Anda di halaman 1dari 14

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat

1.1. Makroskopis

Menurut Sani (2009) prostat berbentuk seperti piramid terbalik


dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi
uretra pars prostatica. Panjang prostat sekitar 3 cm dan terletak
antara collum vesika urinaria (atas) dan diaphragma urogenitalis
(bawah). Prostat dikelilingi oleh kapsula fibrosa. Di luar kapsul
terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan
visceral fascia pelvis.

Prostat mempunyai basis, apex, permukaan anterior dan posterior,


dan dua permukaan lateral. Prostat adalah organ genitalia pria
yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rektum dan
membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang
terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu : perifer, sentral,
transisional, preprostatik sfingter dan anterior.

Ductus ejaculatorius menembus bagisan atas permukaan prostat


untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral
orificium utriculus prostaticus.

Prostat dibagi menjadi lima lobus:

1. Lobus anterior
Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang.
2. Lobus lateral dextra dan sinistra  paling berkembang menjadi BPH.
Terletak sebelah lateral dari uretra pars prostatica
3. Lobus posterior bila membesar terjadi karsinoma prostat
Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum, berkembang dari dinding dorsal uretra. Terletak
dibawah ductus ejakulatorius.
4. Lobus media  sering terjadi BPH
Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica. Terletak diatas ductus ejakulatorius.

VASKULARISASI

Aliran darah prostat merupakan percabangan dari Arteri pudenda interna, Arteri vesikalis inferior dan
Arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai
jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina propria. Perdarahan utama berasal dari A. Vesicalis
inferior cabang dari A. Iliaca interna. Plexus venosa prostatica menerima darah dari V. Dorsalis penis dan
mengalirkannya ke V. Iliaca interna.
PERSARAFAN

Persarafan prostat berasal dari Pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk Pleksus prostatikus. Prostat
mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel
ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma.

1.2 Mikroskopis

• Mengelilingi pangkal urethra di bawah vesica urinaria


• Terdiri dari 30-50 kel tubuloalveolar bercabang
• 16 – 32 saluran keluar bermuara di kiri kanan kolikulus seminalis
• Alveoli kelenjar membentuk lipatan-lipatan mukosa
• Epitel : selapis silindris – kubis, sitoplasma mengandung prosekret. Sekresi secara apokrin.

Gambaran histologi dari kelenjar prostat terdiri dari duktus kelenjar yang bercabang-cabang. Kelenjar dan
duktus terdiri dari dua lapisan sel yaitu lapisan sel kolumnar sekresi luminal dan lapisan sel basal. Pada
lumen dari kelenjar dan duktus prostat sering dijumpai massa eosinofilik yang berlapis-lapis (corpora
amylacea) yang lebih umum dijumpai pada laki-laki yang lebih tua. Kapsul prostat terdiri dari jaringan
fibrous yang mengelilingi kelenjar dan merupakan suatu lapisan yang lebih fibrous dari otot yang terletak
di antara stroma prostat dengan jaringan lemak di luar prostat.elain sel-sel epitel luminal dan sel-sel basal,
dapat juga dijumpai sel-sel stem dan sel-sel neuroendokrin pada duktus prostat. Sel stem tersebut sama
dengan sel stem yang dijumpai pada semua jaringan di tubuh. Sel stem berperan untuk regenerasi jaringan
setelah injuri dan kematian sel. Sel stem prostat terletak di dalam sel-sel basal dengan perbandingan 1:100
yang berperan dalam regenerasi sel-sel epitel luminal dan sel-sel basal, mungkin juga sel-sel
neuroendokrin. (Komal , 2012)
Sumber : http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/HistologyReference/hrmalers.html

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Prostat

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis,
dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.
Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.

3. Memahami dan Menjelaskan Benign Prostat Hiperplasia

3.1. Definisi

Hipertrofi Prostat Benigna (HBP) adalah kelainan histologis yang khas ditandai dengan proliferasi sel-sel
prostat. Akumulasi sel-sel dan pembesaran kelenjar merupakan hasil dari proliferasi sel epitel dan stroma
prostat.

HBP adalah bagian dari proses umur yang normal pada laki-laki dan secara hormonal tergantung dari
produksi hormone testosterone dan dehidrotestosterone (DHT).

(IPD)

3.2. Etiologi

Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor risiko umur dan hormone androgen. Perubahan
mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pria usia 50 tahun angka kejadiannya
sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90% 100%.

(Kapita Selekta)

3.3. Epidemiologi

Menurut data dasar World Health Organization (WHO) angka kematian HBP negara berkembang di tahun
1988 antara 0,5-1,5/100.000, sedangkan di Amerika lebih jarang. Studi kohort yang dilakukan antara
tahun 1976-1984 terhadap 4708 laki-laki yang menjalani transurethral resection of prostat (TURP)
menunjukkan bahwa angka kematian pada pasien (dengan kelompok umur yang sama) yang menjalani
tindakan TURP lebih besar dibandingkan pasien yang tidak menjalani tindakan tersebut.

3.4. Patogenesis dan Patofisiologi


Patogenesis

1. Teori dehidrotestosterone (DHT)


Telah disepakati bahwa aksis hipofisis testis dan reduksi testosterone menjadi
dehidrotestosterone (DHT) dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam
inti sel yang dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis
protein. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-α-reduktase.
2. Teori hormone
Estrogen berperan pada inisiasi dan maintenance pada prostat manusia.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh growth factor. Basic fibroblast Growth Factor (β-FGF) dapaat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan
pembesaran prostat jinak. Β-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau
infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus
urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.

Patofisiologi

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah
dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah:

1. Penurunan kekuatan dan caliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH.
2. Hesistancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan
resistensi uretra.
3. Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.
4. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang
banyak dalam buli-buli.
5. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga
interval antar miksi lebih pendek.
6. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks
berkurang dan tonus sphincter dan uretra berkurang saat tidur.
7. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan detrusor sehingga
terjadi kontraksi involunteer.
8. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar
sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekanan
dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sphincter.

3.5. Manifestasi Klinis


Biasanya gejala-gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif.

Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan
ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan nyeri saat miksi (disuria). Sedangkan gejala obstruktif
adalah pancaran lemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama
(hesistancy), harus mengedan (straining), kencing putus-putus (intermittency), dan waktu miksi
memanjang yanag akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.

Keluhan ini biasanya disusun dalam bentuk skor simtom. Terdapat beberapa jenis klasifikasi yang dapat
digunakan untuk membantu diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit, diantaranya adalah
skor internasional gejala-gejala prostat WHO (International Prostate Symptoms Score, IPSS) dan skor
Madsen-Iversen.

Skor Madsen-Iversen dalam Bahasa Indonesia

Pertanyaan 0 1 2 3 4
Pancaran Normal Berubah-ubah Lemah Menetes
Mengedan Tidak Ya
pada saat
berkemih
Harus Tidak Ya
menunggu
saat akan
kencing
Buang air kecil Tidak Ya
terputus-putus
Kencing tidak Tidak tahu Berubah-ubah Tidak lampias 1 kali retensi >1 kali retensi
lampias
Inkontinensia Ya
Kencing sulit Tidak ada Ringan Sedang Berat
ditunda
Kencing 0-1 2 3-4 >4
malam hari
Kencing siang >3 jam sekali Setiap 2-3 jam Setiap 1-2 jam <1 jam sekali
hari sekali sekali
Dikutip dari Rahardjo D. Prostat, Kelainan-kelainan Jinak, Diagnosa dan Penanganannya. Jakarta: Bagian
Urologi FKUI,1999.

International Prostate Symptoms Score, IPSS.

Pertanyaan Jawaban dan Skor


Tidak
Keluhan pada bulan <1 sampai >5 sampai Lebih dari 15
sama 15 kali Hampir selalu
terakhir 5 kali <15 kali kali
sekali
Apakah anda merasa
0
buli-buli tidak kosong
setelah buang air
kecil
Berapa kali anda
hendak buang air
kecil lagi dalam waktu 0 1 2 3 4 5
2 jam setelah buang
air kecil
Berapa kali terjadi air
kencing berhenti
0 1 2 3 4 5
sewaktu buang air
kecil
Berapa kali anda tidak
dapat menahan
0 1 2 3 4 5
keinginan buang air
kecil
Berapa kali arus air
seni lemah sekali
0 1 2 3 4 5
sewaktu buang air
kecil
Berapa kali terjadi
anda mengalami
kesulitan memulai 0 1 2 3 4 5
buang air kecil (harus
mengejan)
Berapa kali anda
bangun untuk buang
0 1x 2x 3x 4x 5x
air kecil di waktu
malam
Andaikata hal yang
anda alami sekarang
akan tetap Sangat Cukup Agak tidak Tidak Sangat tidak
Biasa saja
berlangsung seumur senang senang senang menyenangkan menyenangkan
hidup, bagaimana
perasaan anda
Jumlah nilai:

0 = Baik sekali

1 = Baik

2 = Kurang baik

3 = Kurang

4 = Buruk

5 = Buruk sekali

Gejala dan tanda pada pasien yang telah lanjut penyakitnya, misalnya gagal ginjal, dapat ditemukan
uremia, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, respirasi, foetor uremik, pericarditis, ujung kuku yang
pucat, tanda-tanda penurunan mental serta neuropati perifer. Bila sudah terjadi hidronefrosis atau
pionefrosis, ginjal teraba dan ada nyeri di CVA (Costo Vertebrae Angularis). Buli-buli yang distensi dapat
dideteksi dengan palpasi dan perkusi. Pemeriksaan penis dan uretra penting untuk mencari etiologi dan
menyingkirkan diagnosis banding seperti striktur, karsinoma, stenosis meatus atau fimosis.

(Kapita Selekta)

3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding

A. Anamnesis :

Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) Antara
lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah
miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek
bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu
saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan
nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin
sulit untuk diraba. Sedangkan pada kanker prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul
dan di antara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang
ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dannyeri ketok
pada pinggang.
Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai
diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat
adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di Fossa
navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condilomadi daerah meatus.Pada
pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masakistus di
daerah supra simfisis akibat retensi urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.
Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.

A. Darah : - Ureum dan Kreatinin


1. Elektrolit
2. Blood urea nitrogen
3. Prostate Specific Antigen (PSA)
4. Gula darah
B. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
1. Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
2. Sedimen

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran
kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.Faal ginjal
diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas.
Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus
yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.
C. Foto polos abdomen (BNO)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan
kadang kala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan
tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel
kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.
D. Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis2
2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi
prostat(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal yang
berbentuk seperti mata kail atau hooked fish.
3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atausakulasi vesica
urinaria4.
4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
E. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograddapat
pula memberi gambaran indentasi.
F. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran
prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume
vesicaurinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica
urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
G. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine
ditemukanmikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam
vesic aurinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu
radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan
mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
H. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam ± macam potongan.
I. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
1. daya kontraksi otot detrusor
2. tekanan intravesica
3. resistensi uretra

Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaranmendekati 20 ml/detik.
Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 ± 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 ± 15
ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
J. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapatmembedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor
yangmelemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan
pancarandengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan
intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.
K. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan
memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post
voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi
urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya
dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.

Diagnosis Banding

1. Keganasan: adenokarsinoma prostat, karsinoma sel transisional vesika urinaria, karsinoma sel
skuamosa penis.
2. Infeksi: sistitis, prostatitis, penyakit menular seksual (Klamidiasis, Gonnorhea, dll)
3. Gangguan neurologis: cedera tulang belakang (spinal cord injury), sindrom kauda equine, stroke,
parkinsonisme, neuropati autonomy diabetikum, multiple sclerosis, penyakit alzeimer
4. Gangguan metabolic: Diabetes mellitus tak terkontrol, Diabetes insipidus, gagal jantung kronik,
hiperkalsemia, obstructive sleep apneu
5. Iatrogenik: prostatektomi, sistektomi, trauma akibat prosedur uretrosistoskopik, sistitis radiasi
6. Gangguan anatomic: batu uretra dan batu kandung kencing
7. Gangguan perilaku: polidipsi, konsumsi alcohol atau kafein berlebih
8. Pengaruh obat: diuretic (furosemide, hidroklorotiazid), simpatomimetik (efedrin, dekstrometorfan),
antikolinergik (oksibutinin, amantadine, dipenhidramin, amitriptilin), dan kelebihan dekongestan
9. Lain-lain: overactive bladder.

(IPD)

3.7. Tatalaksana
Pemeriksaan awal:

 Anamnesis
 Pemeriksaan colok dubur dan
pemeriksaan fisik yang teliti
 Urinalisa*
 Pemeriksaan PSA pada pasien tertentu

Indeks gejala AUA/IPSS Didapatkan

Penilaian keluhan pasien  Retensk refrakter atau salah satu


dari gejala yang jelas berkaitan
Gejala sedang/berat dengan BPH
Gejala ringan
 Hematuria makroskopik yang
(AUA/IPSS < 7) atau (AUA/IPSS > 8) menetap
 Batu kandung kemih
Tidak ada gejala yang
mengganggu Uji diagnostic pilihan  Gejala ISK yang berulang
 Insufisiensi ginjal
 Uroflow
 PVR
Pembedahan
Membahas pilihan terapi

Pasuen memilih terapi Pasuen memilih terapi


non-invasif invasif

Observasi ketat Medikamentosa Terapi minimal Pembedahan


a invasif
(IPD)

