang dan pandangan gelap.
6) Hidung: dilihat kesimetrisan lubang hidung klien, apakah ada
septum atau tidak, kebersihan hidungnya dan bagaimana fungsi
penciumannya.
7) Mulut: dilihat bentuk mulutnya apakah ada kelainan atau tidak,
bagaimana mukosa bibir klien. Gusi anemis terlihat pucat.
8) Leher: dilihat bentuk lehernya apakah ada deviasi trakea atau
tidak, apakah ada peningkatan JVP, apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid atau KGB, dan bagaimana reflek menelannya
apakah baik atau tidak.
9) Dada: dilihat bagaimana bentuk dada nya simetris atau tidak,
bagaimana perkembangan dada nya sama atau tidak, di
auskultasi suara napas apakah normal (vesikuler), suara
jantungnya apakah normal S1 dan S1 reguler (Lup-Dup) atau
tidak. Irama jantung menjadi lebih cepat sampai takikardi.
10) Abdomen: dilihat bagaimana bentuk dari perutnya apakah datar
atau kembung, kemudian di asukultasi bising ususnya apakah
normal atau tidak, ada luka atau lesi, dan apakah ada nyeri
tekan atau tidak. Di palpasi apakah ada pembesaran limfa atau
hati dan apakah ada nyeri pada area ginjal atau tidak.
11) Genetalia: dikaji apakah ada kelainan atau tidak pada genetalia
klien, dan bagaimana kebersihan genetalia klien dapat dikaji
apabila klien bersedia untuk dikaji.
12) Integumen: dilihat keadaan kulit klien, bagaimana turgor
kulitnya, apakah ada luka atau lesi pada integumennya.
13) Ekstermitas atas dan bawah: dilihat kesimetrisannya apakah
ada kelaianan atau tidak bagaimana fungsi dari anggota gerak
ekstermitas atas klien apakah terdapat nyeri atau tidak dan
bagaiamana kekuatan otot dari klien.
g. Harapan Keluarga
Harapan Keluarga terhadap perawatan, pelayanan kesehatan yang
baik yang dapat diterima oleh keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatannya.

2. Analisa Data
Diagnosa
No Data
keperawatan
DS: - Dehidrasi: kekurangan
- klien mengatakan penyebab hipotensinya adalah volume cairan tubuh pada
dehidrasi (kekurangan cairan) seperti mual, muntah keluarga .....khususnya....
dan diare, perdarahan, peradangan (pankreatitis),
- Defisiensi pengetahuan
dan anemia tentang penyakit hipotensi
- klien mengatakan keluarga memiliki riwayat pada keluarga....
hipotensi
- klien mengatakan jarang meminum vitamin
- keluarga dan klien mengatakan tidak mengetahui - Kelemahan fisik akibat
penyebab dari pingsanya klien penyakit yang diderita
oleh keluarga ....
- klien mengatakan sering pusing
khususnya....

DO: - Resiko cidera akibat


- Mukosa bibir dan mulut kering penyakit pada keluarga ....
- Turgor kulit > 3 detik khususnya ....
- Keseimbangan tubuh menjadi kurang
- Profil darah abnormal
- Tekanan darah di bawah rata-rata angka normal

3. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama saja dengan
merumuskan diagnosa pada stase medikal mediah yaitu berdiagnosa
tunggal tidak memakai etiologi atau penyebab serta mengacu pada
diagnosa keperawatan NANDA, NIC-NOC. Dimulai dari diagnose
yang dianggap actual sampai dengan potensial sebagi berkikut :
a. Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
b. Risiko (bersifat mengancam kesehatan saja)
c. Potensial (meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tanpa adanya
ancaman atau gangguan yang berarti dari kesehatannya)

Pada diagnosa keperawatan keluaraga mencantumkan nama klien


yang mengalami masalah kesehatannya serta akan diperoleh prioritas
diagnosa keperawatan keluarga dengan di tentukan pembobotan nilai
terlebih dahulu dari setiap masalah yang ditemukan, sehingga akan
lebih mudah untuk mengatasi masalah mana terlebih dahulu yang
dianggap lebih prioritas pada keluarga binaan tersebut.
Pada klien dengan hipotensi masalah yang mungkin muncul antara
lain:
a. Kekurangan volume cairan
b. Defisiensi pengetahuan mengenai penyakit
c. Kelemahan fisik
d. Resiko cidera

4. Prioritas Masalah
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki keluarga (Ayu, 2015).
4. Perencanaan keperawatan keluarga
Dx. Kep
NOC NIC Kriteria Standar/ Rasional
Keluarga
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan
volume cairan keperawatan diharapkan klien 1. Lakukan pengkajian Respon 1. Agar dapat menenntukan jenis
pada keluarga .... dapat: dehidrasi psikomotor dehidrasi yang diderita klien
khususnya.... 1. Tekanan darah klien dalam 2. Observasi tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital sangat penting
batas normal secara rutin Respon diobservasi karena untuk melihat
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 3. Anjurkan klien banyak kognitif perkembangan lanjut klien
3. Elastisitas turgoor kulit dalam minum 3. Dukung keluarga dalam rutin
batas normal 4. Monitor I/O sesuai nutrisi mengingatkan klien untuk minum
5. Dorong keluarga untuk Respon yang banyak
memberikan motivasi klien verbal 4. Asupan intake output cairan klien
dalam pemenuhan harus sesuai dengan berat badan
elektrolitnya dirumah Respon klien
psikomotor 5. Motivasi keluarga sangat penting
untuk klien memperoleh
semangat dalam pengobatannya
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkatan
pengetahuan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga Respon 1. Pengetahuan keluarga perlu dikaji
terkait penyakit pengetahuan klien tentang terkait penyakit verbal untuk mengukur tingkat
pada keluarga …. penyakit dapat meningkat dengan 2. Berikan pengajaran sesuai pengetahuan keluarga mengenai
Khususnya. …. kriteria hasil: dengan tingkat penyakit.
1. Menjelaskan proses pemahaman klien dan Respon 2. Evaluasi pengetahuan keluarga
penyakitnya ulang kembali informasi kognitif terkait penyakit agar dapat
2. Menjelaskan penyebab dan bila diperlukan atau diberi merencanakan intervensi
patofisiologinya catatan pengingat. selanjutnya.
3. Menjelaskan tanda dan gejala 3. Diskusikan adanya Respon 3. Dengan menjelaskan dampak dari
penyakitnya perubahan perilaku yang psikomotor penyakit pada keluarga dapat
4. Menjelaskan tindakan untuk dapat mencegah memberikan motivasi keluarga
meminimalkan keluhaan selama komplikasi dalammengikuti program
proses penyakit 4. Ikutsertakan keluarga intervensi/pengobatan yang akan
dalam diskusi masalah diberikan pada klien.
klien bila memungkinkan Respon 4. Keikutsertaan keluarga dalam
verbal pelaksanaan intervensi
memberikan suport penuh pada
keluarga utuk tuntas menjalani
pengobatan.
Kelemahan fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon verbal dan 1. Respon klien dapat
tubuh akibat dari keperawatan diharapkan klien non verbal klien tentang Respon memberikan kejelasan tentang
penyakit pada menunjukkan kelemahan fisik tubuh klien Verbal bagaimana cara kita membuat
keluarga ..... teratasi dengan kriteria: 2. Observasi mekanisme intervensi kembali pada klien
1. Klien meningkat dalam koping yang digunakan untuk mengatasi masalahnya.
aktivitas fisik keluarga terhadap klien Respon 2. Perlunya pengkajian koping
2. Mengerti tujuan dari saat klien merasa stress. verbal stress sehingga klien dapat
peningkatan mobilitas fisik 3. Dengarkan klien dan berbagi cerita
keluarga secara aktif dan Respon 3. Respon verbal klien dan
akui realitas adanya Verbal keluarga dapat memperdalam
perhatian terhadap pengkajian yang dilakukan
kemajuan perawatan sehingga dapat menghasilkan
4. Berikan dukungan klien data yang lebih akurat.
dalam menyikapi citra Respon 4. Motivasi positif memberikan
tubuhnya menjadi lebih psikomotor efek kepuasa tersendiri bagi
positif. klien dan merasa bahwa
dirinya perlu akan tindakan
tersebut.
Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan Respon 1. Menghindari perilaku yang
akibat penyakit keperawatan diharapkan klien keamanan klien sesuai kognitif berpengaruh terhadap resiko
yang diderita dapat mengontrol risiko cidera dengan kondisi fisik dan cidera dapat meminimalkan
keluarga dengan kriteria: fungsi kognitif klien dan angka kejadian cidera klien.
...khususnya... 1. Klien terbebas darii cidera riwayat penyakit terdahulu Respon 2. Klien dengan pingsan tinggi akan
2. Klien mampu menjelaskan 2. Anjurkan keluarga untuk psikomotor lebih rentan jatuh berulang
cara pencegahan cidera dekat dengan klien apabila sehingga membutuhkan suport
3. Klien mampu memodifikasi bepergian keluarga dalam mengawasi
gayahidup untuk mencegah 3. Kontrol lingkungan dari hal- perilaku dan lingkungan. Serta
injuri hal yang membahayakan dekan dengan klien.
klien Respon 3. Rutin mengajarkan teknik
verbal pencegahan cidera dengan
menerapkan atau melakukan
pengobatan yang sesuai anjuran
dokter agar penyakit tidak
berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA NIC NOC, Jilid 1. Jakarta: Penerbit TIM.
Ayu, Komang. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga .Yogyakarta : Sagung Seto.
Balai Informasi Teknologi LIPI. (2018). Artikel terkait Masalah angan & Kesehatan. UPT Balai Informasi Teknologi.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta:
Medication Publisher.
Wilkinson. M, Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.
Pearce,C Evelyn.2010.ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUKPARAMEDIS.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.Jakarta : EGC

Carpenito LD.2000.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta : EGC


Doengoes, M.E.,2000. Penerapan Proses Kperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.
Donna, D.Et Al.2001. Medical Surgical Nursing : A. Nursing Prosess Approch. St. Louis : The
C.V. Mosby Co.
NANDA, 2017. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007 – 2008, NANDA
International, Philadephia.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarata : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai