Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOTENSI
(TEKANAN DARAH RENDAH)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan 3 (PK 3)
Di Ruang Hemodialisa

Disusun Oleh:
Julia Putri
PO.62.20.1.19.413

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN REGULER V
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Hipotensi (Tekanan Darah Rendah)

A. Pengertian
Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di
bawah 90/60 mmHg. Hipotensi umumnya tidak berbahaya dan dapat dialami
oleh siapa saja. Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat menyebabkan
pusing dan lemas.
Hipotensi adalah kebalikan dari hipertensi, yaitu tekanan darah tinggi.
Tekanan darah adalah kekuatan darah mendorong terhadap dinding arteri saat
jantung memompa keluar darah. Jika lebih rendah dari normal, maka disebut
tekanan darah rendah atau hipotensi. Hipotensi umumnya dianggap sistolik
tekanan darah kurang dari 90 milimeter air raksa (mm Hg) atau diastolik
kurang dari 60 mm Hg. Namun dalam praktek, tekanan darah dianggap terlalu
rendah hanya jika gejala terlihat hadir.
Bagi sebagian orang yang berolahraga dan berada dalam kondisi fisik yang
prima, tekanan darah rendah adalah tanda kesehatan yang baik dan
kebugaran. Bagi banyak orang, tekanan darah rendah dapat menyebabkan
pusing dan pingsan atau menunjukkan jantung yang serius, endokrin atau
gangguan neurologis. Tekanan darah rendah Parah dapat mencabut otak dan
organ vital lainnya oksigen dan nutrisi, yang mengarah ke kondisi yang
mengancam jiwa yang disebut kejutan.

B. Tanda dan gejala


Gejala hipotensi termasuk ringan atau pusing. Jika tekanan darah cukup
rendah, pingsan dan sering kejang akan terjadi. Tekanan darah rendah
kadang-kadang dikaitkan dengan gejala tertentu, banyak yang terkait dengan
penyebab dan bukan efek hipotensi:
1. Nyeri dada
2. Sesak napas
3. Denyut jantung tidak teratur
4. Demam lebih tinggi dari 38,3 ° C (101 ° F)
5. Sakit kepala
6. Leher kaku
7. Parah nyeri punggung bagian atas
8. Batuk dengan dahak
9. Berkepanjangan diare atau muntah
10. Pencernaan yg terganggu
11. Disuria
12. Efek samping dari obat
13. Akut, yang mengancam nyawa reaksi alergi
14. Kejang
15. Kehilangan kesadaran
16. Kelelahan mendalam
17. Sementara kabur atau kehilangan penglihatan
18. Jaringan ikat gangguan Ehlers-Danlos Syndrome
19. Tinja tinggal hitam
20.
C. Penyebab
Tekanan darah rendah dapat disebabkan oleh volume darah yang rendah,
perubahan hormonal, pelebaran pembuluh darah, efek samping obat, anemia,
masalah jantung atau masalah endokrin. Mengurangi volume darah,
hipovolemia adalah penyebab paling umum dari hipotensi. Hal ini dapat
disebabkan oleh perdarahan, asupan cairan yang tidak mencukupi, seperti
pada kelaparan, atau kehilangan cairan yang berlebihan akibat diare atau
muntah. Hipovolemia sering disebabkan oleh penggunaan berlebihan diuretik.
Obat lain dapat menghasilkan hipotensi dengan mekanisme yang berbeda.
Kronis penggunaan alpha blockers atau beta blockers dapat menyebabkan
hipotensi. Beta blockers dapat menyebabkan hipotensi baik dengan
memperlambat denyut jantung dan dengan mengurangi kemampuan
memompa dari otot jantung. Penurunan curah jantung meskipun volume
darah yang normal, karena berat gagal jantung kongestif, besar infark
miokard, masalah katup jantung, serangan jantung, gagal jantung, atau sangat
rendah denyut jantung (bradycardia), sering menghasilkan hipotensi dan cepat
dapat berkembang menjadi syok kardiogenik . Aritmia sering mengakibatkan
hipotensi oleh mekanisme ini.
Beberapa kondisi jantung bisa mengakibatkan tekanan darah rendah,
termasuk denyut jantung sangat rendah (bradycardia), masalah katup jantung,
serangan jantung dan gagal jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan
darah rendah karena mereka mencegah tubuh dari mampu untuk
mengedarkan darah yang cukup. Berlebihan vasodilatasi, atau penyempitan
pembuluh cukup dari resistensi darah (terutama arteriol ), menyebabkan
hipotensi. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan output sistem saraf
simpatik atau aktivitas parasimpatis meningkat terjadi sebagai akibat dari
cedera otak atau sumsum tulang belakang atau dysautonomia, kelainan
intrinsik dalam fungsi sistem otonom. Vasodilatasi yang berlebihan juga bisa
terjadi akibat sepsis, asidosis, atau obat-obatan, seperti persiapan nitrat,
calcium channel blockers, atau angiotensin receptor blocker II ( ACE
inhibitor ). Banyak agen anestesi dan teknik, termasuk anestesi spinal dan
kebanyakan agen inhalasi, menghasilkan signifikan vasodilasi. Meditasi,
yoga, atau lainnya mental fisiologis disiplin dapat menghasilkan efek
hipotensi. Menurunkan tekanan darah adalah efek samping tertentu
tumbuhan, yang juga dapat berinteraksi dengan obat hipotensi. Contohnya
adalah theobromine di Theobroma cacao, yang menurunkan tekanan darah
melalui tindakannya baik sebagai vasodilator dan diuretik, dan telah
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

E. Patofisiologi
Tekanan darah terus menerus diatur oleh sistem saraf otonom,
menggunakan jaringan yang rumit dari reseptor, saraf, dan hormon untuk
menyeimbangkan efek dari sistem saraf simpatik, yang cenderung untuk
meningkatkan tekanan darah, dan sistem saraf parasimpatis , yang menurunkan
itu. Kemampuan kompensasi yang luas dan cepat dari sistem saraf otonom
memungkinkan individu normal untuk mempertahankan tekanan darah dapat
diterima melalui berbagai kegiatan dan di negara-negara banyak penyakit.
Pathway Hipotensi

HIPOTENSI

Penurunan
Jantung Terpapar panas terlalu Kekurangan Cairan
lama, dehidrasi

Kerusakan
otot Curah jantung
jantung menurun

Menyetimulus jantung Suplai darah ke otak


Suplai darah
bekerja lebih keras tidak adekuat
tidak adekuat

Keadaan fisik Metabolisme


Palpitasi
Darah Menurun
s menurun
menuju
ekstrimitas Intoleransi Anoreksia Mata berkunang -
aktifitas
kunang

Akral dingin
Menganggu aktifitas syncope
Pucat sehari - hari

Jatuh
Perfusi perifer tidak
efektif
Risiko Cedera

Gangguan pemenuhan nutrisi


F. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi, untuk mendeteksi aktivitas listrik dalam Beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan, antara lain: Pemeriksaan darah, untuk memeriksa
kondisi kesehatan pengidap secara menyeluruh, serta mendeteksi hipoglikemia atau
anemia yang dapat menjadi pemicu jantung.

