AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926 Wahyu Wirawan PDF
AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926 Wahyu Wirawan PDF
(Wahyu Wirawan )
A. Pendahuluan
Jika kita mendengar istilah komunisme, langsung kita
teringat pada pembantaian ’65, yang sadis dan kejam. Stigma ini
menjadikan sejarah komunis Indonesia sebagai sisi gelap sejarah
Indonesia dan tak layak untuk dipelajari. Pantas masuk keranjang
sampah, termasuk sosialisme atau apa saja yang mengingatkan kita
pada Karl Marx. Naifnya lagi diharamkan ! Kalau bukan
pembodohan massal apa lagi namanya yang dilakukan oleh rezim
Orde Baru di bawah Soeharto melalui Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan atau Penerangan.
Propaganda anti Komunisme/Marxisme-Leninisme
merambah juga di kalangan universitas. Padahal kalau kita pahami
pasal 3 Ketetapan MPRS Republik Indonesia No: XXV/MPRS/1966
yang berbunyi “khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara
ilmiah, seperti pada universitas-universitas, faham
Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan
Pancasila dapat dilakukan secara terpimpin...”1
Berdasarkan Tap MPR tersebut berarti mempelajari faham
komunisme walaupun secara terpimpin itu legal dan tidak
melanggar hukum, “ironisnya, pergulatan ini terjadi bukan di
negara-negara komunis yang represif, tetapi di negara liberal
kapitalistik, seperti Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, Jepang
dan India.”2 Studi tentang Komunisme bukan berarti mengajak orang
untuk menganutnya tetapi membuat kita memiliki landasan yang
kuat untuk menolaknya. Menolaknya secara cerdas bukan membabi
buta.
Pembodohan gaya Orde Baru terus berlangsung hingga
kini, contoh nyata dilakukannya pelarangan buku teks pelajaran
sejarah oleh pemerintah melalui Kejaksaan Agung dengan SK
19/A/JA/03/2007 tertanggal 5 Maret 2007. “Alasan pelarangan
adalah tidak memuat pemberontakan Madiun dan 1965...serta tidak
mencantumkan kata PKI dalam penulisan G30S.”3 Buku sejarah kelas
I jelas tidak memuat pemberontakan 1948 dan peristiwa ’65. Karena
kelas I itu hanya berisi kerajaan-kerajaan di Nusantara yang
terpengaruh Hindu, Buddha dan Islam. “Demikian pula untuk kelas
II...membahas perlawanan rakyat terhadap kolonialisme...Untuk
Wahyu Wirawan, S.Pd., adalah Alumnus Pendidikan Sejarah USD dan melanjutkan
ke Pascasarjana UGM, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sejarah.
1
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia No:
XXV/MPRS/1966. Ketua Jendral TNI A.H. Nasution, Wakil Ketua Osa Maliki,
HM. Sumchan ZE, M.Siregar, Brigjen TNI Mashudi.
2
Ariel Heryanto. 2007. Komunisme. Jakarta. Kompas
3
Ninin Damayanti. 2007. Buku Sejarah Dilarang, PHBI dan Komunitas Sejarah.
Tempointeraktif.
kelas III mulailah dibahas perkembangan sejak kemerdekaan
Indonesia.”4 Di kelas III materi tersebut diajarkan.
Parahnya lagi Jaksa Agung Muda Intelijen Muchtar Arifin
mengingatkan “pengedar dapat dikenai sangsi kerena telah
melanggar Pasal 3 Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1963 tentang
pengamanan barang cetakan yang menggangu ketertiban umum.”5
Kontroversi pelarangan buku sejarah belum reda, tepatnya
satu minggu setelah diskusi “Historiografi Tragedi ’65 dan
Pelarangan Buku Sejarah,” yang dilakukan oleh mahasiswa
Pendidikan Sejarah, Papernas dilarang melakukan rapat di
Kaliurang. Karena diduga partai ini berideologi komunis dan
menyebarkan paham komunisme di Indonesia.
Berdasar kejadian di atas ini mengindikasikan bahwa hantu
komunis atau tepatnya hasil indoktrinasi Orde Baru yang mendarah
daging masih tersisa. Versi tunggal G30S pemerintah yang coba
diruntuhkan masih menemui hambatan yang kuat.
Kekaburan dalam sejarah memang harus diakui membawa
dampak yang luas dalam berbagai bidang, politik, sosial, dan
pendidikan. Untuk itu tulisan yang berjudul Aksi Partai Komunis
Indonesia 1926-1965 ditulis. Karena penulis melihat pentingnya studi
tentang komunisme di sekolah-sekolah mulai tingkat SMU/SMK
agar kita dapat mengidentifikasikannya dan menolak dengan sadar
dan kritis. “Dengan mengenalinya, kita tidak lagi dapat ditipu oleh
orang-orang atau gerakan-gerakan komunis.”6 Celakanya, larangan
itu seringkali datang dari mereka yang tidak paham apa itu
Marxisme karena tidak pernah dididik tentangnya ketika bersekolah.
Berbeda dari para pendiri bangsa ini yang bersekolah pada jaman
kolonial Belanda. Maka, jangan heran sejarah nasional sering
bengkok atau gelap pada bagian kisah tentang para tokoh gerakan
nasionalis ini.7
Padahal dalam melakukan analisis sosial teori Marx sangat penting
dan layak dipelajari oleh kaum muda Indonesia dan bukan hanya
mereka yang hidup di India, Amerika, dan Australia.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai sisi-sisi sejarah
Aksi Partai Komunis Indonesia yang meliputi Pemberontakan 1927,
Madiun Affair 1948, dan Gerakan Tiga Puluh September 1965. Agar
pemahaman tentang gerakan komunisme di Indonesia lengkap.
4
Wahyu Wirawan. 2007. Historiografi Tragedi ’65 dan Pelarangan Buku
Sejarah. Makalah diskusi Mahasiswa Pendidikan Sejarah (MADIRAH),USD.
5
Media Indonesia. 2007. Pemerintah Trauma, Tarik Buku Sejarah. Media
Indonesia.
6
G. Moedjanto. 2000. Komunisme dan Pancasila. Jakarta. Kompas.
7
Ariel Heryanto. op.cit. hlm.1
Democractische Arbeiders Partij). Tahun 1909 Sneevliet keluar dan
menekuni dunia perdagangan.
“Pada tahun 1913 H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di
Indonesia.”8 Sneevliet awalnya sebagai seorang penganut mistik
katolik dan memulai karirnya di Indonesia sebagai anggota staf
redaksi Soerabajaasch Handelsblaad. Kemudian ia hijrah ke Semarang
dan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Semarangsche
Handelvereniging.
Tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama B.J.A. Bransteder,
H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV (Indische
Sociaal Democratische Vereniging).9 ISDV awalnya mencoba bersekutu
dengan Insulinde tetapi tujuannya tidak tercapai dan kerjasama
berakhir. ISDV mulai melihat potensi yang dimiliki oleh Sarekat
Islam (SI) yang memiliki ratusan ribu pendukung. “Kemudian, ISDV
menyusup (infiltrasi) ke Sarekat Islam dan berkat dukungan
komunisme internasional (Komintern), gerakan komunis ini menjadi
Partai Komunis Indonesia.”10 Tepatnya “pada bulan Mei 1920
organisasi ini berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di
Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai
Komunis Indonesia.”11
Perubahan nama membuat PKI12 semakin menguatkan
hubungannya dengan Komintern maka dibentuk Front Persatuan dan
mulai menentang cita-cita Pan-Islamisme. Dengan demikian PKI
sudah menarik garis pertentangan dengan sangat keras terhadap SI.
Pihak SI membalas melalui surat kabar dan dalam konggresnya.
Untuk mengakhiri infiltrasi yang dilakukan oleh PKI maka dalam
Konggres CSI ke 6 di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis
mendesak agar disiplin partai ditegakkan dan melarang keanggotaan
rangkap. Kemudian muncul nama SI Merah (terpengaruh PKI) dan Si
Putih (Islam). Pembersihan itu baru tercapai dalam Konggres CSI ke
7 di Madiun. Sebagai balasan PKI mengadakan konggres di Bandung
dan memutuskan bahwa di mana ada SI-Putih di situ pula
dididirikan SI-Merah. Pada bulan April 1924 SI-Merah berganti nama
menjadi Sarekat Rakyat dan resmi menjadi onder bouw PKI. Kegiatan
indoktrinasi diintensifkan. Desember 1924 Sarekat rakyat dilebur ke
dalam PKI. “Dengan demikian, PKI untuk pertama kalinya mulai
memimpin sendiri organisasi massa.”13 Dengan slogan “more riches to
8
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press. 2005. hlm. 260
9
Periksa, Wahyu Wirawan. 2006. Tumbuh dan Berkembangnya Komunisme.
HMPS-USD.
10
Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. 1990.
hlm.88
11
M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.265
12
Pengurus baru terdiri dari, Ketua Semaun, Wakil Darsono, Sekretaris Bergsma,
Bendahara Dekker, Anggota Baars dan Sugono. George McTurnan Kahin.
Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya
Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. 1995.
13
Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 9. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. 1990.
hlm.206
the rich, no taxes to the poor, more mosque to the picas, more jobs to the semi
literates.”14
Situasi politik semakin memanas, selain meningkatkan
permusuhan, juga persaingan untuk memperebutkan massa
pendukung terjadi di desa-desa. Tidak jarang teror ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut. Akibatnya timbul gerakan anti komunis
dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas.
Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan
terhadap pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan
Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari
Indonesia. Sedangkan Semaun 1923, dengan demikian semua
pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa
terancam.
Pada Konggres PKI tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta,
dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia.15
Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh
persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat
perhatian serius oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapat-
rapat PKI juga dibubarkan. Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan
Soegono rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van
Limburg Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura.
Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir
semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura
ada Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan
Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet.
Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi
lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan
komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang berlebih-
lebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa
koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik
bagi unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai
kekacauan.”16
Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih mengekstrim
dalam Partai Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan
Soekra, dua pemimpin yang menolak patuh kepada
kepemimpinan yang tetap. Mereka terus menghasut
dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode
teoritis... Dalam usaha-usahanya, mereka didukung oleh
dua pemimpin penting yang sudah mapan, Alimin dan
Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat
komisi pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin
persatuan-persatuan dagang pokok di bawah pengawasan
komunis, yang diselenggarakan di Candi Prambanan
(antara Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan
14
Ruth McVey. The Communist Uprising of 1926-1927 in Indonesia: Key
Documents. Ithaca. Cornell University Press. 1960. hlm.xxi
15
Bandingkan dengan Wahyu Wirawan. op.cit. hlm.3 dan G. Moedjanto.
Indonesia Abad Ke 20. Yogyakarta. Kanisius. 1988. hlm.42
16
M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.271
Oktober 1925. Sebagai hasilnya, revolusi ditetapkan akan
diadakan segera.17
Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka18
selaku wakil Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia.
Dengan harapan rencana itu akan mendapat dukungannya, ternyata
di luar dugaan Tan Malaka menolak keputusan Parambanan dengan
alasan:
a. Situasi revolusioner belum ada
b. PKI belum cukup berdisiplin
c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI
d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan
e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme 19
Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi
PKI, tetapi Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan
Musso pergi ke Moskow untuk membahas tentang keputusan
Prambanan 16 Maret 1926. Alih-alih mendapat dukungan20
sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi. “Alimin dan Musso tiba
di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember 1926,
setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan
orang Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi.”21
Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin
yang militan. Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota
bingung ikut Tan Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya
17
George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.103
18
Menurut Tan Malaka, kedudukan ini diberikan kepadanya pada konggres ke 4
Komintern tahun 1922 dan berlaku pada tahun 1923... Dalam serangannya yang
tajam terhadap Tan Malaka, Alimin tidak mempersoalkan tuntutanya dan secara
tidak langsung jelas mendukungnya. Bagaimanapun juga, ia memang
mempertahankan bahwa Tan Malaka tidak memiliki suatu kekuasaan veto atas
keputusan-keputusan yang diambil oleh PKI. Lihat catatan kaki Kahin no.52
hlm.103-104. Bandingkan dengan Ahmad Syafii Ma’arif dalam Soe Hok Gie.
Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. hlm. ix, Tan Malaka dipecat sebagai
Komintern pada 1920-an.
19
Soe Hok Gie. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang
Pustaka. 2005. hlm.10-11. Untuk kejelasan alasan Tan Malaka baca, Tan
Malaka. Aksi Massa. Jakarta. CEDI dan Aliansi Press. 2000. Buklet ini ditulis
Tan Malaka pada pertengahan tahun 1926. berisi pokok-pokok pikirannya
setelah berkeliling Jawa dan Sumatra, tepat sebelum aksi 1927 meletus.
20
Walaupun akhirnya didukung, The Communist International welcome the
revolutionary struggle of the people of Indonesia and pledges its complete
support. Workers of the world do not permit the Dutch Imperialists to drown the
struggle for freedom of Indonesia in blood. Hasten to the aid of Indonesian
fighters. Organize mass meetings. Express your sympathy of the insurrections in
Java, and protest againts imperialist teror. Organize demonstrations before the
Dutch embassies and Consulates demand freedom for Indonesia people and the
military evacuation of the colony. Suppresed people of the world. The
insurrectionary Indonesians are your advance guard, the express the will to
freedom which is your common property. Do everything in your powered
support them in their struggle. Ruth McVey. The Rise of Indonesia
Communism. Ithaca. Cornell University Press. 1965. hlm.374.
21
George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.107. Berarti saat aksi terjadi Alimin dan
Musso tidak berada di Indonesia.
koordinasi para pemimpin ekstrimis, sebut saja Sardjono dan kawan-
kawan merasa berhasil menguasai dan coba mempertahankan
pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk
memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat
tidak dihiraukan.
Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya
meletus juga pada malam hari tanggal 12 November 192622 di Jawa
Barat (Banten, Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra
Barat. Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu
hari. Di Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan
Desember. Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari
dan mendapat perlawanan yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di
Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di Sumatra. “Sekitar 13.000
orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang
dijebloskan ke dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp
penjara yang terkenal mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus
dibangun pada tahun 1927 untuk mengurung mereka.”23 PKI hancur
dan dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda.
31
Pemogokan ini adalah pemogokan buruh pabrik tekstil milik negara.
32
M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.344
33
Kahin. op.cit. hlm.370
keseluruhan yang dirancang untuk meggulingkan pemerintah
Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan akhir ini, kaum
pemberontak sudah menggunakan kesatuan-kesatuan dari
Brigade ke-29, yang dulunya menjadi pasukan tetap di bawah
pimpinan Letkol. Dahlan. Dengan berbuat demikian, Dahlan
telah menghianati negara dan telah melanggar sumpah
keprajuritan. Oleh karena itu, dengan ini saya memecat
Dahlan dari ketentaraan.
Saudara-saudara, pertimbangkan dengan cermat makna
kenyataan ini; Partai Komunis Musso sedang berusaha
merebut Republik Indonesia yang kita cintai.
Rakyatku tercinta, atas nama perjuangan kemerdekaan
Indonesia, saya mengunjungi kalian pada saat yang sangat
kritis, saat kalian dan saya sendiri menghadapi ujian terbesar
untuk memilih antara ikut Musso dan Partai Komunisnya
yang akan menggangu tercapainya suatu negara Indonesia
yang merdeka, atau ikut Seokarno-Hatta yang dengan
bantuan Allah SWT, akan menjadikan republik Indonesia
suatu negara Indonesia merdeka yang tidak akan dijajah oleh
bangsa lain manapun juga...
Dukunglah pemerintah, baktikan dirimu sekuat tenaga untuk
membantu organ-organ pemerintah dalam berjuang melawan
pemberontak, dan mengembalikan pemerintah yang sah di
wilayah yang sedang bergolak. Madiun harus kembali ke
tangan kita secepat mungkin.34
Mendengar ultimatum Soekarno, Musso tidak gentar bahkan
mencoba membalasnya dengan nada yang tak kalah kerasnya:
Pada tanggal 18 September 1948, penduduk Madiun
merebut kekuasaan segera dengan tangan mereka sendiri.
Dengan demikian, penduduk Madiun sudah menjalankan
tugas mereka dalam revolusi nasional yang semestinya harus
dipimpin oleh rakyat dan bukan oleh golongan lain manapun.
Revolusi kita sudah berlangsung selama tiga tahun di bawah
pimpinan kelas borjuis nasional, yang selalu penuh keraguan
dan sikapnya tidak jelas dalam menghadapi negara-negara
imperialis pada umumnya dan Amerika khususnya. Inilah
salah satu alasan kenapa kondisi politik dan kondisi di dalam
Republik terus berkembang lebih memburuk. Inilah sebabnya
mengapa rakyat pada umumnya, dan para pekerja pada
khususnya belum lagi mampu menemukan suatu perbedaan
antara kondisi yang sekarang dan kondisi yang ada di bawah
rejim Belanda dan kondisi di bawah rejim Jepang. Sebenarya,
mereka yang duduk dalam pemerintahan telah
memanfaatkan revolusi kita untuk memperkaya diri sendiri.
Selama pendudukan Jepang, orang-orang tersebut menjadi
Quislings, penghianat, pedagang Romusa (pekerja paksa) dan
34
Ibid. hlm. 371-372
propagandis Heiho (badan-badan kerja). Lebih dari dua juta
wanita menjadi janda karena suami mereka dijadikan
Romusa. Dan kini, orang-orang yang sama itu, sekali lagi
akan menjual Indonesia dan rakyatnya kepada Imperialis
Amerika.
Dengan memakai tuduhan-tuduhan dan bukti palsu,
Soekarno menuding FDR dan PKI Musso sebagai kaum
pengacau. Apakah Soekarno sudah lupa bahwa di Solo, dia
memanfaatkan para penghianat pengikut Trosky untuk
menteror dan menculik semua orang-orang komunis? Apakah
Soekarno sudah lupa bahwa ia meningkatkan dan
mendukung kejahatan-kejahatan Divisi Siliwangi dan kaum
teroris tersebut? Apa maksud Soekarno, orang yang dulunya
pedagang Romusa itu, membebaskan Tan Malaka, seorang
penjahat yang ingin menjatuhkan kedudukannya sebagai
presiden? Sudah jelas bahwa selama tiga tahun yang lalu,
Soekarno-Hatta, kedua pedagang Romusa itu, pengkhianat
jahanam, telah melaksanakan suatu kebijakan kapitulasi
dengan Belanda dan Inggris dan pada saat itu juga, mereka
akan menjual Indonesia dan rakyatnya kepada imperialis
Amerika. Dapatkah orang-orang seperti ini mengatakan
bahwa mereka benar-benar berhak memerintah Republik
kita? Rakyat Indonesia tidak buta ! Mereka mengerti bahwa
para pedagang Romusa ini tidak cocok memerintah negara
ini? Penduduk Madiun dan beberapa tempat lain sedang
berusaha memutuskan hubungan dengan satelit-satelit
imperialis tersebut...
Bukan Soekarno atau Hatta yang menentang Belanda, Inggris
dan sekarang Amerika, tapi adalah rakyat Indonesia sendiri.
Oleh karena itu, kejadian-kejadian di Madiun dan tempat-
tempat lain, adalah tanda bagi seluruh rakyat untuk merebut
kekuasaan-kekuasaan negara ke dalam tangan mereka
sendiri. Inilah satu-satunya jaminan agar Republik akan
menjadi benar-benar berdaulat, dan mampu menghadapi
semua serangan dari dalam dan mampu membebaskan diri
dari sateli-satelit imperialis tersebut.
Rakyat Indonesia diminta oleh Soekarno untuk memilih
“Soekarno atau Musso!”
Rakyat seharusnya menjawab “Soekarno-Hatta, budak Jepang
dan Amerika ! Penghianat harus mati !”
