Anda di halaman 1dari 39

1

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE
PENYULINGAN UAP AIR

Oleh

HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH


NIM. 070500046

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2010
2

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE
PENYULINGAN UAP AIR

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Oleh

HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH


NIM. 070500046

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2010
3

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE
PENYULINGAN UAP AIR

Oleh

HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH


NIM. 070500046

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mempero leh Sebutan Ahli
Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2010
4

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS


(Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE
PENYULINGAN UAP AIR
Nama : Hilal Annashiru Lidinillah
NIM : 070500046
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Jurusan : Pengolahan Hasil Hut an

Menyetujui,

Pembimbing Penguji

Ir. Iskandar, MP. Ir. Endang Liansyah, MP.


NIP. 195911191987101001 NIP. 196508251992031004

Mengesahkan,
Direktur
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP.


NIP. 196310281988031003

Lulus ujian pada tanggal:


5

ABSTRAK

HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH. Rendemen Minyak Atsiri Daun Jeruk


Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) Dengan Metode Penyulingan Uap Air
(dibawah bimbingan Ir. Iskandar, MP).
Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui rendemen pembuatan
minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dengan metode
penyulingan uap air.
Pembuatan contoh uji dilakukan dengan dua kali penyulingan dan tiap-tiap
penyulingan seberat 1 kg. Penyulingan pertama dihasilkan rendemen 0,16% dan
kedua 0,20% atau rata-rata 0,18%.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada penyulingan pertama
rendemen yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan rendemen pada penyulingan
yang kedua karena penyulingan pertama terdapat sedikit kebocoran pada alat
penyulingan.
6

RIWAYAT HIDUP

HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH. Lahir pada tanggal 01 Desember


1987 di Lampung. Merupakan anak ke enam dari 9 bersaudara, dari pasangan
Bapak Adzra’ie dan Ibu Asmanah (Alm).
Tahun 1994 memulai pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatah
Lampung dan lulus tahun 2000. Pada tahun yang sama melanj utkan pendidikan
ke Madrasah Tsanawiyah Al-Fatah Lampung dan lulus pada tahun 2003.
Kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Al-Fatah Lampung dan memperoleh
ijazah pada tahun 2006. Pada tahun 2007 memulai pendidikan di perguruan tinggi
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Jurusan Pengolahan Hasil Hutan.
Kegiatan akademik yang pernah dilaksanakan adalah program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PT. Citra Buana Borneo, Kota Samarinda Kalimantan
Timur.
Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, penulis mengadakan pengamatan dengan
judul Rendemen Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
dengan Metode Penyulingan Uap Air, di bawah bimbingan Bapak Ir. Iskandar,
MP.
7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang memberikan taufik, rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Maksud penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3)
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah dan Ibu serta adik dan seluruh keluarga tercinta atas semua limpahan
kasih sayang, dukungan berupa materi maupun moril dan doa yang tulus yang
telah diberikan.
2. Bapak Ir. Iskandar, MP., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dan
penyusunan Karya Ilmiah.
3. Bapak Ir. Endang Liansyah, MP., selaku Dosen Penguji Karya Ilmiyah
4. Bapak dan ibu teknisi yang telah banyak membantu dan mengarahkan dalam
pelaksanaan penelitian.
5. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya
angkatan 2007 atas segala bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiyah masih terdapat
beberapa kekurangan, namun demikian penulis berharap semoga apa yang
tertuang didalamnya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.

Hilal Annashiru Lidinillah

Kampus Sei Keledang, Agustus 2010.


8

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Risalah Jenis ............................................................................... 3


B. Minyak Atsiri ............................................................................. 4
C. Rendemen .................................................................................. 11

III. METODE PENGAMATAN

A. Tempat dan Waktu Pengamatan ................................................ 13


B. Alat dan Bahan ......................................................................... 13
C. Prosedur Pengamatan ................................................................. 14
D. Pengolahan Data ....................................................................... 16

IV. HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil .......................................................................................... 18
B. Pembahasan ............................................................................... 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 20
B. Saran ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
9

DAFTAR TABEL

Tubuh Utama
No. Halaman
1. Hasil Perhitungan Rendemen Rata-rata Minyak Atsiri
Daun Jeruk Nipis dari Dua Kali Penyulingan……………. 18
10

DAFTAR GAMBAR

Lampiran
No. Halaman
1. Pengeringan Daun Jeruk Nipis …………………………. 26
2. Alat Penyulingan Metode Uap Air ……………………….. 27
3. Minyak Atsiri yang Dihasilkan dari Daun Jeruk Nipis ..… 28
11

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,

baik yang dapat di perbaharui seperti tumbuhan kehutanan maupun yang tidak

dapat diperbaharui seperti gas, batu bara, minyak bumi, air dan lain sebagainya.

Hutan sebaga i suatu ekosistem yang tidak hanya menyimpan sumber daya

alam berupa kayu tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil

manfaatnya. Hasil hutan non kayu yang merupakan hasil sampingan dari hutan

misalnya gondorukem, rotan, obat-obatan, madu, dan minyak atsiri yang

mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi- wangian atau minyak

gosok (untuk pengobatan) alami. Minyak atsiri adalah minyak yang mudah

menguap dan diperoleh dari tanaman penghasilnya. Minyak atsiri banyak

digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap. Beberapa jenis

minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptic. Minyak atsiri dari suatu

tanaman tertentu secara umum mempunyai komposisi kimia tertentu yang pada

prinsipnya memberikan aktivitas anti mikroba yang spesifik khususnya untuk

bakteri S. aureus dan E. coli. Komposisi dari minyak atsiri sangat bervariasi dan

terdiri dari beberapa komponen yang sangat kompleks. Tetapi sebagian besar

minyak atsiri terdapat dala m bentuk terpena (Guenther, 1987).

Minyak atsiri atau minyak terbang adalah zat yang berbau wangi

merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman baik berupa daun,

ranting, buah, kulit dan lain sebagainya. Salah satu bahan baku yang dapat diolah
12

menjadi minyak atsiri yaitu daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle),

banyak sekali khasiat yang terkandung di dalamnya, salah satunya yaitu sebagai

anti bakteri.

Tujuan dilakukannya pengamatan ini yaitu untuk mengetahui rendeme n

minyak atsiri yang terdapat pada daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

dari hasil penyulingan dengan perlakuan daun kering udara. Diharapkan dari hasil

pengamatan ini dapat menjadi informasi baru tentang rendemen minyak atsiri dari

daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dengan metode penyulingan uap

air kepada pihak-pihak yang berkecimpung pada kegiatan pengolahan minyak

atsiri.
13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Risalah Jenis

Jeruk bukanlah buah asing di dalam kehidupan manusia sejak rib uan tahun

lalu. Walaupun dari ratusan jenis jeruk yang diketahui berbentuk perdu atau

pohon hanya beberapa jenis yang sudah dibudidayakan karena memiliki nilai

ekonomi tinggi, sisanya masih tumbuh secara liar atau dimanfaatkan sebagai

tanaman pembatas tana h atau tanaman sebagai pengisi lahan kosong (Guenther,

1987)

Dalam kehidupan sehari- hari, jenis-jenis jeruk seperti jeruk keprok, jeruk

manis, jeruk mandarin, jeruk sambal, jeruk nipis, serta sederajat nama lainnya lagi

berperan sangat banyak, akan tetapi dari segi manfaatnya satupun tidak ada yang

melebihi atau menyamai jeruk nipis, karena hampir pada semua ramuan obat

ataupun ramuan kecantikan, nama jeruk nipis baik air buahnya sampai kedaunnya,

umumnya tercantum sebagai salah satu ramuan (Dalimarta, 2000).

