Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunisme atau haluan kiri adalah adalah sebuah paham atau ideologi yang
dicetuskan oleh Karl Marx dan Friederich Engels. Ideologi ini hadir sebagai anti-
kapitalisme yang dianggap menindas kaum buruh. Dikobarkanlah prinsip
pemerataan atau sama rata untuk memperjuangkan keadilan bagi para buruh
tersebut. Hal identik dengan komunisme lainnya adalah penolakan ideologi tersebut
terhadap agama. Selain itu, Marx dan Engels juga merumuskan gagasan dialektika
yang menyatakan bahwa konflik merupakan jalan untuk perkembangan manusia
dalam mencapai kemakmuran.

Namun dalam praktiknya, komunisme telah menyebabkan bencana


kemanusiaan yang begitu besar dalam sejarah. Prinsip sama rata yang digalakkan
pun tampaknya tidak terwujud. Komunisme malah melahirkan diktator-diktator besar
bertangan besi yang berkuasa dengan memperlakukan manusia seperti halnya
sekawanan binatang. Jutaan manusia mati sia-sia di tangan komunis.

Sama halnya ketika komunis masuk ke tanah air Indonesia. Komunisme di


Indonesia erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sampai sekarang
menjadi momok menakutkan bagi bangsa. Para ‘Haluan Kiri’ tersebut telah
dianggap bertanggung jawab atas berbagai macam pemberontakan dan peristiwa
berdarah yang tercatat dalam sejarah. Sebut saja Pemberontakan PKI Madiun,
Peristiwa 1948, dan G30S-PKI. Segala hal yang berbau komunisme pun menjadi
tabu bagi masyarakat Indonesia. Komunisme telah menjadi bahaya laten di negara
ini, yang sewaktu-waktu dapat muncul kembali.

Pada era reformasi ini, bahaya laten komunisme benar-benar kembali tercium.
Salah satu bukti yang marak adalah ketika lambang Palu Arit dan lagu Genjer-
Genjer khas komunis mulai beredar. Laporan penemuan sejumlah orang memakai

1
kaus yang identik dengan warna merah berlambangkan Palu Arit kian bergulir.
Entah propaganda atau memang benar, komunisme muncul ke permukaan setelah
adanya berita bahwa Presiden Jokowi akan melakukan penelitian kembali terkait
kasus 1965. Peristiwa bangkitnya haluan kiri ini cukup memunculkan banyak
tanggapan masyarakat terutama di kalangan masyarakat traumatis.

Biarpun hanya segelintir kecil saja, isu tentang kembalinya komunisme harus
diwaspadai masyarakat. Melihat sejarah komunisme yang sama sekali buruk, sudah
sepatutnya Indonesia memberi cukup perhatian untuk antisipasi bangkitnya
komunisme.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut.

1.2.1 Sejarah dan sepak terjang komunisme di Indonesia.


1.2.2 Ketidaksesuaian komunisme dengan NKRI dan bahayanya.
1.2.3 Pemahaman generasi muda penerus bangsa tentang komunisme.
1.2.4 Mengamalkan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dalam memerangi Pancasila.
1.2.5 Antisipasi terhadap bahaya komunisme.

1.3 Rumusan Masalah


Sesuai dengan masalah-masalah yang telah diidentifikasi, didapatkanlah
rumusan masalah sebagai berikut.

1.3.1. Bagaimanakah sepak terjang komunisme di Indonesia?


1.3.2. Mengapa komunisme dianggap berbahaya bagi NKRI?
1.3.3. Bagaimanakah pemahaman pemuda generasi bangsa tentang
komunisme?
1.3.4. Bagaimanakah bangsa Indonesia mengamalkan ‘Ketuhanan Yang Maha
Esa’ dalam memerangi komunisme?
1.3.5. Bagaimanakah antisipasi untuk memerangi komunisme?

2
1.4 . Tujuan Penelitian
Memahami seluk beluk komunisme untuk menemukan usaha-usaha pencegahan
kebangkitan komunisme dan mempertahankan Indonesia dalam Pancasila.

1.5 Manfaat Penelitian


Meningkatkan kesadaran akan bahaya komunisme di Indonesia dan menyimpan
pedoman untuk melawan kembalinya komunisme.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sepak Terjang Komunisme di Indonesia


Secara kronologis, kemunculan Komunis disebabkan oleh kedatangan orang-
orang komunis buangan politik dari Belanda dan mahasiswa-mahasiswa
lulusannya yang berpandangan kiri. Beberapa di antaranya Sneevliet, Bregsma,
dan Tan Malaka. Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di
dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan
nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo Eropa
saja. Namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi juga banyak yang
bergabung. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaun.
Komunis kemudian juga aktif di Semarang, atau sering disebut dengan "Kota
Merah" setelah menjadi basis PKI di era tersebut.  Komunis mendirikan Partai
pada bulan Mei 1914. Pendirian Partai Komunis di Hindia Belanda (Indonesia
pada saat itu) diprakarsai oleh Tokoh Komunis Belanda, Henk Sneevliet bersama
dengan 85 anggota dari dua Partai Sosialis Belanda yaitu SDP dan SDAP, dengan
nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging disingkat ISDV, atau Indies
Social Democratic Association dalam bahasa Inggris. ISDV pada mulanya
merupakan Asosiasi Buruh di pelabuhan, dan berada dalam yurisdiksi Pemerintah
Hindia Belanda. Sejak itu ISDV terus menerbitkan koran penyuaraan untuk
Indonesia merdeka. Tahun 1917, ISDV membentuk Blok Anti Kapitalis bersama
Syarikat Islam (SI) sehingga ISDV berhasil merekrut sejumlah anggota SI untuk
ditarik masuk. Anggota SI yang direkrut itu antara lain Semaun dan Darsono serta
Tan Malaka. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan kiri ke dalam
Syarikat Islam menjadikan komunis sebagai bagian cabangnya.
Bulan Mei 1920, ISDV mengadakan Kongres di Semarang. Kongres ini
diadakan akibat konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI Yogyakarta (SI
Putih). Atas usulan Haji Agus Salim, yang disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah
maupun SI Putih menyepakati bahwa personel SI Merah keluar dari SI. Mantan
personel SI Merah kemudian bersama ISDV berganti nama menjadi PKH dengan

4
ketua Semaun dan Wakil Ketua Darsono, serta tiga dari lima anggota komitenya
adalah orang Belanda. PKH pun resmi menjadi anggota Komunis Internasional
(Komintern). Akhir tahun 1921, PKH memprakarsai Pemogokan Buruh besar-
besaran di Jawa. Tahun 1924, Kongres Komintern V menetapkan bahwa Komunis
harus menguasai dan mengontrol seluruh Persatuan Buruh di dunia, karena
mereka beranggapan tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa persatuan
kelas buruh. Ini menyebabkan PKH semakin gencar ingin melakukan
pemberontakan.
Baru pada tahun 1924, PKH berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Tahun 1925, dua pimpinan PKI, Musso dan Alimin, menyerukan revolusi
untuk menggulingkan Pemeritah Hindia Belanda yang berkuasa, kemudian
bermaksud menggantinya dengan Pemerintah Komunis Hindia Belanda.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan
yang memutuskan akan ada pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia-
Belanda. Tan Malaka yang tidak setuju mencoba menghentikan rencana
pemberontakan karena menurutnya, pengaruh komunis di Indonesia masih kurang
kuat. Ia takut pemberontakan tersebut malah gagal karena kurangnya dukungan.
Namun para tokoh PKI lainnya tidak menggubris protes dari Tan Malaka, kecuali
mereka yang ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan ini meletus pada tahun
1926-1927. Kemudian berakhir dengan kekalahan. Akibat kekalahan ini, para
tokoh PKI menyalahkan Tan Malaka karena telah mencoba menghentikan
pemberontakan dan memengaruhi cabang-cabang PKI. Tahun 1927, Pemerintah
Hindia Belanda pun membubarkan PKI dan menangkap para pimpinannya
termasuk Musso serta membuangnya ke Moskow, Uni Soviet.
Biarpun gagal, pemberontakan PKI tersebut memberi dampak merugikan
bagi perjuangan pergerakan nasional. Karena untuk mengantisipasi
pemberontakan seperti itu lagi, pengawasan oleh pemerintah Belanda terhadap
perjuangan nasional menjadi lebih diperketat. Perjuangan pun mengalami masa-
masa yang suram kala itu. Ini menunjukkan bahwa pihak komunis hanya
mementingkan tujuannya sendiri tanpa peduli akibat dari cara-cara yang
dihalalkan.

5
Gerakan PKI bangkit kembali pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia.
Banyak angkatan bersenjata yang berada dibawah pengaruh komunisme. Diawali
oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Indonesia (saat itu
masih beribu kota di Yogyakarta). Tujuan datangnya Muso tak lain untuk meng-
komuniskan Indonesia. Langkah-demi langkah dilakukan oleh Muso. Mulai dari
rekonstruksi Politbiro PKI seperti D.N. Aidit, M.H. Lukman, dan Njoto. Muso juga
berusaha menata kembali Gerakan Bawah Tanah PKI di Indonesia. Sama seperti
Soekarno dan tokoh pergerakan lain, pada 5 September 1948, Musso berpidato
dengan lantang di Yogyakarta dengan pandangannya yang murni Komunisme,
menganjurkan agar Indonesia merapat kepada Uni Soviet. Anjuran itu berujung
pada pemberontakan PKI di Madiun. Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri
Soekarno, Amir Syarifuddin. Divisi Siliwangi akhirnya maju dan mengakhiri
pemberontakan Muso ini.
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia, PKI mencoba bangkit lagi.
Kebangkitan komunisme ini cukup dipermudah atas nama demokrasi. Soekarno
yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia, di mana antar
ideologi saat itu menjadi musuh masing-masing, juga ‘memberi ampun’ kepada
PKI untuk dapat mendirikan partainya kembali. Bahkan PKI juga diizinkan ikut
Pemilu hingga lolos menjadi salah satu partai dengan suara terbanyak. Saat itu,
Soekarno hanya ingin agar demokrasi dan keadilan benar-benar terwujud. Selain
itu, PKI juga sebagai jalur yang tepat untuk kegiatan jual-beli senjata antara Uni-
Soviet dengan Indonesia. PKI yang menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik
Indonesia pun berkembang lagi. Salah satu langkahnya dengan menerbitkan
Harian Rakjat dan Bintang Merah
Pada awal tahun 1965, Soekarno mempunyai ide tentang Angkatan Kelima
yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Ide ini juga atas saran dari PKI akibat
tawaran perdana menteri RRC, Tetapi petinggi Angkatan Darat tidak setuju dan
hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara militer dan PKI. Di
tahun-tahun kemudian, konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan krisis
moneter. Berhembus pula desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan
akan melakukan kudeta. Militer mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan

6
Kelima (setelah AURI, ALRI, ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI
hendak melakukan kudeta atas Presiden Soekarno yang sedang sakit, tepat saat
ulang tahun TNI. Kecurigaan satu dengan yang lain tersebut kemudian dipercaya
menjadi sebab tragedi yang dikenal dengan Gerakan 30 September. Namun
beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini sebenarnya hanyalah konflik intern militer
pada waktu itu.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha
memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi dan
militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara dengan
slogan "Kepentingan Bersama Polisi dan Rakyat". Pemimpin PKI, D.N. Aidit
mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus
1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap
sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan
seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah
yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi
antara mereka dengan polisi dan para pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapapun
(milik negara = milik bersama). Propaganda ini adalah hasil meniru revolusi
Bolshevik di Uni Soviet, dimana rakyat dan partai komunis menyita segala macam
milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat Uni Soviet.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan
memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jenderal-jenderal
militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet. Jenderal-jenderal tersebut
masuk kabinet karena jabatannya di militer oleh Soekarno disamakan setingkat
menteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab,
Menpangad, dan lain-lain).

7
Rezim Soekarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan
melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan
karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk
pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan
kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang
bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri
untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI
malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini
dalam batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka di depan jenderal-jenderal
militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit
menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi"
angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerja sama untuk
menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan
aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI
masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk
mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul isu
adanya Dewan Jenderal yang mengungkapkan bahwa beberapa petinggi
Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno berniat untuk
menggulingkannya. Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada
para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada
saat itu dipimpin oleh Letkol Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat
saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan
tersebut.
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah Letjen TNI Ahmad
Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi),
Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi),
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan), Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I

8
Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan
(Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), dan Brigjen TNI Sutoyo
Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat).
Teradapat juga isu keterlibatan Soeharto, namun hingga saat ini tidak ada
bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksi penculikan tersebut. Satu-
satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan Soeharto yang saat itu
menjabat sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatan Panglima Komando
Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan
sekarang) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.
Meski demikian, dapat dikatakan Soeharto merupakan pihak yang paling
diuntungkan dari peristiwa ini. Banyak penelitian ilmiah yang sudah dipublikasikan
di jurnal internasional mengungkap keterlibatan Suharto dan CIA.
Pasca Gerakan 30 September dan setelah Soeharto naik jabatan ke bangku
Presiden, terjadi pengambinghitaman kepada orang-orang komunis oleh
pemerintah Orde Baru. Dilakukan "pembersihan" besar-besaran atas warga dan
anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya.
Semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai
anggota dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan
ribu pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-
kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi
di Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan
Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis.
Diduga setidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan
yang mengikuti kudeta itu.
Dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-
organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis
PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya
menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu
"terbendung mayat". Di daerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk
membunuh teman-teman mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota-

9
kota besar pemburuan-pemburuan rasialis "anti-Tionghoa" terjadi. Pekerja-pekerja
dan pegawai-pegawai pemerintah yang mengadakan aksi mogok sebagai protes
atas kejadian-kejadian kontra-revolusioner ini dipecat. Pekerja dan petani
dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi. Para "tertuduh komunis" ini yang
ditangkap kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara bagi "para
tertuduh komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di Pulau
Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan nama Eks
Tapol.
Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas kelompok-kelompok
komunis, marxis, dan haluan kiri lainnya, mulai kembali aktif di lapangan politik
Indonesia, walaupun secara hukum, belum boleh mendirikan partai karena masih
dilarang oleh pemerintah seperti tertuang dalam Ketetapan MPRS Nomor
XXV/1966. Terbitnya hukum mengenai komunisme ini membuat komunisme
seakan ‘padam’ untuk sementara. Namun bangsa Indonesia tidak bisa lengah
begitu saja dengan menganggap komunisme adalah ‘produk usang’ yang tidak
perlu dikhawatirkan. Justru di era reformasi baru-baru ini, tercium kembali isu-isu
komunisme yang meresahkan pemerintah maupun masyarakat.

2.2. Komunisme dan NKRI

Komunisme adalah sebuah paham atau ideologi yang dicetuskan oleh Karl Marx
dan Friederich Engels pada awal abad 19 ketika paham yang banyak berkembang saat
itu adalah kapitalisme. Kapitalisme merupakan paham yang mengusung kesejahteraan
ekonomi untuk kepentingan pribadi. Singkatnya, kapitalisme lebih mengutamakan
keuntungan individu pemilik usaha dengan mengesampingkan kesejahteraan para
buruh. Diceritakan bahwa para buruh sangat menderita karena kurangnya keadilan bagi
mereka. Atas dasar ketidakadilan itu, lahirlah paham Komunisme.

Komunisme hadir sebagai pembela para buruh atau kaum proletar. Paham ini
mengklaim kepemilikan bersama atas alat-alat produksi guna mewujudkan
kemakmuran dimana semua manusia dianggap sama (tanpa kelas). Prinsip ini
dipercaya dapat menyelamatkan taraf hidup para buruh dan petani. Kepemilikan

10
individu dilarang, dan kepentingan individu harus tunduk pada kehendak partai dan
negara.

Komunsime juga identik dengan ateisme. Komunisme menolak kepercayaan


apapun terhadap hal-hal gaib atau mistis, termasuk agama. Penolakan itu berdasar
kepada teori Materialisme yang dianut Marx dan Engels yang meyakini bahwa tidak ada
keberadaan apapun yang nyata di dunia kecuali materi. Teori ini tidak mengakui adanya
Tuhan, roh, malaikat maupun segala hal yang berada diluar jangkauan alam indera
manusia. Dengan kata lain, komunisme hanya percaya pada perihal kebendaan
semata. Teori materialisme juga telah memengaruhi banyak orang untuk beranggapan
bahwa manusia tak lebih dari sekadar materi. Teori ini memberi doktrin untuk selalu
menyederhanakan segala hal ke dalam bentuk materi sehingga menjadi tidak ada
harganya lagi.

Marx dan Engels juga merumuskan gagasan dialektika yang menyatakan bahwa
konflik adalah hukum alam, lumrah, dan merupakan jalan untuk perkembangan
manusia dalam mencapai kemakmuran. Gagasan ini memengaruhi komunis untuk
menghalalkan segala cara terutama konflik, propaganda, hingga pertumpahan darah
dalam menjalankan prinsipnya. Karena itu, komunisme disebut juga paham
Materialisme-Dialektika. Materialisme-Dialektika ini tercermin secara konkret dalam
sejarah negara-negara komunis dimana kehidupannya selalu diwarnai perang dan
kebengisan.

Ideologi komunisme ini dapat tersebar dengan cepat pada masa revolusi akibat
kehadiran sebuah pendukung. Pendukung tersebut ialah Teori Evolusi Darwin. Teori
Evolusi Darwin atau Darwinisme secara tidak langsung menolak kisah penciptaan yang
diakui kaum beragama terutama Gereja di barat (pada masa itu) dengan pemaparan
yang menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet. Teori ini juga menyetujui
gagasan Dialektika bahwa manusia ada karena sebuah kebetulan yang muncul dari
konflik.

Umumunya, komunisme di Indonesia pada zaman penjajahan lebih tersalurkan


kepada kaum buruh dan petani yang hidup menderita akibat kerja paksa dan ketiadaan

11
rasa sejahtera. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunisme adalah sebuah
paham atau ideologi yang bermaksud menghapus hak milik perseorangan dan
menggantikannya dengan milik bersama dalam kontrol Negara. Lewat paham komunis,
kaum buruh, petani, dan pekerja kelas bawah dicekoki harapan untuk dapat hidup
sejahtera dengan derajat yang sama seperti petinggi mereka. Oleh karena itu, mereka
tergoda untuk bergabung ke dalam haluan kiri tersebut semata demi kebebasan dari
penderitaan akibat penjajahan. Mirisnya, banyak juga rakyat Indonesia, terutama di
pedesaan, yang bahkan tidak mengetahui apa itu PKI atau komunis. Menurut seorang
narasumber, beberapa petani saat itu sangat miskin dan kelaparan. Para petani ini
kemudian dipertemukan dengan PKI yang berkedok memperjuangkan kaum proletar.
PKI menggunakan cara persuasif untuk mengajak orang lain bergabung ke dalam
komunisme, yaitu dengan memberi tawaran berupa cangkul untuk bertani. Siapapun
yang bersedia bergabung dengan PKI, mereka akan mendapatkan cangkul untuk
mengusahakan hidup menjadi lebih baik. Sebagian besar diantara petani-petani miskin
tersebut tidak tahu sama sekali mengenai komunis. Mereka hanya sekadar mengiyakan
karena tergiur diiming-imingi cangkul. Ini membuktikan betapa hebatnya doktrin PKI
terhadap rakyat.

Bergabungnya para buruh dan petani menyebabkan bertambahnya penganut


komunisme di Indonesia, sehingga komunisme bukan hanya dianut kaum intelektual
saja. Pergerakan komunis pun dilakukan dengan tujuan menaikkan taraf hidup para
buruh dan petani sekaligus menjadikan Indonesia sebagai Negara komunis. Tentu saja
selalu ada perlawanan dari rakyat yang menolak komunis, bahkan perlawanan itu tetap
ada sampai pasca-kemerdekaan.

Apakah yang membuat bangsa Indonesia sebegitu kerasnya berjuang menolak


Komunis?

Jika kita telik dari pengalaman bangsa-bangsa komunis lain, seperti Russia atau
yang dulu dikenal sebagai Uni Soviet, jelas saja komunisme tidak diterima rakyat
Indonesia. Penerapan komunisme di Uni Soviet telah membuktikan kekejaman para
komunis. Pada masa meletusnya revolusi, muncul seorang diktator Uni Soviet bernama
Lenin. Lenin yang menjadi cikal-bakal komunisme Uni Soviet, naik jabatan menjadi

12
Presiden setelah mengkudeta Tsar dengan cara yang kejam. Rezim Lenin yang dikenal
dengan nama Kaum Bolsheviks (pergerakan komunis) menyatakan bahwa revolusi
berdarah sangat diperlukan untuk merebut kekuasaan. Dalam menjalankan
penyebarluasan komunisme pun, Lenin memakai cara-cara brutal. Apalagi terhadap
orang-orang yang antikomunis dan menolak rezimnya. Lenin juga memberi kebebasan
pada para pengikutnya untuk menembak siapapun yang menolak komunis. Kemudian
dalam masa pemerintahannya, Lenin memberlakukan suatu paham komunisme yang
dirancang ulang berdasarkan pemikirannya, yakni Leninisme.

Lenin yang begitu mengidolakan Teori Evolusi Darwin dan ajaran Marxisme-
Dialektika, menerapkan kebijakan aneh dan kejam kepada rakyatnya. Terutama ketika
terjadi krisis, Ia memerintahkan para petani yang tinggal di desa-desa untuk
menyerahkan seluruh hasil panen kepada negara. Tidak ada satupun yang boleh
tertinggal. Beberapa kali para petani Uni Soviet berusaha menyembunyikan hasil panen
untuk tetap menyambung hidup, namun aparat bersenjata yang diutus Lenin selalu
berhasil menemukan. Bukan hanya itu, Lenin juga memerintahkan untuk menyita alat
pertanian dan merampas barang-barang milik petani. Akibatnya, para petani tidak dapat
memanen dan tidak memiliki apa-apa untuk menghidupi diri mereka sendiri. Dalam
waktu cepat terjadilah kelaparan parah di penjuru Uni Soviet. Ribuan rakyat yang
menderita kemudian meninggal begitu saja.

Yang cukup mengejutkan dan menyayat hati adalah, Lenin terang-terangan


merasa senang atas kematian massal rakyatnya itu. Menurutnya, kelaparan adalah hal
yang bagus, berguna untuk memperlemah keyakinan manusia kepada Tuhan dan
agama sehingga lambat laun akan tunduk pada komunisme. Seperti yang dikutip dari
buku berjudul Black Book of Communism, "Kelaparan akan mempercepat tahapan
selanjutnya dan mengantarkan pada sosialisme, yakni tahapan pasti setelah
kapitalisme."

Catatan sejarah kelam dari bangsa lain telah memperlihatkan komunisme yang
tampil sebagai sebab utama atas kematian jutaan umat manusia. Sudah jelaslah bahwa
komunisme tidak baik untuk diterapkan, terutama di Indonesia. Komunisme dapat
menggelapkan pikiran dan membuat manusia berbuat sewenang-wenang tanpa

13
memedulikan nilai-nilai hidup. Dapat dikatakan, komunisme adalah dalang dari berbagai
perlakuan melanggar HAM.

Dari segi ideologi, paham komunisme berbeda dengan paham ideologi kita.
Bahkan bertentangan. Bangsa Indonesia menganut ideologi Pancasila, ideologi yang
kita anggap sebagai ideologi terbaik dengan sila-sila sakti penuh makna. Pancasila
mengandung cita-cita persatuan dan keadilan masyarakat dalam keluhuran damai.
Berikut akan dibahas pertentangan Pancasila dengan komunisme, serta beberapa
akibat jika komunisme sempat saja berlaku di Indonesia.

Yang pertama, Pancasila mengandung 'Ketuhanan Yang Maha Esa' sebagai sila
teratas. Melalui sila pertama ini, Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Rakyat Indonesia merupakan umat
beragama yang memiliki Tuhan. Indonesia menuntut setiap warga negaranya mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta. Konsekuensinya, setiap warga negara diberi
kebebasan penuh untuk memeluk agama dan menjalankan peribadatan. Sila ini juga
berpesan agar warga negara tetap mengusahakan hidup rukun walaupun berbeda
keyakinan. Sementara komunisme memakai landasan Darwinisme. Darwinisme adalah
pemahaman yang dikemukakan oleh Darwin, tokoh dibalik Teori Evolusi yang
menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet. Teori Evolusi Darwin bertentangan
dengan kisah penciptaan yang diajarkan agama dimana Tuhan menciptakan manusia
secara sempurna. Dengan landasan dari Darwin itu, komunisme menolak adanya
Tuhan. Komunis hanya memercayai pemikiran logis rasional dan sifat kebendaan saja.
Agama, keluarga, dan norma tidak mendapat tempat dalam masyarakat komunis.

Pada dasarnya, agama itu berupaya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Agama ada untuk memberi manusia rasa tenang, menguatkan jiwa, menjadi pedoman
hidup yang baik, menjaga manusia tetap waras, dan mempertahankan tatanan
keseimbangan dunia. Intinya, agama mengusahakan perdamaian dengan
mempertahankan manusia dalam keberadaban. Sedangkan komunisme menganggap
agama sebagai candu yang membuat manusia berangan-angan, juga membatasi
manusia dari pemikiran yang rasional dan nyata. Dapat dibayangkan apabila
komunisme berlaku di Indonesia, maka manusia tidak bisa berkembang kerohaniannya.

14
Mungkin akan ada banyak rakyat yang membunuh, mencuri, dan berlaku diluar norma
karena jiwanya tidak cukup kuat melawan nafsu. Akibatnya, tatanan hidup yang baik
pun rusak. Penderitaan timbul dimana-mana. Tidak akan ada rasa tenang dan aman.
Manusia tidak lagi punya pegangan untuk ketakutan dan sakitnya, juga ajaran nilai-nilai
kehidupan yang dapat menjaga nafsu dan perilakunya. Ini jelas dapat membahayakan
jiwa manusia. Nantinya, kewarasan manusia juga akan dipertanyakan.

Sila kedua yaitu 'kemanusiaan yang adil dan beradab' menunjukkan bahwa
Indonesia mengakui dan memperlakukan setiap manusia sebagai pribadi berharga
yang memiliki martabat mulia. Sila ini menjamin setiap manusia diperlakukan sesuai
harkatnya tanpa diskriminasi. Dengan kata lain, Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Indonesia mengusahakan tindakan adil terhadap setiap manusia. Manusia
memiliki derajat yang sama dengan hak dan kewajiban-kewajiban asasi masing-
masing. Karena itu, dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama manusia, sikap
tenggang rasa atau toleransi, serta menolak penindasan terhadap orang lain. Sikap-
sikap itu dituangkan ke dalam norma di masyarakat. Sedangkan pada paham komunis,
norma tidak terlalu diperhatikan. Oleh karena buramnya norma di masyarakat, mudah
sekali terjadi pelanggaran HAM. Rakyat sama sekali kurang dihargai hak-haknya, tetapi
memiliki kewajiban penuh terhadap pemerintah. Semua doktrin partai harus dipatuhi.
Kehidupan antar-manusia pun dipenuhi propaganda dan isu-isu. Manusia yang beradab
akan sulit ditemukan karena doktrin komunis yang menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan, termasuk cara yang kejam membuat manusia dapat berlaku diluar
akal budi dan hati nurani. Manusia di mata komunis pada masa Lenin atau Stalin atau
tokoh besar komunis lainnya tidaklah berarti apa-apa, hanya sesuatu yang sederhana
layaknya materi. Mereka menganggap manusia dapat dikendalikan dengan
menanamkan kebengisan.

Sila ketiga yang berbunyi 'Persatuan Indonesia' pun tidak akan cocok
disandingkan dengan komunisme. Sila ketiga menumbuhkan sikap masyarakat untuk
mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-
kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga
negara. Sila ini mengajarkan kepentingan dan keselamatan Bangsa di atas kepentingan

15
pribadi dan golongan. Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya tidak
terpecah. Persatuan Indonesia juga dapat diartikan sebagai nasionalisme.
Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa. Sila ini juga memaknai
dihapuskannya penonjolan kekuasaan sehingga menimbulkan rasa senasib dan
sepenanggungan. Ketika kita bandingkan lagi dengan komunisme, lagi-lagi tidak sesuai
bahkan bertentangan. Walaupun maksud dari paham komunis itu tergolong baik, yaitu
menyama-ratakan dimana seruan utamanya ditujukan kepada kaum buruh untuk lebih
diangkat di mata publik. Sebagai suatu ideologi, komunisme mencanangkan cita-cita
yang bersifat utopis yaitu suatu masyarakat tanpa kelas, masyarakat yang sama rata
dan sama rasa. Masyarakat tanpa kelas dilukiskan sebagai masyarakat yang dapat
memberikan suasana hidup yang aman tanpa hak milik pribadi, tanpa pertentangan,
sarana dan alat produksi tidak berdasarkan atas hak milik pribadi melainkan komunal.
Namun pembelaan yang berlebihan terhadap kalangan bawah (proletar) dapat
menyebabkan masalah internal. Maksud dari pembelaan terhadap kaum proletar itu
adalah politik adu domba, yang dikenal sebagai doktrin pertentangan kelas. Komunisme
menggunakan doktrin tersebut dengan menanamkan kebencian diantara sesama umat
manusia, terutama kebencian kaum proletar kepada kaum borjuis atau pemilik modal.
Tidak ada hasil baik apapun dari pertentangan kelas selain ketidaknyamanan. Hal itu
dapat mengganggu kemajemukan rakyat. Jika pertentangan kelas ini diterapkan di
Indonesia, maka persatuan sepertinya tidak mungkin dicapai. Dikatakan juga bahwa
komunisme menolak nasionalisme. Padahal Indonesia menekankan rasa nasionalisme
kepada rakyatnya.

Kemudian, sila keempat Pancasila berbunyi ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh


hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” Sila ini memiliki makna
yang mendukung penuh demokrasi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat. Sila ini
sekaligus mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan
politik dan pemerintahan Negara. Keputusan pun diambil berdasarkan musyawarah
mufakat. Sedangkan komunisme tidak mengenal demokrasi. Tidak ada kebebasan
berekspresi dan berpendapat. Tidak banyak yang bisa dilakukan masyarakat untuk
menyuarakan hak-haknya. Bahkan para seniman di negara-negara komunis pun tidak
bebas dalam menuangkan idenya. Karya-karya seniman menjadi sangat kaku karena

16
diharuskan mengikuti kemauan pemerintah. Dalam sistem pemerintahan komunis,
negara komunis hanya mengakui satu partai dengan kedaulatan penuh yang
mendominasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak boleh ada oposisi.
Keputusan paling akhir berada di tangan pemimpin tertinggi partai. Dengan ideologi
komunisme, akan ada banyak pelanggaran HAM di Indonesia. Pemilu tidak akan
berjalan. Rakyat akan dibungkam dengan kekerasan.

Sila terakhir yaitu sila kelima adalah ‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia’. Makna sila ini menekankan pemenuhan kewajiban asasi manusia demi
terwujudnya kesejahteraan rakyat. Dalam kerangka ini dikembangkan perbuatan luhur
yang mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap
adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
menghormati hak-hak orang lain. Sementara komunisme hanya mengutamakan
kepentingan negara.

Pancasila disusun sesuai dengan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia


sebagai masyarakat yang majemuk. Pancasila sudah mendarah daging. Pancasila
harga mati, tidak dapat dimusnahkan. Oleh karena itu, komunisme yang bertentangan
itu tidak boleh menggeser Pancasila sedikitpun.

Jika dipantau dari segi teologi, jelas komunisme berbeda dengan kebudayaan
Indonesia. Komunisme melawan prinsip Ketuhanan dan tidak megenal adanya Tuhan.
Sedangkan Indonesia menganut Ketuhanan dengan mengakui enam agama di
Indonesia meliputi Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.

Diangkat dari segi sosialnya, komunisme mengajarkan pertentangan kelas.


Seringkali penyebaran komunisme menjadi ajang adu domba antara pihak yang
tertindas dengan pihak yang menindas sehingga tidak tercipta keharmonisan. Indonesia
selalu mengusahakan gotong royong demi keharmonisan. Maka dari itu, jika
komunisme sampai memengaruhi politik tanah air, mungkin keharmonisan tidak dapat
berjalan semestinya. Komunisme juga tidak kompatibel dengan HAM. Komunisme yang
mengaku sebagai pembela HAM justru adalah penganiaya HAM paling ganas dalam
sejarah kemanusiaan.

17
Sedangkan secara politis, komunisme mengajarkan agitasi dan propaganda
kepada lawan politik. Propaganda ini merupakan suatu bentuk isu negatif yang
merugikan pihak lain. Propaganda dimaksudkan untuk melawan dan mengalahkan
lawan walau dengan jalan kotor sekalipun. Untuk segi ini, biarpun di Indonesia
mengutamakan HAM tetapi dalam praktiknya masih banyak pejabat-pejabat Negara
yang kurang jujur. Ketidakjujuran ini juga mencakup penghembusan propaganda-
propaganda yang belum tentu kebenarannya untuk mencela lawan politik. Banyak
rakyat yang meyakini bahwa mantan presiden Soeharto banyak melakukan propaganda
terutama menjadikan PKI sebagai umpannya. Namun kepastian hal ini pun belum
memenuhi karena faktor keburaman sejarah. Sering ditemukan pula propaganda di
dalam propaganda untuk semakin mempersulit keadaan.

2.3. Pemahaman Generasi Muda Penerus Bangsa Mengenai Komunisme

Di era reformasi dimana sudah ada hukum yang menetapkan pelarangan


terhadap komunisme, nyatanya masih terdapat tanda-tanda kemunculan yang
dikhawatirkan. Kemunculan-kemunculan yang membangkitkan tekanan itu datang dari
kalangan pemuda Indonesia. Salah satunya muncul dengan kaus bergambar ‘Palu Arit’.
Jika dituduh melakukan propaganda, maka para pelaku menolak tuduhan tersebut
dengan alasan ketidaktahuan.

Kebutaan atau ketidaktahuan sejarah inilah yang perlu diwaspadai. Keterputusan


dari akar sejarah dapat menjadi celah bagi kepentingan kaum komunis. Sementara itu,
cerita-cerita tentang komunisme sudah hilang dari buku-buku pelajaran sekolah.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan wawancara pendek seputar


komunisme, didapatkan beberapa pendapat yang bisa memberikan cerminan seberapa
tahukah pemuda zaman ini tentang komunisme. Hasilnya, kebanyakan narasumber
menentang komunisme. Pemahaman utama kebanyakan narasumber berkisar bahwa
komunisme itu tidak baik, ateis, mengutamakan harta dan kekayaan, melakukan
kekerasan, dan sebagainya. Alasan seperti karena komunisme bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945, sering menggunakan kekerasan untuk mencapai apa yang
diinginkan, tidak demokratis, mengekang kebebasan rakyat, dan tidak menjunjung HAM

18
menjadi alasan-alasan utama penentangan komunisme. Ada yang menceritakan
tentang sebuah Negara komunis yang menghendaki rakyatnya memuja-muja pemimpin
mereka. Ada lagi yang membandingkan ideologi Pancasila dan komunisme
berdasarkan agama, yaitu Indonesia yang menghargai agama sedangkan komunis
lebih banyak ateis. Pendapat lain dari seorang narasumber menyatakan bahwa
komunisme dapat mematikan karakter atau pribadi seseorang karena cara-cara yang
memaksakan kehendak sehingga setiap orang tidak bebas berekspresi, juga bisa
berakibat mematikan potensi masyarakat suatu Negara.

Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kaum muda memang menelan doktrin
keburukan komunisme. Sebagian lagi mungkin mempelajari lebih lanjut apa itu
komunisme, dan sebagian lainnya hanya acuh tak acuh kemudian asal memakai
atribut-atribut komunisme yang memicu kontroversi.

Sebenarnya, pemahaman kaum muda yang minim terhadap komunisme juga


dikarenakan kebolongan sejarah.

Setelah kemerdekaan, Bapak Pahlawan Proklamasi Indonesia yakni Ir.


Soekarno selaku presiden, dalam rangka mewujudkan demokrasi sangat mendukung
kebebasan membentuk partai, termasuk Partai Komunis. Banyak pula yang
menganggap bahwa Ir. Soekarno begitu ‘menggandeng’ dan terlalu membela PKI
hingga akhirnya PKI berkhianat. Namun dalam kenyataannya tentulah tidak
sesederhana itu. Baru kemudian, ketika Soeharto menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia, PKI mulai dibersihkan dari seluruh penjuru negeri. PKI dianggap sebagai
partai terlarang, biadab, yang telah menyebabkan pertumpahan darah. Terutama ketika
PKI dituduh sebagai pelaku pembunuhan 7 Jendreal TNI.

Kutipan sejarah tersebut sekilas dapat diterima. Namun, ternyata sejarah pun
belum sepenuhnya tepat karena sejarah mengenai komunisme dan PKI ini masih
'simpang siur', sebagian besar belum terbukti, dan kebanyakan mungkin terkesan
ditutup-tutupi. Kesimpang-siuran ini menimbulkan banyak versi cerita dan pendapat
bagi masing-masing orang. Tentu tidak satupun dapat benar-benar membuktikan

19
kebenaran. Dengan pemahaman yang berbeda itulah, muncul kubu-kubu diantara
masyarakat.

Ada yang mengatakan bahwa kasus G30SPKI merupakan bentuk propaganda


Soeharto untuk mengkudeta Soekarno, ada juga yang melimpahkan kesalahan kepada
Soekarno yang disebut sebagai "Pemelihara PKI". Ini menunjukkan bahwa bisa saja
terjadi perpecahan dalam masyarakat akibat ketidakjelasan sejarah.

Almarhum Gus Dur mengatakan bahwa sejarah tidak boleh berbohong, namun
sepertinya rakyat masih merasa dibohongi. Terbukti dalam beberapa komentar yang
saya temukan di internet dimana sejumlah orang terlibat percakapan panas seputar
komunisme. Kebanyakan menyangkutpautkan komunisme dengan Soeharto dan Ir.
Soekarno. Komentar saling serang hingga melanggar keluhuran demokrasi pun muncul
ke permukaan. Salah satu pengguna internet menuliskan bahwa orang-orang masa kini
masih banyak yang bodoh karena termakan propaganda Orde Baru, kemudian dibalas
dengan pengguna lain dengan melecehkan Ir. Soekarno.

Sejarah yang masih buram ini menyebabkan masyarakat memiliki persepsinya


masing-masing sehingga persepsi itu jugalah yang diturunkan dan ditelan kaum muda.
Hanya sedikit yang mau menggali lebih dalam demi pengetahuan sejarahnya.

Maka dari itu, diperlukan suatu kehati-hatian dalam berekspresi terutama dalam
penggunaan atribut-atribut komunisme. Perilaku tersebut tentu dapat merugikan pihak-
pihak yang merasa trauma dengan komunis. Terlebih karena perbedaan pendapat dan
ketidakpastian sejarah membuat bangsa ini terombang-ambing diantara kebohongan
dan kebenaran. Namun sekiranya jangan jadikan perbedaan pendapat itu sebagai
ajang untuk berlomba-lomba menunjukkan siapa yang lebih tahu, yang pada akhirnya
malah menimbulkan konflik. Kita semua tahu bahwa komunisme itu buruk karena
menjadi ideologi yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal jutaan manusia.
Kejahatan genosida tersebut sudah merupakan pelanggaran HAM yang berat. Bangsa
Indonesia seharusnya bersatu untuk memerangi komunisme.

20
2.4. Mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Memerangi Komunisme

Seperti yang kita ketahui, masih banyak kasus-kasus di Indonesia yang


menyinggung soal agama. Sebenarnya, itu dikarenakan ideologi dan institusi kita yang
terikat dengan agama dan Ketuhanan. Itu sama sekali tidak salah karena kita memang
bangsa yang menghayati nilai-nilai Ketuhanan. Tapi isu-isu agama tidak akan ada
habisnya dibahas, baik dalam konteks positif maupun dalam konteks negatif. Konteks
negatif inilah yang membahayakan.

Berdasrkan pegamatan, kebanyakan masyarakat Indonesia masih berpikir


secara egois dan sepintas saja perihal agama. Menganggap agama sendiri itu benar
dan baik tentu tidak ada salahnya. Yang salah adalah ketika memaksakan agama kita
terhadap agama orang lain. Dapat dikatakan, masyarakat Indonesia cenderung lebih
mendewakan agamanya daripada Tuhan-nya.

‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ menghendaki manusia untuk percaya kepada


Tuhan. Kepercayaan itu dapat disalurkan melalui agama yang mengajarkan ritual dan
ibadah sakral. Agama hadir untuk membentuk pribadi manusia menjadi baik, dengan
tetap menghormati keluhuran Tuhan. Tuhan adalah satu. Selain bertekun dalam ajaran
agama sampai ke akarnya, akan lebih baik kita mengutamakan untuk mengamalkannya
kepada orang lain sesama umat manusia tanpa perlu membeda-bedakan. Jika yang
masyarakat lihat tetap melulu kepada perbedaan tradisi agama itu sendiri bukan nilai-
nilai baiknya, maka ‘Persatuan Indonesia’ itu tidak akan pernah terwujud.

Dalam Pancasila, setelah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, terdapat juga


‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’, diikuti dengan ‘Persatuan Indonesia’.
Penyusunan dasar Negara ini bukannya tanpa maksud. Pancasila menghendaki setiap
warga Negara untuk bertaqwa kepada Tuhan. Indonesia memberi kebebasan untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama. Namun dalam
perbedaan itu kita harus senantiasa menjunjung HAM, berperilaku adab, dan
mempertahankan persatuan.

Perseteruan atas dasar agama semestinya tidak memiliki manfaat apapun. Bila
perseteruan itu terus berlanjut, sudah merupakan indikasi bahwa bangsa kita bodoh

21
dan gagal mewujudkan Pancasila. Perseteruan dapat menimbulkan perpecahan.
Perpecahan ini merupakan sebab rentan masuknya pengaruh-pengaruh dari luar yang
merugikan. Contohnya, seperti yang marak kita hadapi sekarang-sekarang ini, adalah
komunisme. Perpecahan dengan alasan agama dapat dimanfaatkan oleh komunis
untuk kembali mengobarkan apinya di Indonesia. Jangan sampai komunisme
memengaruhi mental Ketuhanan bangsa dan membawa kita semua ke dalam
keterpurukan kemanusiaan seperti dulu.

Maka dari itu, yang masyarakat perlukan adalah bagaimana menjaga sikap dan
perilaku diri sendiri. Norma untuk saling menghormati dan menghargai serta tidak
diskriminasi sudah dikembangkan di masyarakat, tetapi masih banyak orang yang tidak
terlalu peduli.

2.5. Antisipasi Terhadap Bangkitnya Komunisme

Di Indonesia, keberadaan buruh dan petani masih begitu berserak. Keadaannya


sangat rentan untuk disusupi komunisme. Akibat ketertindasan, kemiskinan, dan
ketidakadilan yang melingkupi kaum buruh dan petani dewasa ini memungkinkan
komunisme diterima sebagai ideologi alternatif. Dari situasi inilah komunisme bisa
bangkit di Indonesia. Walaupun banyak yang menganggap komunisme sebagai sesuatu
yang usang karena Negara-negara pelopornya kini sudah cenderung kapitalis, namun
komunisme di Indonesia adalah sesuatu yang hanya padam.

Seperti yang Almarhum Gus Dur kemukakan, bahwa melarang ideologi atau
pemikiran adalah suatu kesia-siaan. Dianggap suatu kesia-siaan karena manusia
adalah mahkluk yang tercipta dengan akal budi untuk berpikir menurut kemauannya
sendiri. Jadi, dibanding dengan mengupayakan pelarangan terhadap sesuatu yang
tidak mungkin, lebih baik mencegah agar komunisme tidak kembali menyusupi tanah
air. Langkah pertamanya adalah dengan menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat
memicu kembali bangkitnya komunisme. Perbuatan-perbuatan itu dapat berasal dari
ketidaktahuan. Ketidaktahuan tentu menyebabkan masalah. Oleh karena itu, pelajari
dahulu secara seksama mengenai komunisme. Kemudian, masyarakat mesti berhati-
hati terhadap lambang-lambang Palu Arit dan semacamnya. Masyarakat jangan sampai

22
asal memakai lambang itu kalau tidak tahu apa maksudnya. Disamping itu, perlunya
mempertahankan Pancasila sebagai falsafah negara, yaitu dengan pengamalan nilai
persatuan dalam Pancasila dengan sebaik-baiknya. Pancasila itu ada untuk menjadi
pedoman hidup rakyat, bukan hanya sebagai bacaan wajib saat upacara. Cara-cara
lainnya adalah dengan menjaga perdamaian antar-warga negara. Masyarakat
Indonesia sekiranya dapat meminimalisir sikap egois terutama yang berkaitan dengan
agama. Konflik agama adalah konflik yang rentan. Konflik terkait agama dapat menjadi
lubang untuk masuknya komunisme. Selain itu, selalu setia pada Pancasila dan
senantiasa mendoakan negara ini agar tenteram. Indonesia adalah Negara yang
beradab. Kebahagiaan dan kesejahteraan suatu Negara ditentukan oleh rakyatnya.
Sebagai generasi bangsa, pemuda sebaiknya membuat perjuangan para pahlawan di
masa lampau menjadi semakin mulia, bukan sia-sia. Jika rakyatnya mau berjuang,
niscaya apa yang diharapkan akan terwujud.

23
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Komunisme merupakan ideologi atas dasar maksud yang baik, yaitu sama rata
sama rasa untuk memperjuangkan kaum proletar. Manusia-lah yang seringkali
salah menafsirkan. Pemikiran yang salah dapat menyebabkan bencana
kemanusiaan yang besar. Kesalahan terbesar komunisme adalah keyakinannya
bahwa konflik adalah hukum alam yang tidak berubah. Keyakinan itu telah
meracuni banyak jiwa komunis menjadi mesin pembunuh yang tega menghabisi
nyawa sesama manusia. Itulah yang membuat komunisme memiliki sejarah
kelam. Namun, setelah dianalisis, ideologi ini memang tidak cocok diterapkan di
Indonesia. Komunisme bertentangan dengan nila-nilai Pancasila dan
kebudayaan bangsa Indonesia. Dengan tidak adanya asas Ketuhanan,
komunisme mampu merajai alam pikiran manusia untuk berbuat diluar akal sehat
dan hati nuraninya. Di negara yang sangat menjunjung HAM ini, komunisme
tentulah tidak boleh asal berkembang. Komunisme dapat mendatangkan
kesengsaraan. Maka dari itu, diperlukan persatuan seluruh rakyat dalam
memerangi komunisme. Sebab, inti dari antisipasi terhadap kembalinya
komunisme adalah dengan rasa persatuan dan gotong royong.

3.2. Saran
Maka dari itu, perlu usaha bersama demi mempertahankan bangsa Indonesia
beserta ideologi dan konstitusinya, dengan cara:

1. Menjadi manusia berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Menjaga persatuan Indonesia dengan menghindari konflik antar-umat
beragama, RAS, dan sebagainya.
3. Menjalankan Pancasila dengan sebaik-baiknya.
4. Menanamkan kesadaran nasionalisme di sekolah-sekolah.
5. Memberikan pengetahuan tentang komunisme dan bahayanya melalui
pendidikan supaya generasi muda tidak mudah terpengaruh.

24
6. Melaksanakan program pemerataan pembangunan yang benar-benar
memadai agar tidak timbul kecemburuan sosial serta mengusahakan
terciptanya keadilan.
7. Tidak terlalu bergantung pada negara lain.
8. Memberantas korupsi yang menyengsarakan hidup rakyat.
9. Mematuhi hukum.
10. Menghindari atribut-atribut tentang komunisme.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, Taufik. 2004. Katastrofi Mendunia Marxisme Leninisme Stalinisme


Maoisme Narkoba. Jakarta: Itik Infinitium
Syariah, Asy. 2016. Awas! Komunisme Bangkit Kembali. Yogyakarta: Oase Media
Tobing, K.M.L. 1986. Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville. Jakarta: PT.
Gunung Agung
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160511095859-20-129873/menilik-aturan-
hukum-dan-sejarah-komunis-di-indonesia/
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160510_indonesia_histeria
_anti_komunis.shtml
https://sakauhendro.wordpress.com/komunisme/perkembangan-komunisme/
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160511_trensosial_palu_arit
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme
https://rizkian.wordpress.com/2011/03/06/sejarah-komunis-di-indonesia/
http://miaangel88.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://guruhprasetyo09.blogspot.co.id/2014/12/komunisme.html
http://www.academia.edu/5336441/Makalah_Pemikiran_Politik_Komunisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme
https://taniosutrisno.wordpress.com/2013/01/28/perbedaan-ideologi-komunis-liberal-
dan-pancasila/
http://www.pusakaindonesia.org/makna-lima-sila-yang-terkandung-dalam-pancasila/
http://pikiran-pemuda.blogspot.co.id/2010/06/komunisme.html
http://m.kompasiana.com/gedeadipranata/komunis-masihkah-ancaman-
pancasila_5528e65e6ea834f3278b45a5
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/05/10/o6ysta383-pemerintah-
ingatkan-paham-komunis-masih-dilarang-di-indonesia
http://m.kompasiana.com/indra.wibisana/mengapa-komunisme-tidak-cocok-
diterapkan-di-indonesia_5520ef55a333119f4646d2f6
http://www.panjimas.com/citizens/2015/08/13/sepak-terjang-pki-dari-masa-ke-masa/

26
http://pedulifakta.blogspot.co.id/2014/06/kebangkitan-komunis-indonesia-
dalam.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Soeharto
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_di_Indonesia_1965–1966
http://m.detik.com/news/berita/3206373/ini-penjelasan-kapolri-soal-lambang-palu-
arit-yang-dilarang-di-indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
http://m.dw.com/id/palu-arit-penampakan-yang-menghantui-indonesia/a-18707349
https://sakauhendro.wordpress.com/komunisme/perkembangan-komunisme/
http://nasional.kompas.com/read/2016/05/12/12192611/Setara.Propaganda.Kebang
kitan.Komunisme.Modus.Lama.Bungkam.Kebebasan

27

Anda mungkin juga menyukai