G. Pengobatan
Perawatan untuk hipotensi tergantung pada penyebabnya. Hipotensi kronis
jarang ada sebagai lebih dari gejala. Hipotensi tanpa gejala pada orang sehat
biasanya tidak memerlukan pengobatan. Menambahkan elektrolit untuk diet
dapat meredakan gejala hipotensi ringan. Dalam kasus ringan, di mana pasien
masih responsif, meletakkan orang di decubitus dorsal (berbaring di belakang)
posisi dan mengangkat kaki akan meningkatkan aliran balik vena, sehingga
membuat lebih banyak darah ke organ penting yang tersedia di dada dan
kepala. Posisi Trendelenburg, meskipun digunakan secara historis, tidak lagi
dianjurkan. Penanganan syok hipotensi selalu mengikuti empat langkah
pertama berikut. Hasil, dalam hal kematian, secara langsung terkait dengan
kecepatan di mana hipotensi diperbaiki. Dalam kurung adalah metode masih
diperdebatkan untuk mencapai, dan tolok ukur untuk mengevaluasi, kemajuan
dalam memperbaiki hipotensi.

I. Cara Mengatasi
Pada prinsipnya tekanan darah rendah tidak memerlukan pengobatan. Bila
anda merasakan gejala, segeralah berbaring dan biasakan mengubah posisi
duduk ke berdiri secara perlahan. Berlawanan dengan pengidap hipertensi,
penderita tekanan darah rendah justru dianjurkan menambah konsumsi garam
dapur, termasuk makanan asin bergaram. Disarankan total asupan garam sehari
diperkirakan setara dengan 10-20 gram (1-2 sendok makan). Tekanan darah
rendah juga dapat diatasi dengan mengkonsumsi kopi, bayam, cabe, coklat,
lada, hati ayam kampung/sapi/kambing, susu, mentega, keju dan jahe merah.
Sebaliknya hindari makanan yang pahit, asam, dan ketimun. Minum air putih
dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari, sesekali
minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah
akan meningkat. Pada wanita dianjurkan untuk mengenakan stocking yang
elastis untuk melancarkan peredaran darah.
Asuhan Keperawatan
1. Tahap Pengkajian
a. Data Umum :
1) Nama kepala keluarga :Diisi oleh nama KK
2) Umur :Usia diisi oleh klien KK
3) Agama : Agama yang dianut oleh keluarga
4) Pendidikan : Pendidikan terakhir
keluarga
5) Pekerjaan : Pekerjaan keluarga
6) Suku / Bangsa : Disi oleh suku bangsa keluarga
7) Alamat : Alamat kediaman keluarga
8) Komposisi keluarga : Komposisi keluarga diisi sesuai KK
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap perkembangan biasanya keluarga mempunyai
riwayat rematik sejak kapan dan sudah berapa lama.
2) Tugas Keluarga yang belum terpenuhi
Apakah keluarga dapat mempertahankan perkembangan
kesehatannya, yakni membudayakan perilaku hidup sehat.
3) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian tentang
kesehatan.
b) Riwayat keluarga sebelumnya: adakah riwayat penyakit
dari orang tua ataupun riwayat penyakit keturunan lainnya.
Hipotensi biasanya dapat diturunkan dan dapat juga dari
pola hidup yang kurang baik.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karateristik Rumah
1. Gambaran tipe rumah klien apakah memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah.
2. Gambaran kondisi rumah meliputi penerangan, ventilasi,
lantai, tangga ada atau tidak, susunan dan kondisi
bangunan apakah masih layak huni atau tidak.
3. Dapur: suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
pengamanan untuk kebakaran, kondisi berbahaya atau
tidak.
4. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet apakah licin
atau berbahaya atau tidak, ada tidaknya sabun dan handuk.
5. Sanitasi kebersihan rumah: apakah ada serbuan serangga-
serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau masalah-
masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-
binatang piaraan, debu, atau kotoran ternak yang dapat
mengganggu fungsi organ yang lain, apakah rumah
berantakan atau tidak.
2) Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
a) Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota,
antarkota).
b) Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian
dan industri kecil, agraris) di lingkungan.
c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak,
tidak terpelihara, sementara /diperbaiki).
d) Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah,
dll).
e) Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan
sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas.
f) Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
g) Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan,
konseling, pekerjaan).
3) Mobilitas Geografis Keluarga
a) Lama keluarga tinggal di daerah ini.
b) Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal untuk
melakukan aktivitas sehar-harinya.
4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan
dalam Komunitas
a) Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya.
b) Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
5) Sistem Pendukung Keluarga
a) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan
b) Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-
teman dekat, tetangga, lembaga: Pemerintah maupun
Swasta/LSM).
c) Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola Komunikasi
a) Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan
pesan-pesan penting (langsung, tidak langsung) dalam
membahas menenai penyakit yang dialami
b) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak
dalam pola-pola komunikasi keluarga yang menghambat
atau pemicu terjadinya proses penyakit
2) Struktur Kekuasaan
a) Keputusan dalam Keluarga dalam mengambil keputusan
untuk menanggulangi penyakit
b) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
(otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada
masing-masing individu).
3) Struktur Peran
a) Struktur Peran Formal
Peran keluarga dalam menyikap penyakit yang dialami oleh
anggota keluarga. Adakah dukungan keluarga guna
menyikapi masalah penyakit yang diderita.
b) Struktur Peran Informal
Adakah peran-peran informal dalam keluarga. Untuk
membicarakan masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga.
c) Pengaruh/dampak terhadap orang-orang yang memainkan
peran-peran tersebut. Biasanya penyakit yang dialami
menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Kaji pengaruh
positif dan pengaruh negatif yang dialami keluarga.
4) Struktur Nilai-Nilai Keluarga
a) Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok
atau komunitas yang lebih luas.
b) Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.
c) Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.
d) Kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons: meliputi apakah anggota
keluarga merasakan kebutuhan - kebutuhan individu-individu
lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu
menggambarkan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan
kesehatan psikologis anggota keluarganya.
2) Fungsi Sosialisasi
Berisikan tentang siapa yang menerima tanggung jawab untuk
peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, apakah
fungsi ini dipikul bersama, apakah keluarga saat ini
mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh anak, apakah
lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain (cocok dengan tahap perkembangan anak).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
 Nilai-nilai yang dianut keluarga terkait dengan
kesehatan
 Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai
kesehatan
 Perilaku semua anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga yang sakit.
b) Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang
sehat/sakit.
 Bagaimana keluarga mengetahui penyaki yang dialami
oleh anggota keluarga yang sakit.
 Keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi
anggota keluarga yang dialami oleh anggota keluarga
yang sakit.
 Kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda- gejala
pada anggota yang sakit
 Sumber informasi kesehatan yang diperoleh keluarga
apakah dari Rumah sakit, klinik atau Puskesmas
 Keluarga mengetahui bahwa hipotensi adalah masalah
yang serius.
c) Praktik diet keluarga:
 Biasanya keluarga mengetahui beberapa makanan yang
tidak boleh dikonsumsi atau yang harus dikonsumsi
oleh penderita hipotensi
 Keluarga biasanya akan menyiapkan makanan yang
dapat menghindari penyakit hipotensi apabila
mengetahui dan mengenal mengenai penyakit.
 Biasanya jenis makanan yang akan di masak setiap hari
adalah sayuran dan lauk pauk seadanya.
 Makanan yang akan disimpan di tudung saji agar tidak
terkontaminasi oleh kuman yang disebabkan oleh lalat.
d) Kebiasaan tidur dan istirahat:
 Waktu tidur klien biasanya tidak terlalu malam
 Kecukupan waktu tidur setiap hari adalah 7 – 8 jam
 Biasanya penderita tidak mengalami gangguan tidur
e) Latihan dan rekreasi:
 Biasanya keluarga akan menyadari bahwa rekreasi bagi
keluarga adalah penting guna untuk kebersamaan
keluaga.
 Jenis-jenis rekreasi yang akan dilakukan oleh keluarga
