Anda di halaman 1dari 22

MODUL

PEMELIHARAAN MESIN SEPEDA MOTOR

3.8. Memahami prinsip kerja sistem transmisi otomatis (CVT)


4.8. Merawat secara berkala sistem transmisi otomatis (CVT)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HASBI AKMAL


NO PESERTA PPG : 18071542710006

MEDAN 2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, innayah serta karunia-Nya, Sehingga penulis dapat

menyelesaikan modul dengan judul Pemeliharaan Sasis Sepeda Motor.

Modul ini digunakan sebagai panduan kegiatan belajar untuk membentuk

salah satu kompetensi, yaitu Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik

serta Memperbaiki sistem rem hidrolik.

Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki dalam

penyusunan modul ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan modul ini.

Penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Hasbi Akmal, S.Pd


Daftar Isi
Halaman Judul .........................................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................................................
Daftar Isi .....................................................................................................................................
BAB I ..................................................................................................................................
Deskripsi ...................................................................................................................
Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................
Tujuan modul..........................................................................................................
BAB II ................................................................................................................................
Rencana Belajar Siswa ........................................................................................
Materi Pembelajaran ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Modul Pemeliharaan Sasis sepeda Motor ini membahas pemeliharaan
transmisi otomatis (CVT) sepeda motor. Materi kompetensi yang terdapat
pada modul ini merupakan sub kompetensi dari kompetensi Pemeliharaan
Mesin Sepeda Motor secara keseluruhan.
Modul ini dibagi menjadi dua kegiatan belajar yaitu: kegiatan belajar 1
Mendefinisikan, menguraikan, fungsi dan cara kerja system pemindah daya
transimisi otomatis (CVT), kegiatan belajar 2 Merawat, melakukan
pembongkaran system transmisi otomatis (CVT).

B. Petunjuk Penggunaan
1. Petunjuk Bagi Siswa
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam menggunakan
modul ini, maka langkah yang perlu dilakukan antara lain :
a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada
pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas,
siswa dapat bertanya pada guru atau instruktur pengampu kegiatan
belajar.
b. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori
c. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru atau
instruktur yang mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

2. Petunjuk Bagi Guru


Dalam setiap kegiatan belajar Guru atau instruktur berperan untuk :
a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar
b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar
c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan
menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar mahasiswa
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan
lain yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
f. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya.
g. Melaksanakan penilaian.
h. Mencatat pencapaian kemajuan siswa

C. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan :
1. Mendefinisikan Sistem pemindah daya transmisi otomatis (CVT)
2. Mendiskripsikan prinsip dan cara kerja transmisi otomatis (CVT)
3. Menentukan cara pemeliharaan transmisi otomatis (CVT).
4. Melakukan pembongkaran Sistem transimisi otomatis (CVT)
5. Melakukan perawatan Sistem transimisi otomatis (CVT)
BAB II
PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa


Rencanakan setiap kegiatan belajar anda dengan mengisi tabel di
bawah ini dan mintalah bukti belajar kepada guru jika telah selesai
mempelajari setiap kegiatan belajar.

Tempat Alasan
Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Paraf Guru
Belajar Perubahan

Menguraikankan komponen
sistem transmisi otomatis

Menerangkan cara kerja


sistem transmisi otomatis

Menguraikan perawatan
sistem transmisi otomatis

Menerapkankan perawatan
sistem transmisi otomatis

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


3.8 Memahami prinsip kerja sistem transmisi otomatis
Indikator :
3.8.1 Menguraikankan komponen sistem transmisi otomatis
3.8.2 Menerangkan cara kerja sistem transmisi otomatis
4.8 Merawat secara berkala sistem transmisi otomatis
Indikator:
4.8.1 Menguraikan perawatan sistem transmisi otomatis
4.8.2 Menerapkankan perawatan sistem transmisi otomatis
Tujuan Pembelajaran
1. Setelah berdiskusi berdasarkan pembahasan masalah yang ada, peserta didik dapat :
a) Peserta didik mampu menguraikankan komponen sistem transmisi
otomatis dengan benar
b) Peserta didik mampu menerangkan cara kerja sistem transmisi otomatis
dengan benar
2. Disediakan peralatan, dan melakukan perawtan secara berkala pada sistem transmisi
otomatis diharapkan peserta didik akan dapat:
a) Peserta didik mampu menjelaskan perawatan sistem transmisiotomatis
sesuai dengan SOP
b) Peserta didk mampu melaksanakan perawatan transmisi otomatis sesuai
dengan SOP

B. Materi Pembelajaran

Continuous Variable Transmission (CVT) Sepeda Motor

A. Sistem Continuous Variable Transmission (CVT) Sepeda Motor


Sistem transmisi merupakan bagian komponen mesin sepeda motor yang berfungsi
sebagai pemindah tenaga dari mesin ke roda belakang. Sepeda motor matic
menggunakan sistem transmisi otomatis, yaitu tenaga dari poros engkol
(crankshaft) diteruskan ke roda belakang lewat bantuan dua buah puli yang
dihubungkan dengan V-belt, (Subandrio, 2009: 19). Pada sistem trasnsmisi
otomatis tidak diperlukan adanya pemindah gigi (perseneling) seperti pada sepeda
motor umunya. Teknologi yang digunakan pada sistem transmisi otomatis dikenal
dengan sebutan Continuous Variable Transmission (CVT). Pada teknologi ini, tenaga
dari mesin dapat disalurkan dengan sempurna ke roda belakang dengan
menyesuaikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi kendaraan, tentunya
dengan ratio yang sangat tepat, sehingga percepatan yang dihasilkan sangat
konstan dan bebas entakan. Sistem CVT terdiri dari puli primer (primary pulley)
atau drive pulley dan puli sekunder (secondary pulley) atau driven pulley yang
dihubungkan menggunakan V-belt

Gambar 1. Konstruksi Sistem CVT

Sistem ini menempatkan jenis kopling sentrifugal sebagai acuan terciptanya perbedaan
antara input dan output dari engine. Gaya sentrifugal kopling inilah yang membuat
momen dan putaran menjadi sebuah perbandingan antara momen dan putaran secara
variabel dan continue. Inilah yang memungkinkan otomatisasi dari perubahan yang
bukan berasal dari rasio roda gigi transmisi, tapi rasio puli primer dan sekunder. Semua
komponen terdapat pada rumah CVT. Terdapat tiga komponen utama yaitu puli
primer, puli sekunder dan gear reduksi.
1) Puli Primer

2) Puli Sekunder
3) Gigi Reduksi

B. Keuntungan dan Kerugian Transmisi Otomatis


Transmisi otomatis memiliki keunggulan dibanding transmisi manual diantaranya yaitu
: pengoperasiannya mudah, lebih nyaman dalam pemakaiannya, perawatan lebih
mudah, memiliki percepatan yang halus dan bebas entakan. Sedangkan kelemahan
dari sistem CVT adalah konsumsi bahan bakar lebih boros dibandingkan dengan
transmisi manual.

Komponen CVT Sepeda Motor


1) Komponen Puli Primer
 Puli Tetap (Fixed Sheave)
Puli tetap (fixed sheave) adalah bagian dari puli primer yang tidak bergerak,
berfungsi sebagai penahan V-belt.
Puli tetap berbentuk piringan yang salah satu bagian sisinya dibentuk menyerupai
kipas, tujuannya adalah untuk membantu proses pendinginan pada ruang CVT.
Gambar 5. Puli Tetap (Fixed Sheave)

 Puli Bergerak (Sliding Sheave)


Puli bergerak (sliding sheave) adalah bagian yang bergerak ke kiri dan ke kanan
yang berfungsi mendorong V-belt.
Puli bergerak bekerja dengan menyesuaikan kecepatan mesin. Semakin tinggi
putaran mesin, sliding sheave akan menekan V-belt ke arah diameter puli yang
lebih besar.

Gambar 6. Puli Bergerak (Sliding Sheave)

 Collar
Collar adalah poros yang menghubungkan poros engkol (crankshaft) dengan puli
tetap (fixed sheave), puli bergerak, dan cam.

Gambar 7. Collar
 Plat Penahan (Slider)

Slider adalah plat penahan berbentuk piringan tempat dudukan plastic slider guide,
yang berfungsi untuk menahan gerakan dinding dalam agar dapat bergeser ke arah
luar sewaktu terdorong oleh roller.

 Plastic Slider Guide


Plastic slider guide adalah komponen yang berfungsi sebagai peredam getaran
antara dinding dalam puli bergerak dengan plat penahan atau slider.

