DI SUSUN OLEH :
MEDAN 2018
Kata Pengantar
salah satu kompetensi, yaitu Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
penyusunan modul ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
A. Deskripsi
Modul Pemeliharaan Sasis sepeda Motor ini membahas pemeliharaan
transmisi otomatis (CVT) sepeda motor. Materi kompetensi yang terdapat
pada modul ini merupakan sub kompetensi dari kompetensi Pemeliharaan
Mesin Sepeda Motor secara keseluruhan.
Modul ini dibagi menjadi dua kegiatan belajar yaitu: kegiatan belajar 1
Mendefinisikan, menguraikan, fungsi dan cara kerja system pemindah daya
transimisi otomatis (CVT), kegiatan belajar 2 Merawat, melakukan
pembongkaran system transmisi otomatis (CVT).
B. Petunjuk Penggunaan
1. Petunjuk Bagi Siswa
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam menggunakan
modul ini, maka langkah yang perlu dilakukan antara lain :
a. Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada
pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas,
siswa dapat bertanya pada guru atau instruktur pengampu kegiatan
belajar.
b. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori
c. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru atau
instruktur yang mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
Tempat Alasan
Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Paraf Guru
Belajar Perubahan
Menguraikankan komponen
sistem transmisi otomatis
Menguraikan perawatan
sistem transmisi otomatis
Menerapkankan perawatan
sistem transmisi otomatis
B. Materi Pembelajaran
Sistem ini menempatkan jenis kopling sentrifugal sebagai acuan terciptanya perbedaan
antara input dan output dari engine. Gaya sentrifugal kopling inilah yang membuat
momen dan putaran menjadi sebuah perbandingan antara momen dan putaran secara
variabel dan continue. Inilah yang memungkinkan otomatisasi dari perubahan yang
bukan berasal dari rasio roda gigi transmisi, tapi rasio puli primer dan sekunder. Semua
komponen terdapat pada rumah CVT. Terdapat tiga komponen utama yaitu puli
primer, puli sekunder dan gear reduksi.
1) Puli Primer
2) Puli Sekunder
3) Gigi Reduksi
Collar
Collar adalah poros yang menghubungkan poros engkol (crankshaft) dengan puli
tetap (fixed sheave), puli bergerak, dan cam.
Gambar 7. Collar
Plat Penahan (Slider)
Slider adalah plat penahan berbentuk piringan tempat dudukan plastic slider guide,
yang berfungsi untuk menahan gerakan dinding dalam agar dapat bergeser ke arah
luar sewaktu terdorong oleh roller.
Puli tetap (fixed sheave) adalah bagian dari puli sekunder (secondary sheave) yang
tidak bergerak, berfungsi sebagai penahan V-belt.
Sama seperti pada puli primer, Puli bergerak pada puli sekunder berbentuk
piringan, yang bergerak atau bergeser menahan V-belt.
Torque cam atau pin guide sejenis pasak yang berfungsi menahan torsi (gaya
putar).
Torque cam bekerja otomatis dengan menekan puli bergerak saat gaya putar
diperlukan, misaknya saat kondis jalan menanjak/beban berat atau penambahan
percepatan/akselerasi.
Putaran yang tinggi akan menyebaban sepatu kopling terlempar dan menempel
pada rumah koling (gaya sentrifugal).
3) V-belt
V-belt disebut juga sebagai sabuk, berfungsi sebagai penghubung putaran dari puli
primer (primary sheave) ke puli sekunder (secondary sheave). Besarnya diameter V-
belt bervariasi tergantung pabrikan sepeda motornya. namun, besarnya diameter V-
belt biasanya diukur dari dua poros, yaitu poros engkol dan poros roda belakang.
V-belt terbuat dari karet berkualitas tinggi, sehingga tahan terhadap gesekan dan
panas. Bagian bawah V-belt dibuat menyerupai roda gigi yang berfungsi sebagai
pendingin agar V-belt bersifat elastis. Beberapa pabrikan telah menetapkan standar
penggantian V-belt, yaitu antara 20.000 km sampai 25.000 km.
Pada saat putaran mesin stasioner atau rendah gaya centrifugal dari unit kopling
belum bisa mengalahkan tegangan pegas, dan sepatu gesek tidak mampu
memutar rumah kopling. Hal ini menyebabkan putaran mesin dari transmisi diam
padaunit kopling centrifugal. Karena kopling centrifugal belum bekerja dan tenaga
putaran mesin diam, mnyebabkan sepeda motor tidak berjalan.
Saat putaran mesin dinaikkan mencapai 3000 rpm, sepatu gesek mengalami gaya
centrifugal yang cukup besar. Akibatnya, sepatu kopling akan menempel dengan
rumah kopling dan dapat meneruskan tenaga putran mesin ke sistem penggerak
roda belakang. Dalam hal ini motor mulai berjalan.
Sesudah motor mulai berjalan, putaran mesin semakin naik hingga kecepatan
menengah. Gaya centrifugal yang diterima roller pemberat puli primer menjadi
besar sehingga membuat roller menekan puli geser untuk bergerak menyempit
dan mendorong v-belt ke bagian diameter puliprimer yang lebih besar.
V-belt yang berputar membuat diameter pada bagian puli sekunder mengecil yang
menyebabkan rasio transmisi menjadi mengecil dan laju kecepatan motor menjadi
meningkat.
Saat melaju dengan kecepatan tinggi gaya centrifugal yang tadi membuat roller
pada drive pulley menekan puli kearah menyempit. Dengan kondisi seperti ini
akibat dari tarikan v-belt pada puli sekunder yang semakin besar membuat
diameter puli sekunder semakin mengecil dan rasio trasnmisi juga semakin kecil.
Hal ini sekaligus menyebabkan motor melaju dengan kecepatan tinggi.
Pada kondisi motor berjalan menanjak atau sedang membawa beban berat
dibutuhkan torsi yang besar agar motor bisa tetap melaju. Keadaan seperti ini
membuat motor melaju pada kecepatan rendah, namun membutuhkan torsi yang
besar. Biasanya torsi yang dibutuhkan besar dengan memaksa rasio transmisi
menjadi besar dan memperoleh perbandingan putaran mesin yang ringan.
2) Pemeriksaan V-belt
Harus ada kelebihan dari V-belt antara V-belt bagian bawah dan bagian bawah alat
pemeriksa V-belt.
Catatan: Lakukan analisa penyebab adanya oli dan kotora lain kemungkinan
adanya kebocoran seal oli dan lain-lain.
b) Kemungkinan lain getaran disebabkan permukaan singgung sepatu kopling
dan rumah kopling tidak rata. Jika permukaan sepatu kopling tidak rata, gosok
permukaan sepatu kopling agar rata dengan amplas.
6) Penggantian Roler
Kerusakan pada roler disebabkan oleh aus karena gesekan secara terus menerus
dengan dudukan roler (puli bergerak). Penggantian roller dapat dilakukan secara
keseluruhan atau kombinasi masing-masing 3 roler dari dua berat yang berbeda.
Asumsinya, semakin ringan berat roler, akselerasi akan berkurang, tetapi tekanan
terhadap puli sekunder akan semakin besar dan dapat menambah kecepatan
(speed).