Kami rakyat Indonesia akan berkata: “Musso selalu mengabdi
rakyat Indonesia.”35
35
Ibid. hlm.372. Versi resmi PKI dari surat kabar pemerintah revolusioner tanggal
20-27 September 1948. Untuk program pemerintah Front Nasional, baca Kahin
hlm. 376-378. Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang
disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk
memilih: Musso atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang
pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di
zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI. Periksa
Mendengar reaksi Musso, penumpasan segera dilakukan oleh
pemerintah Republik. Penumpasan terhadap pemberontak Musso
terus dilakukan oleh Divisi Siliwangi. Setelah 10 hari bertempur
kelompok pemberontak terdesak dan keluar Madiun.36 Tanggal 31
Musso tewas37 dalam pertempuran. Amir Syarifudin ditangkap oleh
pasukan Divisi Siliwangi. Mantan Mentri Pertahanan sekaligus
Perdana Mentri dihukum mati. Tawanan lain adalah Sudjono,
Soeripna, Hardjono, Oei Gee Hwat, Djoko Soedjono, Katamhadi, dan
Setiadjit. Dengan matinya Musso dan Amir Syarifudin maka
pemerintah waktu itu menyatakan kasus Madiun selesai.
Semua adalah putra terbaik nasion Indonesia. Semua hanya
mau rakyat hidup bahagia sejahtera. Dengan adanya Madiun affair
maka ini menjadi tonggak perang antara PKI dan tentara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Madiun
36
Ada sejumlah tokoh PKI seperti Aidit, Lukman melarikan diri keluar negeri
antara lain ke Cina dan Vietnam. Aidit berpendapat kaum komunis terprovokasi
sehingga peristiwa Madiun terjadi. D.N. Aidit. Menggugat Peristiwa Madiun
Dalam Pilihan Tulisan I. Jakarta. Pembaharuan. 1959. hlm.368-399.
37
Musso berada di kamar mandi dan tidak mau menyerah kemudian ditembak.
38
M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.361
39
Alimin yang sudah dua kali melihat kehancuran PKI menyatakan bahwa
kepemimpinan Aidit lunak, oportunis, dan menyimpang dari politik komunis.
Akhirnya Alimin wafat tahun 1964, satu tahun sebelum PKI hancur untuk yang
ketiga kalinya.
memancing konflik antara santri dan kaum abangan yang
dipengaruhi PKI terjadi lagi.
Dengan adanya pemberontakan daerah, kondisi politik
menjadi tidak stabil, perang dingin (cold war), ditambah lagi inflasi
naik menjadi 134 % tahun 1964. Belum lagi rivalitas antara PKI dan
Tentara semakin kuat dan memanas.
Situasi semakin memanas, tanggal 30 September 196540
malam Letnan Kolonel Untung yang mendengar akan ada kudeta
oleh Dewan Jendral mencoba mendahuluinya dengan membuat
kelompok dengan nama Gerakan 30 September. Terjadilah
penculikan41 terhadap Panglima Angkatan Darat Letjen. A. Yani,
Brigjen Panjaitan, Mayjen S. Parman, Brigjen Sutoyo, Mayjen
Suprapto dan Lettu Tendean serta Nasution tetapi ia dapat
meloloskan diri.
1 Oktober 1965 Soeharto42 mengambil alih komando atas
angkatan bersenjata. Kemudian Untung mengumumkan melalui
radio bahwa Gerakan 30 Setember adalah kelompok militer yang
bertindak untuk melindungi presiden Soekarno. Kemudian
berdasarkan hipotesis Yoga Sugomo, Soeharto mengumumkan PKI
sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Senjata Soeharto
adalah Super Semar43. Ia mengeluarkan Kepres untuk membubarkan
dan menghabisi PKI beserta simpatisannya.44 Terjadilah pembantaian
massal 1965 di Jawa Tengah, Bali45 yang dilakukan atas prakarsa
40
Untuk mengetahui penelitian terbaru tentang G30S baca: Baskara T. Wardaya.
Bung KARNO MENGGUGAT! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65
hingga G30S. Yogyakarta. Galang Press. 2006. hlm.145-183. Bagaimana
pembunuhan terhadap jendral-jendral itu, periksa Benedict Anderson Dalam
Baskara T.W. (ed) Menuju Demokrasi: Politik Indonesia Dalam Perspektif
Sejarah. Jakarta. Gramedia. 2001. hlm.251-274. P.J.Suwarno. Tatanegara
Indonesia: Dari Sriwijaya Sampai Indonesia Modern. Yogyakarta. USD. 2003.
hlm.185-191. P.J.Suwarno. Gerakan Politik Tentara Nasional Indonesia 1945-
1966: Dari TKR Sampai Supersemar. Yogyakarta. USD. 2004. hlm.55-99.
41
Bagaimana pembunuhan terhadap jendral-jendral itu, periksa Benedict
Anderson Dalam Baskara T.W. (ed) Menuju Demokrasi: Politik Indonesia
Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta. Gramedia. 2001. hlm.251-274.
42
…apa yang dikatakan oleh Jakarta, sama sekali tidak masuk akal. Karena
mengikuti apa yang terjadi di Solo, Yogya dan sebagainya, kita lihat bahwa
pembunuhan massal mulai di Solo, Jawa Tengah, persis pada hari itu baret
merah masuk. Sebelumnya tidak ada. Terus satu bulan lagi kira-kira tanggal 17
November 1965 itu sudah mulai di Surabaya persis pada waktu RPKAD masuk.
Dan sebaliknya, baru di pertengahan Desember 1965, dus hampir tiga bulan
setelah G30S, pembunuhan mulai di Bali. Sekali lagi, ketika baret merah
masuk. Prof. Ben Anderson tentang Suharto, G30S, PKI, Orde Baru, TNI dll.
Wawancara radio Nederland siaran Indonesia, 2 September 2005.
43
Baskara T.Wardaya. MEMBONGKAR SUPERSEMAR:Dari CIA hingga Kudeta
Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta. Galang Press. 2007. Dilengkapi
dengan data dari Kedubes AS, Deplu AS, CIA, Gedung Putih dan National
Security Agency.
44
Menurut beberapa sumber antara 500.000 jiwa sampai 2 juta jiwa tewas
dibunuh. Ribuan lainnya mendekam dalam penjara atau dibuang ke Pulau Buru.
Lihat http://id.wikipedia.org/wiki Partai_Komunis_Indonesia.
45
Baca I Ngurah Suryawan. Jejak-jejak Manusia Merah. Yogyakarta. BB dan
Elsam. 2005. Stanley dan Aris Santoso (ed). Soe Hok Gie: Zaman Peralihan.
Soeharto.
E. Penutup
Dari ketiga peristiwa tersebut dapat diketahui bahwa PKI
adalah organisasi yang poorly organized, tidak seperti apa yang
didengung-dengungkan dan membuat rakyat serta pejabat
ketakutan. Terbukti pada saat terjadi pemberontakan pimpinannya
selalu tidak ada di tempat, bukan melarikan diri tetapi koordinasinya
memang lemah. Jadi dalam pemberontakan 1927, Madiun Affair 1948
PKI memang menjadi sponsor tetapi saat Madiun Affair hanya PKI
Madiun dan Pati saja yang mendukung, yang lain tidak. Sedangkan
dalam penculikan dan pembunuhan para jendral tahun 1965,
berdasarkan penelitian yang ada dalangnya tidak tunggal melainkan
lebih dari satu. Namun satu hal yang pasti operasi militer itu
dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya “Gerakan
Tigapuluh September” yang dipimpin oleh Untung.
Dengan demikian tidak sepantasnya kita merasa takut terus
terhadap hantu yang bernama komunis atau Marxis. Selama itu
diajarkan di sekolah tidak akan berbahaya. Sebaliknya yang harus
diwaspadai adalah sisa-sisa otoritarianisme gaya Orde Baru yang
tumbuh kembali.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki Partai_Komunis_Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Madiun
http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereenigi