Intan Muchtadi
1. Untuk setiap x, y, z ∈ F
x + y ∈ F, xy ∈ F
x+y =y+x
(x + y) + z = x + (y + z)
0+x=x
xy = yx
(xy)z = x(yz)
1x = x
1
x(y + z) = xy + xz
Contoh
1. Jika a + b = c + b, maka a = c.
2
Teorema 4 Misalkan a, b sebarang elemen di
F. Maka berlaku
1. a.0 = 0.
3. (−a).(−b) = a.b.
3
Definisi 6 Suatu ruang vektor V atas lapan-
gan F adalah himpunan V, yang unsur-unsurnya
dinamakan vektor, dilengkapi dengan vektor
nol 0, operasi penjumlahan vektor + dan
operasi perkalian skalar yang memenuhi
Untuk setiap u, v, w ∈ V, dan r, s ∈ F, berlaku
u+v ∈V
0+v =v
u+v =v+u
u + (v + w) = (u + v) + w
rv ∈ V
1v = v, 0v = 0
r(u + v) = ru + rv
(r + s)v = rv + sv
(rs)v = r(sv)
4
Contoh
5
4. Himpunan semua fungsi kontinu bernilai riil
terdefinisi di R, C(R, R) merupakan ruang
vektor riil.
1. 0x = 0 untuk setiap x ∈ V.
3. a0 = 0 untuk setiap a ∈ F.
6
Subruang
7
Contoh
8
Catatan:
9
Contoh
Catatan:
11
3. Span dua vektor taknol tak segaris di R3
adalah bidang yang memuat dua vektor terse-
but.
Contoh:
1. Misalkan ei = (0, · · · , 0, 1, 0, · · · , 0) ∈ F n
dengan 1 di posisi ke-i, maka {e1, e2, · · · , en}
merupakan basis bagi F n dan dinamakan
basis standar.
I = {Eij : 1 ≤ i ≤ m, 1 ≤ j ≤ n}
dimana Eij adalah matriks dengan kompo-
nen ke-ij adalah 1 dan lainnya 0, meru-
pakan basis bagi Mm×n(F ).
Teorema 22 Misalkan V ruang vektor dan B =
{v1, v2, · · · , vm} ⊆ V. Maka B bebas linier di V
jika dan hanya jika untuk setiap w ∈ V terdapat
secara tunggal skalar a1, a2, · · · , an sedemikian
sehingga w = a1v1 + a2v2 + · · · + anvn. Dengan
kata lain, w dapat dituliskan sebagai kombinasi
linier dari v1, v2, · · · , vm secara tunggal.
16
Pemetaan Linier
17
Contoh:
18
3. Misalkan A suatu matriks m×n. Maka perkalian
dengan matriks A dari kiri dapat dipandang
sebagai fungsi dari F n ke F m. Dengan kata
lain
1. T (0) = 0.
3. rk(T ) = rk(A).
20
Teorema 42 (Teorema Rank Plus Nolitas)
Misalkan T : V → W suatu pemetaan linier di-
mana V suatu ruang vektor berdimensi hingga.
Maka rk(T ) + null(T ) = dim(V ).
21
Contoh :
1. T satu-satu.
2. T pada.
23
3. rank T = dim V.
(kw1)B = k(w1)B .
24
Definisi 50 Misalkan T : V → W suatu pemetaan
linier, B = {v1, v2, · · · , vn} suatu basis terurut
untuk V, dan C = {w1, w2, · · · , wn} suatu ba-
sis terurut untuk W. Definisikan matriks m × n
[T ]B,C = (aij ) dimana untuk setiap j skalar aij
ditentukan dari
25
Matriks A = [G] yang bersesuaian dengan pemetaan
linier G : F n → F m, dapat diperoleh dengan
menentukan G dari vektor basis e1, · · · , en di
F n. Kemudian kolom ke-i matriks A adalah ko-
ordinat vektor G(ei).
Definisi 51 Misalkan T, U : V → W sebarang
fungsi, dengan V dan W ruang vektor atas F
dan a ∈ F. Definisikan T + U : V → W dengan
(T + U )(x) = T (x) + U (x) untuk setiap x ∈
V, dan aT : V → W dengan (aT )(x) = aT (x)
untuk setiap x ∈ V.
27
Teorema 56 Misalkan V ruang vektor. Mis-
alkan T, U1, U2 ∈ L(V ). Maka
2. T (U1U2) = (T U1)U2.
3. T I = IT = T.
29
Catatan:
1. T isomorfisma
3. dim(V ) = dim(W ).
D : Mn×n(F ) → F
adalah suatu fungsi bernilai skalar di Mn×n(F ).
Kita katakan D n-linier jika
33
Suatu fungsi n-linier D dikatakan berayun (al-
ternating) jika untuk setiap A ∈ Mn×n(F ) yang
memiliki dua baris identik berlaku D(A) = 0.
Setiap fungsi n-linier dan berayun D : Mn×n(F ) →
F yang memenuhi D(In) = 1 dinamakan fungsi
determinan.
34
Definisi 83 Suatu matriks persegi A = (aij )
dikatakan segitiga atas jika aij = 0 untuk i >
j, dikatakan segitiga bawah jika aij = 0 un-
tuk i < j, dan dikatakan diagonal jika aij = 0
untuk i 6= j. Dengan kata lain A diagonal jika
segitiga atas dan bawah.
36
Definisi 92 Suatu permutasi n adalah n-tuple
σ = (i1, i2, · · · , in) dimana i1, i2, · · · , in bilangan-
bilangan 1, 2, · · · , n (tidak harus berurutan). Kom-
ponen ke-j dari σ dilambangkan dengan σj .
Himpunan semua permutasi n dilambangkan
dengan Sn.
38
Lema 95 Misalkan A suatu matriks persegi dan
B diperoleh dari A dengan mengalikan satu
baris A dengan skalar k. Maka det(B) = k.det(A).
39
Teorema 99 Fungsi det : Mn×n(F ) → F yang
didefinisikan pada A = (aij ) sebagai
X
det(A) = sg(σ)a1σ1 a2σ2 · · · anσn
σ∈Sn
merupakan fungsi determinan seperti didefin-
isikan dalam Definisi 80.
40
Definisi 101 Misalkan A = (aij ) suatu ma-
triks n × n. Definisikan A(i|j), sebagai matriks
n − 1 × n − 1 yang diperoleh dari matriks A
dengan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j,
dinamakan submatriks maksimal dari A.
i=1
dan dinamakan kofaktor kolom ke-j.
41
Teorema 103 Untuk sebarang matriks A n×n
dan sebarang i, j dimana 1 ≤ i, j ≤ n, berlaku
Dn,i(A) = Djn(A) = det(A).
46
2. Misalkan r nilai karakteristik dari T, dimensi
ruang karakteristik Er dengan nilai karak-
teristik r adalah null(rIn −A) = n−rk(rIn −
A).
47
Namun, G dipandang sebagai matriks kom-
pleks dapat didiagonalkan, karena atas C, CG(X) =
(X + i)(X − i). Perhatikan bahwa
! ! !
1 i 1
G = =i dan
i −1 i
! ! !
1 −i 1
G = = −i
−i −1 −i
Hal ini menunjukkan bahwa dari basis terurut
( ! !)
1 1
B= ,
i −i
diperoleh
!
i 0
[TG]B = .
0 −i
48
Teorema 116 Misalkan T : V → V operator
liner dimana V berdimensi hingga. Maka perny-
ataan berikut ekivalen:
1. T dapat didiagonalkan
49
Keterdiagonalan
51
Teorema 128 Misalkan W1, W2, · · · , Wk subru-
ang dari ruang vektor V. Pernyataan-pernyatan
berikut ekivalen
1. V = W1 ⊕ W2 ⊕ · · · ⊕ Wk .
52
Teorema 129 Suatu operator linier T pada
ruang vektor berdimensi hingga V dapat didi-
agonalkan jika dan hanya jika V jumlah lang-
sung dari ruang-ruang eigen dari T.
53
Ruang Hasil Kali Dalam
Hasil Kali Dalam dan Norm
55
Jika a + bi ∈ C dengan a, b ∈ R, konjugat kom-
pleks dari a + bi adalah a + bi = a − bi.
57
Definisi 132 Jika A suatu matriks kompleks
m × n, definisikan adjoin dari A matriks n × m
A∗ = (Ā)t, transpos dari matriks yang berisi
konjugat unsur-unsur A.
58
Teorema 133 Misalkan V suatu ruang hasil
kali dalam. Maka untuk setiap x, y, z ∈ V berlaku
59
Untuk sebarang bilangan kompleks a + bi ∈ C,
∈ R, nilai mutlak |a + bi| adalah
dengan a, b q
bilangan riil a2 + b2.
60
Jika || || adalah suatu norm pada ruang vektor
V, dan v, w ∈ V, jarak antara v dan w (relatif
terhadap || ||) didefinisikan sebagan d(v, w) =
||v − w||. Berdasarkan sifat 2,
Contoh
1. Pada Rn definisikan
q
||(a1, a2, · · · , an)|| = a2 2 2
1 + a2 + · · · + an .
Maka ||v|| adalah jarak antara (0, 0, · · · , 0)
dengan v di Rn.
61
Untuk sifat 3, perhatikan bahwa
3. Pada Rn definisikan
63
Akibat 144 Misalkan V ruang hasil kali dalam
dengan basis ortonormal B = {v1, v2, · · · , vn}.
Misalkan T suatu operator linier pada V, dan
A = [T ]B . Maka untuk setiap i dan j, Aij =<
T (vj ), vi > .
64
Definisi 146 Misalkan V suatu ruang hasil kali
dalam dan S suatu subhimpunan dari V. Suatu
komplemen ortogonal dari S di V didefin-
isikan sebagai subruang
y = w + w0
dengan w ∈ W dan w0 ∈ W ⊥; yaitu V = W +
W ⊥. Lebih lanjut jika {v1, v2, · · · , vk } basis ortonor-
mal dari W maka
k
X
w= < y, vi > vi.
i=1
65
Akibat 148 Vektor w adalah satu-satunya vek-
tor di W yang terdekat dari y, yaitu untuk se-
tiap x ∈ W, ||y − x|| ≥ ||y − w||, dan ketidak-
samaan ini menjadi kesamaan jika dan hanya
jika x = w.
66
Adjoin dari Operator Linier
1. (T + U )∗ = T ∗ + U ∗.
3. (T U )∗ = U ∗T ∗.
4. T ∗∗ = T.
5. I ∗ = I.
Aproksimasi Kuadrat Terkecil
68
Teorema 158 Misalkan A ∈ Mm×n(F ) dan y ∈
F m. Maka terdapat x0 ∈ F n sedemikian se-
hingga (A∗A)x0 = A∗y dan ||Ax0 −y|| ≤ ||Ax−y||
untuk setiap x ∈ F n. Lebih lanjut jika rank A =
n, maka x0 = (A∗A)−1A∗y.
69
Operator Normal dan Self-Adjoint
71
Teorema 167 Misalkan T : V → V suatu op-
erator linier, dimana V suatu ruang hasil kali
dalam riil berdimensi hingga. Maka T self-
adjoint jika dan hanya jika V memiliki suatu
basis ortonormal yang terdiri dari vektor-vektor
karakteristik dari T
72
Operator Uniter dan Ortogonal
73
Teorema 171 Misalkan T operator linier pada
ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V.
Maka pernyataan berikut ekivalen
1. T T ∗ = T ∗T = I.
74
Lema 172 Misalkan U operator self-adjoint pada
ruang hasil kali dalam berdimensi hingga V.
Jika < x, U (x) >= 0 untuk setiap x ∈ V, maka
U = 0.
75
Suatu matriks riil U berukuran n × n dikatakan
ortogonal jika U U t = In, yaitu U memiliki ba-
likan dan U −1 = U t. Suatu matriks kompleks
n × n U dikatakan uniter jika U U ∗ = In, yaitu
U memiliki balikan dan U −1 = U ∗.
76
Teorema 175 Misalkan A matriks kompleks
(riil) n × n. Maka A normal (simetri) jika dan
hanya jika Aekivalen uniter (ortogonal) dengan
matriks diagonal (diagonal riil).
77
Projeksi Ortogonal dan Teorema Spektral
1. V = W1 ⊕ W2 ⊕ · · · ⊕ Wk .
4. I = T1 + T2 + · · · + Tk .
5. T = λ1T1 + λ2T2 + · · · + λk Tk .
Himpunan {λ1, λ2, · · · , λk } dinamakan spektrum
dari T, penjumlahan I = T1 + T2 + · · · + Tk dina-
makan resolusi dari operator identitas yang
diinduksi oleh T, dan penjumlahan T = λ1T1 +
· · · + λk Tk dinamakan dekomposisi spektral
dari T.
A = U ΣV ∗.
Definisi 188 Misalkan A matriks m×n dengan
rank r dan nilai singular positif σ1 ≥ σ2 ≥ · · · ≥
σr . Faktorisasi A = U ΣV ∗ dengan U dan V
matriks uniter dan Σ matriks m×n didefinisikan
seperti di atas dinamakan dekomposisi nilai
singular dari A.
80
Misalkan V dan W ruang vektor berdimensi
hingga dan T : V → W pemetaan linier dengan
rank r. Misalkan {v1, v2, · · · , vn} dan {u1, · · · , um}
basis ortonormal bagi V dan W. Misalkan σ1 ≥
σ2 ≥ · · · ≥ σr nilai singular tak nol dari T yang
memenuhi Teorema Nilai Singular. Maka
81
Pseudoinvers dari Matriks
Misalkan A matriks m × n. Maka terdapat se-
cara tunggal matriks B n × m sedemikian se-
hingga (TA)+ : F m → F n sama dengan TB .
Matriks B dinamakan pseudoinvers dari A dan
dinotasikan B = A+. Maka
(TA)+ = TA+ .
82
Pseudoinvers dan SPL
83
Teorema 193 Pandang SPL Ax = b, dengan
A matriks m × n dan b ∈ F m. Jika z = A+b,
maka z memenuhi sifat-sifat berikut :
84