Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI HEART FAILURE


(HHF) DI RUANG JANTUNG RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

OLEH:
NAMA : MUHAMMAD PAHRURRAHMAN
NIM : P07120116070

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Pahrurrahman


NIM : P07120116070
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
Heart Failure (HHF) Di Ruang Jantung RSUD Ratu Zalecha Martapura

Banjarbaru, Juli 2018

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Endah, S. Kep M. Rasyid, S. Kep, Ns., MPH


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI HEART FAILURE
(HHF) DI RUANG JANTUNG RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

A. Konsep dasar penyakit HHF (Hipertensi Heart Failure)


1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persisten pada
pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg
ddan tekanan diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg (LeMone, Burke, an Baukloff,
2013: World Health Organization).
Hipertensi aalah peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Prince (1994) dalam Sandra Saferi (2013), Gagal jantung adalah keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah
untuk metabolisme jaringan.
HHF adalah peninggian tekanan darah di atas normal suatu mekanisme kompensasi
diatas kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal.
Semakin tinggi TD, lebih besar kemungkinan timbulnya penyakt-penyakit kardiovaskuler
secara premature penyulit pada jamtumh dan saegala manivestasi kliniknya dinamakan
penyalit hipertensif, penyakit pada antung ini biasanya terjadi pada otot jantung karena
otot jantung mengalami penebalan atau hipertrofi dan juga dapat terjadi pada pembuluh
darah korner yang menalami proses ateroskleroses yang dipercepat (Arif Manjoer,
1999;402).
HHF (Hipertensi Heart Failure) adalah kumpulan dari sejumlah komplikasi hipertensi
arteri sistemik atau kenaikan tekanan darah yang mempengaruhi jantung (Izzo &
Grandman, 2004)
2. Etiologi
a. Peningkatan tekanan darah tidak terkontrol
b. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler perunit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik

3. Manifestasi klinik
Berdasarkan bagian jangtung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung di
bagi atas :
a. Gagal jantung kiri : terjadi dispneu d’effort, fatiq, ortopnea, dispnea noktural
proksimal, batuk
b. Gagal jantung kanan : timbul fatiq, sesak, edema
c. Gagal jantung campuran : maanifestasi antara gagal jantung kanan dan kiri.
Pada stadium dini Hipertensi tampak tanda-tanda akibat rangsangan simpatis yang
kronik. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi hipersirkulasi yang mungkin diakibatkan
peningkatan aktivitas sistem neurohumoral disertai hipervolemia. Pada stadium selanjutnya
timbul mekanisme kompensasi pada otot jantung berupa hipertrofi ventrikel kiri yang difus
dan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Gambaran klinis seperti sesak nafas adalah
salah satu gejala gangguan fungsi diastolik dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel
walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi eksentrik
dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel kemudian timbul gejala payah jantung. Stadium ini
kadang kala disertai dengan gangguan sirkulasi pada cadangan aliran darah koroner dan akan
memperburuk kelainan fungsi mekanik atau pompa jantung yang selektif (Arif Mansjoer,
dkk, 2001; 442)

4. Patofisiologi
Bila cadangan jantung normal untuk berespon terhadap stress tidak adequat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai
pompa dan akibatnya gagal jantung, juga pada tingkat awal. Disfungsi komponen pompa
secara nyata dapat mengakibatkan kegagalan, karena kondisi dimana jantung gagal untuk
mengeluarkan isinya secara adequat (Arif mansjoer, 1999).
Pathway
Peningkatan tekanan darah

kontraktilitas jantung  (hipertensi, hate rate)

Hipertrofi ventrikel

struk volume 

penurunan cardiac output

iskemia

jantung tidak mampu berkontraksi

Ekstermitas Hipertrofi atrium kiri Ginjal

Metabolisme anaerob Bendungan atrium kiri GFR me Otak


dan pe dalam vena

ATP (2ATP) me Pulmonalis Prod. Urine me Suplay O2 me


Asam laktat me

Fatia / kelelahan Regurgitasi daerah ke Retensi air + Na Hipoxia


paru

Intoleransi aktivitas Edema paru Gangguan eliminasi Disorientasi / pusing


urin

Sesak - Gangguan
kesadaran
- Gangguan
persepsi
- Pontensial
terjadi insjuri
- Gangguan
keb. O2
- Ganggun
pertukaran gas
5. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Pada gambar rontgent torak posisi anterior posterior terlihat pembesaran jantung
kekiri,elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh
paru stadium payah jantung hipertensi
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum dan
kreatinin, untuk menilai ruang ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat
kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.Pemeriksaan laboratorium urinalis
juga diperlukan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
c. Elektrokardiogram
Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain
d. Ekokardiografi
Perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertnsi yang dapat dilihat dari ekokardiogram
adalah sebagai berikut
- Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis dan hipervolemia
- Hipertrofi yang difus/konsentrik atau yang reguler eksentrik
- Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung serta tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkat
- Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut adanya dikinetik juga
dapat terlihat pada ekokardiografi
6. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkankonsumsi oksigen
melalui istirahat atau pembatasan aktifitas
b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
- Mengatasi keadaan yang reversibel, termasuk tirotoksitositas, maksedena dan aritmia
- Digitalisasi
Dosis digitalis:digoksin oral untuk digitaliasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2*0,5 mg selama 2-4 hari. Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis
selama 24 jam, cediland iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam
Dosis penunjang untuk gagal jantung : Digoksin 0,25 mg sehari untuk klien usia lanjut
dan gagal ginjal dosis disesuaikan
Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengaatasi odem pulmonal akut yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg iv perlahan-lahan, cediland 1,4-0,8 mg iv perlahan-lahan
- Menurunkan beban jantung
Diit rendah garam
Diuretik yang digunakan forosemid dengan dosis penunjang rata-rata 20 mg yang
mempunyai efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam
kalium atau diganti dengan spirolakton, vasodilator nitrogliserin 0,4-0,6 mg sub lingual
atau 0,2-2 Ug/Kg BB/mnt iv, Nitroposit 0,5-1 Ug/KgBB/mnt, Prozosin per oral 2-5 mg,
penhambat ACE : kaptropic 2x12,5 mg per oral
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
a. Biodata
Memuat nama iddentitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, agama suku,
pendidikan, pekerjaan, alamat, identitas penanggung jawab dan lain-lain.
b. Keluhan utama
Sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, terjadi peningkatan tekanan darah, batuk dahak kadang
darah, sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, penggunaan diuretik, riwayat merokok
e. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga yang mengalami hipertensi dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi
f. Riwayat psiko, sosio
Psiko: Kegelisahan, emosi labil, kecemasan terhadap penyakit ketergantungan dan
kepedihan
Sosio : Sulit berinteraksi karena emosi labil dan marah
g. Activity Daily Life
Aktivitas : Gangguan aktifitas berhubungan dengan nyeri kepala, aktifitas yang
berlebihan menyebabkan jantung berdebar-debar
Nutrisi : Mual muntah, perubahan berat badan (menurun / meningkat), klien
sering mengkonsumsi alkohol, rokok dan lain-lain
Istirahat tidur : Sulit tidur karena mengalami nyeri kepala
Eliminasi : Konstipasi dan retensi

h. Pemeriksaan
Pemeriksaan umum head to toe (mulai dari kepala sampai kaki)
TD meningkat, nadi takikardi, peningkatan HRT
Pemeriksaan fisik
Kepala : Mata anemis, penglihatan berkurang, odem pupil
Leher : Sering di dapat bendungan vena jugularis
Dada : Gangguan irama dan otot gerak pernafasan, bunyi jantung galop, bising abdomen
meningkat

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan after
load, vosokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi atau rigiditas vestikuler.
b. Gamgguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O 2
c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplay
dan kebutuhan oksigen
d. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

3. Rencana Asuhan
a. Diagnosa keperawatan I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam diharapkan curah
jantung kembali normal
Kriteria hasil :
- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima individu
- Berpartisipasi dalam penurunan TD atau beban kerja jantung

Rencana tindakan :
- Pantau TD
R/ Memberikan gambaran tentang keterlibatan masalah vaskuler
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
R/ Mengetahui ada tidaknya S4 yang terjadi karena hipertrofi atrium dan S3 yang
terjadi vaskuler
- Amati perubahan warna kulit, kelembaban dan masa pengisian kapiler
R/ Perubahan-perubahan tersebut berkaitan dengan vasokontriksi
- Batasi aktifitas atau pengunjung dan beri lingkungan tenang dan nyaman
R/ Membantu menunjukkan rangsang simpatis dan relaksasi
b. Dignosa keperawatan II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam diharapkan gangguan
pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria hasil : -RR normal (16-20x/mnt)
-Tidak ada pergerakan cuping hidumg
-Tidak ada tarikan intercostae
Rencana tindakan :
- Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemi jaringan
- Auskultasi bunyi nafas
R/ Menyatakan adanya komgesti paru / pengu,pulan secret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut
- Anjurkan pasien untuk batuk efektif, nafas dalam
R/ Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen
- Dorong perubahan posisi semi fowler
R/ Menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan dan meninkatkan inflamasi paru
maksimal

c. Diagnosa keperawatan III


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien
dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan tanda-tanda penurunan intoleransi fisiologis.
Rencana tindakan :
- Kaji respon klien dengan aktivitas
R/ Menyebutkan parameter dalam membantu mengkaji respon fisiologis
- Instruksikan klien tentang teknik penghematan energi
R/ Mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan anatara suplay
dan kebutuhan O 2
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diri bertahap jika dapat toleransi
R/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung

d. Diagnosa Keperawatan IV
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang.
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Rencana tindakan :
- Mempertahankan tirah baring selama fase akut
R/ Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relokasi
- Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri (massage punggung
distraksi)
R/ Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatis
efektif.
- Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
R/ Pusing dan penglihatan kabur berhubungan dengan hipertensi
- Kolaborasi dengan pemberian analgesik
R/ Menurunkan nyeri dan mengurangi atau ketidanyamanan yang diperberat oleh
stres.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J., (2000), Diagnosa Keperawatan (Aplikasi pada Praktek Klinik). Edisi 6, EGC,
Jakarta.

John Gibson, (1997), Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Marylin E. Dongoes, (1989), NCP Guideliness for Planing Patient Care, Edisi 3, EGC,
Jakarta.

Martin E, Tucker, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan I, EGC, Jakarta.

www. Kemenkes.go.id, diakses pada tanggal 22 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai