Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan di sekitar kita adalah sumber kehidupan bagi manusia.
Bagaimana tidak, jika tiap hari manusia menghirup udara, merasakan kehangatan
sinar matahari, mencicipi kesegaran air, dan senantiasa dapat menikmati sejuknya
embun pagi. Sungguh, semuanya itu diciptakan Allah dengan maksud yang agung
dan tanpa ada kesia-siaan sedikit pun. Lingkungan yang sehat akan terwujud
apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik. Adanya permasalah
lingkungan yang terjadi akan memberikan dampak pada seluruh permukaan planet
bumi sehingga tidak ada satu negarapun yang luput dari dampak tersebut, karena
dampak dari perubahan lingkungan melampaui batas administrasi dan geo-politik
suatu negara serta tidak memandang negara penyebab atau sumber kerusakan.
Masalah Iingkungan sudah ada sejak dahulu kala, tetapi dampaknya yang
lebih luas mulai dirasakan pada dasawarsa 1950-an, akibat dari berkembangnya
teknologi. Masalah Lingkungan perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai
Permasalahan Lingkungan secara Global dan secara Nasional. Kerusakan
lingkungan juga mengakibatkan kerusakan kehidupan, contohnya smog, asap
menyerupai kabut yang berasal dari buangan mobil dan pabrik yang kemudian
bereaksi dengan matahari, akan menganggu kesehatan (sistem pernafasan).
Beberapa hal pokok yang menyebabkan timbulnya masalah lingkungan antara lain
adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas dan
kuantitas limbah, adanya pencemaran lintas batas negara.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
diantaranya :
1. Apa saja permasalahan lingkungan secara Global ?
2. Apa saja permasalahan lingkungan secara Nasional ?
3. Apa saja permasalahan lingkungan yang ada di (Kota Tarakan) Kalimantan
Utara ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja permasalahan lingkungan secara
Global.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja permasalahan lingkungan
secara Nasional.
3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan lingkungan yang ada di (Kota
Tarakan) Kalimantan Utara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Lingkungan
Pertambahan penduduk setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan hidup juga
yang meningkat. kebutuhan hidup bagi setiap individu maupun kelompok sosial itu
berbeda-beda, sehingga akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Dengan kata
lain masalah lingkungan muncul karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan
baik secara perorangan maupun sosial. Menurut James dan Stapp, dalam Hilmi dan
Romlah (2005) masalah dapat diartikan segala sesuatu yang merintangi atau
menghalangi keinginan manusia. Masalah juga merupakan kesenjangan antara
kenyataan dan harapan atau ekspektasi yang semestinya didapatkan. Masalah
lingkungan adalah kondisi-kondisi dalam lingkungan biofisik yang menghalangi
pemuasan atau pemenuhan kebutuhan manusia untuk kesehatan dan kebahagiaan.
Masalah lingkungan sendiri pada hakikatnya dapat didefinisikan secara mendasar
sebagai “perubahan dalam lingkungan hidup secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat menyebabkan akibat negatif terhadap kesehatan dan
kesejahteraan manusia”. Lingkungan yang tercemar secara langsung atau tidak
langsung, lambat laun akan mengakibatkan kerusakan lingkungan
(Martyanto,2012). Jadi, dapat disimpulkan bahwa permasalahan lingkungan adalah
perubahan yang terjadi terhadap lingkungan yang di gunakan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal,
nasional, dan global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari
permasalahan lingkungan tersebut, dampaknya terjadi pada lokal, nasional, atau
global.
B. Masalah Lingkungan Secara Global
Masalah lingkungan saat ini menjadi salah satu isu yang paling sering dibahas
baik oleh pemerintah, peneliti maupun badan organisasi di level internasional
maupun lokal. Beberapa masalah lingkungan global antara lain:
1. Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara
global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur

3
daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak
yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya.(Muhi, Ali Hanapiah, ). Pemanasan global
(global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur
global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisigas karbondioksida (CO 2), metana
(CH4), dinitrooksida ( N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam
atmosfer bumi.(Surakusumah, Wahyu. 2009).
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya
flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak
bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : gangguan terhadap fungsi
kawasan pesisir dan kota pantai, gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana
seperti jaringan jalan, pelabuhan, dan bandara, gangguan terhadap permukiman
penduduk, pengurangan produktivitas lahan pertanian, peningkatan resiko kanker
dan wabah penyakit, dsb). (Surakusumah, Wahyu. 2009).

Gambar 1. Sumber : Google


2. Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ozon adalah lapisan konsentrasi molekul ozon yang terdapat di
stratosfer. Ozon adalah senyawa kimia yang terdiri dan 3 atom oksigen (O3). Sekitar
90% dari ozon yang ada di bumi terdapat di lapisan ozon. Di lapisan atmosfer (dekat
permukaan bumi) ozon dapat mengganggu kesehatan, tetapi di lapisan stratosfer
ozon akan melindungi mahluk hidup dan sinar ultra violet yang dipancarkan oleh

4
matahari. Berlubangnya lapisan ozon mengakibatkan semakin banyak radiasi yang
mencapai permukaan bumi. Untuk manusia, paparan sinar UV yang berlebihan
dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan memperlemah sistem kekebalan
tubuh. Peningkatan radiasi UV juga mengakibatkan berkurangnya hasil panen dan
gangguan pada rantai makanan di laut. Berlubangnya lapisan ozon sebagian besar
disebabkan oleh CFC (Chloro fluoro carbons), HCFC (Hydro chloro fluoro
carbons), HF (Hydro fluoro carbons) , dan PFC (Per fluoro carbon) . Gas-gas ini
biasanya digunakan pada AC dan lemari esmisi dari industri energi, semen, pulp
dan kertas. Peristiwa berlubangnya ozon karena CFC melalui urutan sebagai
berikut: CFC terlepas dari sumber dan naik ke stratosfer, sinar matahari memecah
CFC sehingga menjadi atom klorin yang kemudian menjadi penyebab rusaknya
lapisan ozon. (Surakusumah, Wahyu. 2009).

Gambar 2. Sumber : Google


3. Hujan Asam
Hujan asam adalah istilah yang secara luas digunakan untuk campuran materi
asam nitrit dan asam sulfit baik secara basah dan kering dari atmosfer melebihi
jumlah normal. Penyebab atau unsur kimia pembentuk dari hujan asam berasal dari
sumber-sumber alami seperti kegiatan vulkanik dan vegetasi yang terurai, maupun
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, yang terutama berasal dari sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen oksida (NO) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Unsur-
unsur kimia asam dapat berupa hujan yang mengandung asam, fog (kabut asap),
dan salju. Jika unsur-unsur asam di udara tertiup angin dimana kondisi cuaca
lembab, unsur kimia tersebut akan jatuh ke tanah dalam bentuk hujan, salju, fog,

5
atau kabut. Setelah jatuh ke bawah dan mengalir akan mempengaruhi bermacam-
macam tanaman dan hewan.
Pada area dengan cuaca kering, unsur kimia asam dapat berupa debu atau asap
dan jatuh ke tanah dalam bentuk deposisi kering, menempel ke tanah, gedung,
rumah, mobil dan pepohonan. Partikel gas dan padat bersifat asam ini dapat terbilas
air hujan dan jatuh sebagai air limpasan yang mengandung asam. Sekitar separuh
dari keasaman di atmosfer turun ke tanah dalam bentuk deposisi kering.

Gambar 3. Sumber : google


4. Pertumbuhan Populasi
Pertambahan penduduk dunia yang mengikuti pertumbuhan secara
eksponensial merupakan permasalahan lingkungan. Pertumbuhan penduduk akan
menyebabkan peningkatan kebutuhan sumber daya alam dan ruang. Dampak
pertumbuhan penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan sumber
daya alam dan ruang. Untuk kebutuhan sumber daya alam dapat menyebabkan over
eksploitasi sedangkan kebutuhan ruang menyebabkan terjadinya pengalihan lahan
dari hutan atau daerah hijau menjadi lahan pemukiman (Surakusumah, Wahyu.
2009).

6
Gambar 4. Sumber : Google
5. Penurunan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah keberagaman spesies mahluk hidup.
Keanekaragaman hayati tidak hanya mewakili jumlah atau presentasi spesies yang
ada disuatu wilayah, meliputi juga keunikan antar spesies, gen serta ekosistem yang
merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Penurunan keanekaragaman
hayati sekarang sudah menjadi isu global yang di bahas dalam beberapa konvensi
dunia. Dampak penurunan keanekaragaman hayati adalah karena keanekaragaman
hayati ini mempunyai potensi yang besar bagi manusia baik untuk kesehatan
(sumber bahan obat), Sumber pangan dan mempunyai potensi ekonomi.
(Surakusumah, Wahyu. 2009).
6. Pencemaran limbah B3
Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan B3
dapat diartikan “Semua bahan atau senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat
sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”. Limbah B3 di identifikasi sebagai bahan
kimia dengan satu atau lebih karakteristik:
a. Mudah meledak d. Beracun
b. Mudah terbakar e. Penyebab infeksi
c. Bersifat reaktif f. Bersifat korosif.
Limbah B3 merupakan bahan berbahaya dan beracun yang penananganannya
harus secara khusus dengan Konsep from Cradle to grave. Kondisi sekarang limbah
B3 tidak berdampak lokal saja karena terjadi kegiatan pemindahan limbah B3 antar

7
negara bahkan ada yang membuang di laut lepas. Hal tersebut menyebabkan isu
tentang limbah B3 menjadi isu global karena bisa berdampak kepada semua negara
apabila pembuangan limbah B3 di laut lepas terjadi kebocoran atau pembuangan
limbah B3 ke teretori negara lain. Dampak limbah B3 bersifat akut sampai kematian
bagi mahluk hidup. (Surakusumah, Wahyu. 2009).

Gambar 5. Sumber : Google


C. Masalah Lingkungan Secara Nasional
Keadaan dan masalah lingkungan pada tingkat nasional didahului oleh uraian
mengenai keadaan dan masalah kependudukan yang secara global merupakan
penyebab utama dan munculnya masalah lingkungan tersebut. Masalah
kependudukan di Indonesia ditandai oleh laju pertumbuhan penduduk relatif masih
tinggi, penyebaran penduduk belum berimbang, dan mutu kehidupan penduduk
secara umum masih perlu ditingkatkan. Hal demikian dibarengi oleh berbagai pola
dan langkah pembangunan yang cenderung:
1. Merusak atau mengganggu sistem pendukung kehidupan manusia
2. Menciptakan ancaman dan bahaya buatan manusia dalam bentuk berbagai
sumber bencana.
3. Berlanjutnya dampak dan resiko lingkungan ini pada generasi masa datang
4. Makin lemahnya struktur dan fungsi organisasi sosial masyarakat dalam
berperan serta dalam mendukung kegiatan pembangunan maupun mengelola
lingkungan. (Tim MKU PLH, 2014)
Masalah lingkungan nasional (lokal) yang ditimbulkan juga menimbulkan
kerusakan pada alam, yaitu :
a. Kerusakan Hutan Tropis

8
Kerusakan disebabkan penjarahan yang dilakukan secara terang-terangan
menyebabkan hutan-hutan rusak parah. Disamping penjarahan kerusakan juga
diakibatkan karena kebakaran baik karena faktor alam maupun ulah manusia
yang tidak bertanggung-jawab. Luas daratan Indonesia mencapai 190,47 juta Ha,
terbagi atas Kawasan Hutan Negara seluas 130,61 juta Ha (69%) dan areal
penggunaan lain seluas 59,86 juta Ha (31%). Kawasan hutan negara terbagi atas
hutan konservasi (21,17 juta Ha), hutan lindung (32,06 juta Ha), hutan produksi
(77,37 juta Ha) (Kementerian Kehutanan, 2012). Di dalam Pasal 4 ayat (1) UU
NO. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dikemukakan, semua hutan di dalam
wilayah republik indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di
dalam Pasal 38 UU NO.41 Tahun 1999:
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam KawasanHutan Produksi
dan Kawasan Hutan Lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan tersebut dapat dilakukan tanpa mengubah
fungsi pokok kawasan hutan.
(3) Penggunaan kawasan hutan untuk Pertambangan dilakukan melalui Ijin
Pinjam Pakai oleh Menhut. Pada kawasan Hutan Lindung dilarang melakukan
penambangan dengan pola pertambangan terbuka.
(4) Pemberian ijin pinjam pakai yang berdampak penting dan cakupan luas
serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan DPR
Implementasi instrumen perundangan secara konsisten telah menurunkan laju
deforestasi di Indonesia. Tingkat deforestasi terbesar terjadi pada awal era
reformasi(1996-2000), yang mencapai 3,51 juta Ha per tahun. Laju deforestasi
berangsur-angsurdapat diturunkan sehingga tinggal 0,45 juta Ha pada tahun
2009-2011. Tingkat deforestasi sejak tahun 1990 sampai dengan 2011. (Tim
MKU PLH, 2014)

