Anda di halaman 1dari 39

ANC

1. Ny SL / 27 th / G2P1A0 uk 31-32 mg Susp IUGR


2. Ny A / 21 th / G2P1A0 uk 28 mg
3. Ny EM / 28 th / G2P1A0 uk 6-7 mg
4. Ny ATL / 21 th / G2P1A0 uk 31 mg
5 . Ny SM / 39 th / G3P2A0 uk 28 mg
6. Ny H / 19 th / G1P0A0 uk 37 mg
7. Ny A / 20 th / G1P0A0 37-38 mg

Antenatal care atau ANC adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional
kepada wanita hamil, yang bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi ibu dan janin sehat
selama kehamilan. Pelayanan antenatal mencakup identifikasi risiko, pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang disertai dengan penyakit, serta pendidikan dan promosi
kesehatan.
Antenatal care atau ANC secara langsung mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
perinatal. Antenatal care dapat mendeteksi dan menata laksana komplikasi kehamilan. Selain itu,
ANC dapat secara tidak langsung mengidentifikasi wanita dan remaja yang memiliki risiko
komplikasi selama kehamilan dan persalinan, agar tenaga kesehatan dapat merujuk ke fasilitas
yang sesuai dengan level perawatan.
Indikator yang digunakan di Indonesia untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap ANC
adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga medis yang memiliki kompetensi klinis dan
kebidanan (K1), kontak ke-4 (K4), dan kontak ke-6 (K6).
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas bila telah memenuhi standar 10T, yaitu: timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), ukur
tinggi fundus uteri, penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila perlu, pemberian tablet tambah darah, tes
laboratorium sederhana, tata laksana kasus, dan temu wicara (konseling).

Prosedur Antenatal Care


Umumnya, standar minimal prosedur antenatal care terdiri dari 10 T, yaitu:
1. Timbang berat badan setiap kali kunjungan dan mencatatnya.
2. Ukur Tekanan darah, tekanan darah yang normal berada di angka 110/80 dan dibawah
140/90.
3. Nilai status gizi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas(LILA).
4. Memantau perkembangan janin dengan mengukur Tinggi fundus uteri (puncak rahim).
5. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid).
Adapun vaksin TT dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu yang berbeda beda,
yaitu :
TT1 : ketika kunjungan pertama (sedini mungkin pada saat kehamilan
TT2 : 4 minggu setelah TT1
TT3 : 6 bulan setelah TT2
TT4 : 1 tahun setelah TT3
TT5 : 1 tahun setelah TT4
6. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
7. Pemberian Tablet zat besi.
8. Test Laboratorium seperti penyakit sifilis, Hepatitis B dan HIV.
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling) dengan tenaga medis, termasuk perencanaan persalinan.
Persiapan untuk pemeriksaan Leopold
1. Cuci Tangan
2. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan kepada pasien untuk mengurangi kecemasan
pasien dan meningkatkan kooperatif pasien
3. Dapatkan persetujuan pasien
4. Pasien harus disarankan untuk berkemih karena kandung kemih yang kosong
meningkatkan kenyamanan dan memungkinkan pemeriksaan lebih produktif, dan
kandung kemih yang penuh dapat mengaburkan kontur janin.
5. Sediakan Privasi
6. Siapkan peralatan, seperti pita pengukur, stetoskop pinard atau transduser doppler, dan
gel ultrasound
7. Posisikan pasien terlentang dengan tempat tidur kepala dinaikkan hingga 15 derajat, dan
bantal kecil atau handuk kecil diletakkan di bawah kepala.
4 Manuever Leopold

1. Pemeriksaan Leopold 1 bertujuan untuk menentukan bagian teratas dari fundus uteri,
apakah kepala atau bokong yang berada pada fundus uteri
Cara Melakukan Pemeriksaan Leopold 1
- Menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi
fundus uteri.
- Menentukan bagian janin, apakah kepala atau bokong yang teraba pada bagian
fundus.
- Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, rata,
bulat, mudah digerakkan dan “ballotable”.
- Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah lembut,
tidak beraturan/tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.
2. Pemeriksaan Leopold 2 bertujuan untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus, tentukan letak punggung janin berada di sisi mana
Cara Melakukan Pemeriksaan Leopold 2
- Menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen,
pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin
- Bagian punggung akan teraba, jelas, rata, cembung
- Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas,
dan menonjol dan mungkin dapat bergerak secara aktif atau pasif
- Jantung janin dapat diauskultasi pada saat ini, Jantung dipersepsikan dengan baik
ketika stetoskop atau transduser doppler diletakkan di bagian belakang janin.
3. Pemeriksaan Leopold 3 bertujuan untuk menentukan bagian terendah janin yang terletak
paling dekat dengan serviks, bagian janin inilah yang pertama kontak dengan jari pada
saat pemeriksaan vagina, umumnya kepala atau bokong
Cara Melakukan Pemeriksaan Leopold 3
- Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diatas
simphisis dan meminta pasien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan
- Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah digerakkan atau digoyangkan
jika tidak terkait/tertahan, sulit digerakkan jika terkait/ tertahan.
- Bagian bokong akan terasa lembut dan tidak rata.
4. Pemeriksaan Leopold 4 bisa dilakukan jika kepala janin sudah berada di posisi bawah,
dan bertujuan untuk menentukan sudah berapa jauh kepala janin masuk pintu panggul
Cara Melakukan Pemeriksaan Leopold 4
- Menghadap ke kaki pasien, secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen, pertemukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua
jari jari tangan.
- Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari :
Bertemu = Konvergen, artinya presentasi bawah janin sebagian kecil masuk PAP
(Pintu Atas Panggul)
Sejajar = artinya presentasi bawah janin setengahnya masuk PAP (Pintu Atas
Panggul)
Tidak bertemu = Divergen, artinya presentasi bawah janin sebagian besar masuk
PAP (Pintu Atas Panggul)

KB IUD
IUD yang merupakan singkatan dari intrauterine device (alat kontrasepsi dalam rahim), juga dikenal
dengan sebutan kontrasepsi spiral. IUD bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju saluran
rahim untuk mencegah pembuahan, sehingga tidak terjadi kehamilan.
Kontrasepsi IUD dapat melindungi selama 3-10 tahun, tergantung pada jenis kontrasepsi IUD yang
digunakan. Perlu diperhatikan, penggunaan IUD harus sesuai dengan jangka waktu pemakaian yang telah
ditentukan demi keamanan dan efektivitasnya. Selain itu, meski dapat mencegah kehamilan, IUD tidak
dapat mencegah penyakit menular seksual, sehingga tetap disarankan untuk menjalani aktivitas seksual
yang sehat dan aman.

Pada dasarnya, tiap jenis alat kontrasepsi memiliki kelebihannya masing-masing, sehingga
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi fisik dan kebutuhan Anda. Berikut beberapa
manfaat dan kelebihan kontrasepsi IUD yang dapat diperoleh:

 Dapat mencegah kehamilan hingga 99%


Pemakaian IUD yang benar, mampu mencegah kehamilan dengan sangat efektif.
Kemungkinan hamil setelah pemakaian IUD dengan benar, kurang dari 1%.
 Lebih praktis
Kontrasepsi IUD terbilang lebih praktis, sebab dalam sekali pemasangan, dapat
mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang cukup lama. Penggunaan IUD dapat
mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Selain itu, IUD bisa dilepas kapan saja ketika
Anda sudah ingin merencanakan kehamilan.
 Harga yang relatif terjangkau
Dari segi harga, kontrasepsi IUD juga sebenarnya lebih murah, karena Anda hanya perlu
mengeluarkan biaya pada awal pemasangan saja.
 Aman untuk ibu menyusui
Ibu menyusui harus jeli memilih kontrasepsi agar produksi dan kualitas air susu ibu (ASI)
tetap terjaga. Kontrasepsi IUD non-hormonal menjadi salah satu alat kontrasepsi yang
disarankan untuk ibu menyusui.
 Direkomendasikan untuk kondisi tertentu
Kontrasepsi IUD direkomendasikan untuk Anda yang tidak bisa mengonsumsi pil KB
ataupun menderita penyakit tertentu, seperti penyakit darah tinggi.
 Tidak meningkatkan berat badan
Kenaikan berat badan menjadi salah satu isu yang tidak bisa dilepaskan dari pemakaian
alat kontrasepsi. Dengan penggunaan IUD, Anda tak perlu khawatir akan hal tersebut,
karena tidak ada bukti bahwa IUD akan menyebabkan peningkatan berat badan. Karena
itu, bisa disimpulkan bahwa IUD termasuk dalam alat KB yang tidak membuat gemuk.

Prosedur pemasangan IUD

1. Edukasi pasien tentang pemasangan IUD dan hal-hal lain yang perlu diketahui pasien
2. Pasien akan diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua kaki diangkat ke
atas. Bantu pasien untuk memposisikan diri
3. Melakukan toilet vulva. Lalu masukkan spekulum atau cocor bebek ke dalam vagina
untuk

 Memeriksa ukuran dan posisi rahim


 Membersihkan leher rahim dan vagina dengan cairan antiseptik
 Mendeteksi adanya kelainan pada rahim
 Memposisikan leher rahim (serviks) agar sejajar dengan Rahim

IUD berbentuk seperti huruf T, dengan lengan di kedua sisinya, lipat kedua lengan
tersebut dan memasukkan IUD ke dalam rahim menggunakan aplikator.

Setelah IUD selesai dimasukkan, lengan IUD akan dibebaskan dari lipatan dan aplikator
dikeluarkan.

IUD memiliki benang di bagian bawahnya yang akan tampak menggantung di leher
rahim hingga vagina. Potong benang ini sekitar 2-4 cm di luar serviks.

Edukasi post pemasangan IUD dan jadwalkan kontrol ulang

1. Ny SA / 25 th / Cibabat / P3A0

2. Ny YA / 28 th / Cibabat / P3A0

3. Ny WS / 33 th / Kertamulya / P4A0

PSN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD selalu meningkat pada setiap awal musim hujan
dan menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah di Indonesia. DBD telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius selama 45 tahun terakhir, dimana DBD telah menyebar di 33
provinsi dan di 436 kabupaten/kota (88%) dari keseluruhan 497 kabupaten/kota di Indonesia.

DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang angka kejadiannya dapat diturunkan
dengan melakukan tindakan pengendalian vektor, antara lain dengan gerakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN). PSN dilakukan dengan melaksanakan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air
(TPA), menutup tempat penampungan air (TPA), mendaur ulang barang bekas yang dapat berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, disertai dengan tindakan pencegahan DBD lainnya. PSN 3M
Plus ini sangat efektif dibanding dengan metode pencegahan DBD lainnya, karena dapat memberantas
sarang nyamuk Aedes aegypti bertelur (breeding places) sehingga tidak memberikan kesempatan bagi
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD untuk berkembang biak dan melanjutkan siklus
hidup mulai dari telur, jentik, pupa, dan nyamuk. PSN 3M Plus perlu terus dilakukan secara aktif dan
berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya pencegahan DBD.

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain melakukan pemantauan jentik nyamuk dan PSN 3M Plus disetiap
rumah secara rutin untuk memberantas sarang nyamuk yaitu dengan:

- menguras tempat-tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air,
tempat pemampungan air minum, penampungan air di lemari es, dan dispenser;
- menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum/gentong air, kendi air dan lainnya; dan
- Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air seperti botol plastik,
kaleng, ban bekas karena berpotensi menjad itempat perkembangbiakan nyamuk Aedes.

Selain itu, ditambah dengan Plus pada 3M Plus yang merupakan segala bentuk kegiatan pencegahan daru
gigitan nyamuk, seperti:

- Menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan yang sulit dibersihkan
- Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
- Menggunakan kelambu saat tidur
- Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
- Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat
nyamuk, dan
- Mulai menggunkaan air pancur shower  untuk mandi, dengan tujuan mengurangi bak mandi

Kemenkes juga mengajak masyarakat untuk mengaktifkan kembali Gerakan satu Rumah Satu Jumantik.
Jumantik adalah orang yang melakukan pemerikasaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk
khususnya Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Hal ini dilakukan dengan:

- Mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitara untuk menjadi Jumantik Rumah dan melakukan
pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di rumah masing-masing;
- Berkoordinasi dengan ketua/Pengurus RT setempat membentuk Jumantik Lingkungan dan Koordinator
Jumantik; dan
- Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RT dan RW setempat membentuk Supervisor Jumantik.

Ditemukan 2 pasien dengan diagnosis Dengue Fever di RW 5 Kelurahan Cibabat

1. An D / 7 th / Cibabat

2. Ny J / 22 th / Cibabat

Tracing Penyakit

DBD

Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh
nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Contohnya, demam
berdarah merupakan penyakit endemik di banyak negara di Asia Tenggara. Virus dengue mencakup 4
varietas berbeda, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah dan demam berdarah dengue
berat (disebut juga 'demam berdarah dengue').
Demam berdarah secara klinis ditandai dengan serangan demam tinggi yang mendadak, sakit kepala
hebat, rasa sakit di belakang mata, nyeri otot dan sendi, hilangnya nafsu makan, mual dan ruam.
Beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala yang terlihat, dan beberapa mungkin
hanya menunjukkan gejala ringan, misalnya anak kecil mungkin menunjukkan penyakit demam tidak
spesifik yang disertai dengan ruam kulit. Gejala pada infeksi pertama biasanya ringan. Setelah pulih,
daya tahan tubuh terhadap varietas virus dengue akan berkembang namun infeksi berikutnya dengan
varietas virus dengue lainnya mungkin berakibat pada demam berdarah dengue berat. Demam berdarah
dengue berat adalah demam berdarah komplikasi yang parah dan berpotensi fatal.Tanda-tanda
awalnya, termasuk demam tinggi, selama 2 – 7 hari dan dapat meningkat hingga 40 – 41o C, wajah
kemerahan dan gejala lainnya yang menyertai demam berdarah. Berikutnya, dapat muncul
kecenderungan pendarahan seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga pendarahan dalam
tubuh. Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada kegagalan saluran pernapasan, shock dan
kematian.

Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus
dengue. Apabila pasien yang menderita demam berdarah digigit oleh nyamuk perantara, nyamuk
tersebut terinfeksi dan nyamuk ini dapat menyebarkan penyakit dengan cara menggigit orang lain.
Penyakit ini tidak dapat menular secara langsung melalui manusia ke manusia. Penyebar utama virus
dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak ditemukan di Hong Kong, namun virus dengue juga dapat
disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedes albopictus. Jangka masa inkubasi adalah 3 – 14 hari, umumnya
4 – 7 hari.

PISPK

Kunjungan Rumah

PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA merupakan suatu


program yang wajib dilakukan disetiap Puskesmas sebagai bentuk integrasi dari
program-program di Puskemas dengan sasaran adalah keluarga dan bertujuan
untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi dan memberikan
solusi yang tepat bagi pemecahan masalah di Keluarga tersebut.
Keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana
dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan
atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari
satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan
sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia
Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)


dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan
kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.Dalam pelaksanaan pendekatan
keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder,


yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data
individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat
(akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data
individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan:
mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta
perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet,
buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah
kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan
untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita
untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka
yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa
forum-forum berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.


2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

1. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).


2. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,
selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan


dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader


Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

1. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,


pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Target dari Pelaksanaan PIS -PK di tahun 2019 adalah total coverage (100%) dimana
seluruh  keluarga harus dilakukan pendataan dan intervensi awal berupa KIE pada
masyarakat,

Keluarga Tn D (RW 9 Kelurahan Cibabat, Cimahi Utara)

terdiri dari 2 orang dewasa (ayah ibu), 1 anak dan 1 balita

Dalam kunjungan ini, kami mengunjungi keluarga Tn D di RW 9 Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi
Utara dalam rangka intervensi PISPK. Instrumen PISPK sendiri terdiri dari beberapa poin yaitu :

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan


6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Dalam kunjungan ini beberapa poin yang menjadi titik berat kami adalah akses kepada jamban sehat
dan akses air bersih dikarenakan keluarga masih menggunakan jamban yang kurang standar kebersihan
nya. Selain itu kami juga melakukan pemeriksaan umum kepada keluargayang terdiri dari 1 ayah, 1 ibu, 1
anak dan 1 balita, terutama terkait dengan poin hipertensi, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar
dan poin lain nya.

Imunisasi Dasar

Imunisasi adalah cara sederhana dan efektif untuk melindungi anak dari serangan penyakit serius. Tidak
hanya membantu melindungi anak itu sendiri, vaksin juga dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
masyarakat yang lebih luas. Sebab, imunisasi membantu meminimalkan terjadinya penyebaran
penyakit.
Imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin yang bekerja dengan cara memicu sistem kekebalan anak
untuk melawan virus penyebab penyakit tertentu.

Bila anak yang sudah mendapatkan vaksin terkena penyakit tersebut, sistem kekebalan tubuhnya akan
mampu merespons lebih efektif, sehingga bisa mencegah penyakit berkembang lebih buruk.

Jenis Imunisasi Dasar Anak

Berikut jenis vaksin yang wajib diberikan pada anak sebagai imunisasi dasar beserta manfaatnya:

 Vaksin Hepatitis B

Tujuannya untuk mencegah penyakit hepatitis B yang menyerang organ hati yang bisa berlangsung
beberapa minggu, bahkan seumur hidup.

 Vaksin BCG

Tujuannya untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC) yang terkadang dapat berkembang menjadi
meningitis.

 Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)

Ini merupakan vaksin kombinasi yang bisa memberi perlindungan terhadap tiga penyakit berbahaya
tersebut. Difteri adalah infeksi serius pada tenggorokan yang bisa menyumbat saluran napas dan
menyebabkan masalah pernapasan yang parah. 

Tetanus adalah penyakit saraf yang bisa menyerang siapa saja dari semua usia, yang disebabkan oleh
bakteri penghasil toksin yang mengkontaminasi luka. Sementara itu, pertusis atau batuk rejan adalah
penyakit pernapasan yang bisa menyebabkan batuk parah pada anak.

 Vaksin Polio

Mampu mencegah penyakit polio yang sangat menular dan menyebabkan kelumpuhan permanen.

 Vaksin Hib

Mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe b (Hib) yang menjadi penyebab utama meningitis
pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. 

Selain itu, bakteri tersebut bisa menyebabkan infeksi di telinga, paru-paru, darah, kulit, maupun
persendian.

 Vaksin MR

Bermanfaat untuk melindungi anak-anak dari penyakit campak dan rubella.

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak


IDAI telah memperbarui jadwal imunisasi dasar anak pada tahun 2020 lalu. Jadwal terbaru ini dapat
memudahkan dokter maupun orangtua dalam memberikan imunisasi dasar anak yang tepat sesuai
dengan usianya. Supaya lebih jelas, berikut informasi pemberian imunisasi dasar anak yang lebih detail.

Anak Usia 0-6 Bulan

Jadwal imunisasi untuk bayi baru lahir hingga usia 6 bulan termasuk imunisasi wajib. Jenis imunisasinya
antara lain:

 Hepatitis B

Berdasarkan jadwal imunisasi terbaru dari IDAI, anak akan mendapatkan suntikan imunisasi hepatitis
pertama atau monovalent saat usianya 1 bulan. Selanjutnya, bayi akan mendapatkan imunisasi ini
sebanyak 4 kali sebelum memasuki usia 6 bulan. 

Jarak pemberian vaksin adalah satu bulan, dengan urutan bayi baru lahir, usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4
bulan. Imunisasi hepatitis B juga bisa dilakukan bersama dengan imunisasi DPT.

 Polio

Pembagian jadwal pemberian imunisasi dasar anak polio bisa dilakukan secara oral atau Oral Poliovirus
Vaccine (OPV) maupun suntik atau Inactive Poliovirus Vaccine (IPV). 

Sejak lahir hingga memasuki usia 1 bulan, bayi akan mendapatkan imunisasi polio OPV. Selanjutnya,
imunisasi diulang saat bayi berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. 

Pemberian imunisasi dasar anak polio dapat dilakukan bersama dengan imunisasi DPT yang
dikombinasikan dalam imunisasi jenis Pentabio. Setidaknya, ada satu kali pemberian imunisasi polio
melalui OPV saat usia 2 hingga 4 bulan yang bersamaan dengan OPV-3.

 BCG

Pemberian imunisasi dasar anak BCG hanya dilakukan sebanyak satu kali, yaitu saat bayi berusia 3 bulan.
Namun, pemberian imunisasi ini akan lebih optimal dan efektif saat usia bayi masih 2 bulan. 

  Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT)

Jadwal imunisasi dasar anak DPT pertama diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Pemberian ulangan
dilakukan dengan interval 1 bulan, yaitu pada saat usia bayi 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Ada dua jenis
imunisasi kombinasi untuk DPT yang dikembangkan oleh WHO, yaitu Pentabio dan Pentavalen. 

Jenis Pentabio merupakan kombinasi dari imunisasi DPT, Hepatitis B, dan Polio OPV. Sementara jenis
Pentavalen merupakan kombinasi dari DPT, HiB atau Haemophilus Influenza tipe B, dan Hepatitis B. 

 Influenza
Pemberian imunisasi influenza dapat dilakukan saat anak mulai berusia 6 bulan. Pemberiannya juga
dapat dilakukan setiap saat atau tidak harus mengikuti jadwal. 

Namun, sebaiknya anak mendapatkan imunisasi influenza setiap tahun sekali. Sebenarnya, imunisasi ini
bukan termasuk wajib, tetapi sebaiknya anak mendapatkannya supaya dapat membantu mengurangi
tingkat keparahan penyakit flu. 

Anak Usia 6-12 Bulan

Selanjutnya, jenis imunisasi dasar anak yang wajib diberikan saat anak berusia 6 hingga 12 bulan, yaitu:

 Pneumokokus (PCV)

Pemberian imunisasi PCV dilakukan saat usia bayi mulai 2 bulan. Setelahnya, dilakukan pengulangan
dengan jarak dua bulan, yaitu usia 4 bulan dan 6 bulan. 

Tak seperti jenis imunisasi lainnya yang memicu efek samping ringan seperti demam dan pembengkakan
pada area suntikan, imunisasi PCV tidak memberikan efek samping.  

 Rotavirus

Terdapat dua pilihan imunisasi rotavirus dengan jadwal pemberian yang berbeda, yaitu jenis monovalen
dan pentavalen. Jenis monovalen diberikan sebanyak dua kali, yaitu saat usia bayi berada antara 6
hingga 12 minggu dengan jeda sekitar 4 minggu. Batas akhir pemberian imunisasi ini yaitu saat usia anak
6 bulan.

Sementara itu, jenis pentavalen diberikan sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan ketika anak berusia
antara 6-14 minggu dengan jarak pemberian dosis kedua dan ketiga sekitar 4-10 minggu. Pemberiannya
maksimal dilakukan saat bayi berumur 8 bulan. 

 Campak, Mumps, dan Rubella (MMR)

Berdasarkan jadwal pemberian imunisasi dasar anak terbaru dari IDAI, pemberian imunisasi MMR sudah
bisa dilakukan saat usia anak memasuki 9 bulan. Selanjutnya, dilakukan imunisasi ulang saat anak
berusia 18 bulan. 

Anak Usia 12-24 Bulan

Memasuki usia 1 tahun, anak tidak lagi mendapatkan imunisasi sebanyak sebelumnya. Meski demikian,
tetap ada jenis imunisasi dasar anak yang pemberiannya tidak boleh dilewatkan, yaitu:

 Varisela

Imunisasi varisela dilakukan untuk mencegah anak terserang cacar air. Pemberiannya sebanyak satu kali
saat anak berusia 1 tahun. Namun, pemberian imunisasi akan lebih baik jika dilakukan sebelum masuk
sekolah dasar. 
 Japanese Encephalitis

Jadwal pemberian imunisasi JE dilakukan saat anak berusia 12 bulan. Selanjutnya, pengulangan
dilakukan setelah 1-2 tahun berikutnya. 

 Hepatitis A

Pemberian imunisasi hepatitis A dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak antara 6-12 bulan setelah
dosis pertama. Sementara itu, pemberian imunisasi untuk orang dewasa dilakukan setiap 10 tahun
sekali. Imunisasi akan bekerja sekitar 15 hari setelah penyuntikan dan bertahan selama 20-50 tahun.

Anak Usia 2-18 Tahun

Selanjutnya, jadwal imunisasi untuk anak usia 2-18 tahun adalah:

 Tifoid

Imunisasi tifoid diberikan untuk membantu melindungi tubuh anak dari penyakit tipes. Pemberian ulang
imunisasi tifoid dilakukan setiap tiga tahun sekali pada anak usia 2 tahun. 

 Human Papilloma Virus (HPV)

Pemberian imunisasi HPV dilakukan pada anak mulai usia 9-14 tahun. Dosis sebanyak dua kali dengan
interval 6-12 bulan. Namun, remaja yang sudah aktif berhubungan seksual tidak dapat menerima
imunisasi ini.

 Dengue

Sesuai dengan IDAI, pemberian imunisasi dengue yaitu ketika usia anak antara 9-16 tahun. Sebab,
pemberian imunisasi pada usia yang lebih muda justru meningkatkan risiko infeksi dengue. 

Jadwal Imunisasi Dasar Anak Booster

Ketika anak memasuki usia 12 bulan, ia akan mendapatkan beberapa jenis imunisasi booster  hingga
usianya 24 bulan. Ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas imunisasi karena anak telah
mendapatkan dosis sebelumnya. 

Adapun jadwal imunisasi ulangan yang didapat anak saat usia 12-24 bulan adalah:

 Imunisasi PCV booster  diberikan ketika usia anak antara 12-15 bulan. 


 Imunisasi HiB booster  diberikan saat usia anak antara 15-18 bulan.
 Imunisasi DPT dan Polio booster  diberikan pada anak saat berusia 18 bulan.

Kegiatan dilakukan di gedung KIA KB Puskesmas Cimahi Utara. Petugas terdiri dari dokter internship dan
bidan. Balita yang sudah mendaftar akan dipanggil sesuai urutan pendaftaran, lalu dilakukan
pengukuran tinggi/panjang badan dan berat badan, Setelah itu dilakukan pencatatan dan monitoring
pertumbuhan balita di buku KMS. Balita kemudian menunggu untuk dipanggil antrian di imunisasi sesuai
dengan jadwal individu per balita serta di berikan edukasi terkait imunisasi yang akan diberikan pada
hari itu. Terakhir diberikan edukasi mengenai jadwal imunisasi selanjutnya jika ada dan edukasi
mengenai perkembangan bayi dan hal lain yang dirasa perlu.

Balita dibawah 5 tahun yang sudah mendaftar untuk jadwal imunisasi dasar di Puskesmas Cimahi Utara.

BIAN BIAS

13 Agustus 2022 : Posyandu RW 8B


5 Agustus 2022 : Posyandu RW 1

3 Agustus 2022 : Posyandu RW 9A

1 Agustus 2022 : Posyandu RW 5

Kegiatan dilakukan di posyandu RW 5. Petugas terdiri dari dokter iship, perawat, petugas puskesmas dan
kader. Balita yang sudah mendaftar akan dipanggil sesuai urutan pendaftaran, lalu dilakukan
pengukuran tinggi/panjang badan dan berat badan, Setelah itu dilakukan pencatatan dan monitoring
pertumbuhan balita di buku KMS. Balita kemudian menunggu untuk dipanggil antrian di vaksin MR
(Measles Rubella) sekaligus diberikan edukasi mengenai vaksin MR. Balita yang belum lengkap imunisasi
dasar juga bisa dilakukan imunisasi kejar sesuai dengan Riwayat imunisasi masing balita. Terakhir
diberikan edukasi mengenai jadwal imunisasi selanjutnya jika ada dan edukasi mengenai perkembangan
bayi dan hal lain yang dirasa perlu.

Kemenkes RI mencanangkan program BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) untuk mengejar cakupan
imunisasi rutin yang menurun signifikan akibat pandemi COVID-19. BIAN adalah pemberian imunisasi
tambahan Campak-Rubela serta melengkapi dosis Imunisasi Polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat.
Program ini diwujudkan sebagai upaya menutup kesenjangan imunitas anak dengan melakukan
hamonisasi kegiatan imunisasi tambahan (campak-rubela) dan imunisasi kejar (OPV, IPV, dan DPT-HB-
Hib).

Upaya penting dalam mencapai eliminasi campak-rubela/CRS, selain penguatan imunisasi rutin
tentunya, adalah dengan melaksanakan pemberian imunisasi tambahan campak-rubela yang sifatnya
massal dan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya bagi sasaran prioritas yang telah ditetapkan.
Begitu juga dengan pencapaian eradikasi polio global, dibutuhkan upaya imunisasi kejar IPV1 untuk
menutup kesenjangan imunitas dan memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio tipe 2. Selain itu,
Indonesia juga perlu melakukan langkah yang serius untuk menekan KLB PD3I yang saat ini telah mulai
terjadi di masyarakat agar tidak menjadi masalah baru di tengah-tengah pandemi yang belum juga
berakhir. Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan suatu upaya kolaboratif terintegrasi yang dapat
mengharmoniskan kegiatan imunisasi tambahan dan imunisasi kejar guna menutup kesenjangan
imunitas di masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan melalui kegiatan yang dinamakan Bulan Imunisasi
Anak Nasional.

Balita di wilayah kerja RW 5 Kelurahan Cibabat. Program BIAN dikhusukan untuk balita yang berusia
diatas 9 bulan sampai dengan 5 tahun.

Vaksin Covid 19
21 Juni 2022

Masyarakat wilayah kerja kelurahan Cibabat dan luar Cibabat yang ingin di vaksin Covid 19 (Vaksinasi 1,
2 maupun booster)

Vaksinasi COVID-19 adalah pemberian antigen yang mampu merangsang terbentuknya imunitas di
dalam tubuh atau disebut juga antibodi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membentuk kekebalan
pada tubuh, sehingga dapat meminimalkan segala risiko yang dapat timbul akibat virus corona secara
optimal, termasuk berbagai macam komplikasi dan bahkan kematian.

Metode pencegahan untuk menekan angka penyebaran COVID-19 ini dilakukan setelah dipastikan


ampuh dan tentu saja aman. Salah satu tujuan dilakukannya vaksinasi ini adalah untuk membentuk
kekebalan kelompok (herd immunity). Tujuan lainnya dari pemberian vaksin ini adalah melindungi dan
memperkuat kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Ada berbagai macam vaksin yang masuk ke Indonesia dengan tingkat efikasi yang berbeda-beda. Berikut
penjelasan lebih lengkap tentang beberapa jenis vaksin COVID-19, antara lain:

1. Pfizer-BioNTech

Pfizer-BioNTech adalah vaksin yang menggunakan metode mRNA atau vaksin asam nukleat. Vaksin ini
menggunakan materi genetik dari virus corona yang berguna untuk menghasilkan antibodi dengan cara
memberikan instruksi pada sel-sel di tubuh. 

Efikasi dari vaksin ini sekitar 95% dan sudah banyak digunakan di banyak negara, seperti Amerika
Serikat, Australia, Korea Selatan, dan juga Indonesia. Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis agar ampuh.

2. Sinovac

Vaksin ini berasal dari China dengan menggunakan virus corona yang tidak aktif. Virus yang tidak aktif ini
dimasukkan ke tubuh karena dapat memicu pembentukan kekebalan tetapi tidak terjadi infeksi. 

Tingkat efikasi dari vaksin ini berbeda-beda di tiga negara dengan angka 50,65%, 65,3%, dan 91,21%
dengan dua dosis suntikan. Vaksin ini adalah yang pertama digunakan di Indonesia dan juga di beberapa
negara lain, seperti Brazil, Filipina, dan Malaysia.

3. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan asal Inggris dan Universitas Oxford.
Vaksin ini menggunakan vektor virus yang memanfaatkan Adenovirus (virus yang dilemahkan). Hal ini
berguna untuk mengirimkan protein lonjakan dari virus corona ke dalam tubuh agar dapat membentuk
antibodi, sehingga risiko berbahaya dapat diminimalkan. Tingkat efikasinya mencapai 70% dengan dua
kali dosis.

4. Moderna
Vaksin ini berasal dari Amerika Serikat dengan menggunakan metode mRNA, atau materi genetik untuk
merangsang sel tubuh agar membuat antibodi. Tingkat efikasi dari vaksin Moderna sekitar 95% dan
telah digunakan di banyak negara dan tentunya di Amerika Serikat. Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis
agar sistem imunitas terhadap virus corona terbentuk sempurna.

Kegiatan dilakukan di gedung KIA KB Puskesmas Cimahi Utara dengan petugas registrasi, petugas
screening, petugas vaksinator dan petugas sertifikat vaksin. Peserta yang datang diminta untuk registrasi
dan mengisi berkas terlebih dahulu sambil menunggu antrian screening. Screening vaksin covid terdiri
dari pemeriksaan tekanan darah dan beberapa pertanyaan yang meliputi beberapa kontraindikasi vaksin
covid 19. Setelah dinyatakan lulus screening, peserta lanjut di vaksin sesuai dengan vaksin yang tersedia.
Peserta yang sudah di vaksin diminta untuk menunggu sekitar 15-30 menit untuk sertifikat vaksin
sekaligus monitoring pasca vaksin.
Posyandu

1. RW 15 : 6 Juni 2022
2. RW 17 : 8 Juni 2022 POSBINDU
3. RW 11A : 13 Juni 2022
4. RW 2A : 14 Juni 2022
5. RW 24 : 17 Juni 2022

13 Agustus 2022 : Posyandu RW 8B

5 Agustus 2022 : Posyandu RW 1

3 Agustus 2022 : Posyandu RW 9A

1 Agustus 2022 : Posyandu RW 5

RW 17

RW 8A

RW 1

RW 4

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) adalah kegiatan untuk menemukan adanya penyimpangan
pertumbuhan pada balita atau anak usia prasekolah. Hal ini bertujuan untuk dapat menemukan
penyimpangan secara dini.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel tubuh sehingga ukuran fisik tubuh
bertambah. Pengukuran pertumbuhan anak bertujuan untuk mengetahui dan menemukan status gizi Si
Kecil. Deteksi dini pertumbuhan dilakukan dengan cara menggunakan pengukuran Berat Badan terhadap
Tinggi Badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) lalu di-plot di kurva pertumbuhan.

Perkembangan merupakan hasil kematangan dari hubungan berbagai sistem tubuh. Sebagai contoh,
untuk dapat berbicara dibutuhkan kematangan hubungan antara sistem saraf pusat dengan pita suara,
otot-otot daerah mulut dan lidah, kemampuan memproses kata-kata dan memahaminya. Jika terjadi
salah satu gangguan pada sistem tubuh, perkembangan anak dapat terganggu.

Sama seperti pertumbuhan, perlu dilakukan deteksi dini perkembangan anak. Pemantauan
perkembangan anak dengan kuesioner praskrining perkembangan (KPSP), yaitu instrumen pemeriksaan
perkembangan anak yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI. Kuesioner ini mudah dipahami, berisi
9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak sesuai kelompok usianya.

Jenis-jenis Deteksi Dini


1.      Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

Bertujuan untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau tidak, gizi buruk, maupun
pertambahan lingkar kepala (makrosefali atau mikrosefali).

2.      Deteksi dini penyimpangan perkembangan

Yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan) gangguan daya lihat dan daya
dengar.

3.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Yaitu untuk melihat adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk deteksi dini dengan diadakannya Posyandu. Posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk  dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas
sector dan lembaga terkait lainnya.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi,
potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan
penanggulangan diare.

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:


1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)

Kegiatan dilakukan di Posyandu RW 5. Petugas terdiri dari dokter internship, bidan dan juga kader
posyandu. Balita yang sudah mendaftar akan dipanggil sesuai urutan, lalu dilakukan pengukuran
tinggi/panjang badan dan berat badan. Setelah itu dilakukan pencatatan dan monitoring pertumbuhan
balita di buku KMS. Kemudian dilakukan screening perkembangan anak dengan DDTK untuk mengetahui
apakah ada keterlambatan perkembangan. Orang tua yang anak nya mengalami keterlambatan
perkembangan dan pertumbuhan di berikan edukasi oleh dokter internship, jika perlu di sarankan untuk
kontrol ke Puskesmas.
Seluruh Bayi dan Balita di wilayah kerja RW 5 Kelurahan Cibabat.

POSBINDU

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam
perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk
mengendalikan penyakit tidak menular ini, kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (PTM) berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

       Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Tujuan
Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM
sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat,
berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

       Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang
sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana
masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub
olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang
ada.

       Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari
masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu
PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM
di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM minimal bisa membaca
dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

       Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini yang dapat dilakukan
oleh posbindu PTM, maka dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok posbindu PTM yaitu

1. Posbindu PTM Dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan dengan
wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi riwayat
penyakit tidak menular dalam keluarga yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT), analisa lemak tubuh, pemeriksaan
tekanan darah serta penyuluhan.
2. Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan gula darah,
kolesterol total, trigliserida, pengukuran arus puncak ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan
IVA serta pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter,
bidan, perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya)

 Kegiatan posbindu PTM menggunakan sistem 5 meja. Pelayanan sistem 5 meja terdiri dari :
1. Meja 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan mencatat data individu pasien
sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor
risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa.
2. Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM. Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor
risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol,
kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi,
riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
3. Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut. Kegiatan pengukuran berat
badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, sebaiknya diselenggarakan 1
bulan sekali.
4. Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar
kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana.
5. Meja 5 : Konseling dan Edukasi. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang
bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya. Kegiatan aktifitas fisik dan atau
olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM
namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.

Kegiatan dilakukan di Posbindu RW 17 Kelurahan Cibabat, terdiri dari dokter iship dan kader posbindu
RW 17. Kegiatan posbindu terdiri dari pemeriksaan tanda vital, berat badan, tinggi badan, lingkar perut
dan pemeriksaan lab sederhana (glukosa, asam urat dan kolesterol). Petugas yang melaksanakan
pemeriksaan kesehatan adalah kader posbindu RW 17 dan dokter internship. Dokter internship bertugas
untuk konsultasi hasil pemeriksaan kesehatan dengan peserta yang sudah selesai melakukan
pemeriksaan dengan kader. Dokter internship juga membimbing kader posbindu dalam penggunaan dan
tatacara pemeriksaan lab sederhana. Peserta yang memerlukan pengobatan lebih lanjut dirujuk ke
Puskesmas Cimahi Utara.
ADVOKASI

Gambaran Kegiatan :

Kegiatan sweeping BIAN dilakukan di wilayah kerja RW 6 dikarenakan belum meliputi semua balita di
wilayah kerja tersebut. Sweeping BIAN dilakukan oleh petugas puskesmas dan petugas kelurahan untuk
membantu mengumpulkan dan memberikan edukasi kepada orang tua balita mengenai program BIAN.
Pihak Puskesmas meminta kerjasama dari Kelurahan agar dapat membantu meyakinkan orang tua balita
agar mau ikut serta dalam program BIAN.

Balita yang sudah mendaftar akan dipanggil sesuai urutan pendaftaran, lalu dilakukan pengukuran
tinggi/panjang badan dan berat badan, Setelah itu dilakukan pencatatan dan monitoring pertumbuhan
balita di buku KMS. Balita kemudian menunggu untuk dipanggil antrian di vaksin MR (Measles Rubella)
sekaligus diberikan edukasi mengenai vaksin MR. Balita yang belum lengkap imunisasi dasar juga bisa
dilakukan imunisasi kejar sesuai dengan Riwayat imunisasi masing balita. Terakhir diberikan edukasi
mengenai jadwal imunisasi selanjutnya jika ada dan edukasi mengenai perkembangan bayi dan hal lain
yang dirasa perlu.

Latar Belakang :

Kemenkes RI mencanangkan program BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) untuk mengejar cakupan
imunisasi rutin yang menurun signifikan akibat pandemi COVID-19. BIAN adalah pemberian imunisasi
tambahan Campak-Rubela serta melengkapi dosis Imunisasi Polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat.
Program ini diwujudkan sebagai upaya menutup kesenjangan imunitas anak dengan melakukan
hamonisasi kegiatan imunisasi tambahan (campak-rubela) dan imunisasi kejar (OPV, IPV, dan DPT-HB-
Hib).

Upaya penting dalam mencapai eliminasi campak-rubela/CRS, selain penguatan imunisasi rutin
tentunya, adalah dengan melaksanakan pemberian imunisasi tambahan campak-rubela yang sifatnya
massal dan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya bagi sasaran prioritas yang telah ditetapkan.
Begitu juga dengan pencapaian eradikasi polio global, dibutuhkan upaya imunisasi kejar IPV1 untuk
menutup kesenjangan imunitas dan memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio tipe 2. Selain itu,
Indonesia juga perlu melakukan langkah yang serius untuk menekan KLB PD3I yang saat ini telah mulai
terjadi di masyarakat agar tidak menjadi masalah baru di tengah-tengah pandemi yang belum juga
berakhir. Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan suatu upaya kolaboratif terintegrasi yang dapat
mengharmoniskan kegiatan imunisasi tambahan dan imunisasi kejar guna menutup kesenjangan
imunitas di masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan melalui kegiatan yang dinamakan Bulan Imunisasi
Anak Nasional.

Dikarenakan cakupan BIAN di RW 6 belum meliputi semua balita di wilayah kerja nya, dilakukan
sweeping BIAN dari petugas puskesmas dan petugas kelurahan untuk membantu mengumpulkan dan
memberikan edukasi kepada orang tua balita mengenai program BIAN.

Kegiatan Sweeping BIAN dengan Kelurahan Cibabat di RW 6


Sweeping BIAN ; lintas sektor Kelurahan Cibabat dan Puskesmas Cimahi Utara

KEMITRAAN

UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas Puskesmas, yang ditujukan
kepada sekolah-sekolah dengan anak didik serta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan
kesehatan anak yang sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-
tingginya (Budiono & Sulistyowati, 2014). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
UKS merupakan upaya pemeliharaan kesehatan yang ditujukan pada peserta didik usia sekolah, yang
meliputi pemeliharaan kesehatan peserta dan lingkungannya sehingga dapat meningkatkan prestasi
peserta didik.

Tujuan UKS adalah meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar didik melalui peningkatan
perilaku hidup bersih jasmani dan rohani sehingga anak didik dapat tumbuh berkembang secara optimal
seiring kemandirian dalam beraktifitas dan pada akhirnya menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Dalam pelaksanaannya UKS memiliki dua fungsi dasar yaitu :

a. Fungsi Pendidikan UKS berperan dalam memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah-
masalah kesehatan pada peserta didik.

b. Fungsi Pemeliharaan dan Kesehatan, hal yang dapat dilakukan:

1) Pemeriksaan kesehatan umum kepada murid dan warga sekolah.

2) Pencegahan penyakit menular, misalnya penyuluhan tentang gejala penyakit dan pemberian masker.

3) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). UKS bisa menjadi tempat pertolongan sementara untuk
tindakan medis sebelumbantuan dari rumah sakit/puskesmas.

4) Pengawas kebesihan sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih adalah syarat menciptakan lingkungan
yang sehat

5) Peningkatan kesehatan siswa dan warga sekolah Fungsi UKS tersebut dijalankan berdasarkan TRIAS
UKS yaitu, pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2022 di SDN Nur Al Rahman. Pemeriksaan dilakukan oleh
dokter internship dan petugas puskesmas. Dilakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi :

• Pemeriksaan fisik termasuk kebersihan diri anak sekolah

• Pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menentukan status gizi anak

• Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut


• Pemeriksaan indera pendengaran dan penglihatan

Terdapat 6 siswa/i yang menjalani pemeriksaan. Dengan hasil sebagai berikut :

• 6 siswa dengan IMT underweight

• 4 siswa dengan serumen telinga

• Tidak ditemukan anak dengan gangguan kesehatan gigi dan mulut

• Tidak ditemukan anak dengan gangguan penglihatan

• Tidak ditemukan anak dengan kebersihan diri yang buruk

Dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan. Untuk anak yang mempunyai masalah/gangguan kesehatan
baik umum maupun gigi pada saat pemeriksaan, petugas akan memberikan surat kontrol kepada anak
untuk pemeriksaan lanjutan ke puskesmas. Guru juga diedukasi untuk membawa siswa ke fasilitas
kesehatan terdekat apabila terjadi gangguan/ masalah kesehatan pada siswa di sekolah.
IMD

12 Agustus : Ny RP / 27 th / G2P1A0

17 Agustus : My SR / 21 th / G1P0A0

Inisiasi menyusui dini adalah proses untuk memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan yang biasanya
dilakukan dalam kurun waktu 30 menit sampai 1 jam pasca persalinan.

