Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“ABSES HEPAR”

A. Definisi
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa, atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2004).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati (Sudoyo, 2006).
Abses pada hepar atau hati timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul
di bagian tubuh yang lain kemudian dibawa ke hati melalui sistem bilier, sistem
vaskuler, atau sistem limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam hepar
melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba dapat berasal
dari gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hati melalui vena porta. Abses
pada hepar akan mengganggu fungsi hati. Selain itu, perforasi abses dapat
menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura, celah pericardial, atau
peritoneal (Baradero, 2008).

B. Etiologi
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ hepar.
Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara sebagai
berikut :
a. Kandung kemih yang terinfeksi
b. Luka tusuk atau luka tembus
c. Infeksi di dalam perut
d. Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah

C. Tanda dan Gejala


a. Demam/menggigil
b. Nyeri abdomen
c. Anoreksia/malaise
d. Mual/muntah
e. Penurunan berat badan
f. Diare
g. Hepatomegali

D. Klasifikasi
Abses hepar atau hati dibagi atas dua secara umum berdasarkan penyebabnya,
yaitu abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik :
1. Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasit non patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hany sebagian individu
yang terinfeksi Enteremoeba histolyica yang memberi gejala invasif,
sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non
patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar.
E. histolytica di dalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk
vegetatif atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar
tubuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap
suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana
kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu
memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan
(Sudoyo, 2006).
2. Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan
penyebab yang terbanyak adalah E.colli. Selain itu, penyebabnya juga
adalah Streptococcus anaerob, Proteus vulgaris, dan Salmonella typhii.
Dapat pula bakteri anaerob seperti Bakteroides, Aerobakteria,
Akttinomesis, dan Streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu
dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun
aerob (Sudoyo, 2006).

E. Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Sepsis
3. Pecahnya kantong nanah akibat tidak diobati
4. Ruptur atau penjalaran langsung
F. Patofisiologi

Masuk kedalam  Vena porta


Infeksi kuman  Sistem bilier
sistem pencernaan
 Sistem arterial
hepatik

Mengalami
kerusakan Hepar
jaringan hepar

Merangsang ujung
Merangsang
saraf mengeluarkan Infeksi Peradangan/
pengeluaran sistensis
bradikinin, serotinin inflamasi hepar
zat pirogen oleh
dan prostaglandin
leukosit pada jaringan
Rongga abses yang yang meradang
Impuls di penuh cairan yang berisi
sampaikan ke SSP leukosit mati dan hidup,
bagian korteks sel hati yang mencair Melepaskan zat IL-1,
serebri serta bakteri prostaglandin E2
(pirogen leukosit dan
pirogen endogen)
Thalamus Abses pada hepar

Nyeri Metabolisme Mencapai


nutrisi menurun hipotalamus

Produksi energi Intake nutrisi menurun Reaksi


menurun peningkatan suhu
Ketidakseimbangan nutrisi tubuh
kurang dari kebutuhan
Kelemahan
tubuh
fisik
Hipertermi

Intoleransi
aktivitas
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain
hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada : Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya
pergerakan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen : Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran
ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi : Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma
e. Tomografi : Melihat kelainan di daerah posteroir dan superior, tetapi tidak
dapat melihat integritas diafragma.
f. Pemeriksaan serologi : Menunjukkan sensitifikasi yang tinggi terhadap
kuman
g. Abdominal CT Scan

H. Tindakan Umum Yang Dilakukan


1) Medikamentosa
Derivat nitromidazelo dapat memberantas tropozoit
intestinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral
atau intravena
Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut :
a) Metronidazole : 3 x 750 mg selama 5-10 hari dan ditambahkan dengan
b) Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20
hari, ditambah
c) Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hr intramuskular (maksimum 99
mg/hr selama 10 hari.)
2) Tindakan aspirasi terapeutik
a) Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c) Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
perikardium atau peritoneum
3) Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila :
a) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder
b) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal
c) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil
d) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardinal.

I. Pengkajian Keperawatan
1) Anamnesis
a) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah
sakit, dan diagnosis medis
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak muncunya keluhan dan secara
umum mencakup awitan gejalan dan bagaimana gejala tersebut
berkembang
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri didalam
perut, luka tusuk yang mengenai hepar, infeksi dan bagian tubuh lain
yang berkembang.
d) Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan
muntah, nyeri perut dibagian kanan atas, nyeri pada bahu sebelah
kanan, demam.
e) Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah menderita
yang sama atau tidak.
2) Pengkajian data dasar
a) Aktivitas/data dasar
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan masa otot/tonus
b) Sirkulasi
Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi
jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c) Eliminasi
Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya, flatus, distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap pekat.
d) Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidaak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan
dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e) Neurosensori
Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara
tidak jelas.
f) Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas,
sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri.
g) Pernapasan
Menunjukkan adanya dispnea, takupnea, pernapasan dangkal, bunyi
napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia
h) Keamanan
Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis,
angioma spider, eritema.
i) Seksualitas
Menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Penurunan tonus otot
b) Malaise
c) Anoreksia
d) Berat badan menurun
e) Nampak mual dan muntah
f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas
g) Nyeri spontan perut kanan atas
h) Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan tampak memegang
abdomen saat berjalan karena nyeri
i) Ekspresi wajah meringis
j) Suhu tubuh meningkat
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan respon tubuh terhadap infeksi dengan
mengeluarkan sustansi bradikinin, serotonin dan prostaglandin
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake nutrisi
3. Hipertermi berhubungan dengan respon tubuh terhadap reaksi peradangan
pada hepar
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
penurunan produksi energi
K. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC)
Kriteria Hasil
(NOC)
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
dengan respon tubuh tindakan 1. Kaji karakteristik
terhadap infeksi
keperawatan selama pasien secara PQRST
dengan mengeluarkan 3x24 jam nyeri 2. Lakukan manajemen
sustansi bradikinin,
berkurang atau nyeri sesuai skala
serotonin danhilang dengan nyeri misalnya
prostaglandin kriteria hasil: pengaturan posisi
1. Mampu fisiologis
mengontrol nyeri 3. Ajarkan teknis
(tahu penyebab relaksasi seperti nafas
nyeri, mampu dalam pada saat rasa
menggunakan nyeri datang
teknik 4. Ajarkan metode
nonfarmakologi distraksi
untuk mengurangi 5. Beri manajemen
nyeri) sentuhan berupa
2. Melaporkan pemijatan ringan pada
bahwa nyeri area sekitar nyeri
berkurang dengan 6. Beri kompres hangat
menggunakan pada area nyeri
manajemen nyeri 7. Kolaborasi dengan
3. Mampu medis dalam
mengenali nyeri pemberian analgesik
(skala, intensitas, secara periodik
frekuensi, dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
5. TTV dalam batas
normal
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari tindakan 1. Observasi masukkan
kebutuhan tubuh keperawatan selama makanan/minuman
berhubungan dengan 3x24 jam terjadi dan hitung kalori
keseimbangan harian secara tepat
penurunan intake pemasukan nutrisi 2. Berikan perawatan
nutrisi dengan kriteria hasil: mulut sebelum dan
1. Pemasukan nutrisi sesudah makan
yang adekuat 3. Berikan diet makanan
2. Pasien mampu tinggi kalori dan tinggi
menghabiskan protein
diet yang 4. Observasi hasil
dihidangkan laboratorium: protein ,
3. Tidak ada tanda- albumin, globulin dll
tanda malnutrisi 5. Jauhkan benda-benda
4. Nilai yang kurang enak
laboratorium untuk dipandang
normal (protein seperti urinal, kotak
total 8-8gr%, drainase, bebat dan
albumin 3,5-5,4 pispot dari pandang
gr%, globulin 1,8- pasien
3,6 gr%, Hb tidak 6. Sajikan makanan
kurang dari 10 hangat dengan variasi
gr%) yang menarik
5. Membran mukosa 7. Kolaborasi dengan
lembab dan ahli gizi terkait
konjungtiva tidak penyajian diet sesuai
pucat dengan kebutuhan
pasien
3. Hipertermi Setelah dilakukan Regulasi Temperatur
berhubungan dengan tindakan 1. Monitor suhu
respon tubuh terhadap keperawatan selama sesering mungkin
reaksi peradangan 3x24 jam pasien 2. Monitor warna dan
pada hepar menujukkan suhu suhu kulit
tubuh dalam batas 3. Monitor tekanan
normal dengan darah, nadi dan RR
kriteria hasil: 4. Catat adanya
1. Suhu tubuh dalam fluktuasi tekanan
rentang 36,7oC – darah
37oC 5. Monitor hidrasi
2. Tanda-tanda vital seperti turgor kulit
dalam batas dan kelembaban
normal membran mukosa
3. Pasien tidak 6. Monitor penurunan
mengeluh panas tingkat kesadaran
4. Pasien tidak
menggigil
5. Tidak ada 7. Monitor intake dan
perubahan warna output cairan dan
kulit dantidak nutrisi
pusing 8. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
9. Berikan kompres
hangat pada lipat
paha dan aksila
10. Tingkatkan sirkulasi
udara
11. Kolaborasi
pemberian
antipiretik dan
antibiotik sesuai
indikasi
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
berhubungan dengan tindakan 1. Bantu pasien untuk
kelemahan fisik akibat keperawatan selama mengidentifikasi
penurunan produksi 1x15 menit masalah aktifitas yang mampu
energi intoleransi aktifitas dilakukan pasien
pasien teratasi 2. Monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil : vital pasien
1. Pasien mampu 3. Bantu pasien dalam
berpartisipasi ADL
dalam aktifitas 4. Dekatkan keperluan
fisik tanpa pasien
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu
melakukan
aktifitas
sehari-hari
(ADL) secara
mandiri

Anda mungkin juga menyukai