biasanya adalah berenang, ketempat alam-alam dll.
 Biasanya untuk keluarga dengan anak sekolah akan
mengikutserta dalam liburan.
f) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
 Kebiasaan keluarga menjaga pola makan
 Kebiasaan keluarga dengan hipotensi yaitu meminum
obat suplemen dan multivitamin
g) Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:
 Biasanya keluarga akan menjaga kesehatan dan
makanan untuk memperbaiki status kesehatan bagi
keluarga.
 Biasanya yang akan berperan dalam mengambil
keputusan adalah Kepala keluarga, tetapi bila Kepala
keluarga menjadi klien yang akan mengambil keputusan
adalah istri dan anak.
 Biasanya dengan keluarga hipotensi akan lebih menjaga
makanan dan aktivitas yang cepat membuat klien lelah
h) Cara-cara pencegahan penyakit:
Pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit
tersebut dan tindakan seperti apa yang dilakukan untuk
mengurangi potensi penyakit berulang.
i) Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang
dimanfaatkan keluarga:
Kebiasaan keluarga akan mengunjungi klinik terdekat guna
untuk mengetahui status kesehatan keluarga.
j) Perasaan dan persepi keluarga tantang pelayanan
perawatan kesehatan:
 Keluarga biasanya akan sangat membutuhkan pelayanan
perawatan kesehatan bagi mencegah terjadinya penyakit
berulang.
 Harapan keluarga terhadap perawat biasanya akan
membutuhkan perawat guna mengetahui status
kesehatan pasien.
k) Pelayanan kesehatan darurat:
 Pengetahuan keluarga tentang tempat pelayanan
kesehatan darurat terdekat.
 Pengetahuan keluarga tentang cara memanggil
ambulans/ pelayanan kesehatan darurat.
 Pengetahuan keluarga tentang cara penanganan keadaan
darurat.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada asuhan keperawatan
keluarga dilakukan pada seluruh anggota keluarga yang berada di
rumah. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Keadaan umum, kesadaran, BB, dan Antopometri. Tidak ada
perubahan yang berarti pada klien dari pengkajian ini.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain: tekanan darah yang
cenderung dibawah 120/80 mmHg, nadi menjadi lebih cepat,
respirasi juga cepat, suhu.
3) Kepala: inspeksi bentuk, kebersihan rambut dan kulit kepala,
dan nyeri tekan yang dirasakan atau adanya luka/lesi.
4) Telinga: dilihat bentuknya, kebersihan telinga, dan fungsi
pendengarannya.
5) Mata: dilihat kesimetrisan mata, dan kebersihan mata serta di
test mengenai reflek pupil mata, dan fungsi penglihatannya.
Konjunctiva akan anemis (pucat). Mata akan sering kabur,
berkunang-kunang dan pandangan gelap.
6) Hidung: dilihat kesimetrisan lubang hidung klien, apakah ada
septum atau tidak, kebersihan hidungnya dan bagaimana fungsi
penciumannya.
7) Mulut: dilihat bentuk mulutnya apakah ada kelainan atau tidak,
bagaimana mukosa bibir klien. Gusi anemis terlihat pucat.
8) Leher: dilihat bentuk lehernya apakah ada deviasi trakea atau
tidak, apakah ada peningkatan JVP, apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid atau KGB, dan bagaimana reflek menelannya
apakah baik atau tidak.
9) Dada: dilihat bagaimana bentuk dada nya simetris atau tidak,
bagaimana perkembangan dada nya sama atau tidak, di
auskultasi suara napas apakah normal (vesikuler), suara
jantungnya apakah normal S1 dan S1 reguler (Lup-Dup) atau
tidak. Irama jantung menjadi lebih cepat sampai takikardi.
10) Abdomen: dilihat bagaimana bentuk dari perutnya apakah
datar atau kembung, kemudian di asukultasi bising ususnya
apakah normal atau tidak, ada luka atau lesi, dan apakah ada
nyeri tekan atau tidak. Di palpasi apakah ada pembesaran limfa
atau hati dan apakah ada nyeri pada area ginjal atau tidak.
11) Genetalia: dikaji apakah ada kelainan atau tidak pada genetalia
klien, dan bagaimana kebersihan genetalia klien dapat dikaji
apabila klien bersedia untuk dikaji.
12) Integumen: dilihat keadaan kulit klien, bagaimana turgor
kulitnya, apakah ada luka atau lesi pada integumennya.
13) Ekstermitas atas dan bawah: dilihat kesimetrisannya apakah
ada kelaianan atau tidak bagaimana fungsi dari anggota gerak
ekstermitas atas klien apakah terdapat nyeri atau tidak dan
bagaiamana kekuatan otot dari klien.
g. Harapan Keluarga
Harapan Keluarga terhadap perawatan, pelayanan kesehatan yang
baik yang dapat diterima oleh keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
2. Analisa Data
No Data focus Etiologi Masalah keperawatan

1 DS: Kekurangan intake Hipovolemia


- klien mengatakan cairan
penyebab
hipotensinya
adalah dehidrasi
(kekurangan
cairan) seperti
mual, muntah dan
diare, perdarahan,
peradangan
(pankreatitis), dan
anemia
- klien mengatakan
keluarga memiliki
riwayat hipotensi
- klien mengatakan
jarang meminum
vitamin
- keluarga dan klien
mengatakan tidak
mengetahui
penyebab dari
pingsanya klien
- klien mengatakan
sering pusing

DO:

- Mukosa bibir dan


mulut kering
- Turgor kulit > 3
detik
- Keseimbangan
tubuh menjadi
kurang
- Profil darah
abnormal
- Tekanan darah di
bawah rata-rata
angka normal
DS:-
DO:
- Nadi perifer
menurun
- Akral teraba
dingin
- Warna kulit pucat

Penurunan aliran Perfusi perifer tidak


arteri dan/atau vena efektif

3. Diagnosa keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena.

4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Hipovolemia Setelah dilakukan a. Periksa tanda dan a. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan gejala tanda dan gejala
dengan keperawatan, hipovolemia. hipovolemia yang
kekurangan diharapkan b. Monitor intake dirasakan klien.
intake cairan masalah dan output cairan. b. Untuk
hipovolemia c. Berikan asupan mengetahaui
dapat di atasi cairan oral. jumlah asupan
dengan kriteria d. Anjurkan cairan yang masuk
hasil: memperbanyak dan keluar
Kekuatan nadi asupan cairan terhadap cairan
meningkat oral. klien.
Frekuensi nadi e. Kolaborasi c. Untuk memenuhi
membaik pemberian cairan kebutuhan cairan
Tekanan darah IV isotonis. klien.
membaik d. Membantu untuk
Tekanan nadi memenuhi
membaik cairanklien.
e. Untuk mencegah
klien agar tidak
dehidrasi.
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan a. Periksa sirkulasi a. Untuk mengetahui
tidak efektif tindakan perifer. sirkulasi perifer
berhubungan keperawatan, b. Identifikasi faktor klien yang
dengan diharapkan risiko gangguan bermasalah.
penurunan masalah perfusi sirkulasi. b. Untuk mengetahui
aliran arteri perifer tidak c. Anjurkan minum risiko penyebab
dan/atau vena efektif dapat obat pengontrol perfusi perifer
teratasi dengan tekanan darah tidak efektif.
kriteria hasil: secara teratur. c. Untuk membantu
Denyut nadi mengontrol
perifer meningkat tekanan darah
Warna kulit pucat klien agar tidak
menurun turun berlebihan
Tekanan darah dan akan tetap
sistolik cukup berada di ambang
membaik nilai normal
Tekanan darah
diastolik cukup
membaik

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. (206). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi,
Jilid 1. Jakarta: Penerbit TIM.

Ayu, Komang. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta : Sagung


Seto.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi
1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan
12610

Anda mungkin juga menyukai