IMD atau inisiasi menyusui dini adalah awal yang tepat bagi Anda dan bayi untuk memulai ASI eksklusif
atau sebelum memulai proses menyusui yang sesungguhnya.

Pemberian ASI sangat penting bagi bayi dan ibu karena ada banyak manfaat ASI yang bisa diperoleh.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), di Indonesia angka inisiasi menyusui dini mengalami
peningkatan yang cukup baik.

Berawal dari 29,3% di tahun 2010 kemudian meningkat menjadi 34,5% pada tahun 2013. Menurut riset
ini pula, sebagian besar proses inisiasi menyusui dini ini terjadi dalam rentang waktu 1-6 jam setelah
proses kelahiran.

Inisiasi menyusui dini tidak hanya memudahkan proses menyusui ASI, tapi juga menjadi momen
‘perkenalan’ yang dapat memperkuat ikatan antara Anda dan bayi.

Ini karena saat melakukan proses tersebut, ada sentuhan langsung antara Anda dan bayi alias skin to
skin contact.

Proses inisiasi menyusui dini membantu bayi yang baru lahir bisa langsung merasakan sentuhan dan
aroma yang nyaman dari tubuh Anda.

IMD adalah sebuah proses penting untuk membantu melatih kemampuan indra pada tubuh bayi.

Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Melong Asih setelah dokter internship dan bidan membantu
persalinan. Tahapan inisiasi menyusui dini atau IMD adalah sebagai berikut:

1. Setelah bayi dilahirkan dan dirasa tidak membutuhkan resusitasi (bantuan pernapasan) maupun
tindakan medis lainnya, segera letakkan bayi di atas perut ibu.
2. Sebelumnya, pastikan kepala, wajah, dan bagian tubuh bayi lainnya kecuali kedua tangan sudah
dalam keadaan kering. Hal ini bertujuan agar aroma dari air ketuban (amnion) pada tangan bayi akan
membantu mengarahkannya untuk mencari puting payudara ibu yang memiliki aroma serupa.

3. Untuk memudahkan prosesnya, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan. Begitu pula dengan bayi,
sebaiknya vernix caseosa yang menempel pada tubuhnya tidak perlu dibersihkan.

Tahap lanjutan dalam melakukan inisiasi menyusui dini atau IMD adalah sebagai berikut:

1. Dokter dan tim medis akan memotong tali pusar bayi terlebih dahulu. Setelah itu, bayi akan
diletakkan tengkurap di atas perut ibu dengan posisi menyusui yakni kepala bayi menghadap ke arah
kepala ibu.

2. Bila suhu di ruang bersalin terasa dingin, sah-sah saja untuk menyelimuti tubuh ibu dan bayi
atau mengenakan topi di kepala bayi.

3. Setelah kurang lebih sekitar 12-44 menit biasanya bayi sudah mulai bergerak dengan cara
menendang, menggerakkan kaki, bahu, maupun lengannya.

4. Pergerakan yang dilakukannya itu akan mengarahkan tubuhnya secara perlahan-lahan ke puting
payudara ibu. Stimulasi yang diberikan bayi juga dapat membantu rahim (uterus) ibu berkontraksi untuk
memulihkan kondisinya setelah melahirkan.

5. Kemampuan penglihatan bayi di awal kelahiran memang belum sempurna dan masih terbatas.
Namun, bayi sudah dapat melihat areola payudara yang berwarna gelap ketimbang kulit ibu dan
kemudian bergerak menuju ke arah payudara.

6. Bayi juga akan menggerakkan dan membenturkan kepalanya ke dada ibu beberapa kali. Ini bisa
menjadi stimulasi seolah berupa pijatan pada payudara ibu.
Suplementasi Gizi

Tingginya angka stunting di Indonesia, yakni dari 34 provinsi hanya ada dua provinsi yang jumlahnya di
bawah 20% (batas angka stunting dari WHO). Untuk mengatasinya, pemerintah berkomitmen untuk
menurunkan angka stunting melalui beberapa kebijakan kesehatan.

Kebijakan tersebut berupa program yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di


antaranya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

PIS-PK telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 39 tahun 2016
tentang pedoman penyelenggaraan PIS-PK. Program ini dilakukan dengan mendatangi langsung ke
masyarakat untuk memantau kesehatan masyarakat, termasuk pemantauan gizi masyarakat untuk
menurunkan angka stunting oleh petugas Puskesmas.

PIS-PK merupakan salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan
akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Diharapkan gizi
masyarakat akan terpantau di seluruh wilayah terutama di daerah dan perbatasan agar penurunan
angka stunting bisa tercapai.

Kemudian, terkait PMT sudah di atur dalam Permenkes RI nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi. Dalam Permenkes itu telah diatur Standar Makanan Tambahan untuk Anak Balita,
Anak Usia Sekolah Dasar, dan Ibu Hamil.

Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita
dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita
stunting.

Sedangkan pemberian makanan tambahan pada anak usia sekolah dasar diperlukan dalam rangka
meningkatkan asupan gizi untuk menunjang kebutuhan gizi selama di sekolah dan di usianya saat
remaja. Makanan tambahan yang diberikan dapat berbentuk makanan keluarga berbasis pangan lokal
dengan resep-resep yang dianjurkan.

Makanan lokal lebih bervariasi namun metode dan lamanya memasak sangat menentukan ketersediaan
zat gizi yang terkandung di dalamnya. Suplementasi gizi dapat juga diberikan berupa makanan tambahan
pabrikan, yang lebih praktis dan lebih terjamin komposisi zat gizinya.

Selain itu, pemenuhan gizi anak sejak dini bahkan sejak dalam kandungan atau disebut 1000 HPK perlu
diperhatikan. 1000 HPK dimulai sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730
hari).
Tantangan gizi yang dialami selama fase kehamilan adalah status gizi seorang wanita sebelum hamil. Hal
itu sangat menentukan awal perkembangan plasenta dan embrio. Berat badan ibu pada saat
pembuahan, baik menjadi kurus atau kegemukan dapat mengakibatkan kehamilan beresiko dan
berdampak pada kesehatan anak dikemudian hari.

Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi, protein, serta beberapa vitamin
dan mineral sehingga ibu harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya.

Janin memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan. Janin akan menyesuaikan
diri dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa yang dimakan oleh ibunya selama mengandung.
Jika nutrisinya kurang, bayi akan mengurangi sel-sel perkembangan tubuhnya.

Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 HPK menjadi sangat penting, sebab jika tidak
dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang seperti stunting.

Kegiatan dilaksanakan di gedung KIA KB Puskesmas Cimahi Utara. Kegiatan dilaksanakan oleh dokter
internship, bidan dan petugas gizi. Balita datang diantar oleh orang tua, lalu setelah pendaftaran
dilakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan pencatatan. Saat dilakukan
pencatatan di buku KMS ditemukan bahwa balita yang mengalami stunting akan diberikan PMT berupa
biskuit dan bubur yang didapat dari kemitraan. Orang tua juga diberikan edukasi mengenai stunting dan
pola makan yang baik untuk balita agar segera mengejar pertumbuhannya.

Balita yang datang ke Puskesmas Cimahi Utara dan mengalami stunting maupun gizi kurang
Penapisan TB

LB :

Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TB. Kasus tuberkulosis di
Indonesia dalam kurun tiga tahun terakhir ini mengalami tren karena kasus terus meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan sebesar 330.910 kasus, tahun
2016 sebesar 360.565 kasus, dan tahun 2017 sebesar 425.089 kasus. Berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TB dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar
759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TB BTA positif sebesar 257 per
100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas.

Oleh karena itu diberlakukanlah skrining TB yang dibutuhkan bagi pasien yang mengalami gejala (TB
aktif) atau memiliki kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko TB. Terdapat beberapa jenis tes
yang dilakukan untuk mendeteksi tuberkulosis. Bagi anak-anak, skrining TB umumnya dilakukan dengan
tes Mantoux. Sedangkan pada pasien dewasa, pemeriksaan ini bisa berupa tes dahak dan rontgen
dada.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 67/2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, skrining
atau penemuan kasus merupakan salah satu strategi penanggulangan TB yang dapat dilakukan
secara aktif, pasif, intensif, dan masif. Penemuan kasus TB secara pasif-intensif dilaksanakan di
fasilitas kesehatan dengan memperkuat jejaring layanan TB melalui PublicPrivate Mix (PPM) dan
memperkuat kolaborasi layanan. Sedangkan penemuan kasus TB secara aktif-masif dilakukan berbasis
keluarga dan masyarakat di luar fasyankes dengan melibatkan semua potensi masyarakat seperti
kader Kesehatan, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan pemuka agama.

Gambaran :

Pasien datang ke Puskesmas Cimahi Utara dengan keluhan batuk lebih dari 2 minggu. Batuk berdahak,
dahak berwarna kuning kehijauan, darah (-). Pasien juga mengeluh demam namun tidak tinggi dan
terkadang merasa lemas. Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan disertai penurunan
nafsu makan. Pasien mengaku anggota keluarga yang serumah juga mengalami keluhan batuk. Riw TBC
pada keluarga disangkal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, pasien dikirim ke laboratorium untuk
direncanakan pemeriksaan dahak/sputum (BTA). Pasien diberikan edukasi terkait pengambilan sampel
dahak dan waktu pengambilan dahak. Pasien kembali ke Puskesmas untuk memberikan dahak ke lab
dan menunggu hasil pemeriksaan dahak.

Pasien datang ke Puskesmas Cimahi Utara dengan keluhan batuk lebih dari 2 minggu. Batuk berdahak,
dahak berwarna kuning kehijauan, darah (-). Pasien juga mengeluh demam namun tidak tinggi dan
terkadang merasa lemas. Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan disertai penurunan
nafsu makan. Pasien mengaku anggota keluarga yang serumah juga mengalami keluhan batuk. Riw TBC
pada keluarga disangkal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, pasien dijadwalkan untuk dilakukan
pemeriksaan Mantoux di Poli TB Puskesmas Cimahi Utara. Orangtua pasien diberikan edukasi terkait
pemeriksaan Mantoux. Pasien kembali ke Puskesmas sesuai jadwal untuk pemeriksaan mantoux dan
kontrol ulang ke puskesmas untuk dilihat hasil pemeriksaan nya.

KESLING

Inspeksi Sanitasi SD

SDN Cibabat 2 : 5 Sept 2022

SD Cibabat 5 : 6 sept

SD Cibabat Mandiri 1 : 8 Sept 2022

SD Cibabat Mandiri 5 : 15 sept

SD Nur Al Rahman : 22 Sept

LB :

Sekolah merupakan institusi formal dan strategi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang sehat
secara fisik, mental,sosial dan produktif. Salah satu yang mempegaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar di sekolah adalah status kesehatan dan kondisi lingkungan sekolah.

Masalah kesehatan di sekolah menjadi bermacam- macam tergantung dengan kesehatan murid dan
perilaku hidup bersih nya karena sekolah dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. Guna mencegah
dan mengurangi berbagai permasalahan di atas di perlukan perilaku hidup bersih dan sehat.

Setiap anak Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan lingkungan sekolah sehat, aman dan
nyaman seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Pasal79 menjelaskan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan agar
kemampuan hidup peserta didik dapat meningkat dalam lingkungan yang sehat, sehingga mereka
dapat belajar secara nyaman dan bertumbuh kembang secara optimal untuk menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas (UU RI, 2009).Pada tingkat global, sanitasi sekolah merupakan salah
satu prioritas pembangunan sesuai dengan tujuan 4a dalam SDGs (Sustainable Development
Goals), sedangkan di Indonesia, pemerintah telah berkomitmen untuk mentargetkan pelaksanaan
sanitasi sekolah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) dalam kurun
waktu 2015-2019. Sekolah merupakan tempat yang penting dan perlu perhatian khusus karena
sekolah merupakan tempat belajar siswa selain di rumah. Sebagian besar siswa dapat
menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah. Padahal, lingkungan fisik dan kebersihan
fasilitas sekolah dapat secara signifikan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan siswa.
Penyakit dapat dengan cepat menyebar di ruang kelas yang sempit dan minim ventilasi, tidak
tersedianya sabun dan fasilitas cuci tangan serta rusak atau tidak adanya toilet yang memenuhi
persyaratan di sekolah (UNICEF Indonesia, 2012).
Tersedianya sanitasi sekolah yang memadai akan berdampak besar terhadap beberapa
indikator utama pembangunan sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi, kesetaraan gender serta
air dan sanitasi. Pada sektor kesehatan, kegiatan cuci tangan merupakan sebuah hal yang
sederhana, namun apabila kegiatan cuci tangan dapat terlaksana dengan baik dan benar sesuai
syarat kesehatan yaitu dengan menggunakan sabun dan air mengalir, dapat mengurangi risiko
terserang penyakit diare hingga 47% (Freeman, dkk., 2014).Dari sektor kesetaraan gender,
penelitian global yang dilakukan oleh UNESCO menyatakan bahwa akibat fasilitas sanitasi yang
tidak layak di sekolah membuat 1 dari 5 anak perempuan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang
pendidikan menengah (UNESCO, 2010).

Kondisi sanitasi sekolah dasar di Indonesia lebih buruk dibandingkan denganjenjang sekolah
lainnya, dimana indeks sanitasi sekolah dasar hanya sebesar 53,75% (Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).Peneltian Tambuwun et al.(2015)menyatakan bahwa, terdapat
hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia
sekolah di wilayah kerja puskesmas Bahu manado dengan odds rasio sebesar 10,769. Hal itu berarti,
apabila kondisi sanitasi lingkungan buruk maka memiliki peluang diare sebesar 10,769 kali
(Tambuwun et al., 2015).Kondisi berisiko timbulnya suatu penyakit dapat ditanggulangi
dengan membuat fasilitas sanitasi yang mendukung

Gambaran Kegiatan :

Petugas Kesehatan Puskesmas Cimahi Utara melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan berupa
Pengamatan dan Pengukuran tingkat kebersihan dan kesehatan sekolah. Hasil pengamatan di catat di
formulir Inspeksi yang salah satunya mengenai ketersediaan air bersih, kualitas udara, pangan, saran
prasarana, dan vector serta binatang pembawa penyakit. Penilaian yang lebih spesifik terdiri dari
kebersihan, ventilasi ruangan, fasilitas sanitasi serta konstruksi bangunan. Kemudian dilakukan
pengukuran langsung yang terdiri dari tingkat kebisingan di dalam kelas, pengukuran pencahayaan
ruang kelas, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium, pengukuran kelembaban ruang kelas serta
kepadatan ruang kelas. Setelah itu dihitung skor inspeksi dan jika skor masih kurang dari standar
dilakukan edukasi dan advokasi ke sekolah agar sanitasi lingkungan sekolah yang masih kurang dapat
diperbaiki.
Penyuluhan

13 Juli : Posyandu ; Makan Sehat Bergizi (GIZI)

14 Juli : Posyandu ; Kunjungan ke PKM (KIA)

22 Juli :Pengecekan Kesehatan Rutin

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor
eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang
yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa
menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua
kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi
kegemaran si anak.

Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan
pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan
kecerdasan seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai
gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan
yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau
tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

Edukasi gizi dilakukan agar orangtua balita memahami peran gizi seimbang dalam pertumbuhan optimal
pada balita terutama di era pandemi covid-19 karena usia balita merupakan usia rawan terkena masalah
gizi salah satunya gizi kurang yang akan berdampak pada kecerdasan anak di masa yang akan datang.

Dalam kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Posyandu, peserta diberikan penjelasan mengenai balita,
gizi kurang, dampak gizi kurang pada balita, pedoman gizi seimbang, bahan pangan yang dapat diberikan
kepada balita, serta tips memberi makanan kepada balita. Materi tersebut disampaikan menggunakan
media poster. 

Gizi seimbang
Bagi usia anak, pemberian makanan sesuai gizi seimbang dikategorikan lagi ke dalam beberapa kategori
usia. Dimulai dari usia 0-6 bulan, usia 6-24 bulan, dan usia 2-5 tahun. Mari kita selidiki lebih lanjut satu
persatu kategori usia ini!

Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 bulan

Untuk bayi usia 0-6 bulan, ASI menjadi satu-satunya asupan yang diperlukan. ASI merupakan makanan
terbaik untuk bayi karena di dalam ASI terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai dengan
usia 6 bulan. ASI juga memenuhi zat gizi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan sistem
pencernaannya. Oleh karena itu, setiap bayi harus diberikan ASI Eksklusif yaitu hanya memberi ASI
sampai usia 6 bulan.

Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 bulan

Anak usia 6-24 bulan memiliki kebutuhan zat gizi yang semakin meningkat dan tidak dapat dipenuhi
hanya dari ASI saja. Pada usia ini, anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan zat gizinya harus
benar-benar terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi dan kemungkinan infeksi. Agar
mencapai gizi seimbang, anak memerlukan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain
dalam bentuk lumat dan lembik, dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun.
Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan
sayuran dan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai
sumber kalori. Jumlah yang ditambahkan secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan
dalam proporsi yang juga seimbang.

Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun

Kebutuhan zat gizi anak usia 2-5 tahun semakin meningkat karena masih berada dalam masa
pertumbuhan yang cepat ditambah aktivitas yang tinggi.Selain itu, anak mulai memiliki pilihan terhadap
makanan yang disukai, salah satunya makanan jajajnan. Oleh karena itu, jumlah dan variasi makanan
harus mendapatkan perhatian lebih khusus, terutama dalam membantu anak bisa memilih makanan yag
bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga lebih mudah terkena
penyakit infeksi dan kecacingan, maka diperlukan perilaku hidup bersih yang dibiaskan untuk
mencegahnya.

Kunjungan PKM dan Imunisasi

LB

Peningkatan upaya promotif di bidang kesehatan terus dilakukan oleh Puskesmas Cimahi Utara. Salah
satunya adalah peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan anak balita. Edukasi dilakukan oleh
dokter internship dan bidan di Posyandu RW 9B. Adapun tujuan dari kelas ini adalah meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh
kembang Balita yang optimal.
Hal hal yang di edukasi terdiri dari :

1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif

2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi pada bayi

3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi seimbang kepada Balita

4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan stimulasi perkembangan


Balita

5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi Balita dan mencuci tangan yang benar

6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan perawatan Balita

Setelah anak berusia 1 tahun, angka kunjungan ke Posyandu biasanya akan semakin menurun. Terutama
bagi para ibu yang merasa vaksinnya sudah lengkap, ia akan enggan untuk membawa anaknya ke
Posyandu. Padahal Posyandu tidak hanya berkaitan dengan vaksinasi. Di Posyandu, berat badan, tinggi
badan, dan lingkar kepala anak diukur untuk mendeteksi sejak dini jika terjadi hal-hal tidak diinginkan
seperti kekurangan gizi. Namun sayangnya, mindset yang berkembang adalah Posyandu hanya untuk
menimbang berat badan dan memberikan vaksin anak. Hingga anak berusia 5 tahun, ibu harus rutin
membawanya ke Posyandu. Sebab jika tidak, dikhawatirkan tumbuh kembang anak serta pemenuhan
gizinya tidak dapat terpantau dengan baik.

Selain karena merasa vaksinasinya sudah lengkap, para ibu terkadang tidak membawa anaknya ke
Posyandu karena sudah PAUD. Mereka menganggap anaknya sudah sehat dan sudah bisa bersekolah
sehingga tidak perlu lagi dibawa ke Posyandu. Sejak tahun 2015, terdapat program bernama Posyandu
Terintegrasi yaitu Posyandu yang diintegrasikan dengan PAUD dan BKB (Bina Keluarga Balita).

Ada banyak manfaat Posyandu yang belum disadari oleh para ibu. Dengan rutin datang ke Posyandu,
tumbuh kembang anak selama masa keemasannya (0-5 tahun) akan terpantau dengan baik. Tidak hanya
ditimbang dan diukur tinggi badannya, anak-anak akan diberikan asupan makanan bergizi yang baik
untuk pertumbuhan. Para ibu juga bisa berkonsultasi langsung dengan kader kesehatan dan/atau
petugas kesehatan, sehingga berbagai permasalahan kesehatan anak dapat segera terselesaikan dengan
benar. Lebih dari itu, para ibu bisa berbagi pengalaman dengan ibu lainnya selama berada di Posyandu.
Hal ini tentu akan berdampak sangat positif pada tumbuh kembang anak.

Sejak awal tahun 2000an pemerintah merevitalisasi Posyandu, dengan menggalakkan kembali program
Posyandu demi mengurangi angka gizi buruk di Indonesia. (kenapa disebut revitalisasi Posyandu, karena
Posyandu sudah ada sejak tahun 1984, namun kemudian ada yang kondisinya ‘mati’, sehingga perlu
direvitalisasi). Seharusnya hal ini mendapat dukungan positif dari masyarakat. Oleh karena itu, para ibu
sebaiknya meningkatkan kesadaran dan menyadari betapa pentingnya rutin membawa balita ke
Posyandu

P2P

Kegiatan dilakukan di di ruang tunggu Puskesmas Cimahi Utara. Peserta edukasi dari bayi, anak, dewasa
hingga lansia yang ingin berobat di Puskesmas Cimahi Utara. Edukasi mengenai cek kesehatan rutin yang
paling umum untuk mendeteksi risiko penyakit tidak menular. Pemeriksaan rutin terdiri dari :

1. Cek tekanan darah rutin

2. Cek kadar gula darah

3. Cek lingkar perut

4. Cek kadar kolesterol

5. Cek arus puncak ekspirasi

6. Deteksi dini kanker leher rahim

Setelah edukasi dilakukan sesi tanya jawab secara singkat.

Meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak saja berdampak pada meningkatnya morbiditas,
mortalitas, dan disabilitas di kalangan masyarakat, melainkan juga berdampak pada meningkatnya
beban ekonomi baik di tingkat individu maupun di tingkat negara pada skala nasional. Sebab, PTM
berakibat pada 63% atau 57 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Total biaya yang dikeluarkan
untuk menanggulangi penyakit diabetes di Amerika pada tahun 2007 mencapai 218 milyar dolar.
Sementara itu, World Economic Forum menyatakan bahwa total pengeluaran dunia untuk mengatasi
PTM adalah lebih dari US $ 30 triliun untuk 20 tahun ke depan.

Demikian disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH, pada acara Seminar
Nasional Pangan dan Gizi (SEMNAS PAGI) 2013, dengan tema “Inovasi Pangan dan Gizi Mewujudkan
Generasi Sehat, Cerdas, dan Kuatuntuk Meningkatkan Daya Saing, di Jakarta (25/6).

Sementara itu, data terkini menunjukkan bahwa sekitar 60 persen kematian pada kelompok usia dewasa
disebabkan PTM, seperti : penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus dan penyakit saluran
pernafasan.

Literatur terkini mengungkapkan kompleksitas penyebab masalah PTM ada dua kelompok besar faktor
risiko penyakit tidak menular. Pertama, adalah faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu faktor
usia, Kedua, penyakit metabolik lain pada usia dewasa. Anak-anak yang dilahirkan dengan gangguan
pertumbuhan mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik, terutama gangguan
metabolik lemak, protein dan karbohidrat yang akan meningkatkan risiko PTM di usia dewasa. Anak
yang dilahirkan normal dan tumbuh baik pada masa kanak-kanak, akibat faktor gaya hidup yang tidak
sehat, seperti makan tidak seimbang dan aktivitas rendah akan meningkat faktor risikonya terhadap
PTM.

KB IUD

Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.
Tidak hanya pemerintah melainkan masyarakat pun seharusnya ikut andil dalam pengendalian penduduk
yang semakin besar untuk laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat. Strategi
program KB yang digunakan dalam mengembangkan kebijakan pemerintah yaitu MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) sesuai dengan kebutuhan untuk menunda kehamilan, menjarangkan
kehamilan, atau mengakhiri kesuburan yaitu kondom, suntik, pil, intravagina, AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim), Implant, dan kontrasepsi mantap.
IUD yang merupakan singkatan dari intrauterine device (alat kontrasepsi dalam rahim), juga dikenal
dengan sebutan kontrasepsi spiral. IUD bekerja dengan cara menghambat gerakan sperma menuju saluran
rahim untuk mencegah pembuahan, sehingga tidak terjadi kehamilan.
Kontrasepsi IUD dapat melindungi selama 3-10 tahun, tergantung pada jenis kontrasepsi IUD yang
digunakan. Perlu diperhatikan, penggunaan IUD harus sesuai dengan jangka waktu pemakaian yang telah
ditentukan demi keamanan dan efektivitasnya. Selain itu, meski dapat mencegah kehamilan, IUD tidak
dapat mencegah penyakit menular seksual, sehingga tetap disarankan untuk menjalani aktivitas seksual
yang sehat dan aman.

Pada dasarnya, tiap jenis alat kontrasepsi memiliki kelebihannya masing-masing, sehingga
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi fisik dan kebutuhan Anda. Berikut beberapa
manfaat dan kelebihan kontrasepsi IUD yang dapat diperoleh:

 Dapat mencegah kehamilan hingga 99%


Pemakaian IUD yang benar, mampu mencegah kehamilan dengan sangat efektif.
Kemungkinan hamil setelah pemakaian IUD dengan benar, kurang dari 1%.
 Lebih praktis
Kontrasepsi IUD terbilang lebih praktis, sebab dalam sekali pemasangan, dapat
mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang cukup lama. Penggunaan IUD dapat
mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Selain itu, IUD bisa dilepas kapan saja ketika
Anda sudah ingin merencanakan kehamilan.
 Harga yang relatif terjangkau
Dari segi harga, kontrasepsi IUD juga sebenarnya lebih murah, karena Anda hanya perlu
mengeluarkan biaya pada awal pemasangan saja.
 Aman untuk ibu menyusui
Ibu menyusui harus jeli memilih kontrasepsi agar produksi dan kualitas air susu ibu (ASI)
tetap terjaga. Kontrasepsi IUD non-hormonal menjadi salah satu alat kontrasepsi yang
disarankan untuk ibu menyusui.
 Direkomendasikan untuk kondisi tertentu
Kontrasepsi IUD direkomendasikan untuk Anda yang tidak bisa mengonsumsi pil KB
ataupun menderita penyakit tertentu, seperti penyakit darah tinggi.
 Tidak meningkatkan berat badan
Kenaikan berat badan menjadi salah satu isu yang tidak bisa dilepaskan dari pemakaian
alat kontrasepsi. Dengan penggunaan IUD, Anda tak perlu khawatir akan hal tersebut,
karena tidak ada bukti bahwa IUD akan menyebabkan peningkatan berat badan. Karena
itu, bisa disimpulkan bahwa IUD termasuk dalam alat KB yang tidak membuat gemuk.

Anda mungkin juga menyukai