Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

LAPORAN KASUS

PASIEN DIAGNOSA HIPERTENSI

Disusun oleh :
Mohammad Thoriq hasan
(210106201)

PROGAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGAM SARJANA TERAPAN


FALKUTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA 2023
A. Teori Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai (Yulanda, 2017).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui
pada pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,
gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan retinopati
(Yogi, 2019).
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak
diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya (Yogi, 2019).
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya hormone renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Renin disintesis dan
disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG)
pada ginjal. Sel JG merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding
arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam
ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG terurai dan melepaskan
renin.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II
mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama
yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan
sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah
dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air. Vasopressin atau
disebut juga dengan ADH (Anti Diuretic System), bahkan lebih kuat daripada angiontensin
sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat
dari tubuh. Bahan ini dibentuk hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke
glandula hipofise posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah
4. Tanda dan Gejala
 Mual
 Muntah
 Sakit Kepala
 Mimisan
 Sesak Nafas
 Nyeri Dada
 Gangguan Penglihatan
 Telinga Berdenging
 Gangguan Irama Jantung
 Darah dalam Urine (Rumah Sakit Universitas Airlangga, 2013)
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan
posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau
sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kadar ureum,
kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain
berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG
ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi
sekunder dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang
dibuat.
Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3),
hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar
aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar serum Na,
penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan alkalosis metabolik. Pada
feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom
cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat
dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi (Yulanda,
2017).
6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan adalah menurunkan tekanan darah sampai normal, atau
sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi oleh penderita dan mencegah
komplikasi yang mungkin timbul. Penatalaksanaan hipertensi, yaitu:
A.penata laksanaan umum
1. Diet rendah natrium
2. Diet rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah
3. Berhenti merokok dan mengonsumsi alcohol
4. Menurunkan berat badan agar Kembali mencapai status gizi normal
5. Olahraga, bermanfaat untuk menurunkan tekanan perifer
B. Medikamentosa, merupakan penatalaksanaan hipertensi dengan obat-obatan,
yaitu :
1. Golongan diuretic
2. Golongan inhibitor simpatik
3. Golongan blok ganglion
4. Golongan penghambat Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
5. Golongan antagonis kalsium
7. Konsep dasar asuhan keperawatan
a. Pengkajian kardiovaskular
1) Pengkajian Primer
 Airway
Kaji :
- Adanya atau tidaknya sumbatan jalan nafas
- Tanda – tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema
laring
 Breathing
Kaji :
- Frekuensi suara nafas,
- Pernafasan melalui hidung atau mulut
 Sirkulasi
Kaji :
- Tekanan darah
- Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
- Warna kulit
2) Pengkajian sekunder
 Riwayat penyakit
- Riwayat penggunaan obat
- Evaluasi penyakit – penyakit komorbiditas yang memiliki
potensi untuk berkontribusi terhadap inisiasi FA (misalnya
hepertensi, penyakit jantung coroner dll)
- Kondisi psikososial
 Keadaan umum
- Aktivitas : Kelelahan umum
- Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi).
denyut menurun kulit warna dan kelembaban berubah
missal pucat, sianosis, berkeringat. Edema haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
- Makanan/cairann : Hilamg nafsu makan, anoreksa,
penyubahann berat badan
- Neurosensori : Pusing. Sakit kepala, bingung, latergi
- Pernafasan : Komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru)
- Keamanan : Demam, kemerahan kulit (reaksi obat)
b. Obat
Hipertensi
- Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)
- Furosemid 40 mg
- Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker) yaitu Propranolol 40 mg
- Golongan Blok Ganglion yaitu Klonidin 0,15 m, Reserpin 0,25 mg dan
0,1 mg.
- Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I) yaitu
Kaptopril 25 mg
- Golongan Antagonis Kalsium yaitu Diltiazem 30 mg, Nifedipin 10 mg
c. Diagnosa Keperawatan
Masalah Anestesi
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.
 Kriteria hasil
- Tekanan darah dalam batas normal atau terkontrol
- Irama dan frekuensi jantung stabil
- Akral hangat
- Pengisian kapiler
- Oedema tidak ada
 Intervensi
- Pantau tekanan darah, ukur tangan/paha, untuk evaluasi
awal
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
- Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisiaan
kapiler
- Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah.
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
- Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan
 Kolaborasi
- Pantau pemeriksaan laboratorium
- Pemberian Antiaritmia jika perlu
- Rujuk ke progam rehabilitas jantung

Anda mungkin juga menyukai