RETARDASI MENTAL
Disusun Oleh :
Kelompok A-9
Ketua : Arie Suseno (1102010032)
Sekretaris : Ariqo Alala (1102010035)
Anggota : Chandra Dewi (1102011064)
Delviana Mustikanigsih (1102011073)
Jody Reviyanto (1102011130)
Galuh kresna Bayu (1102011112)
Anindita Tathya jati (1102011029)
Intan Aprelia Prayusmi (1102011127)
M.Agsar Andriawan (1102011150)
Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
2013/2014
Skenario 3
RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan keluhan
kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari tak mengalami
banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri sendiri seperti mandi, berpakaian dan bab/bak, tetapi dalam
keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia terpaska tinggal kelas, karena nilai
rapornya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes psikologik diperoleh nilai intellegence quotien (IQ) 65,
yang menunjukkan klien menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk
mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila sekolah umum klien akan
banyak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dngan tingkat sioal rendah, menempati
rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh 7 anggota kluarga. Sebagai anak bungsu dari 5 bersaudara,
klien lebih banyak diasuh kakak nya yg paling tua ; orgtua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci,
sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, pdhl usia tsb periode
penting bagi pertumbuhan terutama sel otak.
Ortu klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung biayanya yg
tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa, tetapi dengan tekad yang kuat
akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lemabaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak
mengelola Zakat-Infak-Sodaqoh (ZIS), akhirnya ortu klien memasukkan anaknya ini ke SLB sbg tanggung
jwb dan wujud dari kewajiban ortu kpd anak utk mendptkan pendidikan khusus yg dilanjutkan dengan
pendidikan keterampilan, agar klien dpt hidup mandiri, tidak tergantung dengan org lain.
Kata- kata sulit :
1. Psikolog : Seseorang yang Ahli dalam bidang Psikologi ( bidang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan prosesi mental.
2. IQ : suatu taraf kecerdasan
3. Retardasi Mental : kemampuan mental yang tidak mencukupi/ keterbelakangan mental.
4. LSM : lembaga yang dibentuk oleh perorangan atau kelompok yang bertujuan memberikan layanan
tanpa mencari keuntungan.
Pertanyaan :
1. Apa Penyebab Retardasi mental ?
2. Mengapa terjadi kesulitan membaca dan menulis pada retardasi mental?
3. Kebutuhan nutrisi apa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel otak?
4. Apakah perbedaan retardasi mental dan autis ?
5. Bagaimana mencegah retardasi mental?
Jawaban :
1. Penyebabnya di bagi menjadi 2: organik (genetic , F.perinatal , F.pascanatal , F.pranatal) dan non-
organik ( lingkungan , gizi/nutrisi)
2. Karena penderita memiliki intelejensi yang rendah, sehingga memiliki daya tangkap pembelajaran
yang rendah, yang menyebabkanya sulit untuk belajar.
3. DHA, AA , Asam Lemak, Omega 3-6-9, Tirosin, Asam Amino , dll.
4. Retardasi Mental : Karena gangguan mental.
Autis : Gangguan perkembangan otak.
5. Terbagi atas 3 : Primer(pendidikan) , Sekunder(pengobatan) , Tersier ( terapi khusus)
Sasaran Belajar :
LO. 1. Memahami dan menjelaskan Retardasi Mental.
LI. 1.1 Definisi
LI. 1.2 Etiologi
LI. 1.3 Klasifikasi
LI. 1.4 Manifestasi Klinis
LI. 1.5 Diagnosis dan Pemeriksaan
LI. 1.6 Diagnosis Banding
LI. 1.7 Tatalaksana dan Pencegahan
LI. 1.8 Prognosis
LO. 2. Memahami dan menjelaskan Gizi anak dan Remaja.
LO. 3. Memahami dan menjelaskan Kewajiban orang tua terhadap anak dalam ajaran Islam.
LO.1. Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental
LI.1.1. Definisi
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi
selama masa perkembangan.
Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan
mental yang tidak mencukupi.
Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
o Fungsi intelektual umum dibawah normal
o Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
o Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70.
Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang
terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian
bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang
sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan
perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan
umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18
tahun. Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
LI.1.2. Etiologi
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan
postnatal. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis
dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
Tampak sejak lahir atau usia dini
Secara fisis tampak berkelainan/aneh
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam
1. Penyebab pranatal
Kelainan kromosom
Kelainan genetik /herediter
Gangguan metabolik
Sindrom dismorfik
Infeksi intrauterin
Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
Prematuritas
Asfiksia
Kernikterus
Hipoglikemia
Meningitis
Hidrosefalus
Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
Trauma
Kejang lama
Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Penyebab Pranatal
Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah
sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk
pertama kali menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan
seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi
mental sedang. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental.
Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per
tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan.
Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan
ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down.
Analisis kromosom pada sindrom Down 95% menunjukkan trisomi –21, sedangkan
5% sisanya merupakan mosaik dan translokasi.
Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah
trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du
chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata
kromatin seks, yang merupakan kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak
ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik
pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan
kriminalitas.
Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah
Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu
mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim
hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan perempuan dengan
perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan
karena tubuh tidak mampu menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet
bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik,
tetapi menurut beberapa penulis perkembangan mental tidak mengalami perubahan.
Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan
metabolisme lemak, dimana tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi
lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi
nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental sangat berat.
Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH
atau TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak
begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu kemudian, padahal diagnosis
dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling tidak
meringankan derajat retardasi mental.
Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental
baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Akibat defisiensi
yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu
hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul
bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam
bentuk yang berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis
adalah miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi
mental berat.
Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali
pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila
infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital
adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan
retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi
dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis
antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.
Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan
intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang
mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama.
Penyebab Perinatal
Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena
prematuritas. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau
kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94.
Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan
neurologis, dan gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapat bahwa semakin
rendah berat lahirnya, semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun
mental.
Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang
dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi
mental.
LI.1.3. Klasifikasi
Nilai IQ
Superior 120-129
Rata-rata 90-110
Dibawah rata-rata 80-89
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan
masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe
berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya
cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan
yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti
anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada
anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog,
karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler
(Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 – 54.
Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.
Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Karakteristik :
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi terlambat dalam kemampuan
berjalan, bicara , makan sendiri, dll.
Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan khusus,
diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak
dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi
Retardasi mental sedang (IQ 35- 40 hingga 50 – 55; umur mental 3 – 7 tahun)
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih tetapi tidak
mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih
menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka
ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
Karakteristik :
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat
belajar dan perawatan diri.
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta
ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan
perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
Retardasi mental berat (IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua,
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Karakteristik :
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit
bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan, protektif
lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
Retardasi mental sangat berat (IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan karena gejala
baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Seluruh hidupnya tergantung
orang disekitarnya.
Karakteristik :
Usia prasekolah retardasi mencolok.
Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional
dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.
Butuh pengawas pribadi.
Usia mental bayi muda.
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
(Depkes, 2009)
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk
dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini
termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD,
juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang
dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi
tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi
dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu
bimbingan dan pengawasan.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan
secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok
ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik
mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung orang disekitarnya.
LI.1.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui penyebab
kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan apakah ada faktor
genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula
anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis
kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis
tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan
stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti
mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan
psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi
psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.1
Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua
informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis
yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan
retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk
kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah
dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah
tampak tumpul.
ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya
dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka
belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca
dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan
yang dapat ditanyakan antara lain :
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, telinga.
(Depkes, 2009)
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas
terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau
membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18
bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa
ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum
usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun
atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik
sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan
suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus pada
kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua;
dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu
pasien, sebagai berikut:
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter?
Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
Riwayat perkembangan anak?
Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu
diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-
lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah,
menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang
badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki
tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang
pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun
menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit,
bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal
dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian ukurlah
tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada pasien
retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
Telinga : keduanya letak rendah; dll
Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya,
lebar, besar, gemuk
(Kaplan, 2008)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan audiometric
a. Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak
yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometri :
b. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat
respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah
sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau
kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap
respon yang diperlihatkan anak.
c. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar
bunyi.
d. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam daftar
yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-
kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat
membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak
dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
e. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)
3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak
yang abnormal.
4. Timpanometri
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular. Selain tes audiometri,
bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor
intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.
Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri dari satu
set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang
penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai benar atau
salah.
Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola bangunan dua
dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna.
Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)
5. Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah untuk
mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan actort dari ruang amnion secara trans-abdominal antara usia
kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama sindrom Down. Sel
cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan
biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining yang baru
untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu, yang 6
minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat
(beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat
dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)
6. Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah tes yang
sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test juga digunakan
untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai kemampuan
actortic, motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor motivasional, emosional, dan
interpersonal juga penting.
Pemeriksaan lainnya:
1. Kromosomal kariotipe
- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
- Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
- Terdapat beberapa kelainan kongenital
- Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
- Gejala kejang yang dicurigai
- Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- Pemebesaran kepala yang progresif
- Tuberous sklerosis
- Dicurigai kelainan otak yang luas
- Kejang lokal
- Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
- Kelainan pendengaran tipe sensorineural
- Neonatal hepatosplenomegali
- Petechie pada periode neonatal
- Chorioretinitis
- Mikroptalmia
- Kalsifikasi intrakranial
- Mikrosefali
5. Serum asam urat
- Choreoatetosis
- Gout
- Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
- Asidosis metabolik
- Kejang mioklonik
- Kelemahan yang progresif
- Ataksia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
- Hepatomegali
- Tuli
- Kejang dini dan hipotonia
- Degenerasi retina
- Ophtalmoplegia
- Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
- Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
- Anamnesis adanya pika
- Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
- Gerakan involunter
- Sirosis
- Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
- Gagal tumbuh
- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
- Warna rambut yang tidak biasa
- Mikrosefali
- Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
- Atrofi N. Optikus
- Degenerasi retina
- Sereberal ataksia yang berulang
- Mioklonus
- Hepatosplenomegali
- Kulit yang kasar dan lepas-lepas
- Kejang
- Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
- Kiposis
- Anggota gerak yang pendek
- Badan yang pendek
- Hepatosplenomegali
- Kornea keruh
- Gangguan pendengaran
- Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
- Katarak
- Hepatomegali
- Kejang
16. Urin ketoacid
- Kejang
- Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
- Muntah-muntah
- Isapan bayi pada saat menyusu lemah
- Gejala disfungsi autonomik
Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental
adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat,
gamma aminobutyric acid (GABA).
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
Obat-obat psikotropika (tioridazin, Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan
hyperaktif.
Antidepresan ( imipramin, tofranil)
Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol (Inderal)
Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada
orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental
tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,
tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan
ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi
mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga,
kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.
Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun
bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.
Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
Sekolah luar biasa C
Panti khusus
Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental.
Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umum tentang retardasi mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang
kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat (3) aturan
yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal 4) eradikasi gangguan
yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetik
membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan
genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan primer juga dapat di lakukan dengan perbaikan sosio ekonomi dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak
pada anak –anak )
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis
(sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang
kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun seperti
Phenil Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.
3. Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi: Methylphenidate diberi pagi
hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai dengan dosis yang rendah sampai
mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti
kejang. Konseling untuk orang tua. (Soetjiningsih, 1995)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain
membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi
mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan
bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada
obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak
retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental. Vaksinasi MMR secara
dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai salah satu penyebab retardasi mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis dan
pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita
Sindrom Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk
mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga bias dilakukan pengukuran kadar alfa-protein
serum.
Tindakan pencegahan lainnya yang dapat di lakukan untuk mencegah retardasi mental :
1. Genetik. Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik
untuk keluarga- keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian retardasi
mental yang penyebabnya adalah factor genetik.
2. Sosial. Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan
pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental ringan akibat
kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.
3. Keracunan. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun
lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat
mengurangi angka kejadian retardasi mental.
4. Infeksi. Pencegahan rubella merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk
mencegah salah satu bentuk retardasi mental. Kewaspadaan yang konstan ( misalnya yang
berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis,dan kehamilan) membantu mengurangi
retardasi mental akibat toksoplasmosis.
5. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan.
6. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler,
pelayanan dukungan keluarga.
LI.1.8 Prognosis
Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur setahun berat badan
anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4 kali BB lahir. Panjang badan
anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan lahir baru tercapai pada umur 4 tahun.
Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami
pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan darah. Anak
mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu makannya buruk, asupan
makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh anak untuk keperluan
metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari
60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak
normal lebih baik berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 – 3
tahun mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang tidak cukup mengandung
energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang.
Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin
D dan fosfor. Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan gagal tumbuh,
penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat. Kebutuhan seng adalah 10
mg/hari. (Moersintowati, 2008)
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah
dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian
status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2
tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa
umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes, 2008).
2. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Depkes, 2007).
3. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil
pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut
Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan
yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan
manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh
(Soekirman, 2000).
Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia
lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak
lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat
atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam
masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan
sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya. (Phyllis,
2000)
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh
setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi
merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh
kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi yang
diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua
tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan
seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok asam lemak
tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan
B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-
sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses
penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa kimia yang
mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah
kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu
pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam,
daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng juga
bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat
berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat
dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)
Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat kecerdasan
anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang
diperlukan untuk menunjang proses perkembangan otak anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki fungsi penting,
yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan memelihara fungsi otak serta
indera penglihatan (terutama retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah,
letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktifitas kerja
serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
(Moersintowati, 2008)
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik. Remaja
yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan
yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil olahannya
(mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.
Protein. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang
terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat. Pada akhir masa
remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi
tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda
adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki.
Kalsium. Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa.
Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa dicapai pada masa
remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan
dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.
Zat Besi. Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan
konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat, akan
mengalami anemia defisiensi besi.
Seng (Zink). Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk
remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta
laki-laki.
Vitamin. Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa
vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi
seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat
dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan
vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan
penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
(Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :
(Soekirman, 2000)
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil
(persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak
dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”,
sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias
Abunaim,1990).
Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek
(NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi
dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi
dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga
indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.
AKG Remaja
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban orang tua terhadap anak dalam ajaran Islam.
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar
anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga
memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik
kepada orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah:
233) Allah berfirman, yang artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan. (QS Al Ahqaf 15).
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang
tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang
baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan
ketika menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang
sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak
menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama
yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.
Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa
merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).
Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru,
beliau menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang
lebih baik. Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang,
sebuah kota atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka
bermaksiat) diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai),
Syi’bul Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi’bul Huda (kelompok yang
benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti dengan Banu
Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR. Abu Dawud dan
ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)
Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya
pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’.
Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi
seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan
anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha
memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak
kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada
Allah s.w.t. Nama yang baik dengan akhlaq yang baik, itulah yang kita
harapkan. Nama yang baik dengan akhlaq yang buruk, tidak kita harapkan.
Apalagi nama yang buruk dengan akhlaq yang buruk pula. Celaka berlipat
ganda.
4. MengaqiqahkanAnak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk
(bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya”.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.
Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta
diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan
dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik,
jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik.
Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu
muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu
akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah
(sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan
kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan
Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR
Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban
bagi kedua orang tuanya. Dan mendidik anak perempuan mempunyai nilai
tersendiri dari pada mendidik anak laki laki. Boleh jadi karena mereka adalah
calon Ibu rumah tangga yang bakal menjadi ‘Madrasah’ pertama bagi anak
anaknya’. Boleh jadi juga karena kaum wanita mempunyai beberapa keitimewaan
atau ke khassan tersendiri., sehingga di dalam Al Qur aan pun terdapat surat An
Nisa, tetapi tidak ada surat ‘Ar Rijal’. Wallaahu a’lam. Rasulullah s.a.w.
bersabda;
‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik
maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100;
244/20.
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan
tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.
10. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan.
Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim ,
Bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan
jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra
putri ).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah
anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan.
17. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua.
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu,
agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlash pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah
menjadikan mereka ‘ waladun shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang
baik.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ;
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak
anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi
adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu ) .
( HR At Tuusy )./1100;243/16.
‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan (
bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’
( HR At Tirmidzy ). Depag; 42
19. Menikahkannya
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah.
Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan
dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang
belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-
Nya.” (QS. An-Nur:32)
Daftar Pustaka :