9
Gambar 6. Sumber : Google
b. Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang adalah suatu tumbuhan dan hewan yang berada di daerah
perairan laut dangkal. Fungsi terumbu karang sebagai :
1) Penahan gelombang sehingga erosi tepi pantai dapat dikurangi
2) Tempat tinggal tetap atau sementara bagi berbagai jenis hewan serta tempat,
persembunyian yang paling aman bagi hewan-hewan kecil
3) Tempat tumbuhnya berbagai macam zooxantellae dan alga, sehingga pada
siang hari menghasilkan O2 yang diperlukan ikan dan mahluk hidup di
bumi,serta dapat dijadikan taman laut yang paling mengesankan.
4) Sumber penghasilan dan makanan bagi masyarakat pesisir karena potensi
perikanan terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
5) Bahan obat-obatan penyakit kanker berasal dari biota terumbu karang
6) Tujuan pariwisata yang indah dan unik
Kerusakan terumbu karang sampai kedalaman 3m di Indonesia sangat
mengkhawatirkan. Kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu
karang antara lain penangkapan udang atau ikan dengan merusak karang,
pengambilan karang untuk bangunan, pembersihan karang dari perairan pantai
untuk keperluan pariwisata. Dengan rusaknya terumbu karang maka fungsi
terumbu karang sebagai penahan gelombang, tempat tinggal banyak organisme,
potensi ekonomi dan pariwisata jelas terganggu. (Tim MKU PLH, 2014)

10
Gambar 7. Sumber : Google
c. Kerusakan hutan bakau.
Hutan bakau atau lebih dikenal dengan mangrove adalah hutan yang
tumbuh sepanjang daerah pantai atau sekitar muara sungai dan sangat
dipengaruhi pasang surut air laut. Ekosistem hutan mangrove tumbuh di daerah
pantai yang landai dan terlindung.Tempat yang paling ideal untuk pertumbuhan
hutan mangrove adalah sekitar muara dan delta sungai yang lebar dan kaya
dengan lumpur dan pasir. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, memiliki hutan mangrove yang sangat luas.
Menurut data hutan mangrove Indonesia dipekirakan 3,6 milyar hektar
khususnya di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai Kalimantan dan Irian Jaya.
Fungsi hutan bakau (Reksodihardjo dan Lilley, 1996) adalah sebagai berikut:
1) Hutan bakau merupakan sumber daya yang kaya baik dalam hal penyedia
tempat tinggal bagi binatang air seperti ikan, udang dan penyedia kayu
atau pemanfaatan daun bakau bagi binatang ternak.
2) Selama proses pembusukan, hutan bakau menjadi sumber makanan utama
untuk moluska, kepiting, cacing dan binatang-binatang kecil lainnya.
3) Sebagai pelindung dan stabilisator garis pantai dan bahaya abrasi.
4) Sebagai pengikat lumpur dalam pembentukan lahan.
5) Sebagai lahan yang digunakan untk berbagai kegiatan manusia, seperti
tempat pemancingan atau tempat wisata.
6) Buah dan daun beberapa tumbuhan bakau dapat dimanfaat nelayan
sebagai makanan dan obat, seperti di Asia Tenggara, abu rebung, dan

11
daun nipah sudah lama digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan
herpes, sakit gigi dan sakit kepala.
7) Tanaman mangrove juga merupakan penghasil madu meskipun hal ini
belum tersebut dimanfaatkan secara sempurna.
Kerusakan hutan bakau yang utama adalah alih fungsi hutan bakau
tersebut menjadi daerah tambak (Kep. Karimunjawa, Cilacap), daerah
pemukiman (Tanah Mas Semarang), perluasan objek wisata atau rekreasi.
Belum lagi penebangan hutan bakau sebagai kayu bakar atau bahan bangunan.
Polusi minyak juga mengancam tumbuhnya hutan bakau. (Tim MKU PLH,
2014)

Gambar 8. Sumber : Google


D. Masalah Lingkungan Secara Lokal di ( Kota Tarakan ) Kalimantan Utara
Masalah lingkungan yang terjadi di Kota Tarakan di antaranya adalah banjir,
populasi yang meningkat, pencemaran udara dan pencemaran air :
1. Banjir
Menurut Ramdhani, LE. 2010 Banjir adalah salah satu musibah terbesar yang
kerap kali melanda kehidupan bumi. Musibah tersebut tentu saja sangat merugikan
para korbannya. Bukan itu saja, beberapa ruas jalan yang terkena banjir juga turut
menghambat aktivitas rutin warga sekitar. Apalagi jika banjir tersebut tidak hanya
berlangsung dalam satu atau dua hari, melainkan seminggu atau bahkan lebih dari
seminggu. Hal ini tentu saja sangat merugikan warga daerah setempat karena tidak
bisa melakukan kegiatan mereka sehari-hari seperti biasanya. Faktor-faktor
penyebab terjadinya banjir sangatlah beragam. Beberapa diantaranya adalah
terjadinya kerusakan hutan yang dikarenakan eksploitasi hutan, illegal logging,
pembalakan liar, kebakaran lahan, dan lain sebagainya. Penyebab lainnya adalah

12
pembuangan sampah secara serampangan oleh masyarakat, apalagi jika membuang
di daerah sungai, maka turut memberi andil semakin parahnya banjir yang terjadi.
Selain itu, bisa juga dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara kapasitas
tampungan sungai dengan limpasan air yang masuk ke sungai. Penyebab yang
paling alamiah adalah adanya intensitas curah hujan yang tinggi sehingga jumlah
debit air yang jatuh juga sangat tinggi. Menurut Irianto, dkk. 2015 Kawasan potensi
bencana di Kota Tarakan meliputi bencana tanah longsor dan banjir:
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi: Kelurahan Karanganyar,
Sebengkok, Pamusian, Kampung Empat, Pantai Amal, Kampung Enam, dan
Mamburungan.
b. Kawasan potensi bencana banjir meliputi:
1) Kecamatan Tarakan Timur meliputi: Jalan Sungai Sesayap, Jalan Meranti,
Jalan Akasia, Jalan Bengkirai, Jalan Tengkawan,
2) Kecamatan Tarakan Tengah meliputi: Jalan Sebengkok Tiram, Jalan
Pangeran Diponegoro, Jalan Sebengkok AL, Jalan Martadinata,
3) Kecamatan Tarakan Barat meliputi: Jalan Slamet Riadi, Jalan Kenanga,
Jalan Seroja, Jalan Anggrek, Jalan Matahari, Jalan Mulawarman dan
4) Kecamatan Tarakan Utara meliputi: Jalan P. Aji Iskandar.
Bencana yang potensial terjadi di Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan
catatan Badan Nasional. Penanggulangan Bencana, adalah bencana banjir. Menurut
Kaltara Online, dalam kurun waktu tahun 2013-2014 Kota Tarakan sering terjadi
bencana banjir yang disebabkan oleh hujan lebat. Meskipun durasinya tidak
berlangsung lama, namun banjir tersebut hampir mencapai ketinggian 3 meter.
Hujan lebat juga menyebabkan bencana longsor di beberapa wilayah di Kota
Tarakan, seperti yang terliput media pada tahun 2010-2014. Dan banjir yang terjadi
pada tahun 2016 terdapat korban yang hanyut.

13
Gambar 9. Sumber : Google
2. Populasi yang Meningkat
Jumlah penduduk Kota Tarakan pada tahun 2002 menurut hasil registrasi
penduduk yang dilakukan melalui catatan administrasi kelurahan adalah sebanyak
133.768 jiwa, mengalami peningkatan sebanyak 12.183 atau 10,02% dibanding
dengan tahun sebelumnya. Menurut Syaprillah, Aditia. 2015 Kota Tarakan yang
merupakan kota pulau dengan luas daratan hanya mencapai ± 250.80 km²,
permasalahan kebutuhan lahan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
degradasi pada kawasan hutan. Keinginan untuk melestarikan hutan oleh
pemerintah daerah seringkali berbenturan dengan berbagai kepentingan untuk
meningkatan pelayanan bagi masyarakat secara umum, kondisi ini diperparah
dengan semakin pesatnya perkembangan jumlah penduduk di Kota Tarakan yang
mencapai 6,78% per tahun.
3. Hutan Lindung yang Beralih Fungsi Menjadi Perkebunan atau Pemukiman
(Perumahan)
Berdasarkan fakta dipeta dan dilapangan dalam penetapan Rencana Tata
Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW. Salah satunya, pada sejumlah
lokasi yang ditetapkan sebagai hutan kota, ada kawasan yang telah dikuasai
masyarakat hingga berpuluh tahun lamanya. Penguasaan lahan itu baik untuk
perkebunan maupun perumahan/permukiman (tumpang tindih status lahan).
Adapun kawasan lindung yang di dalamnya terdapat lahan yang dikuasai warga,
kebanyakan berada di wilayah Resort Timur (Kecamatan Tarakan Timur). lahan
yang dimiliki warga tersebut dilandasi dengan alas hak yang legal secara hukum,
seperti Surat Izin Menggunakan Tanah Negara (SIMTN), bahkan ada diantara
mereka yang sudah membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). “Jadi wilayah

14
disana, bukan lagi hutan namun kebun dan itu dapat dibuktikan dengan dasar bahwa
di lokasi itu tumbuh tanaman yang usianya puluhan tahun. Di Kecamatan Tarakan
Tengah juga terdapat permasalahan tenurial (klaim atas hak) di wilayah Resort
Tengah (Kecamatan Tarakan Tengah), utamanya pada kelurahan Kampung I / Skip
pemukiman RT 9, RT 10, RT 18, dan RT 20.Secara garis besar, di setiap RT
tersebut, terdapat banyak bangunan permanen dan semi permanen yang tak
sepantasnya ada di kawasan lindung diwilayah Kelurahan Kampung 1/Skip.
(Syaprillah, Aditia. 2015) Peningkatan jumlah penduduk dan permintaan untuk
mencukupi kebutuhan akan kayu yang tinggi. Sehingga akan berdampak yang besar
pada Lahan Hutan Lindung Pulau Tarakan terkadang mengalami kebakaran yang
secara disengaja dengan tujuan untuk membuka hutan sebagai lahan baru yang
dapat digunakan untuk kepentingan lain, seperti untuk bercocok tanam atau
dijadikan sebagai tempat tinggal atau bermukim dengan mendirikan gubuk hingga
rumah yang tak jarang bersifat permanen di area Hutan Lindung Pulau Tarakan.
Tak jarang, terjadi perambahan atau pembalakan liar, atau yang saat ini dikenal
sebagai illegal logging di wilayah Hutan Lindung Pulau Tarakan, yang
mengakibatkan wilayah hutan lindung tersebut semakin kritis keadaannya. Akibat
dari perambahan liar ini, maka sekitar kawasan Hutan Lindung Pulau Tarakan yang
berada di wilayah Gunung Selatan RT 18 Kelurahan Kampung 1/Skip semakin
kritis keadaannya. (Oviany.2014)

Gambar 10. Sumber : Google


4. pencemaran udara dan air
a. Menurut Pratiwi.2012 pencemaran udara yang terjadi kota Tarakan salah
satu penyebabnya adalah tingginya aktivitas transportasi. Emisi kendaraan

15
bermotor yang berbahan bakar bensin (premium) ataupun solar
mengeluarkan CO (Karbon Monoksida), NO2 (Nitrogen Dioksida), SO2
(Sulfur Dioksida), CO2 (Karbon Dioksida), Partikel Pb (Timbal), dan asap
fotokimia. Sehingga penyebab polusi terbesar di perkotaan dari kendaraan
bermotor. Timbal (Pb) adalah saah satu jenis zat polutan yang terdapat
dalam gas buang kendaraan bermotor tersebut. Timbal merupakan zat yang
di tambahkan ke dalam bensin meningkatkan kadar oktan bensin, dengan
tujuan agar pemakaian bahan bakar ini lebih hemat. Timbal dari gas buang
kendaraan bermotor berada di jalan raya, sehingga udara di daerah
perkotaan mengandung kadar timbal yang tinggi. Pertumbuhan kendaraan
rata-rata per tahun dari tahun 2004-2011 sebesar 9,87%. Di tambah lagi
keadaan jalanan yang tidak mengalami panjang jalan yang signitifikan.
Sehingga menimbulkan kemacetan pada jalan-jalan utama dan
terkonsentrasinya polutan di daerah-daerah padat. Menurut salah satu koran
online kota Tarakan pada tahun 2014 kota Tarakan di selimuti oleh kabut
asap yang menyebabkan jarak pandang atau visilibity mencapai 1000 meter.
Asap tersebut merupakan kiriman dari kabupaten Berau dan Tanjung Selor
yang terjadi akibat kebakaran hutan.

Gambar 11.Sumber : Google


b. Pencemaran air
Menurut Jalaludin, Andi Muhammad. 2015 bahwa dengan mengingat Kota
Tarakan hanya pulau kecil, yang diantaranya dapat diakibatkan oleh
besarnya arus urbanisasi dan pertumbuhan alami (kelahiran) penduduk Kota
Tarakan itu sendiri, yang mengakibatkan semakin banyak juga sampah yang

16
dihasilkan oleh masing-masing penduduk yang ada di Kota
Tarakan.Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia
yang menghasilkan buangan atau sampah. Pengolahan yang ada saat ini
hanya terbatas pada pengolahan sampah secara konvensional yaitu hanya
diangkut dari tempat penghasil sampah ke TPS dan kemudian hanya
dibuang begitu saja ke TPS tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Padahal aturan prosedur pengelolaan sampah yang harus dilakukan yaitu
pengumpulan sampah kemudian didaur ulang dan dibuang ke Tempat
Pembuangan Sementara, kemudian DKPP melakukan pengangkutan
sampah yang akan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir. Jumlah sampah
yang dihasilkan Kota Tarakan saatini adalah sekitar 9.675 m3/hari dan yang
masuk ke TPS adalah sekitar 6.064 m3/hari, itu berarti pengolahan sampah
yang ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPS
belum dilakukan secara optimal. Masyarakat yang kurang memahami
lingkungan banyak yang mencemarinya dengan sampah. Di kota Tarakan,
pada musim penghujan sering terjadi banjir. Salah satu penyebab banjir
tersebut adalah banyaknya volume sampah yang tidak dibuang pada
tempatnya seperti di selokan,sungai, dan tempat umum lainnya.

Gambar 12. Sumber : Google

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Permasalahan lingkungan adalah perubahan yang terjadi terhadap lingkungan
yang di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
2. Permasalahan lingkungan secara global merupakan permasalahan yang
terjadi di seluruh dunia diantaranya adalah pemanasan global, penipisan
lapisan ozon, hujan asam, pertumbuhan populasi, penurunan
keanekaragaman hayati, dan pencemaran limbah b3.
3. Permasalahan lingkungan secara nasional di dahului oleh masalah
kependudukan secara global, selain itu ada juga kerusakan hutan tropis,
kerusakan terumbu karang, kerusakan hutan bakau.
4. Permasalahan secara local yang terjadi di Kota Tarakan diantaranya adalah
banjir, populasi yang meningkat, hutan lindung yang beralih fungsi menjadi
perkebunan, pencemaran air dan pencemaran udara.
B. Saran
Permasalahan lingkungan merupakan masalah yang sangat penting, karena
menjadi masalah yang sering di temui dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
lingkungan akan semakin rusak dan tidak dapat di wariskan ke hidupan selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Hilmi, Romlah. 2005. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1955121919
80021YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/PEMBELAJARAN_PENDIDIKA
N_LINGKUNGAN_HIDUP.pdf. Diakses tanggal 23 September.2017

Surakusumah, Wahyu. 2009. Isu Lingkungan. Online :


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1972120319
99031-WAHYU_SURAKUSUMAH/isu_lingkungan.pdf . Diakses tanggal
24 September 2017
Martyanto. 2012. Bab 2. Online : http://e-journal.uajy.ac.id/1081/2/
1HK08460.pdf. Diakses tanggal 24 September 2017

Ramdhani, LE. Banjir. Online : http://journal.uny.ac.id. Diakses tanggal 24


September 2017

Tim MKU PLH. 2014. Buku Ajar PLH. Online : http://konservasi.unnes.ac.id/wp-


content/uploads/2014/02/Buku-Ajar-PLH-2014_Feb.pdf. Diakses tanggal 25
September 2017

Syaprillah, Aditya. Aspek Hukum Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan


Lindung Pulau Tarakan. Online : http://rechtsvinding. bphn.go.id/artikel
/ART%25207%2520 JRV%25204.2%2520WATER.pdf. Diakses tanggal 26
September 2017

Jalaluddin, Andi Muhammad. 2015. Peran Dinas Kebersihan, Pertamanan dan


Pemakaman dalam Pengelolaan Sampah di Tarakan. Online :
http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp content/ uploads/2015/08
/JurnalAnd MuhammadJalaludin%25200902015178 %2520(08-24-15-02-
25-30).pdf. Di akses tanggal 27 September 2017

19

Anda mungkin juga menyukai