1. Observasi (watchfull waiting)


Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor Madsen-Iversen <9). Nasehat yang
diberikan telah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia,
menghindari obat-obatan dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alcohol agar tidak terlalu sering miksi.
Setiap tiga bulan dilakukan control keluhan (system skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok
dubur.
2. Terapi medikamentosa
a) Penghambat adrenergic α
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin atau yang
lebih selektif α-1a (tamsulosin). Dosis dimulai 1mg/hari sedangkan dosisi tamsulosin adalah
0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis α-1-adrenergik karena secara selektif mengurangi
obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat
reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat
dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan
tekanan pada uretra pars prostatica sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala
berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu
setelah ia mulai memakai obat.
Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing (dizziness), capek, sumbatan hidung, dan
rasa lemah.
b) Penghambat enzim 5-α-reductase
Obat yang dipakai adalah finastride (Proscar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat golongan ini
dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil.
Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan α blocker dan manfaatnya hanya jelas
pada prostat yang sangat besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru
menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila
dimakan terus-menerus.
Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia, dan dapat
menurunakan nilai PSA (masking effect).
c) Fitoterapi
Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat. Substansinya misalnya
Pygeum africanum, Saw palmetto, Serenoa repeus, dll. Efeknya diharapkan terjadi setelah
pemberian selama 1-2 bulan.
3. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi.
Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu:
a) Retensio urin berulang
b) Hematuria
c) Tanda penurunan fungsi ginjal
d) Infeksi saluran kemih berulang
e) Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis
f) Ada batu saluran kemih

Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya. Intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi
Transurethral Resection of the Prostate (TURP), Transurethral Insision of the Prostate (TUIP),
prostatektomi terbuka, dan prostatektomi dengan kaser dengan Nd-YAG atau Ho-YAG.

TURP masih merupakan standard emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang sampai berat,
volume prostat kurang dari 90 g dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP
jangka pendek ialah perdarahan, infeksi, hyponatremia, atau retensio oleh karena bekuan darah.
Sedangkan komplikasi jangka panjang ialah striktur uretra, ejakulasi retrograde (50-90%), atau
impotensi (4-40%).

Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat
fibrotic dapat dilakukan Transurethral Incision of the Prostate (TUIP). Indikasi TUIP ialah keluhan
sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil. Komplikasinya bisa ejakulasi retrograde
(0-37%).

Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul
kembali 8-10 tahun kemudian.

4. Terapi invasive minimal


a) Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Jenis pengobatan ini hanya dapat dilakukan di beberapa rumah sakit. Dilakukan pemanasan
prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui suatu
transducer yang diletakan di uretra pars prostatika.
b) Dilatasi Baloon Transurethral (TUBD)
c) High-intensity Focused Ultrasound
d) Ablasi Jarum Transuretra (TUNA)
e) Stent prostat

(Kapita Selekta)

3.8. Komplikasi

1. Retensi urin
2. Batu kandung kemih, infeksi saluran kemih (ISK), kerusakan kandung kemih atau ginjal
3. Inkontinensia
4. Ejakulasi retrograde
5. Infeksi
6. Pneumonia
7. Terjadi bekuan darah
8. Perdarahan berlebihan
9. Impotensi

(IPD)

3.9. Pencegahan

Perubahan histologi dan pembesaran prostat akan terjadi pada hampir semua laki-laki seiring peningkatan
usia. Hal ini dapat diprediksi dengan pemeriksaan SA yang merupakan marker dan pengukuran volume
prostat. Biasanya bila volume prostat lebih dari 30 ml dan PSA lebih dari 1,5 ng/ml, maka risiko
progresivitas akan meningkat. Terapi pencegahan yang dapat diberikan adalah penghambat 5-α-
reduktase yang akan menurunkan risiko penyakit hyperplasia prostat karena pengaruh DHT.

(IPD)

3.10. Prognosis

Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari gejala yang dialaminya. Sekitar
10-20% akan mengalami kekambuhan penyumbatan dalam 5 tahun.

(IPD)
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Pemeriksaan Saluran Kemih

Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehkan berobat kepada lawan jenis jika sekiranya
yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang yang sejenis. Alasannya, karena
berobat hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan
(fadlilah). Ulama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk
pembolehan melihat aurat orang lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al- qur’an ( Q.S
Al-baqarah : 173; Al-an’am :145 ;An-nahl : 115) dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas. Dalam
pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat diperlukan, karena itu, bagian tubuh yang
lain yang tidak terkait langsung tetap berlaku ketentuan umum tidak boleh melihatnya. Namun, untuk
meminimalisir batasan darurat dalam pemeriksaan oleh lawan jenis sebagai upaya sadd al-Dzari’at
(menutup jalan untuk terlaksananya kejahatan), disarankan disertai mahram dan prioritas diobati oleh
yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai