Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN HUKUM LAMBERT-BEER

A.TUJUAN
Mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi KmnO3terhadap besarnya tegangan pada
spektrofotometer dan Menjelaskan hukum Lambert Beer.

B. DASAR TEORI
Banyaknya sinar radiasi yang diabsorbsi oleh suatu larutan analit dapat dihubungkan dengan
konsentrasi analit tersebut. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Hukum
Lambert-Beer. Pada tahun 1729 Bouguer dan tahun 1760 Lambert menyatakan bahwa apabila
energi elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu larutan maka kekuatan energi yang akan
ditransmisikan kembali akan menurun secara geometri (secara eksponensial) dengan jarak atau
panjang yang ditempuh oleh gelombang tersebut. Perhatikan gambar berikut ini. Cahaya dengan
intensitas Io melewati suatu larutan dengan konsentrasi c, dan ketebalan wadah larutan b, dan
cahaya yang keluar memiliki intensitas I.

cahaya dengan intensitas Io melewati larutan dengan ketebalan b dan konsentrasi c, sinar yang
keluar memiliki intensitas I. Dari pernyataan Lambert dan Bouguer maka kita dapat menghitung
besarnya transmitansi (T ) sinar yang telah melewati larutan tersebut dengan persamaan seperti
ini.

dimana k adalah suatu konstanta. Pada tahun 1852 Beer dan Bernard secara terpisah menyatakan
hukum yang hampir sama namun kali ini nilai T dipengaruhi oleh konsentrasi analit yang ada di
dalam larutan.
dimana k’ adalah konstanta yang baru. Dengan menggabungkan persamaan 1 dan 2 akan
diperoleh persamaan sebagai berikut,

dengan a adalah gabungan konstanta k dan k’. Disebabkan transmitansi T dinyatakan dalam
persen %T = I/Io x100 maka persamaan diatas bisa dirubah menjadi,

b biasanya dinyatakan dalam satuan cm, sedangkan a dalam satuan g/liter, a biasanya disebut
sebagai absortivitas dan nilainya bergantung pada panjang gelombang dan jenis zat. Hasil kali
antara absortivitas dengan berat molekul zat terlarut akan menghasilkan absortivitas molar, e
sehingga rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut,

atau

dengan a = L/cm.g dan e = L/acm.mol. Kedua rumus diatas menjadi dasar perhitungan untuk
analisa yang berbasis spektrometri, dan biasanya di sebut sebagai hukum Lambert-Beer atau ada
kalanya hanya disebut sebagai hukum beer. Persamaan diatas identik dengan persamaan
matematika y = mx dimana m atau gradien menunjukkan ab, y sama dengan absorbansi dan x
adalah konsentrasi. Pada dasarnya panjang tagung untuk menempatkan larutan yang dipakai
dalam analisi ini adalah 1 cm sehingga dengan mengukur nilai A pada konsentrasi analait yang
berbeda kita bisa mendapatkan absortivitas analit.
C. DATA PERCOBAAN
No Konsentrasi Kmno3 (gr/liter) Tegangan (V)

1 1 0,6

2 0,5 1

3 0,25 1,2

4 0,13 1,2

5 0,06 1,4

6 0,03 1,5

7 0,02 1,6

D. ANALISA DATA
Grafik hubungan antara konsentrasi KmnO3 dengan tegangan tersaji sebagai berikut :

Data plot grafik diatas berasal dari tabel pengamatan sebagai berikut
No Konsentrasi Kmno3 (gr/liter) Tegangan (V)
1 1 0,6
2 0,5 1
3 0,25 1,2
4 0,13 1,2
5 0,06 1,4
6 0,03 1,5
7 0,02 1,6

Besar tegangan yang diperoleh sebagai berikut :


E. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini menggunakan prinsip hukum Lambert-beer yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi cairan KmnO3 terhadap tegangan pada spektrofotometer, alat dan bahan
yang digunakan antara lain rangkaian spektrofotometer, larutan KmnO3, sebuah kotak kayu
sebagai media penguji pengaruh larutan KmnO3 terhadap intensitas cahaya pada lampu led yang
mengarah ke fototransistor, catu daya dan multimeter.
Percobaan dimulai dengan menghubungkan rangkaian spektrofotometer dengan catu daya
kemudian menentukan intensitas cahaya pada lampu led dan juga menentukan resistansi pada
fototransistor lalu menghubungkan rangkaian spektrometer pada multimeter, setelah persiapan
selesai dilakukan, memasukkan lampu led dan fototransistor yang terdapat pada spektrofotometer
kedalam dua buah lubang kotak kayu yang sejajar secara berhadapan, kemudian memasukkan
larutan KMnO3 dengan konsentrasi 1 gr/liter kedalam kotak kayu tersebut dan letaknya diantara
lampu led dan foto transistor, mengamati dan mencatat angka yang ditampilkan pada multimeter,
mengulangi percobaan dengan konsentrasi larutan KmnO3 yang berbeda sebanyak tujuh kali.
Untuk mengetahui hubungan pengaruh konsentrasi larutan dengan tegangan pada
spektrofotometer, data yang dihasilkan ditulis dalam tabel dan diplot kedalam grafik seperti
berikut :

Pada hasil plot data pada grafik memperlihatkan bahwa aliran tegangan yang tercipta paling
tinggi terdapat saat menggunakan konsentrasi larutan KMnO3 yang rendah dan aliran tegangan
yang terkecil tercipta pada konsentrasi larutan KmnO3 yang tinggi. Hal itu terjadi karena besar
kecilnya tegangan pada spektrofotometer diatur oleh kedua potensiometer yang masing-masing
terhubung dengan lampu LED dan fototransistor, prinsip yang digunakan yaitu menggunakan
tinggi rendahnya intensitas cahaya yang diterima oleh fototransisitor yang berasal dari lampu
LED, dengan tingkat resistansi pada fototransistor dan intensitas cahaya pada lampu LED yang
telah ditentukan sebelumnya dan dengan jarak yang sama, bila dinyalakan tanpa penghalang
(pada praktikum ini menggunakan larutan) maka intensitas cahaya yang diterima akan konstan
artinya tidak berubah, namun saat diberi larutan diantara fototransistor dan LED intensitas cahaya
yang diterima oleh fototransistor menjadi berkurang sehingga mengakibatkan berubahnya
tegangan listrik yang ada pada spektrofotometer, semakin pekat konsentrasi larutan yang
diberikan semakin rendah pula intensitas cahaya yang diterima fototransistor karena tingginya
penyerapan pertikel cahaya yang dilakukan oleh larutan tersebut sehingga berakibat semakin
kecil pula tegangan listrik yang dihasilkan, hal ini berlaku sebaliknya yaitu bila konsentrasi
larutan yang diberikan rendah maka daya absorbsi larutan juga rendah sehingga intensitas cahaya
yang diterima fototransistor juga meningkat berakibat meningkatnnya tegangan listrik yang
dihasilkan. Sehingga sesuai dengan ketentuan hukum lambert beer bahwa apabila energi
elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu larutan maka kekuatan energi yang akan ditransmisikan
kembali akan menurun secara geometri (secara eksponensial) dengan jarak atau panjang yang
ditempuh oleh gelombang tersebut.

F. KESIMPULAN
1. Dari grafik data dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar daya absorbsi larutan semakin
kecil intensitas cahaya yang diterima fotolistrik semakin kecil pula tegangan listrik yang
dihasilkan dan berlaku sebaliknya.

2. ketentuan hukum lambert beer bahwa apabila energi elektomagnetik diabsorbsi oleh suatu
larutan maka kekuatan energi yang akan ditransmisikan kembali akan menurun secara geometri
(secara eksponensial) dengan jarak atau panjang yang ditempuh oleh gelombang tersebut.

G. DAFTAR PUSTAKA
Pallas-Areny, Ramon.,2001,Sensor and Signal Conditioning,USA:John Wiley & Sons, Inc
dan http://kimiaanalisa.web.id/hukum-lambert-beer-perhitungan-kuantitatif-absorbsi-radiasi-
dengan-konsentrasi/
PENENTUAN KONSENTRASI NIKEL DAN
COBALT DALAM SAMPEL

A. Tujuan Praktikum

Menentukan konsentrasi nikel dan cobal dalam sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-vis, serta dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-vis.

B. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Kamis/ 24 Oktober 2013

Pukul : 09.40-12.20 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UNP

C. Teori Dasar

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban
dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).

Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada
penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media
dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible
umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat
menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara
penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah,
2005).

Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh


suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian
pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood, 1986).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi
yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar, 1990).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra,
2009).

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer
UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa
yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar
tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan
absorbansi dari larutan sampel yang diukur.

