Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KUNTO DARUSSALAM
KECAMATAN KUNTO
DARUSSALAM
Jl. Tengku Pahlawan Kota Lama Kec. Kunto Darussalam Kode Pos 28556
email : puskesmaskunto@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PENYULUHAN DAN PEMBERIAN TABLET FE PADA REMAJA PUTERI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUNTO DARUSSALAM

A. PENDAHULUAN

Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS yang
dilakukan, utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang
anemia kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta
konseling yang ditujukan secara langsung pada Remaja Putri/Wanita melalui wadah yang
sudah ada di masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja (formal/informal),
organisasi dan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita.

Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara program dari pusat dengan dosis
1 tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet
setiap hari selama masa haid/menstruasi (10 tablet).
Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan mengacu pada
“gizi seimbang”, diikuti dengan pembinaan kantin di sekolah atau penjaja makanan di
sekitar remaja/wanita berkumpul.
Deteksi dini juga dilakukan untuk mengetahui apakah Remaja Putri/Wanita
menderita Risiko KEK (LILA <23,5 cm), sehingga dapat dilakukan upaya untuk
meningkatkan status gizinya.

B. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab,
diantaranya karena anemia.
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk
mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di
tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi
dalam sistim pertahanan tubuh.
Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C
meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat
mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan
bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara
makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu
bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari
makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam serum.
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat
untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
Yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat
kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan,
adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa
penyembuhan dari penyakit.
RPJMN 2015-2019 mencantumkan sasaran strategis pembangunan kesehatan
untuk menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 18,4% menjadi dibawah
15% dan menurunkan prevalensi balita pendek dari 37% menjadi dibawah 32%
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Bina Gizi memfokuskan pada upaya
memperbaiki asupan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
intervensi gizi berbasis masyarakat
Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan yang
pesat, sehingga memerlukan asupan zat gizi yang seimbang. Selama ini, yang
diperhatikan hanyalah asupan zat gizi makro dan tidak memperhatikan zat gizi mikro.
Padahal pada kenyataannya banyak anak pada masa remaja mengalami anemia, yaitu
kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan
membuat remaja mengalami masalah yang berakibat penurunan produktivitas remaja.
Produktivitas remaja yang terus menurun ini akan menyebabkan kualitas SDM yang ada
ikut menurun. Secara umum, juga akan mempengaruhi kualitas penerus bangsa ini.
Oleh karena itu, pada tahun 2016 ini salah satu kegiatan program perbaikan
dan peningkatan gizi masyarakat salah satunya adalah Penyuluhan dan pemberian Tablet
Tambah Darah pada remaja Puteri di Wilayah Kerja Puskesmas Kunto Darussalam.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a. Umum : Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri dan WUS
melalui penanggulangan anemia gizi.
b. Khusus :

1. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan


anemia gizi.
2. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatan dengan
sektor pendidikan, keagamaan, organisasi dan LSM untuk penanggulangan
masalah anemia gizi.
3. Meningkatkan kesadaran remaja putri dan WUS serta keluarganya akan
pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah
masalah anemia sedini mungkin.
4. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri dan WUS secara
mandiri.
5. Menurunkan prevalensi Anemia Gizi pada WUS khususnya remaja putri.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Adapun rincian kegiatan antara lain :
1. Kesepakatan lintas program dan sektor terkait di tingkat kecamatan dan kelurahan.
2. Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta organisasi dan
LSM bidang kepemudaan dan wanita.
3. Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi petugas
kesehatan, pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang melakukan penyuluhan.
4. Penyediaan materi KIE oleh instansi terkait, swasta dan masyarakat.
5. Penyusunan kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja di sekolah/
pesantren/madrasah Tsanawiyah/madrasah Aliyah oleh instansi terkait.
6. Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah.
7. Penyebarluasan informasi melalui :
a. Kampanye/promosi
b. Tayangan/siaran/tulisan melalui media elektronik dan cetak.
c. Lokakarya, pameran, pencanangan di tingkat tingkat kecamatan dan kelurahan.
d. Siaran keliling di kecamatan dan kelurahan.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Pelaksananan pemberian tablet tambah darah ( Fe ) pada remaja putri
dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi langsung ke sekolah SLTP dan SLTA. Kegiatan
suplemen TTD dilakukan secara program dari pusat dengan dosis 1 tablet seminggu
sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama
masa haid/menstruasi (10 tablet).
Cara melaksanakan kegiatan antara lain :
a. Tenaga Pelaksana Gizi mengajukan permintaan Tablet Fe pada bagian Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten.
b. Tenaga Pelaksana Gizi Menentukan Sasaran Remaja Putri yang mendapatkan Tablet
tambah darah. Mendata seluruh Remaja Putri yang ada disekolah SMP dan SMA.
c. Tanaga Pelaksana Gizi melaksanakan kegiatan penyuluhan dan langsung
mendistribusikan TTD remaja putri sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
d. Tenaga Pelaksana Gizi memberikan penyuluhan tentang Tablet Fe dan menjelaskan
bagaiamana cara minum dan memberi saran terkait dengan makanan atau minuman
yang harus dihindari dan yang dianjurkan pada waktu minum Tablet Fe.
e. Tenaga Pelaksana Gizi mencatat jumlah Tablet Fe yang diberikan pada Remaja Putri
sesuai sasaran yang sudah ditentukan.
f. Tenaga Pelaksana Gizi mencatat laporan jumlah tablet tambah darah yang sudah di
berikan.
g. Tenaga Pelaksana Gizi merekap laporan seluruh sekolah yang telah mendapatkan
tablet tambah darah.
h. Tenaga Pelaksana Gizi melaporkan kepada Kepala Puskesmas dan minta tanda
tangan.
i. Tenaga Pelaksana Gizi melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
j. Tenaga Pelaksana Gizi mendokumentasikan Hasil Kegiatan.

F. SASARAN
Sasaran penyuluhan dan distribusi pemberian suplemen TTD Remaja Putri adalah usia
12-18 tahun.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Jadwal pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan distribusi pemberian suplemen TTD
remaja putri dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program Penanggulangan Anemia
Gizi untuk Remaja Putri, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan
evaluasi meliputi :

A. Kelancaran logistik dan dana.


B. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan konseling.
C. Survei Cepat Kelainan Gizi.
D. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
E. Penelitian atau studi.
Indikator keberhasilan antara lain :
A. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri/Wanita
tentang anemia gizi.
B. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri.
C. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.
D. Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur khususnya Remaja Putri.
Hasil evaluasi sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan setelah dilakukan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai