Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi darah di dalam tubuh manusia adalah sebagai alat
transportasi. Di dalam tubuh darah berperan sebagai transport oksigen ,
karbon dioksida, zat makanan, metabolit-metabolit yang tidak diperlukan,
mengatur suhu tubuh normal, mempertahankan keseimbangan asam dan
basa, mengatur keseimbangan air, mengatasi infeksi, transport hormone
untuk metabolisme dan transport metabolit-metabolit antar jaringan.
Jumlah darah dalam tubuh sekitar 5 - 7 % dari berat badan. Pada wanita
angka ini sedikit lebih rendah . plasma terdiri dari 91-92 % adalah air dan
sisanya merupakan zat-zat yang larut didalamnya berupa protein, hormon,
enzim, vitamin, lipid, asam amino, dsb. Plasma darah ini merupakan
system transport yang melayani semua sel melalui medium ekstraseluler.
Darah bewarna merah karena adanya sel-sel darah merah . sel darah merah
berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung ditengah. Sel
darah merah tidak mengandung inti sel dan mengandung hemoglobin.
Eritrosit merupakan bagian utama sel darah.
Fungsi utama dari sel-sel darah merah adalah mengangkut Hb yang
seterusnya akan membawa oksigen yang berasal dari paru-paru ke jaringan
.sel darah merah normal berbentuk pelat, cekung ganda, dan berdiameter 8
mikron. Konsentrasi pada pria lebih besar daripada pada wanita.
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang
myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk
berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah).
Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 1


menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium
terutama dalam limfa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem
dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna
kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang
dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.

B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian sel darah merah
b. Untuk mengetahui fungsi sel darah merah
c. Untuk mengetahui Kelainan Pada Sel Darah Merah

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 2


BAB II
ISI

A. Pengertian Sel darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat
darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul
yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari
paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh
kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Eritrosit merupakan
bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah pada seorang
laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada
seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.

B. Fungsi Sel Darah Merah


a. Sebagai alat pengangkut yaitu:

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 3


 Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

 Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan


melalui paru-paru.

 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan


dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh.

 Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh


untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun


dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti
racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

C. Morfologi Sel Darah Merah


Sel darah merah adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena
sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin,
maka dengan sendirinya darah berwarna merah. Sel ini Dengan mudah
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop pada sediaan hapus darah. Pada
sediaan hapus dengan pewarnaan MGG, SDM tampak sebagai sel-sel bulat
tidak berinti, yang menutup lapangan pandangan. Sesungguhnya, bila
dilihat dari satu arah, SDM tampak sebagai lingkaran. Bila dilihat dalam
arah yang tegak lurus dari arah yang pertama, akan tampak bentuk
penampang dwicekung atau bikonkaf dari sel darah merah.dengan
demikian, dalam keadaan yang biasa, morfologi sel darah merah bukanlah
berupa suatu bola, akan tetapi berupa suatu cakram dwicekung atau
bikonkaf.

D. Struktur Eritrosit

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 4


Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap
milliliter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah
merah),yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah
sebagai 5 juta per millimeter kubik (mm3). Eritrosit berbentuk lempeng
bikonkaf,yang merupakan sel gepeng berbentuk piringan yang dibagian
tengah dikedua sisinya mencekung,seperti sebuah donat dengan bagian
tengah mengepeng bukan berlubang. dengan diameter 8 µm, tepi luar
tebalnya 2 µm dan bagian tengah 1 µm.
Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana
dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah
merah merupakan suatu membran yang membungkus larutan hemoglobin
(protein ini membentuk sekitar 95% protein intrasel sel darah merah), dan
tidak memiliki organel sel, misalnya mitokondria, lisosom atau aparatus
Golgi. Sel darah manusia, seperti sebagian sel darah merah pada hewan,
tidak berinti. Namun, sel darah merah tidak inert secara metabolis. Melalui
proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting
dalam proses untuk memperthankan bentuknya yang bikonkaf dan juga
dalam pengaturan transpor ion (mis. oleh Na+-K+ ATPase dan protein
penukar anion serta pengaturan air keluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini
menigkatkan rasio permukaan-terhadap-volume sel darah merah sehingga

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 5


mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung komponen
sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya.

E. Pembentukan Eritosit

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam


kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses
pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan
kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum
tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah
dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin
bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin
turun.
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang
myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk
berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah).
Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah
menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium
terutama dalam limfa dan hati.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk


digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem
dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 6


kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang
dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.

F. Masa Hidup Eritrosit

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi
bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu.
Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa,
selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap
hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang
dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fragilitas Eritrosit

Ada 2 macam hemolisa, yaitu hemolisa osmotik dan hemolisa


kimiawi. Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perubahan yang besar
antara tekanan osmosa cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di
sekeliling sel darah merah. Dalam hal ini tekanan osmosa sel darh merah
jauh lebih besar daripada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa di
dalam sel darah merah sama dengan tekanan osmosa larutan NaCl 0.9%.
Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0.8% belum terlihat
adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 0.4% hanya sebagian saja yang megalami hemolisa,
sedangkan sebagian sel darah merah yang lainnya masih utuh. Perbedaan
ini disebabkan karena umur sel darah merah, SDM yang sudah tua,
membran selnya mudah pecah sedangkan SDM muda membran selnya
masih kuat. Bila SDM dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0.3% semua
SDM akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan
osmosa ini SDM disebut larutan hipotonis, sedangkan larutan yang
mempunyai tekanan osmosa lebih besar dari tekanan osmosa isi SDM
disebut larutan hipertonis. Suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosa
yang sama besar dengan tekanan osmosa isi SDM disebut larutan isotonis.
Sedangkan pada jenis hemolisa kimiawi, SDM dirusak oleh macam-
macam substansi kimia. Dinding SDM terutama terdiri dari lipid dan
protein, membentuk suatu lapisan lipoprotein. Jadi, setiap substansi kimia
yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 7


melarutkan membran SDM. Kita mengenal bermacam-macam pelarut
lemak, yaitu kloroform, aseton, alkohol benzen, dan eter. Substansi lain
yang dapat merusak membran SDM diantaranya adalah bisa ular, bisa
kalajengking, garam empedu, saponin, nitrobenzen, pirogalol, asam
karbon, resin, dan senyawa arsen. (Asscalbiass, 2011) Sel penyusun suatu
organisme pasti berada dalam suatu cairan yang mengandung berbagai zat
yang diperlukan oleh sel. Cairan tersebut berupa cairan ekstraseluler yang
dapat dibedakan menjadi cairan interstitial dan/atau plasma darah. Sel
pada umumnya berada dalam cairan interstitial, sedangkan eritrosit berada
dalam plasma darah. Membran sel eritrosit seperti hanya membran sel
lainnya tersusun atas lipid bilyer, dan bersifat semipermeabel. Pada
kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit ke
luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya
pada kondisi larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sitoplasma
eritrosit sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah
(lisis). Kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit diperngaruhi oleh
konsentrasi larutan

H. Sel Darah Merah memiliki Metabolisme Yang Unik & Relatif sederhana
Berbagai aspek metabolism sel darah merah :
a. Sel darah Merah (SDM) sangat bergantung pada glukosa sebagai
sumber energinya, membrannya mengandung pengangkut glukosa
berafinitas tinggi.
b. Glikolisis, yang menghasilkan laktat adalah jalur produksi ATP.
c. Tidak terjadi pembentukan ATP melalui fosfarilisasi aksidatif
karena tidak terdapat mitokondria di SDM.
d. SDM memiliki beragam pengangkut yang mempertahankan
keseimbangan ion dan air.
e. SDM mengandung enzim-enzim metabolism nukleotida tertentu.

I. Sel Darah Merah Memiliki Pengangkut Glukosa di Membrannya


Kecepatan masuknya glukosa ke dalam sel darah merah jauh lebih
besar daripada yang diperhitungkan untuk difusi sederhana. Hal ini
merupakan contoh difusi terfasilitasi. Protein spesifik kecepatan yang

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 8


berperan dalam proses ini dinamai glucose transporter. Beberapa sifat
pengangkut :
a. Membentuk sekitar 2 % protein membrane SDM.
b. Memperlihatkan spesifisitas untuk glukosa dan Dheksosa
terkait.
c. Sampai saat ini, sedikitnya tujuh macam pengangkut glukosa
yang serupa tapi masing-masing memiliki kekhususan telah
berhasil dideteksi di jaringan mamalia dan salah satunya adalah
pengangkut pada sel darah merah.
d. Tidak bergantung pada insulin, tidak seperti pengangkut
padanannya di otot dan jaringan adipose.
e. Mengangkut glukosa jika disisipkan ke dalam liposom
artificial.
f. Diperkirakan mengandung 12 segmen heleks transmembran.

J. Retikulosit Aktif Menyintesis Protein


Sel darah merah matang tidak dapat menyintesis protein .
retukulositlah yang aktif mrnsintesis protein. Ktika masuk ke dalam
peredaran darah, retikulosit akan kehilangan organel intraselnya dalam
waktu sekitar 24 jam, kemudian berubah menjadi sel darah merah muda
sehingga kehilangan kemampuan untuk membentuk protein.

K. Pengetahuan Mengenai membrane Sel Darah Merah manusia lebih Banyak


Ketimbang Permukaan Membran Sel Manusia lainnya.
 Membrannya terdiri dari suatu lapis-ganda lipid yang terakhir terdiri
dari 50% lipid dan 50% protein.
 Kelas-Kelas lipid utama adalah fosfolipid dan kolesterol.
 Fospolipid yang mengandung kolin , PC dan Sph, mendominasi
dilembar luar dan fospolipid yang mengandung amino ( PE dan PS)
mendominasi di lembar dalam

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 9


 Anilisis dengan SDS-PAGE memperlihatkan bahwa membrane
mengandung sekitar 10 protein utama dan lebih dari 100 sepcies
minor.
 Protein utama telah diteliti secara mendalam, dan sifat protein-protein
ini serta struktur dan fungsinya telah di ketahui.

L. Kelainan – Kelainan Pada Sel Darah Merah

 Ke
lai
na
n

berdasarkan Ukuran Eritrosit

a) Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena
pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi
vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalah karena
rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa
hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam
sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik,
penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan
dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska
pendarahan.

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 10


b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya
karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi
besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang
mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini
didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada
anemia defisiensi besi.

c) Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan
hematologic yang spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya
eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan
apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan
pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik
seperti pada anemia gizi.

 Kelainan berdasarkan berdasarkan bentuk eritrosit


a) Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel
dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek.
Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita
kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton
eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
b) Sferosit
Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil
dan lebih tebal dari eritrosit normal. Sferosit merupakan sel yang
telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari
sitoskelekton dan membrane eritrosit.
c) Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan
bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 11


hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi
ginjal dan merupakan pecahan eritrosit.
d) Tear drop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir atau tetesan air mata. Terjadi
ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan
juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik,
thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis
karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa
vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi
keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik
mikroangiopati.
f) Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada
membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan
membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif
terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis
hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis
pada neonatal.
g) Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sel sabit. Terjadi pada reaksi
transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia
hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada
alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis
herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i) Target cells
Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya,
disebut juga sebagai sel sasaran . Sel ini bentuknya seperti tembak

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 12


atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia
hemolitika, penyakit hati.

 Kelainan berdasarkan warna eritrosit


a) Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter
central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat.
Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik,
Thallasemia dan pada infeksi menahun.
b) Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk
menggambarkan ADT.
c) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan
normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya
perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit
kronis.
d) Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada
anemia hemolitik, dan hemopoeisis ekstrameduler.

 Penyakit pada Sel Darah Merah


a. Polisitemia
peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi.
b. Polisitemia Relatif
Peningkatan konsentrasi sel darah merah tetapi tidak disertai
peningkatan jumlah masa total sel darah merah (karena dehidrasi
dan hemokonsentrasi).
c. Polisitemia Vera (Primer)
Peningkatan sel darah merah disertai peningkatan masa total sel
darah merah (akibat hiperaktivitas produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang)

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 13


d. Polisitemia Sekunder
Merupakan polisitemia fisiologi (normal) karena merupakan
respon terhadap hipoksia
e. Hiperbilirubinemia
Merupakan peningkatan bilirubin darah yang berlebihan ditandai
dengan terjadinya ikterus, hal ini dapat diakibatkan karena:
1. Peningkatan penghancuran eritrosit
2. Sumbatan saluran empedu
3. Penyakit hati
f. Anemia
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena
hilangnya darah yang terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang
terlalu lambat

 Macam-Macam Anemia
1. Anemia Hemoragis

Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara


normal cairan plasma yg hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari
namun dengan konsentrasi sel darah merah yang tetap rendah... Sel
darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu.

2. Anemia Aplastika

Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel


darah merah terhambat. Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar
gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan, bahan 2 kimia tertentu,
obat2an atau pada orang2 dengan keganasan.

3. Anemia Megaloblasitik

Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa


lambung) merupakan faktor2 yang berpengaruh terhadap
pembentukan sel darah merah. Bila salah satu faktor di atas tidak

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 14


ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan
bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar dengan
bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah..
ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas. Megaloblas dapat terjadi pada:

 Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu)


 Gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik)
 Sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang)

4. Anemia Hemolitik

Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya


sel dan masa hidup yg pendek (biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1) Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak
mempunyai struktur bikonkaf yg elastis (mudah sobek)
2) Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan
Amerika sel2nya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila
terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap
menjadi kristal2panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel
darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti
bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan
O2 jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah
sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut membentuk sel darah
semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat
hebat.
3) Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin
Rh(+).. pada saat kehamilah pertama.. setelah ibu terpapar darah
janin.. maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh
ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan mengalami
anemia yg hebat hingga meninggal.

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 15


4) Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat2an
5) Nutrional Anemia, Anemia defisiensi besi (Fe), Anemia
defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan
absorbsi GI track)
6) Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam
penggandaan dan pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan
dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus.
Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12
melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg mengakibatkan
absorbsi B12 terganggu.
7) Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat
penyakit ginjal.

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 16


BAB III
PENUTUP

B. KESIMPULAN

Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat
darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang
dapat mengikat oksigen. Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di
dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses
pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian,
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang
terdapat di sumsum tulang. Fungsi utama dari sel-sel darah merah adalah
mengangkut Hb yang seterusnya akan membawa oksigen yang berasal dari
paru-paru ke jaringan, Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit
dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti
racun.Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

C. SARAN

Bagi teman-teman sejawat dan para pembaca diharapkan untuk


membaca makalah ini dan memahaminya, walaupun makalah ini tidak mampu
mencakup semua referensi diharapkan makalah ini teman – teman dan para
pembaca dapat menambah pengetahuannya tentang “Sel Darah Merah” .
kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 17


DAFTAR PUSTAKA

Sadikin Mohamad (2001), Biokimia Darah:Widya Medika, Jakarta

R.K. Muray (2009), Biokima Harper :EGC,Jakarta

id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah

www.sentra-edukasi.com/.../pengertian-pembentukan-fungsi-eritrosit

ml.scribd.com/doc/92386981/makalah-eritrosit

BIOKIMIA : SEL DARAH MERAH 18

Anda mungkin juga menyukai