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer,


yaitu:

A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C

Dimana: A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

I0 = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Serapan molar

b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

(Tahir, 2009).

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas
adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang
diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai
serapan molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau
dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar.

Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari sama
dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi
pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai
akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang
pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan
molar dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai
absorbansi yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang
ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji.

Adapun instrument dari spektrofotometri UV-vis yaitu:

1. Sumber radiasi

Sumber radiasi pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis ada tiga macam:

1. Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada
daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 380-900 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya
memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
2. Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak
pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
3. Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang gelombang 365 nm.

2. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian
monokromator, yaitu :

1. Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di


dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

1. Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain
itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

1. Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan
dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

1. Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan


merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

3. Sel kuvet

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanya kebanyakan kuvet


adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektra yang diminati, jadi sel kaca
melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah
ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang digunakan sebagai
wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara
reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu
selalu tetap arahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila
permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya
menembus larutan. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik
dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung
dalam ruang sel dari instrument itu reprodusibel.

4. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk
angka-angka pada reader (komputer). Detektor dapat memberikan respon terhadap
radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi
substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk
menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik
menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV
pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan,
anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah
cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya, tetapi senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah
190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya
menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah
pembacaan yang salah dari pelarut.

5. Rekorder

Fungsi rekorder mengubah panjang gelombang hasil deteksi dari detektor yang
diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah
menjadi sinyal-sinyal listrik dalam bentuk spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya
dibawa ke monitor sehingga dapat dibaca dalam bentuk transmitan maupun absorbansi.

Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber sinar
dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar sampai ke
prisma untuk didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu.
Selanjutnya sinar dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang
yang diinginkan. Sinar monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap
dan diteruskan. Sinar yang diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang
diterima oleh detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk
transmitansi.

D. Alat dan Bahan

1. Alat:
 Spektrofotometer UV-vis 1 set
 Gelas kimia 100 ml1 buah
 Botol semprot 1 buah
 Spatula 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Labu takar 100 ml 1 buah
 Corong 1 buah

2. Bahan

 Kristal Ni(CH3COO)2
 Kristal Co(CH3COO)2
 Aquades
 Etanol

D. Cara Kerja

1. Pembuatan larutan standar

 Buatlah 100 ml larutan standar Ni(CH3COO)2 4000 ppm dan Co(CH3COO)24000 ppm.

2. Penentuan λmax sertakonsentrasi Ni dan Co dalam sampel

 Masing-masing larutan standar dimasukkan dalam kuvet sebanyak 20 ml.


 Masukkan larutan blanko dalam kuvet.
 100% kan transmitan dengan menggunakan blanko, bentuk spektrum lurus.
 Tentukan absorbansi masing-masing larutan standar serta absorbansi sampel pada
panjang gelombang tertentu.
 Tentukan panjang gelombang maximum masing-masing larutan standar nikel dan cobal
dengan mengamati absorbansi.
 Dari dua panjang gelombang maximum yang didapatkan, tentukan absorbansi masing-
masing larutan standar dan sampel pada panjang gelombang tersebut.
 Hitung konsentrasi nikel dan cobal dalam sampel.

E. Hasil Pengamatan

1. Spektrum blanko
2. Spektrum sampel
3. Absorbansi larutan standar nikel 4000 ppm

λ (nm) A= -log T
263 0,98701
301 0,8728
392 0,52498
510 0,13459
968 0,22496
970 0,22496

4. Absorbansi larutan standar cobal 4000 ppm

λ (nm) A= -log T
263 1,1256
301 1,7377
392 0,24909
510 0,42195
968 0,20409
970 0,20334

5. Absorbansi sampel

λ (nm) A= -log T
263 1,0149
301 1,2916
392 0,38079
510 0,28165
968 0,21328
970 0,21283

6. Absorbansi pada λmax

Zat A
λ263 λ301
Nikel (4000 ppm) 0,98701 0,8728
Cobal (4000 ppm) 1,1256 1,7377
Sampel 1,0419 1,2916
 Nikel

ANi263 = aNi263 × b × cNi263

aNi263 =

ANi301 = aNi301 × b × cNi301

aNi301 =

 Cobal

ACo263 = aCo263 × b × cCo263

aCo263 =

ACo301 = aCo301 × b × cCo301

aCo301 =

Asampel = ANi + ACo

Pada 263 nm: 1,0419 = 2,467 × 10-4CNi + 2,814 × 10-4CCo ×2,182

Pada 301 nm: 1,2916 = 2,182 × 10-4CNi + 4,344 × 10-4CCo ×2,467

Substitusikan nilai CCo ke persamaan (1)

F. Pembahasan

Praktikum kali ini tentang penentuan konsentrasi nikel dan cobal dalam sampel dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-vis. Pada awal percobaan, terlebih dahulu
dibuat larutan standar nikel asetat dan cobal asetat dengan konsentrasi 4000 ppm.
Blanko yang digunakan pada percobaan ini adalah etanol. Untuk menentukan
konsentrasi nikel dan cobal, praktikan harus menentukan panjang gelombang maximum
pada masing-masing standar, dengan mengamati nilai absorbansi yang didapatkan pada
panjang gelombang tertentu. Pada panjang gelombang maximum, nilai absorbansi
merupakan yang paling besar, yang berarti kapasitas sinar radiasi yang diserap paling
banyak pada panjang gelombang tersebut. Namun sebelum itu, nilai transmitan
di100%kan terlebih dahulu dengan menggunakan blanko etanol. Spektrum dari blanko
tersebut berbentuk garis lurus horizontal, yang menandakan blanko tersebut tidak
mengandung sampel, namun nyatanya spektrum dari blanko tidak berbentuk garis lurus
horizontal, ini disebabkan karena blanko telah terkontaminasi oleh zat lain.

Masing-masing larutan standar diukur absorbansinya pada panjang gelombang tertentu,


untuk menentukan panjang gelombang maximum dari masing-masing larutan standar
tersebut. Larutan standar nikel asetat menunjukkan penjang gelombang maximum 263
nm dengan absorbansi 0,98701, sedangkan larutan standar cobal asetat menunjukkan
panjang gelombang maximum 301 nm dengan absorbansi 1,7377. Pada masing-masing
panjang gelombang maximum ini ditentukan absorbansi kedua larutan standar dan
absorbansi larutan sampel. Dimana pada panjang gelombang maximum 263 nm,
absorbansi larutan standar nikel asetat adalah 0,98701, larutan standar cobal asetat
1,1256 dan larutan sampel 1,0429. Pada panjang gelombang maximum 301 nm,
absorbansi larutan standar nikel asetat adalah 0,8728, larutan standar cobal asetat
1,7377 dan larutan sampel 1,2916. Nilai absobansi pada masing-masing panjang
gelombang maximum ini digunakan untuk menentukan konsentrasi nikel dan cobal
melalui perhitungan. Pada hasil percobaan ini, konsentrasi nikel dalam sampel yang
didapatkan adalah 1947,886 ppm, dan konsentrasi cobal dalam sampel yaitu 1994,87
ppm.

Hasil percobaan ini mungkin saja kurang akurat, yang disebabkan karena terjadinya
kesalahan pada percobaan. Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini yaitu
kekurangtelitian dalam pembuatan larutan serta pengenceran yang kurang sempurna,
terjadinya serapan radiasi oleh sidik jari pada kuvet, sensitivitas alat, kuvet yang kurang
bersih, adanya serapan oleh pelarut, kuvet tergores, adanya gelembung udara atau gas
dalam lintasan radiasi panjang gelombang, ataupun kekurangtelitian praktikan dalam
pengamatan.
G. Kesimpulan

1. Spektrofotometri UV-vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber


radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer.
2. Prinsip kerja spektrofotometer UV-vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang
berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul
3. Pada percobaan, didapatkan panjang gelombang maksimum larutan standar nikel asetat
sebesar 263 nm, dan panjang gelombang maksimum larutan standar cobal asetat 301 nm.
4. Konsentrasi nikel dalam sampel yang didapatkan pada percobaan yaitu 1947,886 ppm,
dan konsentrasi cobal dalam sampel yaitu 1994,87 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Fatimah, S, Yanlinastuti dan Yoskasih. 2005. Kualifikasi Alat Spektrometer UV-

vis Untuk Penentuan Uranium dan Besi dalam-U30. Hasil Penelitian

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Saputra, Y.E. 2009. Spektrofotometri. http://www.chem-is-try.org. diakses tanggal 13


Desember 2009.

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Jakarta:erlangga.

Anda mungkin juga menyukai