Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Patient Safety

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang


membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO).


Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadiya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011)

B. Komponem pasien safety

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike


medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

C. Masalah-Masalah yang berhubungan dengan Pasien Safety di Rumah

Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
1) Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit
adalah:
a. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b. Klien dengan penyakit gagal jantung,
c. Klien dengan gangguan oksigenasi,
d. Klien dengan perlukaan kronis,
e. Klien dengan diabetes,
f. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j. Klien dengan HIV/AIDS.
2) Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a. Klien dengan post partum,
b. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c. Klien dengan kondisi usia lanjut,
d. Klien dengan kondisi terminal.

Berdasarkan fokus masalah kesehatan


Berdasarkan jenis malasah kesehatan yang dialami oleh klien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori yaitu :
a. Layanan perawatan klien sakit
Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis
yang paling banyak dilaksanakan pada pelayanan
keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di
rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan
mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di
rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang
fokusnya pada promosi dan prevensi. Pelayanannya
mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat
bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh
kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap
proses menua, serta tentag diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan
pada penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-
penyakit kronis seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-
masalah kejiwaan dan asuhan paa anak.
Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah
sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang
telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
- Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat,
sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan
kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal
hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan
bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali
pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu,
senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara
optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
- Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi
pada klien yang dirawat dirumah sakit.
- Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS
tentu memerlukan biaya yang besar
- Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit
ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien
maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf
dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran
Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen
RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home
Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan,
menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)

D. Tindakan yang berhubungan dengan Pasien Safety


Tindakan yang behubungan dengan pasien safety bisa berupa
pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian selang
lambung (NGT); pemasangan atau penggantian kateter; perawatan luka
dekubitus atau ulcer dan jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan
atau tanpa mesin; pemasangan peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV,
Sub kutan); pemasangan atau penggantian infus; pengambilan preparat
laboratorium (urin, darah, tinja, dan lain-lain); pemberian huknah;
perawatan kebersihan diri (mandi, keramas, dan lain-lain); latihan atau
exercise, fisioterapi, terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya;
transportasi klien; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perawatan
kesehatan;
konseling pada kasus-kasus khusus; konsultasi melalui telepon;
memfasilitasi untuk konsultasi ke dokter; menyiapkan menu makanan;
menyiapkan dan membersihkan tempat tidur; memfasilitasi terhadap
kegiatan sosial atau mendampingi; memfasilitasi perbaikan sarana atau
kondisi kamar atau rumah.

Anda mungkin juga menyukai