Anda di halaman 1dari 49

WRAP UP SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL

Disusun Oleh :

Kelompok A-9
Ketua : Arie Suseno (1102010032)
Sekretaris : Ariqo Alala (1102010035)
Anggota : Chandra Dewi (1102011064)
Delviana Mustikanigsih (1102011073)
Jody Reviyanto (1102011130)
Galuh kresna Bayu (1102011112)
Anindita Tathya jati (1102011029)
Intan Aprelia Prayusmi (1102011127)
M.Agsar Andriawan (1102011150)

Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
2013/2014
Skenario 3

RETARDASI MENTAL

Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan keluhan
kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari tak mengalami
banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri sendiri seperti mandi, berpakaian dan bab/bak, tetapi dalam
keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia terpaska tinggal kelas, karena nilai
rapornya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes psikologik diperoleh nilai intellegence quotien (IQ) 65,
yang menunjukkan klien menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk
mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila sekolah umum klien akan
banyak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.

Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dngan tingkat sioal rendah, menempati
rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh 7 anggota kluarga. Sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara,
klien lebih banyak diasuh kakak nya yg paling tua ; orgtua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci,
sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, pdhl usia tsb periode
penting bagi pertumbuhan terutama sel otak.

Ortu klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung biayanya yg
tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa, tetapi dengan tekad yang kuat
akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lemabaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak
mengelola Zakat-Infak-Sodaqoh (ZIS), akhirnya ortu klien memasukkan anaknya ini ke SLB sbg tanggung
jwb dan wujud dari kewajiban ortu kpd anak utk mendptkan pendidikan khusus yg dilanjutkan dengan
pendidikan keterampilan, agar klien dpt hidup mandiri, tidak tergantung dengan org lain.
Kata- kata sulit :
1. Psikolog : Seseorang yang Ahli dalam bidang Psikologi ( bidang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan prosesi mental.
2. IQ : suatu taraf kecerdasan
3. Retardasi Mental : kemampuan mental yang tidak mencukupi/ keterbelakangan mental.
4. LSM : lembaga yang dibentuk oleh perorangan atau kelompok yang bertujuan memberikan layanan
tanpa mencari keuntungan.
Pertanyaan :
1. Apa Penyebab Retardasi mental ?
2. Mengapa terjadi kesulitan membaca dan menulis pada retardasi mental?
3. Kebutuhan nutrisi apa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel otak?
4. Apakah perbedaan retardasi mental dan autis ?
5. Bagaimana mencegah retardasi mental?
Jawaban :
1. Penyebabnya di bagi menjadi 2: organik (genetic , F.perinatal , F.pascanatal , F.pranatal) dan non-
organik ( lingkungan , gizi/nutrisi)
2. Karena penderita memiliki intelejensi yang rendah, sehingga memiliki daya tangkap pembelajaran
yang rendah, yang menyebabkanya sulit untuk belajar.
3. DHA, AA , Asam Lemak, Omega 3-6-9, Tirosin, Asam Amino , dll.
4. Retardasi Mental : Karena gangguan mental.
Autis : Gangguan perkembangan otak.
5. Terbagi atas 3 : Primer(pendidikan) , Sekunder(pengobatan) , Tersier ( terapi khusus)
Sasaran Belajar :
LO. 1. Memahami dan menjelaskan Retardasi Mental.
LI. 1.1 Definisi
LI. 1.2 Etiologi
LI. 1.3 Klasifikasi
LI. 1.4 Manifestasi Klinis
LI. 1.5 Diagnosis dan Pemeriksaan
LI. 1.6 Diagnosis Banding
LI. 1.7 Tatalaksana dan Pencegahan
LI. 1.8 Prognosis
LO. 2. Memahami dan menjelaskan Gizi anak dan Remaja.
LO. 3. Memahami dan menjelaskan Kewajiban orang tua terhadap anak dalam ajaran Islam.
LO.1. Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental
LI.1.1. Definisi
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi
selama masa perkembangan.
 Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan
mental yang tidak mencukupi.
 Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
 Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
 Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
o Fungsi intelektual umum dibawah normal
o Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
o Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).

IQ adalah MA/CA x 100%

M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.

C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70.
Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang
terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian
bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang
sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan
perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan
umurnya.

Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18
tahun. Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LI.1.2. Etiologi
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis
dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
 Tampak sejak lahir atau usia dini
 Secara fisis tampak berkelainan/aneh
 Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
 Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut
 Biasanya merupakan retardasi mental ringan
 Diketahui pada usia sekolah
 Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
 Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
 Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih
merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di
Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.

Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam
1. Penyebab pranatal
 Kelainan kromosom
 Kelainan genetik /herediter
 Gangguan metabolik
 Sindrom dismorfik
 Infeksi intrauterin
 Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
 Prematuritas
 Asfiksia
 Kernikterus
 Hipoglikemia
 Meningitis
 Hidrosefalus
 Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
 Infeksi (meningitis, ensefalitis)
 Trauma
 Kejang lama
 Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

Penyebab Pranatal
Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah
sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk
pertama kali menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan
seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi
mental sedang. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental.
Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per
tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan.
Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan
ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down.
Analisis kromosom pada sindrom Down 95% menunjukkan trisomi –21, sedangkan
5% sisanya merupakan mosaik dan translokasi.
Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah
trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du
chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata
kromatin seks, yang merupakan kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak
ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik
pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan
kriminalitas.

Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah
Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu
mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim
hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan perempuan dengan
perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan
karena tubuh tidak mampu menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet
bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik,
tetapi menurut beberapa penulis perkembangan mental tidak mengalami perubahan.
Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan
metabolisme lemak, dimana tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi
lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi
nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental sangat berat.
Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH
atau TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak
begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu kemudian, padahal diagnosis
dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling tidak
meringankan derajat retardasi mental.
Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental
baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Akibat defisiensi
yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu
hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul
bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam
bentuk yang berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis
adalah miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi
mental berat.

Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali
pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila
infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital
adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan
retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi
dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis
antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.

Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan
intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang
mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama.

Penyebab Perinatal
Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena
prematuritas. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau
kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94.
Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan
neurologis, dan gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapat bahwa semakin
rendah berat lahirnya, semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun
mental.

Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan intraventrikular, kernikterus, meningitis


dapat menimbulkan kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab
timbulnya retardasi mental

Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang
dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi
mental.

LI.1.3. Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110
Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan
masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe
berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya
cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan
yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti
anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada
anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog,
karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)


Penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah sebagai berikut:
 Taraf perbatasan dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 - 85.
 Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 - 75.
 Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 - 50 atau IQ 35 - 55.
 Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25 atau
30. (Soetjiningsih, 1995)

Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler
(Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
 Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
 Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 – 54.
 Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.
 Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.

Klasifikasi Retardasi Mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi
mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut
menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
(Depkes, 2009)

Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif


 Retardasi mental ringan (IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari
tipe sosial budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk
mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
Tetapi pada umumnya mereka kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan
dari keluarganya.

Karakteristik :
 Usia presekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi terlambat dalam kemampuan
berjalan, bicara , makan sendiri, dll.
 Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan khusus,
diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
 Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak
dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi

 Retardasi mental sedang (IQ 35- 40 hingga 50 – 55; umur mental 3 – 7 tahun)
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih tetapi tidak
mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih
menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka
ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

Karakteristik :
 Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat
belajar dan perawatan diri.
 Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta
ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
 Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan
perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.

 Retardasi mental berat (IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua,
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

Karakteristik :
 Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit
bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
 Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
 Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan, protektif
lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.

 Retardasi mental sangat berat (IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan karena gejala
baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Seluruh hidupnya tergantung
orang disekitarnya.

Karakteristik :
 Usia prasekolah retardasi mencolok.
 Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
 Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional
dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.
 Butuh pengawas pribadi.
 Usia mental bayi muda.
 Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
(Depkes, 2009)

Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman PenggolonganmDiagnosa Gangguan Jiwa


(PPDGJ/DSM II 1968) adalah
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
 Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
 makan harus disuap.
 mandi dan berpakaian harus ditolong
 tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
 pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya didapatkan kelainan
kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti
badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism).
 perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara, bicara
hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
 mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.
2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)
 Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
 dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. kadang-kadang masih
dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
 pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
 biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


 Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD.
 dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan,
 mandi dan berpakaian sendiri.
 mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
 koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
 biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring,
membersihkan rumah dsb.
 bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku kata.
 perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap baik dan
buruknya suatu hal masih kurang.

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67).


 Dapat dilatih dan dididik.
 dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
 dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan tak
dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja,
penderita diberhentikan lebih dahulu.
 tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa.
 pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak
Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3
tahun).
 tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.
 kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk,
sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam
melakukan aktivitasnya.
 koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
 kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
 perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih terlambat
(biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


 Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
 dapat berfikir secara abstrak.
 dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


A. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
B. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
C. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
D. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi
mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut
menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

LI.1.4 Manifestasi Klinis

. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk
dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini
termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD,
juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang
dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi
tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi
dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu
bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok
ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik
mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung orang disekitarnya.

LI.1.5 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyebab
kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan apakah ada faktor
genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula
anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis
kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis
tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan
stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti
mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan
psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi
psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.1
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua
informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis
yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah
dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah
tampak tumpul.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


 Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada
individu yang dilakukan test IQ.
 Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri
sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
 Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya
dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka
belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca
dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan
yang dapat ditanyakan antara lain :
 Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
 Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
 Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
 Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
 Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
 Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
 Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.
(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas
terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau
membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18
bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa
ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun
atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik
sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan
suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada
kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua;
dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu
pasien, sebagai berikut:
 Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
 Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
 Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
 Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?
 Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
 Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
 Riwayat perkembangan anak?
 Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
 Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
 Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu
diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-
lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah,
menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan


Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka dilakukan
pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang sudah
terstandardisasikan, yaitu meliputi:
A. Tinggi badan
B. Berat badan
C. Lingkar lengan
D. Lingkar kepala
E. Lingkar dada
F. Lingkar abdome
A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang
badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki
tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang
pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun
menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit,
bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal
dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian ukurlah
tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

B. Pengukuran Berat Badan


Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan
untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.

C. Pengukuran Lingkar Kepala


Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak mudah
berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita dilingkarkan
pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Umur Anak Ketika Angka normal anak


Diperiksa Laki-laki (cm) Perempuan (cm)
0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5
1 Bulan 34.5 - 40.5 34 – 39
2 Bulan 36.5 – 42 36 – 41
3 Bulan 38 - 43.5 37 – 42
4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5
5 Bulan 40.5 – 45 39 - 45
6 Bulan 41 – 46 40 - 46
7 Bulan 42 – 47 41 - 47
8 Bulan 43 – 48 41.5 - 47.5
9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48
10 Bulan 44 – 49 42.75 - 48.5
11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75
12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
16 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
17 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
18 Bulan 46.25 – 51 45 - 50
19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50
20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
24 Bulan 47 – 52 45.75 - 51
2.5 Tahun 47 – 52 45.75 - 51
3 Tahun 48 – 53 46.5 - 52
3.5 Tahun 48 – 53 46.5 - 52
4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
6 Tahun 49 – 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada pasien
retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
 Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
 Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
 Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
 Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
 Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
 Geligi : odontogenesis yang tdk normal
 Telinga : keduanya letak rendah; dll
 Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
 Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
 Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
 Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
 Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
 Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya,
lebar, besar, gemuk
(Kaplan, 2008)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat
neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi pada 10 %
dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus
(spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan involunter (koreoatetosis). Derajat
kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual dapat
terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra
tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi computer (CT) dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi sistem saraf pusat dengan
retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak yang luas, dicurigai adanya
tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang dicurigai,
kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

2. Pemeriksaan audiometric
a. Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak
yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometri :
b. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat
respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah
sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau
kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap
respon yang diperlihatkan anak.
c. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar
bunyi.
d. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam daftar
yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-
kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat
membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak
dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
e. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak
yang abnormal.

4. Timpanometri
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular. Selain tes audiometri,
bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor
intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri dari satu
set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang
penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau
salah.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola bangunan dua
dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna.
Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)

5. Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah untuk
mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara trans-abdominal antara usia
kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama sindrom Down. Sel
cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan
biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining yang baru
untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu, yang 6
minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat
(beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat
dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

6. Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah tes yang
sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test juga digunakan
untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai kemampuan
actortic, motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor motivasional, emosional, dan
interpersonal juga penting.

Pemeriksaan lainnya:

1. Kromosomal kariotipe
- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
- Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
- Terdapat beberapa kelainan kongenital
- Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
- Gejala kejang yang dicurigai
- Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- Pemebesaran kepala yang progresif
- Tuberous sklerosis
- Dicurigai kelainan otak yang luas
- Kejang lokal
- Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
- Kelainan pendengaran tipe sensorineural
- Neonatal hepatosplenomegali
- Petechie pada periode neonatal
- Chorioretinitis
- Mikroptalmia
- Kalsifikasi intrakranial
- Mikrosefali
5. Serum asam urat
- Choreoatetosis
- Gout
- Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
- Asidosis metabolik
- Kejang mioklonik
- Kelemahan yang progresif
- Ataksia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
- Hepatomegali
- Tuli
- Kejang dini dan hipotonia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
- Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
- Anamnesis adanya pika
- Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
- Gerakan involunter
- Sirosis
- Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
- Gagal tumbuh
- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
- Warna rambut yang tidak biasa
- Mikrosefali
- Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
- Atrofi N. Optikus
- Degenerasi retina
- Sereberal ataksia yang berulang
- Mioklonus
- Hepatosplenomegali
- Kulit yang kasar dan lepas-lepas
- Kejang
- Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
- Kiposis
- Anggota gerak yang pendek
- Badan yang pendek
- Hepatosplenomegali
- Kornea keruh
- Gangguan pendengaran
- Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
- Katarak
- Hepatomegali
- Kejang
16. Urin ketoacid
- Kejang
- Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
- Muntah-muntah
- Isapan bayi pada saat menyusu lemah
- Gejala disfungsi autonomik

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LI.1.6 Diagnosis Banding

1. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli


2. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan):
gangguan perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia
3. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan):
autisme infantil, skizofrenia yang timbul pada masa anak.
4. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk
retardasi mental yang ringan)

LI.1.7 Tatalaksana dan Pencegahan

Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental
adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,
gamma aminobutyric acid (GABA).
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
 Obat-obat psikotropika (tioridazin, Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
 Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan
hyperaktif.
 Antidepresan ( imipramin, tofranil)
 Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol (Inderal)

Rumah Sakit/Panti Khusus


Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar:
kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat
retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas
perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan
sosialisasi anak. Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental
adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain
dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.

Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada
orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental
tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,
tingkah laku dan adaptasi sosialnya.

Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan
ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi
mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,
kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.

Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun
bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.
 Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
 Sekolah luar biasa C
 Panti khusus
 Pusat latihan kerja (sheltered workshop)

Pencegahan Retardasi Mental

1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental.
Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umum tentang retardasi mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang
kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat (3) aturan
yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal 4) eradikasi gangguan
yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetik
membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan
genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan primer juga dapat di lakukan dengan perbaikan sosio ekonomi dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak
pada anak –anak )

2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis
(sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang
kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun seperti
Phenil Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.

3. Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi: Methylphenidate diberi pagi
hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai dengan dosis yang rendah sampai
mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti
kejang. Konseling untuk orang tua. (Soetjiningsih, 1995)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain
membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi
mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan
bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada
obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak
retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental. Vaksinasi MMR secara
dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai salah satu penyebab retardasi mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis dan
pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita
Sindrom Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk
mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga bias dilakukan pengukuran kadar alfa-protein
serum.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat di lakukan untuk mencegah retardasi mental :
1. Genetik. Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik
untuk keluarga- keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian retardasi
mental yang penyebabnya adalah factor genetik.
2. Sosial. Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan
pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental ringan akibat
kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.
3. Keracunan. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun
lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat
mengurangi angka kejadian retardasi mental.
4. Infeksi. Pencegahan rubella merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk
mencegah salah satu bentuk retardasi mental. Kewaspadaan yang konstan ( misalnya yang
berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis,dan kehamilan) membantu mengurangi
retardasi mental akibat toksoplasmosis.
5. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan.
6. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler,
pelayanan dukungan keluarga.

LI.1.8 Prognosis

Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya


lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa
penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan
orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan
masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)


LO.2. Memahami dan Menjelaskan Gizi pada anak dan remaja.
a. Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja

Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur setahun berat badan
anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4 kali BB lahir. Panjang badan
anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan lahir baru tercapai pada umur 4 tahun.
Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami
pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan darah. Anak
mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu makannya buruk, asupan
makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh anak untuk keperluan
metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari
60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak
normal lebih baik berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 – 3
tahun mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang tidak cukup mengandung
energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang.
Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin
D dan fosfor. Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan gagal tumbuh,
penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat. Kebutuhan seng adalah 10
mg/hari. (Moersintowati, 2008)

Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :


 Keluarga
 Media
 Teman sebaya
 Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


 Obesitas
 Kurang gizi
 Defisiensi besi
 Defisiensi vitamin A
 Karies gigi
 Alergi makanan
 Gizi pada masa prasekolah

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah
dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian
status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2
tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa
umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2008).

2. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes, 2007).
3. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil
pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan
yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan
manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh
(Soekirman, 2000).

Prinsip Gizi Pada Remaja Dan Dewasa


Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik,
kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena
pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya
maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan
dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia
lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak
lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat
atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam
masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan
sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya. (Phyllis,
2000)

b. Jenis Gizi Anak Dan Remaja

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh
setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi
merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh
kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)

Fungsi zat-zat gizi


Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
 Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai sumber energi
untuk membentuk sel-sel otak baru.
 Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting bagi
terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak yang
lain.
 Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru.
Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam
lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini
paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
 Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang kerja sistem
imun dan sistem saraf pusat.
 Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
 Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
 DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.

Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi yang
diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua
tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan
seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok asam lemak
tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan diketahui bahwa
60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
 DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak,
dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya,
terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
 AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan senyawa
yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya
dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini bisa
diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
(Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein


Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak,
sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua
zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu,
dan kedelai.
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut dan
mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan eritrosit di dalam
sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam
tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan
B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-
sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses
penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa kimia yang
mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah
kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu
pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam,
daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.

5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng juga
bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat
berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat
dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber


Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan dan Susu, telur, daging,
perbaikan jaringan kacang-kacangan, padi-
Menjaga keseimbangan osmotik padian
Membentuk hemoglobin, nukleoprotein, glikoprotein,
lipoprotein, enzim, dan antibodi
Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian, buah,
Membentuk glikogen dan lemak sirup, tepung, sayuran
Membantu pembentukan asam amino
Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ-organ daging, ikan, minyak
tubuh sayur
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung
(Nelson, 1999)

Jenis Vitamin Fungsi Sumber


Penglihatan Susu, telur, buah, sayur,
Vitamin A Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel cod & halibut liver oil
Diferensiasi sel-sel epitel
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi, jeroan
Konduksi membran dan saraf Susu, telur, daging,
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan FMN kacang-kacangan
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat Ikan tuna dan halibut,
Niasin pembawa elektron dalam sel hidup daging, sereal gandum
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein pembawa Kuning telur, susu,
Asam asil kacang-kacangan
Pantothenat Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan piridiksamine Daging, ikan, tepung
Piridoksin fosfat kedelai, ragi
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam Sayuran hijau, kacang-
Asam Folat metabolisme asam amino, purin, dan nukleat kacangan, telur, ikan
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu
Kobalamin
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,
potensial tubuh sayuran hijau, buah-
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen buahan
Vitamin C Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut, kuning
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor Ca telur
Vitamin D
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian, buah,
Vitamin E
Berperan dalam metabolisme selenium sayur, lemak
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,
Vitamin K Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi susu, telur
karboksilase pada hati
(Nelson, 1999)

Jenis Mineral Fungsi Sumber


Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,
Membantu proses kontraksi otot dan kerja jantung salmon, kerang

Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,


Klorida Membantu keseimbangan asam basa telur
Membentuk HCl lambung
Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi
Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul vitamin Tersebar luas
B12 dan eritropoietin
Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, transferin, Hati, tiram, daging, ikan,
dan hemoglobin butir padi, kacang
Membantu penyerapan besi
Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut
Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 dan T4 Garam, makanan laut
Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim oksidatif, Hati, daging, kuning
sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau
Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,
Iritabilitas otot dan saraf daging, susu
Kation intraseluler
Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-bijian
Metabolisme karbohidrat
Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran
Mobilisasi feritin dalam hati
Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,
Struktur nukleus dan sitoplasma sel kacang-kacangan
Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging
Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein
Berperan dalam pembentukan melanin
Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur
Menjaga keseimbangan asam basa
Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang
(Nelson, 1999)

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang tua. Untuk
mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa hal, yang
pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi, lingkungan yang sehat dan nyaman
serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik untuk kecerdasan anak :
 Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
 Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan daya ingat.
 Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem saraf dalam
penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
 Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat penting untuk
pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
 Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat memelihara daya ingat
dan kecerdasan anak.
 Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa dalam tubuh,
selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara kesehatan sistem saraf. Gandum
juga mempunyai kemampuan untuk mendukung kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya
konstan.
 Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi, khususnya vitamin C.
Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat penting untuk kecerdasan otak. Secara
umum, semakin kuat warnanya, semakin banyak nutrisinya.
(Hurlock, 2007)

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi


Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah dimulai sejak
di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3. Tahapan itu berlanjut setelah
anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2 tahun merupakan periode emas atau
periode pacu tumbuh otak.
 Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
 Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
 Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
 Pada umur 10 mencapai 99%.

Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat kecerdasan
anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang
diperlukan untuk menunjang proses perkembangan otak anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki fungsi penting,
yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan memelihara fungsi otak serta
indera penglihatan (terutama retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah,
letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja
serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
(Moersintowati, 2008)

c. Penilaian Status Gizi


Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja
berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja
pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik. Remaja
yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan
yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya
(mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

 Protein. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang
terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat. Pada akhir masa
remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi
tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda
adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.

 Kalsium. Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa.
Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa dicapai pada masa
remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan
dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

 Zat Besi. Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan
konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat, akan
mengalami anemia defisiensi besi.
 Seng (Zink). Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk
remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta
laki-laki.

 Vitamin. Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa
vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi
seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat
dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan
vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan gizi bayi


 Kalori
100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100
/120 = 800/960 kkal.
 Protein
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2
= 12/16 : 4 = 3/4 gram.
 Karbohidrat
50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya
= 400 : 4 = 100 gram.
 Lemak
20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40
gram.
(Soekirman, 2000)

Kebutuhan gizi pada balita


Beda orang dewasa dengan balita
 Gula & Garam
Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak
lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi makan anak juga
berbeda dengan orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam
jumlah lebih kecil namun sering.
 Kebutuhan Energi & Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat
wajib dikonsumsi anak setiap hari.
 Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350
ml/12 oz per hari.
 Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan sisanya
karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.
 Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak
tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin.
(Moersintowati, 2008)

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan
penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
(Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak
hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup
makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.

2. Penyebab tidak Langsung


Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah
maupun mutu gizinya.
b) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik baik fisik, mental dan sosial.
c) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar


Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari tujuannya
antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
 Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar lengan
atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan
menggambarkan keadaan sekarang.
 Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier
sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat
masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator
Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).

A. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan
merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan
menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan
yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current
nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu
mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :


 Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
 Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
 Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
 Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
 Memerlukan data umur yang akurat.
 Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat
penimbangan.
 Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam
hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang
dagangan (Supariasa, 2002).
B. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :


 Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
 Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak mengalami
keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).

C. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan
menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan
lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

(Soekirman, 2000)

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri


Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference).
Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar
antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U


a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 SD b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil
(persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak
dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”,
sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias
Abunaim,1990).
Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi


Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +
2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang
3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek
(NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi
dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi
dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga
indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.

Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut


Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi <
18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS


Age Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS


Stature Standard Deviations
Cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS


Stature Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalah


= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki


13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
Folat (mg) 130 150 150 125 165 170
(Hurlock, 2007)

LO.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban orang tua terhadap anak dalam ajaran Islam.

1. Anak mempunyai hak untuk hidup.


Allah berfirman: ‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin.
Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)

Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar
anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga
memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik
kepada orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah:
233) Allah berfirman, yang artinya:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan. (QS Al Ahqaf 15).

Al ‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata: “Mengandungnya sampai


menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya, adalah jumlah waktu selama itu
dihitung dari mulai hamil sampai disapih.”

Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat


baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun…dst” .
( QS: 31; 14 ).

Air susu dalam beberapa hari kelahiran mempunyai beberapa kelebihan,


antara lain mengandung zat antibody yang sangat diperlukan oleh bayi. Bayi yang
memperoleh air susu jenis ini akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih
baik. Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh,
kecuali ada alas an yang dapat diterima oleh hokum Islam. Menyusui anak sampai
dua tahun ini akan menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara
fisik maupun secara jiwani.

3. Memberi Nama yang Baik

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang
tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang
baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan
ketika menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang
sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak
menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama
yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.
Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa
merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).

Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru,
beliau menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang
lebih baik. Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang,
sebuah kota atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka
bermaksiat) diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai),
Syi’bul Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi’bul Huda (kelompok yang
benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti dengan Banu
Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR. Abu Dawud dan
ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw


bersabda, “Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan
nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)

Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya
pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’.
Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi
seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan
anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha
memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak
kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada
Allah s.w.t. Nama yang baik dengan akhlaq yang baik, itulah yang kita
harapkan. Nama yang baik dengan akhlaq yang buruk, tidak kita harapkan.
Apalagi nama yang buruk dengan akhlaq yang buruk pula. Celaka berlipat
ganda.

4. MengaqiqahkanAnak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk
(bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya”.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.
Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta
diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan
dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak

Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran


seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat
bandel.” tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak
takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak
ayahmu?” Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua
tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”

Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik,
jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik.
Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu
muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu
akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah
(sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan
kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

Allah berfirman yang artinya:


Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan
Allah. (QS Muhammad: 19)

Rasulullah bersabda, yang artinya:


Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku
membonceng di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ‘Wahai anak,
Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya
Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya di
hadpanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila
engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertotongan kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat,
niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu
yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk
memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu,
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah
diangkat dan tinta telah kering.”

Dan dalam riwayat lain (Beliau berkata),


“Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatiNya di hadapanmu.
Perkenalkanlah dirimu kepada Allah ketika kamu senang, niscaya Dia akan
mengenalimu saat kesulitan. Ketahuilah, apa apa yang (ditakdirkan) luput darimu,
(maka) tidak akan menimpamu. Dan apa-apa yang (ditakdirkan) menimpamu, ia
tidak akan luput darimu. Ketahuilah, bahwa pertolongan ada bersama kesabaran,
kelapangan ada bersama kesempitan, dan bersama kesusahan ada kemudahan.”

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka


sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah
orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan
kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

6. Memberi makan dan keperluan lainnya


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warisanpun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w.
bersabda;

‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan ( tanggung jawab) memberi


makan keluarganya.’ ( HR Abu Daud ).

7. Memberi rizqi yang ‘thayyib’.


Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w.
‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca,
mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.
8. Mendidik anak tentang agama.
Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan
Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR
Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban
bagi kedua orang tuanya. Dan mendidik anak perempuan mempunyai nilai
tersendiri dari pada mendidik anak laki laki. Boleh jadi karena mereka adalah
calon Ibu rumah tangga yang bakal menjadi ‘Madrasah’ pertama bagi anak
anaknya’. Boleh jadi juga karena kaum wanita mempunyai beberapa keitimewaan
atau ke khassan tersendiri., sehingga di dalam Al Qur aan pun terdapat surat An
Nisa, tetapi tidak ada surat ‘Ar Rijal’. Wallaahu a’lam. Rasulullah s.a.w.
bersabda;

‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik
maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100;
244/20.
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan
tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.

9. Mendidik anak untuk sholat.

10. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan.
Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim ,
Bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan
jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra
putri ).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah
anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan.

11. Mendidik anak tentang adab yang baik.


Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai,
namun sedikit orang yang taqwa’.
Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah
seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang
menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah
‘kepalanya , tapi kerah dadanya.
12. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik;
Berkata shahabat ‘Aly r.a.;

‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang


berbeda dengan zamanmu.’ (Depag;19).

13. Memberi pengajaran Al Quraan.


Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al
Qur aan dan mengajarkannya’.
Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang lainnya.
Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur aan) yang
muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR
Ibnu Majah )

14. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis .


Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w.
‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca,
mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.

15. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan.


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu
kamu lakukan. Sesungguhnya Allah Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip
kebersihan. Dan tak akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ (
HR At Thabarany )
*Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Mengajarkan kebersihan berarti secara tidak
langsung mengajarkan kesehatan.

16. Memberikan pengajaran ketrampilan.


Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran adalah
apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya ketrampilan
tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya ataupun
orang lain.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya
sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;

‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana


dia telah diajarkan tulis baca?’ ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.
Kalimat ‘menenun’ sebagai mewakili jenis jenis ketrampilan yang lain. Artinya
tidak terbatas pada menenun saja. Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at
dan tidak dilarang Agama adalah suatu hal yang ma’ruf.
( bersambung…Insya Allah).

17. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua.
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu,
agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlash pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah
menjadikan mereka ‘ waladun shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang
baik.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ;

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak
anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi
adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu ) .
( HR At Tuusy )./1100;243/16.

18. Memberi kasih sayang.


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik
berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu
adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda;

‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan (
bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’
( HR At Tirmidzy ). Depag; 42

19. Menikahkannya

Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah.
Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan
dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang
belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-
Nya.” (QS. An-Nur:32)
Daftar Pustaka :

1. Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


2. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177

Anda mungkin juga menyukai