Gambar 9. Plastic Slider Guide

 Pemberat (Weight Roller)


Disebut juga drum (pemberat) atau weight roller yang berfungsi untuk menekan
dinding dalam puli primer sewaktu terjadi putaran tinggi.
Prinsip kerja roler, semakin berat rolernya maka dia akan semakin cepat bergerak
mendorong puli bergerak pada puli primer sehingga bisa menekan V-belt ke posisi
terkecil. Supaya V-belt dapat tertekan hingga maksimal butuh roler yang beratnya
sesuai. Artinya jika roler terlalu ringan maka tidak dapat menekan belt hingga
maksimal, efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang.
Pemberat pada skuter matic berjumlah 6 buah dan terletak di dalam puli atau
sering disebut rumah roler (puli primer).

Gambar 10. Pemberat (Weight Roller)

2) Komponen Puli Sekunder


 Puli Tetap (Fixed Sheave)

Puli tetap (fixed sheave) adalah bagian dari puli sekunder (secondary sheave) yang
tidak bergerak, berfungsi sebagai penahan V-belt.

Gambar 11. Puli Tetap (Fixed Sheave)

 Puli Bergerak (Sliding Sheave)

Sama seperti pada puli primer, Puli bergerak pada puli sekunder berbentuk
piringan, yang bergerak atau bergeser menahan V-belt.

Gambar 12. Puli Bergerak (Sliding Sheave)


 Torque Cam atau Pin Guide

Torque cam atau pin guide sejenis pasak yang berfungsi menahan torsi (gaya
putar).

Torque cam bekerja otomatis dengan menekan puli bergerak saat gaya putar
diperlukan, misaknya saat kondis jalan menanjak/beban berat atau penambahan
percepatan/akselerasi.

Gambar 13. Torque Cam atau Pin Guide

 Sepatu Kopling (Clutch Carrier)


Sepatu kopling disebut juga clutch carrier, berfungsi meneruskan dan memutuskan
putaran ke poros roda belakang (primary drive gear shaft), sesuai dengan tinggi
rendahnya putaran.

Putaran yang tinggi akan menyebaban sepatu kopling terlempar dan menempel
pada rumah koling (gaya sentrifugal).

Gambar 14. Sepatu Kopling (Clutch Carrier)

 Rumah Kopling (Clutch Housing)


Rumah kopling disebut juga clutch housing, befungsi meneruskan putaran ke poros
roda belakang (primary drive gear shaft).
Gambar 15. Rumah Kopling (Clutch Housing)

3) V-belt
V-belt disebut juga sebagai sabuk, berfungsi sebagai penghubung putaran dari puli
primer (primary sheave) ke puli sekunder (secondary sheave). Besarnya diameter V-
belt bervariasi tergantung pabrikan sepeda motornya. namun, besarnya diameter V-
belt biasanya diukur dari dua poros, yaitu poros engkol dan poros roda belakang.
V-belt terbuat dari karet berkualitas tinggi, sehingga tahan terhadap gesekan dan
panas. Bagian bawah V-belt dibuat menyerupai roda gigi yang berfungsi sebagai
pendingin agar V-belt bersifat elastis. Beberapa pabrikan telah menetapkan standar
penggantian V-belt, yaitu antara 20.000 km sampai 25.000 km.

Gambar 16. V-belt

4) Gigi Reduksi (Gear Reduction)


Gigi reduksi diperlukan untuk menghasilkan total perbandingan yang ideal antara
putaran poros engkol dan putaran roda belakang. Gigi reduksi ditempatkan pada
gearbox yang posisinya terpisah dari rumah CVT. Untuk mengurangi gesekan antara
roga gigi pada gigi reduksi diperlukan pelumas (oli).

Gambar 17. Gigi Reduksi (Gear Reduction)

C. Cara Kerja CVT


Berdasarkan dari fungsi sistem CVT itu sendiri yang mampu menggerakkan sistem
transmisi motor dari tenaga putaran mesin dari drive pulley yang dihubungkan ke
driven pulley oleh v-belt, cara kerja dari sistem CVT motor matic adalah sebagai
berikut:

1. Putaran Mesin Stasioner

Pada saat putaran mesin stasioner atau rendah gaya centrifugal dari unit kopling
belum bisa mengalahkan tegangan pegas, dan sepatu gesek tidak mampu
memutar rumah kopling. Hal ini menyebabkan putaran mesin dari transmisi diam
padaunit kopling centrifugal. Karena kopling centrifugal belum bekerja dan tenaga
putaran mesin diam, mnyebabkan sepeda motor tidak berjalan.

2. Putaran Mesin Meninggi

Saat putaran mesin dinaikkan mencapai 3000 rpm, sepatu gesek mengalami gaya
centrifugal yang cukup besar. Akibatnya, sepatu kopling akan menempel dengan
rumah kopling dan dapat meneruskan tenaga putran mesin ke sistem penggerak
roda belakang. Dalam hal ini motor mulai berjalan.

3. Putaran Mesin Menengah

Sesudah motor mulai berjalan, putaran mesin semakin naik hingga kecepatan
menengah. Gaya centrifugal yang diterima roller pemberat puli primer menjadi
besar sehingga membuat roller menekan puli geser untuk bergerak menyempit
dan mendorong v-belt ke bagian diameter puliprimer yang lebih besar.

V-belt yang berputar membuat diameter pada bagian puli sekunder mengecil yang
menyebabkan rasio transmisi menjadi mengecil dan laju kecepatan motor menjadi
meningkat.

4. Putaran Mesin Kecepatan Tinggi

Saat melaju dengan kecepatan tinggi gaya centrifugal yang tadi membuat roller
pada drive pulley menekan puli kearah menyempit. Dengan kondisi seperti ini
akibat dari tarikan v-belt pada puli sekunder yang semakin besar membuat
diameter puli sekunder semakin mengecil dan rasio trasnmisi juga semakin kecil.
Hal ini sekaligus menyebabkan motor melaju dengan kecepatan tinggi.

5. Saat Motor menanjak atau Membawa Beban Berat

Pada kondisi motor berjalan menanjak atau sedang membawa beban berat
dibutuhkan torsi yang besar agar motor bisa tetap melaju. Keadaan seperti ini
membuat motor melaju pada kecepatan rendah, namun membutuhkan torsi yang
besar. Biasanya torsi yang dibutuhkan besar dengan memaksa rasio transmisi
menjadi besar dan memperoleh perbandingan putaran mesin yang ringan.

D. Perawatan Sistem CVT Sepeda Motor


Berikut akan dibahas beberapa poin servis kerusakan pada sistem CVT dan cara
mengatasinya, yaitu:

1) Kerusakan Pada Puli Bergerak


Puli bergerak (sliding sheave) pada puli primer adalah tempat untuk meletakkan
roler. Kerusakan pada puli bergerak disebabkan oleh aus pada dudukan roler
karena gesekan dengan roller yang bergerak terus-menerus.
Pemeriksaan dilakukan terhadap goresan dan keausan pada tempat/dudukan
roler. Apabila sudah aus terlalu dalam maka segera diganti.

2) Pemeriksaan V-belt

Harus ada kelebihan dari V-belt antara V-belt bagian bawah dan bagian bawah alat
pemeriksa V-belt.

Gambar 18. Pemeriksaan V-Belt


- Jika bagian bawah alat pemeriksa sudah rata dengan V-belt, Artinya V-belt telah aus.
- Rekomendasi penggantian: Antara 20.000 km – 25.000 km.

Mengatasi V-belt slip


Apabila ada suara berdecit saat akselerasi, maka periksa keausan dan permukaan
singgung dari V-belt. Jika kondisi masih baik maka bisa untuk dipakai lagi. Pergunakan
V-belt cleaner/larutan pembersih V-belt untuk menghilangkan suara berdecit/noise.

Gambar 19. Menghilangkan Suara Berdecit Menggunakan Larutan Pembersih V-Belt

3) Kerusakan Pada Per Kopling


Kerusakan kopling disebabkan oleh usia pakai dan akibat beban yang bekerja
terlalu berat. Beban berat terjadi saat sepeda motor digunakan untuk
berboncengan atau jalan di menanjak. Indikasi kerusakan: Jarum speedometer
menurun, padahal kondisi grip gas stabil.

Gambar 20. Pemeriksaan Per Kopling


4) Mengatasi Kopling Bergetar/Clutch Judder
Kopling bergetar adalah kondisi saat sepeda motor mulai berjalan terjadi getaran
sehingga kurang halus. Biasanya diakibatkan adanya gemuk, oli dan kotoran lain
yang menempel pada sepatu kopling atau rumah kopling.
Cara mengatasinya:
a) Periksa permukaan singgung sepatu kopling dan permukaan dalam rumah
kopling. Jika terdapat oli/gemuk pada permukaannya: bersihkan dengan
cairan pembersih (Alkohol).

Catatan: Lakukan analisa penyebab adanya oli dan kotora lain kemungkinan
adanya kebocoran seal oli dan lain-lain.
b) Kemungkinan lain getaran disebabkan permukaan singgung sepatu kopling
dan rumah kopling tidak rata. Jika permukaan sepatu kopling tidak rata, gosok
permukaan sepatu kopling agar rata dengan amplas.

5) Kerusakan Pada Rumah Kopling dan Kampas Sentrifugal


Kerusakan pada rumah kopling disebabkan oleh aus. Akibatnya tenaga mesin
berkurang sebab kerja kampas kopling menjadi lambat, sehingga perpindahan
tenaga akan terhambat dan BBM menjadi boros.
Cara Mengatasi:
a) Periksa permukaan rumah kopling dan bersihkan permukaan dalam
menggunakan amplas halus. Jika permukaan sudah termakan cukup dalam,
harus segera diganti.
b) Periksa ketebalan kampas sentrifugal. Apabila sudah aus maka diganti.
Ketebalan minimum kampas: 2 mm.

6) Penggantian Roler
Kerusakan pada roler disebabkan oleh aus karena gesekan secara terus menerus
dengan dudukan roler (puli bergerak). Penggantian roller dapat dilakukan secara
keseluruhan atau kombinasi masing-masing 3 roler dari dua berat yang berbeda.
Asumsinya, semakin ringan berat roler, akselerasi akan berkurang, tetapi tekanan
terhadap puli sekunder akan semakin besar dan dapat menambah kecepatan
(speed).

Cara Mengecek & Mengganti Roler:


a) Periksa kondisi roler terhadap keausakan (gepeng/tidak rata). Harus diganti
keenamnya meskipun hanya satu yang rusak, karena keausan yang lain juga
berbeda, sehingga kerja antara yang satu dengan yang lain tidak rata.
b) Ketebalan standar: 15 mm. Limit ketebalan minimum: 14,5 mm Standar ukuran
roler tiap sepeda motor matic berbeda-beda, tergantung dari pabrikan.
c) Ketika meletakkan roler pengganti, perhatikan posisinya. Untuk roler rata
(ukuran beratnya sama), pemasangan bebas dimana saja. Tetapi kalau
kombinasi, sebaiknya letakkan roler yang lebih ringan di bagian depan sebelum
roler berat. Disarankan posisi roler yang ringan ada di sebelah kiri dan roler
berat sebelah kanan.

Cara Mudah Untuk Merawat CVT


CVT merupakan penerus daya dari mesin ke roda pada motor matic seperti Yamaha
Mio maupun Honda Beat. Agar kerja dari CVT itu sendiri tetap maksimal maka perlu
perawatan rutin, paling tidak 6 bulan sekali. Nah kali ini saya akan membahas tentang
Cara Merawat CVT Motor Matik.
Yang pertama adalah buka baut-baut pengikat cover CVT dilanjutkan melepas selang
udara pakai obeng plus. Kemudian buka mur crankshaft guna melepas belt penggerak
atau istilah kerennya drive belt. Sebelumnya rumah roller( drive pully ) dan driven pully
ditahan pakai tracker penahan pully agar proses pelepasan mur lebih mudah.
Setelah semuanya terlepas dilanjutkan periksa semua peranti yang ada. Cek lebar belt
agar tidak kurang dari 18 mm ( standar 19 mm ), kalau kurang berarti harus diganti.
Cek juga apakah belt retak atau tidak, dengan cara dibalik kemudian ditekuk. Kalau
terlihat ada keretakan maka sebaiknya diganti.
Selanjutnya cek kondisi roller, kalau ada yang rusak atau peyang (tidak rata) harus
diganti satu set walaupun yang rusak hanya satu sebab keausan roller yang lain
berbeda sehingga kerja antara yang satu dengan yang lain tidak merata. Cek ketebalan
roller tidak boleh kurang dari 17,5 mm.
Jika semuanya sudah beres, bersihkan seluruh bagian dalam rumah CVT pakai lap
kering karena bila CVT kotor dapat mengganggu system kerja CVT itu sendiri, seperti
akan timbul bunyi-bunyi, sebenarnya perawatan cukup mudah dan dapat dipraktekan
sendiri di rumah.

Anda mungkin juga menyukai