Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TENTANG PKI MADIUN


KELOMPOK 1:
XII IPA 6

1. AFRANIPA EKA PUTRI


2. ALFIA NUR MUTMAINA
3. NABIL PAMUNGKAS
4. NIKITA ADELIA
5. RIZKI RYAN GUNAWAN
SMA NEGERI 2 KOTA JAMBI
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang terjadinya pemberontakan PKI Madiun 1948 adalah


karena adanya kekecewaan terhadap hasil Perjanjian Renville yang
disepakati pada 17 Januari 1948. Perjanjian ini dianggap merugikan
Indonesia, karena perjanjian ini membuat dikuasainya banyak
wilayah oleh Belanda.

B. Rumusan Masalah
Apa yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan PKI madiun?
Bagaimana proses pemberontakan PKI madiun?
Bagaimana proses berakhirnya pemberontakan PKI madiun?

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dalam ilmu sosial masyarakat , serta dapat memberikan
informasi tentang sejarah Negara dimasa silam mengenai PKI
madiun.

BAB II
PEMBAHASAN
“ Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun”
Peristiwa pemberontakan PKI Madiun bisa dibilang dimulai dari
adanya perubahan gerakan komunis internasional dan yang
menjadi pemimpinnya adalah Stalin. Perubahan itu membuat
munculnya dua kubu dalam gerakan komunis. Pertama kubu
imperialis dan anti dengan demokrasi serta yang menjadi
pemimpin dari kubu ini adalah Amerika Serikat. Kedua, kubu
anti imperialis tetapi demokratis, pemimpin dari kubu ini
adalah negara Uni Soviet.
Dengan adanya pembagian kubu tersebut membuat negara-
negara yang telah menjadi anggota komunis mulai berganti
arah. Di sisi lainnya, PKI mulai merancang sebuah strategi
dengan cara mengikuti rancangan tentara merah Uni Soviet.
Rancangan tersebut digagas oleh menteri pertahanan, Amir
Syarifudin yang sekaligus orang yang ikut andil dalam kelahiran
PKI. Namun, dua Jenderal besar Indonesia, Jenderal Soedirman
dan Jenderal Oerip Soemohardjo menolak sebuah gagasan yang
dikeluarkan oleh Amir Syarifudin. Mereka beranggapan bahwa
tentara rakyat dan tentara pejuang adalah Tentara Republik
Indonesia (TRI) dan bukan tentara yang menggunakan konsep
dari negara luar, yaitu tentara merah.
Amir Syarifudin tak menyerah begitu saja, ia mulai
mengembangkan idenya agar PKI ini meluas dengan cara
membuat suatu pendidikan politik tentara dalam bentuk
sebuah lembaga. Menteri pertahanan, Amir Syarifudin mulai
memberikan ajaran dan pemahaman komunis pada anggota
tentara. Selain itu, ia juga memberikan pangkat militer agar
para anggota tentara lebih yakin untuk mengikuti pendidikan
politik tentara. Akan tetapi, paham komunis yang ingin
disebarkan melalui angkatan bersenjata ternyata digagalkan
oleh dua Jenderal besar Indonesia, yaitu Jenderal Soedirman
dan Jenderal Oerip Soemohardjo.
Penyebaran paham komunis, mulai mengalami kemunduran
karena kabinet Amir Syarifudin mengalami penolakan dari KNIP
setelah perjanjian Renville terjadi. Dengan penolakan tersebut,
maka kabinet yang dirancang oleh Amir Syarifudin tidak
mengalami kemajuan, bahkan mendekati kata gagal. Amir
Syarifudin tak menyerah untuk menyebarkan paham komunis,
ia mulai mencari partai yang pro dengan paham komunis agar
bergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).
Di tengah-tengah kehadiran FDR di Indonesia, ada seorang
tokoh komunis yang sudah melarikan diri datang kembali ke
Indonesia dan tokoh itu bernama Muso. Setelah kehadirannya
ini, Muso mulai memegang kendali untuk mengendalikan
pemahaman komunis di Indonesia. Hingga pada akhirnya,
Muso menjadi ketua dari Comite Central Partai Komunis
Indonesia (CC PKI). Jabatan ketua di komite ini sebelumnya
dijabat oleh Sardjono.
Muso juga membuat sebuah struktur kepengurusan, yaitu
Amir Syarifudin yang diangkat menjadi sekretaris yang
mengurus bidang pertahanan, Suripso yang memegang kendali
segala urusan luar negeri, M.H. Lukman memimpin sekretariat
agitrasi dan propaganda. D.N. Aidit yang diberikan tugas untuk
mengurusi segala hal tentang buruh, dan Njoto yang menjabat
sebagai wakil PKI.
Setiap anggota yang memiliki jabatan di PKI mulai
mengembangkan paham komunis dengan cara melakukan
pidato-pidato ke beberapa daerah seperti Solo, Sragen,
Madiun, dan Yogyakarta. Setiap pidato yang dilakukan oleh
para kepengurusan PKI bertujuan untuk menjatuhkan derajat
pemerintah Republik Indonesia. Mereka (kaum PKI), juga
mengancam kepada aparatur pemerintah seperti kepala desa
agar bergabung ke PKI.
Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan di
negara Indonesia dimulai dari daerah Madiun, Jawa Timur.
Mereka melakukan pemberontakan ini dimulai dari pukul 03.00
yang ditandai dengan tembakan pistol sebanyak tiga kali. Ketika
suara tembakan tersebut, mereka (PKI) mulai melakukan
gerakan non-parlementer. Bahkan, bukan hanya gerakan non-
parlementer saja yang dipimpin langsung oleh PKI, tetapi ada
gerakan pelucutan senjata. Hingga pada akhirnya PKI berhasil
menguasai kota Madiun, mulai dari kantor polisi, bank, kantor
telepon, dan kantor pos.
Penyebaran paham komunis, mulai mengalami kemunduran
karena kabinet Amir Syarifudin mengalami penolakan dari KNIP
setelah perjanjian Renville terjadi. Dengan penolakan tersebut,
maka kabinet yang dirancang oleh Amir Syarifudin tidak
mengalami kemajuan, bahkan mendekati kata gagal. Amir
Syarifudin tak menyerah untuk menyebarkan paham komunis,
ia mulai mencari partai yang pro dengan paham komunis agar
bergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).
Di tengah-tengah kehadiran FDR di Indonesia, ada seorang
tokoh komunis yang sudah melarikan diri datang kembali ke
Indonesia dan tokoh itu bernama Muso. Setelah kehadirannya
ini, Muso mulai memegang kendali untuk mengendalikan
pemahaman komunis di Indonesia. Hingga pada akhirnya,
Muso menjadi ketua dari Comite Central Partai Komunis
Indonesia (CC PKI). Jabatan ketua di komite ini sebelumnya
dijabat oleh Sardjono.
Muso juga membuat sebuah struktur kepengurusan, yaitu
Amir Syarifudin yang diangkat menjadi sekretaris yang
mengurus bidang pertahanan, Suripso yang memegang kendali
segala urusan luar negeri, M.H. Lukman memimpin sekretariat
agitrasi dan propaganda. D.N. Aidit yang diberikan tugas untuk
mengurusi segala hal tentang buruh, dan Njoto yang menjabat
sebagai wakil PKI.
Setiap anggota yang memiliki jabatan di PKI mulai
mengembangkan paham komunis dengan cara melakukan
pidato-pidato ke beberapa daerah seperti Solo, Sragen,
Madiun, dan Yogyakarta. Setiap pidato yang dilakukan oleh
para kepengurusan PKI bertujuan untuk menjatuhkan derajat
pemerintah Republik Indonesia. Mereka (kaum PKI), juga
mengancam kepada aparatur pemerintah seperti kepala desa
agar bergabung ke PKI.
Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan di
negara Indonesia dimulai dari daerah Madiun, Jawa Timur.
Mereka melakukan pemberontakan ini dimulai dari pukul 03.00
yang ditandai dengan tembakan pistol sebanyak tiga kali. Ketika
suara tembakan tersebut, mereka (PKI) mulai melakukan
gerakan non-parlementer. Bahkan, bukan hanya gerakan non-
parlementer saja yang dipimpin langsung oleh PKI, tetapi ada
gerakan pelucutan senjata. Hingga pada akhirnya PKI berhasil
menguasai kota Madiun, mulai dari kantor polisi, bank, kantor
telepon, dan kantor pos. Tak sampai disitu saja, PKI sangat
berkeinginan agar seluruh Indonesia mengetahui bahwa kota
Madiun sudah dikuasai olehnya. PKI ingin mengumukan bahwa
kota Madiun sudah menjadi kota yang akan berdiri sendiri atau
berpisah dari negara Republik Indonesia. Untuk melakukan hal
itu, PKI mulai menguasai Radio Republik Indonesia (RRI) dan
Gelora Pemuda.
Para TNI yang mendengar kabar ini langsung bertugas agar
pemahaman komunis tidak berkembang lebih luas. Namun,
pada tanggal 19 September 1948, Muso (ketua PKI) mulai
membuat Front Nasional, sehingga kota Madiun diambil alih
oleh PKI. Diambilnya kota Madiun dikarenakan pasukan TNI
tidak sudah dipojokkan oleh para kaum PKI.
Terlalu banyak korban jiwa atas peristiwa pemberontakan
PKI Madiun membuat pemerintah Republik Indonesia membuat
suatu rencana untuk mencari jalan tengah dari konflik ini. Maka
dari itu, rakyat diberikan kesempatan untuk memiliki
kepemimpinan kepala negara, ingin dipimpin oleh Muso atau
dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.
Pada akhirnya, masyarakat Indonesia lebih memilih Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dipimpin oleh Soekarno
dan Moh. Hatta. Dengan dipilihnya Soekarno, maka Soekarno
mengambil sikap melalui pemerintahan Indonesia untuk
memberantas PKI dan antek-anteknya.
Dampak Pemberontakan PKI Madiun
1.Pembangunan Terganggu
2. Banyak Masyarakat Yang Merasa Tidak Aman
3. Banyak Masyarakat Yang Meninggal Dunia
4. Aktivitas Terganggu

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam
pembahasaan ini adalah sebagai berikut:
Kesimpulan
Adanya pemberontakan yang terjadi di Madiun yang
dilakukan oleh para anggota atau antek-antek Partai
Komunis Indonesia (PKI) membuat banyak sekali korban
jiwa. Bukan hanya itu saja, kemunculan PKI yang semakin
berkembang di masa itu membuat masyarakat Indonesia
terbagi menjadi dua kubu, ada yang ingin negara
Indonesia dipimpin oleh Muso dan ada juga yang ingin
dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.

Banyaknya korban jiwa ini bukan hanya berasal dari kaum


komunis saja, tetapi dari negara Indonesia (bukan
anggota PKI). Maka dari itu, pemberontakan PKI Madiun
bisa dikatakan sebagai salah satu masa kelam yang
pernah dialami oleh negara Indonesia. Hingga saat ini,
peristiwa Madiun masih memunculkan luka dan
kebencian bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama
bagi mereka yang mengalami masa-masa kelam tersebut.

Anda mungkin juga menyukai