Contents
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 9
D. HIPOTESIS .................................................................................................. 47
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sakit yang dapat memberikan rasa aman kepada pasien dalam
yang dilaksanakan terkait hal mutu pelayanan dan citra rumah sakit (Depkes,
2011 dalam Harus, 2015). Menurut Joint Commision International (JCI) ada
enam indikator Keselamatan Pasien dirumah sakit dan salah satunya adalah
sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan
sampai dengan kematian, serta juga dapat memperpanjang lama hari rawat
(Length of Stay/ LOS) di rumah sakit dan akan menambah biaya perawatan di
rumah sakit.
Menurut JCI dalam Sentinel Alert Event tahun 2015 di United States
pasien jatuh dirumah sakit menyebabkan cedera 30-50%, dan peningkatan hari
rawat rata-rata 6,3 hari. Dampak lainnya yang ditimbulkan dari insiden jatuh
dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan seperti luka robek, fraktur,
1
diagnostik lainnya. Dampak bagi rumah sakit sendiri dapat menimbulkan risiko
Amerika Serikat 100/1000 pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami jatuh
Serikat dapat merugikan pasien rata-rata sebesar $14.056/ pasien (Hpoe, 2016).
Jumlah biaya yang dikeluarkan 30% dari pasien jatuh dengan cedera serius
dapat mencapai 54.9 milyar dolar Amerika pada tahun 2020 (Karen Person et
al, 2011).
insiden di Indonesia berdasarkan jenis rumah sakit yaitu rumah sakit umum
96.6% dan rumah sakit khusus 3,33%. Jumlah insiden berdasarkan pelapor
yaitu perawat 90%, pasien 6.67%, keluarga atau pendamping 3.33%. Laporan
insiden berdasarkan akibatnya yaitu tidak ada cedera 55.17%, cedera reversible
tersebut adalah menjadi dasar bagi setiap rumah sakit untuk memastikan
2
setiap rumah sakit harus membuat standar prosedur Keselamatan Pasien yang
sakit bahwa kejadian pasien jatuh yang berakhir dengan kecacatan / kematian
medication error.
masuk ke rumah sakit dan saat pasien mengalami perubahan status klinis
(Boushon, dkk., 2018 dalam Nursalam 2014). Pengkajian risiko pasien jatuh
petugas kesehatan pada semua pasien yang menjalani rawat inap, bertujuan
dengan tidak memiliki risiko untuk jatuh dan meminimalkan atau mencegah
jumlah kejadian pasien jatuh dan cedera (Nursalam, 2014), yang mana salah
3
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
baik sehat maupun sakit mencakup seluruh proses kehidupan dan berada
pencegahan jatuh yaitu: kaji risiko jatuh pasien, lakukan intervensi risiko jatuh
berdasarkan faktor risiko yang sudah dikaji, edukasi staf dalam program
pengurangan risiko jatuh yang telah ditetapkan organisasi, edukasi pasien atau
4
perawat memberikan pengaruh yang besar karena dapat meningkatkan kualitas
bekerja. Selain itu literature review yang dilakukan oleh Wati menunjukan
unitnya pada jam kerja, sementara diluar jam kerja dilakukan oleh kepala shift
di setiap unitnya dan Koordinator Perawat Jaga (KPJ) untuk seluruh area
jatuh dengan melihat terlebih dahulu skor morse masing-masing pasien yang
pasien sebelumnya, adakah penandaan di pintu kamar dan di bed pasien untuk
yang teridentifikasi risiko tinggi terjadinya jatuh, tertutupkah side guard bed
pasien dan fahamkah pasien serta keluarga tentang risiko jatuh tersebut.
harapan pelanggan. Rumash Sakit Al Islam Bandung juga berupaya terus untuk
insiden pasien jatuh. Harapan dan target keselamatan dalam mencegah pasien
5
...
قَتَ َلَ َمن ِبغَي ِْرَ نَ ْف ًۢسا َأ َ ْوَ نَ ْفس َ َف
َساد فِى ِ ْاْل َ ْر
َض فَ َكأَنَّ َما
...
32. ... barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
Keselamatan Pasien sejak tahun 2008. Dan sesuai dengan Keputusan Menteri
(SPM) rumah sakit bahwa kejadian pasien jatuh yang berakhir dengan
kecacatan/ kematian diharapkan 100% tidak terjadi di rumah sakit. Hal tersebut
adalah sebagai berikut : pada tahun 2014 sebanyak 21 insiden dan tahun 2015
failure mode analisis pada tahun 2016 dan ditetapkannya angka kepatuhan
pencegahan pasien jatuh ke dalam indikator kunci pada tahun 2016 dengan
6
standar angka kepatuhan di atas 95% dan sampai dengan akhir tahun 2017
hampir mendekati standar. Hal tersebut tidak sejalan dengan kejadian pasien
jatuh yang masih terjadi di tahun 2017 sebanyak 18 kasus hanya turun sebanyak
18%. Dan rata-rata terjadi insiden pasien jatuh diluar jam kerja.
B. Rumusan Masalah
tidak adanya kejadian pasien jatuh serta untuk melihat keefektifan supervisi
C. Tujuan Penelitian
Bandung
D. Manfaat Penelitian
1) Rumah Sakit
7
Sebagai bahan evaluasi untuk mendorong peningkaan mutu pelayanan
2) Pasien
E. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Konsep Supervisi
a. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari kata : super (bahasa latin : di atas) dan videre (bahasa
latinَ:َmelihat).َBilaَdilihatَdariَasalَkataَasliَsupervisi,َialahَ“melihatَdariَatas”.َ
danَ berkalaَ olehَ “atasan”َ terhadapَ pekerjaanَ yangَ dilakukanَ “bawahan”َ untukَ
Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan
tugas, dimana dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
setiap perbedaan. Definisi lain tentang supervisi dikemukakan oleh Nursalam (2011
dalam Ahaddyah, 2012) yaitu upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
9
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level
seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan
atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi akan memberikan kejelasan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan,
10
umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan penghargaaan dan
follow up perbaikan).
sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas kinerja melalui pengarahan, observasi
Menurut Kron, (1987 dalam Mua, 2011) peran supervisor adalah sebagai
11
b. Unsur Pokok Supervisi
1) Pelaksana
keterampilan. Bertitik tolak dari ciri tersebut sering dikatakan bahwa keberhasilan
supervisi lebih ditentukan olah tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
atasan.
2) Sasaran
Sasaran atau objek supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
3) Frekuensi
dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik. Jika derajat
kesulitan pekerjaan yang dilakukan lebih tinggi dan mendasar, maka supervisi harus
4) Tujuan
langsung, sehingga dengan bantuan tersebut, bawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman tujuan seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan
semata-mata untuk mencapai hasil yang baik, maka jangan sampai mengambil alih
tugas bawahan.
12
5) Teknik
menetapkan penyebab masalah dan jalan keluarnya, melaksanakan jalan keluar, dan
Menurut Nursalam (2015) peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
tahunan yang tersedia dan mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai
dikelola.
13
d. Manfaat Supervisi
telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien,
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
suportif, bukan otoriter. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala.
14
sama yang baik antara atasan dan bawahan. Startegi dan tata cara supervisi
dengan perkembangan.
f. Pelaksana Supervisi
Syarat dan karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi adalah:
otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu
yang disupervisi.
g. Teknik Supervisi
a. Pengamatan Langsung
15
1) Sasaran pengamatan: hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat
b. Kerja Sama
Untuk mengatasi masalah yang ditemukan, perlu jalinan kerja sama antara
pelaksana supervisi dan yang disupervisi. Kerja sama ini akan berhasil bila ada
komunikasi yang baik antara pelaksana supervisi dan yang disupervis, serta mereka
Kuisioner ini dikembangkan oleh White & Wainstanley (2000) kemudian direvisi
lagi oleh White & Wainstanley (2011). Versi asli kuisioner ini adalah berbahasa
terbagi menjadi tiga komponen yang merupakan pengembangan dari model proctor
yaitu:
16
a. Komponen Normatif (mempertahankan kinerja dan meningkatkan
profesionalisme).
Berisi item pernyataan finding time (waktu yang tersedia dari supervisor
kepercayaan/ hubungan.
supervisor.
dilakukan oleh kepala tim, kepala shift dan kepala ruangan. Formulir (ceklist
harian) diisi saat pasien masuk ke ruang perawatan yang dilakukan oleh
penanggung jawab pasien kemudian divalidasi oleh kepala shift (jika diluar jam
kerja/ jam 14.00 sd jam 07.00) dan dilakukan oleh kepala tim serta divalidasi oleh
supervisor jika dalam jam kerja (jam 07.00 sd jam 14.00). Supervisor akan rutin
pasien risiko jatuh meliputi 1) penandaan, 2) asesmen risiko jatuh pada setiap pasien
baru dan asesmen ulang, 3) pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan risiko
17
upaya pencegahan pasien jatuh dengan protokol pencegahan pasien jatuh. Cara
melakukan Supervisi :
b. Ka.tim akan mengecek ulang pasien dengan angka risiko jatuh sedang sampai
dan tinggi pada sensus mutu harian untuk rekapitulasi pelaporan setiap akhir
bulan.
2. Risiko Jatuh
atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak direncanakan, dengan
arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya (Stanley, 2006).
Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai
yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera.
18
Menurut (Stanley, 2006) risiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat
menyebabkan subjek yang sadar menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Risiko
bahaya fisik (Wilkinson, 2011). Berdasarkan dari pengertian tersebut maka risiko
yang lebih rendah yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik (lingkungan) dan faktor
intrinsik (fisiologi) sehingga dapat menyebabkan bahaya fisik atau cedera dan
gangguan kesadaran.
Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari riwayat jatuh,
fungsi kognitif, usia atau jenis kelamin, mobilitas atau pergerakan, eliminasi, dan
obat-obatan. Faktor ekstrinsik atau faktor lingkungan terdiri dari staffing, lantai
yang licin, pencahayaan yang redup, penghalang tempat tidur, dan pengaturan
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendri
(host). Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh seperti usia diatas
19
mobilitas fisik, neoplasma, neuropati, hipotensi ortostatik, kondisi
2. Faktor Ekstrinsik
terhadap kejadian jatuh sebesar 31% (Shobha 2005, dalam Maryam, 2009).
berkontraksi pada risiko jatuh, kejadian jatuh didalam ruangan lebih sering
terjadi dikamar tidur dan toilet. Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat
pada lingkungan luar rumah, ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan tangga atau
Lingkungan yang tidak aman pada area luar seperti kondisi lantai yang
retak, jalan depan rumah sempit, pencahayaan yang kurang, kondisi teras atau
pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan, kaki kursi yang miring dan tinggi
kursi yang tidak sesuai dengan tinggi kaki dan sandaran lengan pada kursi tidak
kuat. Kamar tidur berbahaya dapat dilihat dari kondisi lantai, tinggi tempat
tidur, seprai yang tergerai dilantai, penempatan barang dan perabotan yang
mudah dijangkau, pencahayaan yang redup, dan luas area kamar untuk berjalan.
20
Kamar mandi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan atau risiko jatuh
diantaranya pencahayaan kurang, kondisi lantai licin, posisi bak dan toilet
tidak aman, dan peletakkan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia.
Lingkungan area tangga dan lorong dapat dilihat dari kondisi lantai,
pasien jatuh dapat dilaksanakan sejak pasien mendaftar di rumah sakit hingga
Akreditasi Rumah Sakit edisi satu, ada pun sasaran risiko jatuh adalah sebagai
berikut :
2. Tujuan menilai dan menilai kembali risiko secara berkala setiap pasien untuk
jatuh, termasuk potensi risiko yang terkait dengan pengobatan pasien, dan
teridentifikasi
21
a. Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk penilaian awal pasien untuk
risiko jatuh dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh perubahan
pengurangan cedera jatuh dan apapun yang terkait konsekuensi yang tidak
diinginkan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik,
harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai
rumah datar, tidak licin, besrsih dari benda-benda kecil yang susah dilihat,
22
tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga
harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah
saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk
kelainan/penurunan.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut
23
pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas
fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
Menurut Sutoto dalam KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) contoh
langkah pencegahan pasien jatuh adalah : anjurkan pasien untuk meminta bantuan
yang diperlukan, anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip, pastikan
bahwa jalur ke toilet bebas dari hambatan dan terang, pastikan lorong bebas
pasang penghalang tempat tidur, evaluasi tinggi tempat tidur, amati lingkungan
yang dianggap berpotensi tidak aman dan segera laporkan, jangan biarkan pasien
yang berisiko jatuh tanpa pengawasan, saat pasien dibawa menggunakan tempat
tidur posisi bedsideguard dalam keadaan terpasang, informasikan dan didik pasien
Intervensi yang tepat sangat dibutuhkan dalam pencegahan pasien jatuh dirumah
Rumah sakit wajib melakukan penanganan pasien dengan risiko jatuh yang
dimulai dari pengkajian awal saat pasien masuk dan pengkajian lanjutan lainnya
saat pasien dirawat di rumah sakit. Faktor-faktor yang sangat berkaitan dengan
risiko jatuh di rumah sakit adalah pengkajian yang tidak adekuat, kegagalan
pasien, orientasi staf yang tidak memadai, supervisi dan keterampilan serta
24
d. Intervensi risiko jatuh
Intervensi umum yang dilakukan oleh setiap tim kesehatan seperti biasakan
pasien dengan lingkungan yang baru dirumah sakit, pastikan bel dapat dijangkau
pasien, memiliki pegangan yang kokoh di kamar mandi, ruang dan lorong, tempat
tidur dalam posisi rendah, pastikan tempat tidur dalam posisi sideguard dan roda
terkunci, pastikan cahaya tidak redup, pastikan lantai tidak licin, komunikasikan
risiko jatuh pasien pada anggota keluarga (Joint Commission International, 2014).
jatuh :
peralatan perlengkapan atau furniture dari kamar dan lorong; (b) menjauhkan
dan mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon; (c) bersihkan semua
tumpahan di kamar pasien atau di lorong segera; (d) tempatkan tanda untuk
(c) memasang dua sisi pengaman tempat tidur pasien; (d) kunci roda tempat
tidur, tandu, & kursi roda; (e) menghindari hambatan akses menuju ke toilet;
(f) tempatkan alarm panggilan dan benda yang sering dibutuhkan pasien ke
tempat yg dapat di jangkau pasien; (g) respon segera jika terdengar alarm
25
panggilan; (h) ajarkan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan yang
Ikuti intervensi risiko jatuh rendah, ditambah : (a) pantau & membantu pasien
tempat tidur pasien, kebersihan pribadi dan ke toilet yang sesuai untuk pasien;
Ikuti intervensi risiko jatuh rendah dan sedang, ditambah : (a) Tetap dengan
pasien saat pasienke toilet; (b) Mengamati pasien 60 menit; (c) Ketika pasien
evaluasi dan jika diperlukan lakukan tindakan pencegahan ketat berikut: (a)
(b) aktifkan alarm tempat tidur atau kursi; (c) pemantauan dengan perbandingan
pendamping pasien, mengajak keluarga untuk terlibat dan berperan aktif dalam
risiko jatuh pada saat masuk rumah sakit, jelaskan program pencegahan dan
26
didik keluarga dalam mengenal dan memahami komunikasi visual risiko jatuh,
visual yang ada di kamar pasien serta gelang berwarna kuning yang digunakan
pasien. Semua keluarga juga pengunjung harus dididik dalam mengenali dan
memahami simbol tersebut serta cara mendapatkan bantuan dari staf jika
Pengkajian awal dan harian individu untuk risiko jatuh sangat penting untuk
identifikasi klien yang berisiko jatuh (Potter&Perry, 2013). Faktor risiko yang harus
dikaji untuk mengetahui pasien berisiko jatuh atau tidak adalah : faktor risiko
intrinsik (karakteristik pasien dan fungsi fisik umum, diagnosis dan perubahan fisik,
medisasi dan interaksi obat) dan faktor ekstinsik atau faktor lingkungan (tingkat
untuk jatuh yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada semua pasien yang
menjalani rawat inap, bertujuan memberikan perhatian khusus pada pasien yang
berisiko untuk jatuh dibandingkan dengan yang tidak memiliki risiko untuk jatuh
dan meminimalkan atau mencegah jumlah kejadian pasien jatuh dan cedera
27
(Nursalam, 2014). Pengkajian terhadap pasien risiko jatuh diharapkan dapat
Resiko rendah 0 – 5
Resiko sedang 6 – 13
28
ResikoَTinggiَ≥َ14
pasien dengan menggunakan pengkajian resiko jatuh (Morse Fall Scale) untuk
pasien dewasa. Pengkajian risiko jatuh Morse atau Morse Fall Scale (MFS)
merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan oleh perawat, 82,9%
perawat menilai skala ini cepat dan mudah digunakan, dan 54% meperkirakan
bahwa dibutuhkan kurang dari tiga menit untuk menilai seorang pasien (Nursalam,
2014).
a. Kotak Identitas harus diisi lengkap, meliputi : Nama pasien, Nomor Rekam
b. Kotak berikutnya diisi tanggal dan jam assesment, dan nama ruangan tempat
pasien di rawat.
1.Riwayat jatuh:
Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada riwayat
jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan menjelang dirawat.
2.Diagnosis sekunder:
Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien.
3.Bantuan berjalan:
29
Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat bantu/ dibantu, menggunakan kursi roda,
atau tirah baring dan tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali.
Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan ciri berjalan dengan kepala tegak, lengan
Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengangkat kepala saat
diseret.
Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan bangkit dari
kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengan kursi atau dengan melambung
6. Status mental:
Skor 15 jika respon pasien tidak sesuai dengan kemampuan ambulasi atau jika
respon pasien tidak realistis, dan pasien over estimate kemampuan dirinya dan lupa
keterbatasannya.
30
Tingkat risiko ditentukan sebagai berikut:
c.َSkorَ≥َ51َRisikoَTinggi,َLakukanَintervensiَjatuhَrisikoَtinggi
a.Resiko rendah :
b.Resiko sedang :
c.Resiko tinggi :
Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan Nurse Station (jika
memungkinkan)
31
SKALA SKOR SKOR
FAKTOR RISIKO
PASIEN
Ya 25
Ya 15
Kruk/ Tongkat 15
Kursi/ Perabot 30
Menggunakan Tidak 0
Infus/ Heparin/
Ya 20
Pengencer darah
Lemah 10
Terganggu 20
32
Lupa akan keterbatasan/ 15
Pelupa
Skor Total
Skorَ≥َ51َRisikoَTinggi,َLakukanَintervensiَjatuhَrisikoَtinggi
Fasilitas pendukung keselamatan pasien, dalam hal ini untuk mencegah pasien
jatuh juga tidak kalah pentingnya. Fasilitas pendukung tersebut adalah antara lain:
33
Gambar 1. Penandaan risiko jatuh : gelang pada tangan
b. Signet peringatan risiko jatuh yang ditempel pada tempat tidur pasien
34
Gambar 2. Penandaan pasien risiko jatuh pada bed
c. Signet peringatan risiko jatuh yang ditempel pada pintu kamar pasien
35
Gambar 4. Sideguard yang terpasang kuat dan media informasi yang
36
Assesmen Menurunkan Resiko Jatuh :
2.Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan
Evaluasi berapa lama respon staf terhadap panggilan pasien (toilet, makan, dll).
37
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian
Keperawatan Terhadap independen : adalah penelitian quasi kesimpulan adanya perbedaan yang
Keselamatan Pasien di Keperawatan rancangan pretest post keselamatan pasien sesudah diberlakukan
Ruang Rawat Inap RSUD test with control group supervisi reflektif interaktif (0,000), pada
38
Penerbit : Health Sciences Pasien di Analisa menggunakan
Squer, Independent
analisis multivariat
menggunakan General
Linear Model
Repeated Measure
(GLM-RM)
39
2 Hubungan Supervisi 1. Variabel Merupakan penelitian Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
dengan Penerapan Budaya independen : kuantitatif dengan hubungan antara supervisi dengan
Ruang Rawat Inap Rumah korelatif dan value = 0,006). Peran supervisi sangat
40
statistik Chi Square
test.
3. Hubungan Supervisi 1. Variabel Merupakan penelitian Hasil uji bivariat dari hubungan supervisi
Penerapan Keselamatan Supervisi menggunakan metode keselamatan pasien diruang rawat inap
Pasien di Ruang Rawat kepala ruang deskriptif analitik Rumah Sakit Paru Jember, dianalisis
Inap Rumah Sakit Paru dengan pendekatan dengan uji Chi Square dan didapatkan
2. Variabel
Jember. cross sectional. nilaiَp=0,000َ<َα=0,05َyangَmenunjukanَ
dependen :
Sampel yang diambil bahwa ada hubungan yang signifikan
Penulis : (Eka Desi Pratiwi, Penerapan
sebanyak 32 responden antara supervisi kepala ruang dengan
2015) keselamatan
dengan cara penerapan keselamatan pasien di ruang
pasien di
pengambilan total rawat inap Rumah Sakit Paru Jember.
ruang rawat
sampling. Pengumpul Supervisi merupakan kegiatan terencana
inap
41
Penerbit : Digital data menggunakan melalui aktifitas bimbingan, pengarahan,
4. Hubungan pengetahuan 1.Variabel Metode yang Hasilnya adalah terdapat hubungan yang
dengan kepatuhan perawat independen : Digunakan adalah positif signifikan antara pengetahuan
42
pencegahan resiko jatuh 2.Variabel cross sectional (potong dalam pelaksanaan standar prosedur
(2015). pelaksanaan
SPO
Penerbit : Digital
pencegahan
Repository Universitas
resiko jatuh
Diponegoro
5. Hubungan Pengetahuan, 1.Variabel Jenis penelitian yang Hasil analisis bivariat menunjukkan
Motivasi dan Supervisi independen : digunakan adalah bahwa ada hubungan yang
43
Dalam Melaksanakan pengetahuan, rancangan analitik signifikan antara pengetahuan, motivasi
Patient Safety di RSUP Dr. motivasi dan dengan pendekatan dan supervisi terhadap kinerja perawat
penerapan
program
patient safety
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODOLOGI PENELITIAN
(memakai angka absolut berupa frekuensi dan nilai relatif berupa presentase)
atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu artinya tiap subyek hanya
diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat
45
B. VARIABEL PENELITIAN
dalam penelitian ini yaitu Pencegahan resiko jatuh pasien dan variabel
confounding yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama bekerja.
oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama
bekerja.
46
C. KERANGKA KONSEP
D. HIPOTESIS
resiko jatuh
jatuh
E. DEFINISI OPERASIONAL
47
1. Variabel independen : Supervisi
adverse event.
keperawatan.
berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain - lain. Penilaian
48
mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang,
Resiko rendah 0 – 5
Resiko sedang 6 – 13
ResikoَTinggiَ≥َ14
c.َSkorَ≥َ51َRisikoَTinggi,َLakukanَintervensiَjatuhَrisikoَtinggi
1. Populasi
kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti seperti kualitas dan karakteristik
49
memberikan pelayanan keperawatan pada ruangan Darusalam 3, 4, dan 5
karakteristik yang hampir sama dan merupakan tempat yang sering terjadi
2. Sampel
persentase/ tabel Yount dimana besar populasi < 100 orang maka ditentukan
yaitu 30 orang perawat. Dalam penelitian ini setiap perawat yang dijadikan
sebagai responden.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil kuesioner supervisi dan Pencegahan resiko
2. Data Sekunder.
50
H. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1) Validitas
Keterangan:
X=Skor pertanyaan
Y=Skor total
tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika r hitung > r table pada taraf
2) Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau
kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
51
Uji konsistensi internal (reliabilitas) ditentukan dengan koefisien Cronbach
Keterangan :
>0,60-0,80=reliabel
1. Pengolahan Data
52
digunakan analisis statistik. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
a.Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
responden.
b.Coding
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
dengan setuju, 2 sama dengan tidak setuju, 1 sama dengan sangat tidak setuju.
c. Processing
Pemrosesan data atau pengolahan data pada penelitian ini dimulai dengan
tabulating skor atau melakukan entry data kasar dalam bentuk tabulasi pada
lembar kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepat
d.Cleaning data
Dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry pada
53
1) Missing data atau data yang terlewati,
Tahap selanjutnya adalah dilakukan analisis data, analisis ini bertujuan untuk
2.Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang penting untuk menjawab tujuan pokok
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat seperti dalam
konsep. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis
serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan. Teknik
silang (crosstab) disertai dengan uji Chi-Square (X2). Namun apabila hasil uji
tidak memenuhi syarat uji Chi-Square maka digunakan uji alternatifnya yaitu
54
Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik Chi-Square dan hipotesis
H0 ditolak jikaَnilaiَpَ<َdariَαَ=َ0,05.
H0 diterima jikaَnilaiَpَ≥َdariَαَ=َ0,05.
Keterangan :
J. PROSEDUR PENELITIAN
1.Tahap persiapan
Uji validitas dilakukan untuk menilai setiap item pertanyaan apakah layak
3.Tahap pelaksanaan
55
4.Tahap akhir
Sebelum pengumpulan data kuantitatif, terlebih dulu dilakukan editing data dan
coding data, processing dan cleaning data dan dilanjutkan dengan pengolahan
1. Tempat Penelitian
Bandung
2. Waktu Penelitian
L. ETIKA PENELITIAN
1. Autonomy
mengetahui dampaknya.
56
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
3. Kerahasiaan (confidentiality)
4. Beneficent (kemanfaatan)
patient safety.
responden.
6. Kejujuran
57
penelitian ini adalah termasuk inform consent dan penjelasan terkait
pengisian kuesioner.
7. Keadilan Sosial
58
DAFTAR PUSTAKA
The Joint Commission (2015) National Patient Safety Event: Preventing falls and
fall related injuries in health care facilities. Diunduh dari
https://www.Joint commission.org/sea issue 55/ pada 25 Agustus 2018
59