Selain itu Dalimarta, (2000) mengatakan, bahwa Jeruk nipis mengandung

banyak air dan vitamin C yang cukup tinggi. Daun, bunga dan buahnya

mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

Swingle) berkhasiat sebagai antibakteri. Biasanya jeruk nipis tumbuh dengan baik

di daerah dataran rendah yang banyak terkena sinar matahari. Pada daerah-daerah

tertentu jeruk nipis ini dikenal dengan istilah yang berbeda-beda antara lain:

Sumatera: kelanga; Jawa: jeruk pecel; Sunda: jeruk nipis; Kalimantan: lemau

nepi; Maluku: puta tebi; Buru: ahusi hisni; Flores: mudutelang.


14

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung minyak atsiri yang di

dalamnya terdapat beberapa jenis komponen antara lain sitrat, kalsium, fosfor,

besi, vitamin (A, B dan C), Sinerfin, H- methyltyramine, flavonoid, ponsirin,

herperidine, rhoifolin, dan naringin. Juga mengandung minyak atsiri limonene dan

linalool. Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan

hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat,

ketombe dan lainlain. Buah jeruk nipis dapat digunakan untuk menurunkan

panas, obat batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe, influenza, dan obat

jerawat. Getah batang ditambahkan dengan sedikit garam dapat dipergunakan

sebagai obat sakit tenggorokan. (Dalimarta, 2000).

B. Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil),

minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar

minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah

menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan

dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami (Ketaren,

1985).

Pada mulanya manusia menaruh perhatian pada pernafasan tanaman yang

berbau wangi, dan kemudian dari tanaman yang mudah rusak ditemukan adanya

senyawa kimia yang menguap. Dari hasil pengamatan ternyata pemanasan

tanaman mengakibatkan penyebab bau tadi menguap dan pada peristiwa

kondensasi dan pendinginan, terbentuknya tetesan kondensat berupa cairan yang

terdiri dari dua lapisan minyak dan air. (Guenther, 1987)


15

Beberapa sifat minyak atsiri yaitu mudah menguap pada suhu kamar tanpa

mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau

tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut di

dalam air dingin (Ketaren, 1985).

Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam- macam komponen kimia

yang berbeda, na mun terdapat empat kelompok besar yang dominan dalam

menentukan sifat minyak atsiri (Guenther, 1987) yaitu:

a. Terpen, yang ada hubungannya dengan isopentana.

b. Persenyawaan berarti lurus, tidak mengandung rantai cabang.

c. Turunan benzene.

d. Bermacam- macam persenyawaan lainnya (agak spesifik pada beberapa

species tanaman).

Ketaren (1985) menyatakan bahwa dalam tanaman, minyak atsiri

mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu:

a. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau

hewan.

b. Mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan.

c. Sebagai cadangan makanan.


16

1. Kegunaan Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau sering disebut minyak terbang banyak digunakan

dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavouring). Selain itu

minyak atsiri banyak juga digunakan dalam bidang kesehatan.

Menurut Guenther (1987) beberapa macam industri yang menggunakan

minyak atsiri dan senyawa aromatik atau campuran keduanya adalah:

a. bahan perekat (Adhesives)

b. industri makanan ternak (Animal Feet Industry)

c. industri mobil (Auto Mobile Industry)

d. industri kue dan roti (Baket goods Industry)

e. industri bumbu (Comdiment Industry)

f. obat pembasmi dan insektisida (Eksterminator and Insecticidae Supples)

g. industri cat (Paint Industry)

Mengingat banyaknya kegunaan dan industri yang memanfaatkan

minyak atsiri, maka pengusahaan minyak atsiri merupakan suatu sektor yang

dapat menunjang ekonomi suatu negara.

2. Cara Memproduksi Minyak Atsiri

Lutony dan Rahmayati (1994) mengemukakan, ada beberapa metode

yang digunakan dalam melakukan pengambilan minya k atsiri pada daun

yaitu:

a. Metode Penyulingan

Sampai sekarang metode penyulingan masih bisa digunakan para

pengrajin karena peralatan sederhana, pengoprasiannya mudah, dan biaya


17

pembuatan relatif mudah. Pengambilan minyak atsiri dengan cara ini

ternyata masih mampu menghasilkan minyak dengan mutu sesuai dengan

selera konsumen. Penyulingan ini terdiri dari 3 (tiga) metode yaitu:

1. penyulingan dengan air (Water Distillation)

2. Penyulingan dengan uap (Steam Distillation)

3. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)

b. Metode Ekstraksi dengan Pelarut

Pengambilan minyak atsiri dengan menggunakan bahan pelarut

cocok untuk mengambil minyak atsiri yang kurang stabil dan dapat rusak

oleh panas uap air. Untuk skala besar dan komersial metode ini dapat

diterapkan dan bahan pelarutnya tidak terbuang percuma karena dapat di

gunakan berulang kali. Jenis-jenis bahan pelarut yang banyak dipakai

antara lain petroleum eter, eter esotom, benzene, dan alkohol.

c. Metode Pengempaan

Proses memproduksi dengan metode pengempaan tidak banyak

dilakukan oleh para perajin minyak atsiri di Indonesia. Metode ini

biasanya dipakai untuk mendapatkan berbagai minyak jeruk seperti

minyak lemon dan orange.

3. Penyulingan Minyak Atsiri

Menurut (Guenther, 1987) ada tiga metode penyulingan, yaitu:

a. Penyulingan dengan Air (water destillation)

Pada metode ini bahan tanaman yang akan disuling mengalami

kontak langsung dengan air mendidih, bahan dapat mengapung langsung


18

diatas air atau rendaman secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan

jumlah bahan yang di suling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak

langsung antar bahan dan air mendidih, oleh karena itu sering disebut

penyulingan langsung.

Meskipun dari proses pengerjaannya sangat mudah, tetapi

penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyak

rendemen minyak yang diperoleh, contohnya terjadinya pengasaman

karena proses oksidasi.

b. Penyulingan dengan Uap (steam destillation)

Model ini disebut juga dengan uap atau penyulingan tidak

langsung. Pada prinsipnya model ini sama dengan penyulingan langsung,

hanya saja air penghasil uap tidak di isikan bersama-sama dalam ketel

penyulingan.

Dalam proses penyulingan ini uap dialirkan melalui pipa uap

berlingkar yang berpori berbeda dibawah bahan tanaman yang akan

disuling. Kemudian uap akan bergerak menuju kebagian atas melalui

bahan yang di simpan di atas saringan.

Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat

melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga

proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya proses

penyulingan model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-

alat pengaman yang lebih baik dan sempurna, biaya lebih mahal.
19

c. Penyulingan dengan Air dan Uap (water and steam destillation)

Pada model penyulingan ini bahan tanaman yang akan di suling

diletakkan diatas saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan di isi

dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan.

Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak

terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan

dengan uap dan tidak dengan air panas.

Dari segi komersial, penyulingan dengan air dan uap memang

cukup ekonomis, sehingga model penyulingan ini paling banyak

digunakan di berbagai negara-negara yang sedang berkembang. Selain

biaya yang diperlukan relatif murah, rendemen minyak atsiri yang

dihasilkannya juga cukup memadai, mutunyapun dapat diterima dengan

baik oleh konsumen.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri

Permasalahan yang dihadapi Indonesia didalam pengembangan

minyak atsiri sangat kompleks. Akibatnya sangat beralasan jika sebagian

besar mutu minyak atsiri yang dihasilkan menjadi rendah. Menurut Lutony

dan Rahmayati (1994) ada lima faktor yang mempengaruhi mutu minyak

atsiri, yaitu:

a. Pengadaan Bahan Baku

Pengadaan bahan baku merupakan paling awal yang perlu

diperhatikan agar minyak atsiri yang diproduksi bermutu tinggi. Adapun

permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku antara lain


20

meliputi pemilihan lokasi untuk tempat pembudidayaan, cara pengolahan

lahan, pemakaian varietas atau kultur tanaman, pelaksanaan budidaya dan

pemanenan.

b. Penanganan Paska Panen

Penanganan paska panen dari bahan baku yang akan diambil

minyak atsiri berkaitan erat dengan mutu dan rendemen minyak atsiri yang

dihasilkan.

c. Proses Produksi

Seperti halnya kesalahan yang dilakukan dalam pengadaan bahan

baku dan penanganan paska panen, kesalahan dalam proses produksi atau

pengolahan akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu dan

rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.

d. Tata Niaga

Rangkaian tata niaga sangat berpengaruh terhadap mutu minyak

atsiri. Kenyataannya membuktikan selama ini umumnya rantai tata niaga

minyak atsiri sangat panjang. Padahal kondisi ini menurunkan mutu

minyak sedangkan harga menjadi rendah akibat pihak yang terlibat

didalamnya.

e. Bentuk Pengusahaan

Hampir seluruh kegiatan usaha produksi minyak atsiri di Indonesia

dalam bentuk industry sekala kecil. Industri kecil ini sesungguhnya

mempunyai potensi yang sangat besar dalam proses pembangunan sebab

selain jenis usaha bersifat padat karya (dapat diandalkan sebagai penyerap
21

tenaga kerja sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi mereka yang

terlibat didalmnya), juga dapat berperan nyata sebagai penopang

kelancaran dan kemampuan industri skala besar.

Rendemen

1. Pengertian

Rendemen minyak atsiri adalah perbandingan antara minyak atsiri

dengan bahan baku yang diolah. (Ruslan Harris 1987).

Yusnandar (1996), menyatakan bahwa rendemen dihitung

berdasarkan perbandingan antar output dengan input yang dinyatakan dalam

persen.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendemen

Ruslan Harris (1987) mengemukakan, bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi rendemen, yaitu:

a. Jenis bahan baku, dalam hal ini bisa berupa kulit, bunga, daun , buah, dan

sebagainya.

b. Ukuran dan mutu bahan baku, dari segi ini banyaknya bahan dan cara

penanganan untuk mutu bahan baku semisal pengambilan daun yang di

ambil dari jenis/type pohon cengkeh yang berbeda dan pemisah daun yang

kurang teliti dari kotoran-kotoran seperti ranting-ranting, buah dan daun-

daun yang bukan daun untuk bahan baku juga dapat mempengaruhi

rendemen minyak atsiri yang dihasilkan.


22

c. Peralatan yang digunakan. Dari segi ini, misalnya pada penggunaan alat

pemanas berupa kompor, tentu akan memberikan panas yang tidak stabil.

d. Ketelitian dalam pelaksanaan penyulingan. Keterampilan dan ketelitian

seseorang dalam melakukan proses penyulingan juga turut mepengaruhi

nilai rendemen yang akan dihasilkan. Misalnya ketelitian pada saat

pemisahan air dan minyak menggunakan pipet tetes tidak hati- hati.
23

III. METODE PENGAMATAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat pengamatan dilaksanakan di Laboratorium Anatomi dan Kimia

Kayu, Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Waktu

Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan pengamatan kandungan

minyak atsiri dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dengan

metoda penyulingan uap air adalah selama ± 2 (dua) bulan, meliputi kegiatan:

studi kepustakaan, orientasi lapanga n, pengambilan bahan baku, pembuatan

contoh uji minyak atsiri, pengolahan data dan penulisan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada pengamatan ini yaitu:

a. Alat tulis menulis, untuk mencatat data-data dari hasil penyulingan

b. Ember dan gayung, sebagai penampung air dan mengambil air

c. Kalkulator, untuk menghitung data-data minyak atsiri

d. Kapas,sebagai penutup pada erlenmeyer agar atsiri tidak menguap

e. Kompor briket, untuk pemanasan pada penyulingan

f. Korek api, untuk menyalakan kompor berbahan bakar briket

g. Pipet, untuk mengambil minyak yang ada pada botol erlenmeyer


24

h. Seperangkat alat penyulingan

i. Selang, alat pengairan air pada saat penyulingan

j. Tabung Erlenmeyer, untuk penampungan minyak atsiri

k. Timbangan elektrik untuk menimbang berat minyak atsiri

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah sebagai berikut:

a. Air

b. Bahan bakar berupa briket batubara

c. Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

C. Prosedur Pengamatan

1. Pengambilan Bahan Baku

Bahan baku diambil dari kebun jeruk nipis yang berlokasi di

Kelurahan Lempake, Samarinda Utara. Adapun pengambilan daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia Swingle) dipetik menggunakan tangan.

2. Proses Pembuatan Minyak Atsiri

a. Contoh uji yang diambil di timbang sebanyak 4,5 kg. Kemudian dicuci

dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran tanah dan debu, kemudian

dikeringkan dengan diangin-anginkan agar air yang menempel di daun

hilang.

b. Dilakukan perajangan terhadap contoh uji tersebut dengan menggunakan

gunting, kemudian dipotong kecil-kecil. Perajangan bertujuan agar proses

penguapan minyak dapat berlangsung cepat.


25

c. Daun yang telah dirajang tadi dikeringkan, pengeringan ini dilakukan

dengan cara kering udara selama ± 2 minggu.

d. Daun yang dikeringkan tidak boleh melebihi batas waktu yang telah

ditentukan karena dapat mempengaruhi nilai rendemen yang dihasilkan.

e. Setelah dikeringkan selama 2 minggu, kemudian dilakukan penimbangan

kembali dan berat daun berkurang menjadi ± 2 kg untuk dua kali proses

penyulingan.

3. Persiapan Penyulingan Uap

Sebelum penyulingan, dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat penyulingan uap air

b. Menyiapkan pemanas berupa kompor briket

c. Mengisi tangki bahan baku dengan air setinggi ± 20 cm dari dasarnya.

4. Pelaksanaan Peny ulingan

Setelah persaipan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan melalui

beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Menimbang bahan baku yang akan disuling sebanyak 1 kg.

b. Memasukkan bahan baku kedalam tangki bahan baku.

c. Tangki bahan baku ditutup dengan mengencangkan baut-baut mur yang

terdapat pada sisi-sisi pinggirnya.

d. Selama kurang lebih 1 jam keluar tetesan air dan minyak, usahakan suhu

tetap dengan menambah air sedikit.

e. Menutupi erlenmeyer dengan kapas agar minyak atsiri tidak menguap.


26

f. Setelah kurang lebih 3 jam melakukan pemeriksaan terhadap air suling

yang keluar dari pipa kondensor jika masih terdapat minyak maka proses

penyulingan tetap dilanjutkan sehingga air suling tidak tercampur lagi.

g. Untuk memastikan air suling tidak mengandung air lagi dengan melihat

hasil suling pada tabung ukur sebagai ganti tempat erlenmeyer, yaitu yang

ada pada tabung ukur minyak atsiri tidak bertambah atau tetap.

h. Penyulingan dihentikan jika air suling yang keluar tidak mengandung

minyak lagi.

5. Perlakuan Hasil Sulingan

Hasil penyulingan yang didapat kemudian diberi perlakuan dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Menimbang berat botol yang akan digunakan sebagai penampung minyak

atsiri

b. Mengambil minyak atsiri dari tabung erlenmeyer kemudian ditampung

dalam botol kecil yang telah di timbang sebelumnya.

c. Menimbang botol yang berisi minyak atsiri.

D. Pengolahan Data

1. Rendemen

Rendemen minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

dihitung dengan menggunakan rumus Ruhendi dan Iding (1983) :

Out Put
R = x 100 %
In Put
27

dimana,
R : Rendemen (%)
Out Put : Minyak atsiri (gram)
In Put : Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) kering (gram).

2. Rata-rata

Nilai rata-rata rendemen minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle) dihitung dengan menggunakan rumus Siahaya (1982) :

SX
X =
n
dimana,
X : Rata-rata rendemen minyak atsiri (%)
S X : Jumlah rendemen minyak atsiri (%)
n : Jumlah ulangan contoh uji
28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Menurut hasil pengamatan tentang minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle) dengan metode penyulingan uap air yang melalui dua kali

proses penyulingan didapat hasil sebagai berik ut: pada penyulingan pertama

0,16% dan pada penyulingan kedua sebesar 0,20%, maka rata-rata rendemennya

adala h 0,18%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. Rendemen Rata-rata Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis


(Citrus aurantifolia Swingle) dengan Dua Kali Penyulingan.

No Ulangan Rendemen (%)


1 1 0,16
2 2 0,20
Rata-rata 0,18

B. PEMBAHASAN

Tumbuhan jeruk nipis merupakan tumbuhan yang banyak dibudidayakan

oleh masyarakat karena mempunyai banyak khasiat yang terkandung didalamnya,

baik batang, daun hingga buahnya. Salah satu bagian yang paling bermanfaat

adalah daunnya, karena dapat menghasilkan minyak atsiri yang didalamnya

terdapat beberapa jenis komponen yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,

seperti: sitrat, kalsium, vitamin, sinerfin dan lain- lain.

Untuk menghasilkan minyak atsiri ada beberapa metode yang dapat

dilakukan, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode penyulingan uap air.

Penyulingan dengan uap air saat-saat ini sedang popular dikalangan pengusaha-

pengusaha kecil, karena biaya yang diperlukan relatif murah dan rendemen
29

minyak atsiri yang dihasilkan cukup memadai serta mutunya dapat diterima baik

oleh konsumen.

Dalam pelaksanaan pengamatan kandungan minyak atsiri dari daun jeruk

nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dengan metoda penyulingan uap air adalah

selama ± 2 (dua) bulan, meliputi kegiatan: studi kepustakaan, orientasi lapangan,

pengambilan bahan baku, pembuatan contoh uji minyak atsiri, pengolahan data

dan penulisan karya ilmiah. Adapun penyulingan ini dilakukan dua kali ulangan

dengan bahan baku masing- masing seberat 1 kg. Pada penyulingan pertama

dihasilkan rendemen 0,16% dan kedua 0,20%, penyulingan pertama rendemen

yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan rendemen pada penyulingan yang

kedua karena penyulingan pertama terdapat sedikit kebocoran pada alat

penyulingan.

Berdasarkan hasil penga matan yang dilakukan rendemen rata-rata

minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang dihasilkan

hanya 0,18%, hasil tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan rendemen minyak

atsiri daun salam dengan metode yang sama yaitu 1,84%. Berarti dalam hal ini

rata-rata pada 2 kg daun jeruk nipis yang saya amati masih sangat jauh dibawah

SNI, sedangkan SNI dari minyak atsiri daun jeruk nipis adalah 3,4%, hal tersebut

kemungkinan dikarnakan proses pengeringan bahan baku yang terlalu lama

sehingga minyak atsiri yang terdapat pada daun jeruk nipis menguap sebelum

diproses. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

Swingle ) memiliki bau yang harum sesuai dengan tanaman penghasilnya.


30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa:

Nilai rata-rata rendemen minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle) dengan metode penyulingan uap air (water and steam

destillation) sangat rendah yaitu 0,18%, yang didapat dari dua kali proses

penyulingan, dimana pada penyulingan pertama sebesar 0,16% dan pada

penyulingan kedua sebesar 0,20%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

proses pengeringan bahan baku yang terlalu lama sehingga bahan baku menjadi

terlalu kering dan menyebabkan minyak atsiri yang dihasilkan lebih sedikit.
31

B. SARAN

Dari hasil pengamatan ini, maka sangat diperlukan penelitian lebih lanjut

tentang penyulingan minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

dengan menggunakan metode penyulingan yang lainnya.

Pada proses pengeringan sebaiknya jangan terlalu lama karena dapat

menyebabkan berat daun/bahan baku menjadi berkurang dan minyak yang

dihasilkan juga sedikit.

Diharapkan pula nantinya Laboratorium Anatomi dan Kimia Kayu

jurusan Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dapat

memperbaiki serta melengkapi fasilitas dan alat-alat yang dipakai untuk pengujian

kandungan minyak atsiri seperti: pengujian warna, bau, kadar PH, kadar

kekentalan dan lain sebagainya.


32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1976. Vademicium Kehutanan Indonesia. Direktorat Jendral


Kehutanan Departemen Pertanian Jakarta.

Anonim. 1978. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Kayu Putih,


Balai Industri Ambon.

Dalimarta. 2000. Manfaat yang Terkandung pada Tumbuhan Jeruk Nipis.


Balai Pustaka. Jakarta

Guenther, E 1987. Susunan Kimia Minyak Atsiri. PT Penebar Swadaya


Jakarta.

Guenther, E 1990. Minyak Atsiri, Jilid ke-III A. Penerbit Universitas


Indonesia Jakarta.

Ince Ahmad Riza Rosari. 2002. Studi Rendemen Minyak Daun Kayu Manis
(Karya Ilmiah) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Ketaren, S. 1998. Studi Rendemen Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Lutony, T.L dan Rahmayati, Y. 1994. Minyak Atsiri. PT Penebar Swadaya.


Jakarta.

Nuryanty. 1998. Studi Rendemen Minyak Atsiri Daun Sungkai dengan


Metode Penyulingan Uap Air (Karya Ilmiah) Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.

Ruslan Haris. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Yusnandar. 1996. Studi Tentang Rendemen Pulp Jenis Nangka Air Pada
Pemasakan Soda (Karya Ilmiah). Politeknik Pertanian Bidang Studi
Kehutanan. Universitas Mulawarman Samarinda.
33

LAMPIRAN - LAMPIRAN
34

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Nilai Rendemen Minyak Atsiri Pada


Proses Penyulingan Pertama.

Hasil perhitungan nilai rendemen minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle) pada proses penyulingan pertama.

Berat daun = 1000 gram

Berat cawan kosong = 18,92 gram

Berat cawan berisi minyak = 20,54 gram

Berat minyak = 20,54 – 18,92

= 1,62 gram

Out Put 1,62


R= x 100% = x 100%
In Put 1000

= 0,16%

dimana,

R : Rendemen (%)
Out Put : Minyak atsiri (gram)
In Put : Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) kering (gram).
35

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Nilai Rendemen Minyak Atsiri Pada


Proses Penyulingan Kedua.

Hasil perhitungan nilai rendemen minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia Swingle) pada proses penyulingan kedua.

Berat daun = 1000 gram

Berat cawan kosong = 18,51 gram

Berat cawan berisi minyak = 20,47gram

Berat minyak = 20,47 – 18,51

= 1,96 gram

Out Put 1,96


R= x 100% = x 100%
In Put 1000

= 0,20%

dimana,

R : Rendemen (%)
Out Put : Minyak atsiri (gram)
In Put : Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) kering (gram).
36

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Nilai Rendemen Rata-rata Minyak Atsiri dari


dua kali Proses Penyulingan.

Hasil perhitungan nilai rendemen rata-rata minyak atsiri daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia Swingle) dari dua kali proses penyulingan.

Rendemen penyulingan pertama = 0,16%

Rendemen penyulingan kedua = 0,20%

Nilai rendemen rata-rata

?X
R1 + R2
X= =
n 2

= 0,16 + 0,20
2
= 0,18%

dimana,

X : Rata-rata rendemen minyak atsiri (%)


S X : Jumlah rendemen minyak atsiri (%)
n : Jumlah ulangan contoh uji
37

Gambar 1. Pengeringan Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)


38

Gambar 2. Alat Penyulingan Metode Uap Air


39

Gambar 3. Minyak Atsiri yang Dihasilkan dari Daun Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia Swingle)

Anda mungkin juga menyukai