TINJAUAN TEORI
malu atau malu atas kondisi orang tua atau wali mereka,
membatasi persahabatan dan interaksi sosial mereka karena
stigma sosial yang melekat pada penyakit mental
Orang tua atau wali mereka mungkin tidak pernah pulih atau
kondisinya semakin memburuk.
B. Patriahchy Society
I. Definisi
Menurut Darwin dalam Ratna (2010), ideologi patriarki merupakan salah
satu variasi dari ideologi hegemoni. Artinya, suatu ideologi yang
membenarkan penguasaan satu kelompok terhadap kelompok lainnya dan
diterima secara sukarela. Ideologi patriarki memiliki kecenderungan disetujui
atau disepakati oleh kelompok inferior yang selanjutnya disebut sebagai
kelompok yang terhegemoni. Istilah hegemoni berasal dari akar kata dalam
bahasa Yunani yaitu, hegeistha, berarti memimpin, kepemimpinan, dan
kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain.
Patriarki adalah bentuk organisasi mental/sosial, spiritual, ekonomi dan
politik/penataan masyarakat yang dihasilkan oleh pelembagaan bertahap
hubungan politik berbasis seks yang dibuat, dipertahankan dan diperkuat oleh
berbagai lembaga yang saling berhubungan erat untuk mencapai konsensus
mengenai nilai lebih rendah dari perempuan dan peran mereka. Lembaga-
lembaga ini saling berhubungan tidak hanya dengan satu sama lain untuk
memperkuat struktur dominasi laki-laki terhadap perempuan, tetapi juga
dengan sistem pengucilan, penindasan dan/ atau dominasi lainnya berdasarkan
perbedaan nyata atau yang dirasakan antara manusia, menciptakan negara-
negara yang merespon hanya untuk kebutuhan dan kepentingan beberapa
lelaki kuat (Alda Facio, 2013)
The Royal Academy of the Spanish Language Dictionary mendefinisikan
Patriarki sebagai “Organisasi sosial primitif di mana wewenang dijalankan
oleh kepala keluarga laki-laki, memperluas kekuasaan ini bahkan kepada
kerabat jauh dari garis keturunan yang sama.
Sedangkan menurut Barfield dalam Kruger (2014), patriarki
melambangkan sebuah sistem sosial dimana garis keturunan berasal dari
pihak bapak.
Dapat disimpulkan bahwa patriarki adalah konstruksi sosial dan ideologis
yang menganggap laki-laki (yang merupakan leluhur) lebih unggul daripada
perempuan. Patriarki memaksakan stereotip karakter maskulinitas dan
femininitas dalam masyarakat yang memperkuat hubungan kekuasaan yang
tidak dapat dilakukan antara pria dan wanita. Dalam sistem patriarki, laki-laki
berada pada posisi yang lebih menguntungkan dan cenderung “berkuasa”
terhadap perempuan (Preeti S Rawat, 2014 : Pranowo, 2004).
II. Karakteristik
Menurut Alda Facio (2013) terdapat beberapa aspek, elemen atau karakteristik
Patriarki modern adalah sebagai berikut ;
1. Terdapat model Patriarki yang berbeda di waktu dan di budaya dan tempat
yang berbeda tetapi nilai yang lebih rendah diberikan kepada perempuan
dan peran mereka dibandingkan dengan laki-laki dan peran mereka tetap
konstan di semua model. Dengan kata lain, Patriarki hidup berdampingan
dengan berbagai bentuk pemerintahan dan pengorganisasian politik sosial
keagamaan yang sangat berbeda seperti kekaisaran, kerajaan, teokrasi,
republik, demokrasi, dll. Dan dapat hidup berdampingan dengan sangat
baik dengan kapitalisme, sosialisme, dll. Namun, karena untuk globalisasi
kapitalisme neoliberal, hampir semua Leluhur yang ada saat ini dapat
dikategorikan sebagai Leluhur kapitalis.
5. Patriarki diproduksi oleh dan pada saat yang sama mempromosikan, suatu
pola pikir yang didasarkan pada pemikiran dikotomis, hierarkis, dan
seksual. Pola pikir ini membagi realitas menjadi dua kategori dikotomis
yang menempatkan semua realitas yang dirasakan baik ke dalam hal-hal
dan tindakan yang terkait dengan alam atau hal-hal dan tindakan yang
dihasilkan oleh budaya. Selain itu, segala sesuatu yang ditempatkan dalam
kategori "budaya" dinilai terlalu tinggi sementara segala sesuatu yang
terkait dengan alam dinilai terlalu rendah. Dengan menempatkan laki-laki
dan maskulin di bawah kategori budaya yang lebih tinggi, dan perempuan
dan feminin di bawah kategori alam yang kurang dihargai, "laki-laki" dan
maskulinitas menjadi parameter, model atau paradigma kemanusiaan,
sedangkan subordinasi perempuan dibenarkan berdasarkan pada dugaan
"peran alami" mereka yang lebih rendah.
7. Dalam Patriarki yang diberikan semua manusia tidak akan menikmati hak
istimewa yang sama atau memiliki kekuatan yang sama. Memang,
pengalaman dominasi laki-laki atas perempuan secara historis membantu
sebagian laki-laki untuk memperluas dominasi itu terhadap kelompok laki-
laki lain, dengan memasang hierarki di antara laki-laki yang kurang lebih
sama di setiap budaya atau wilayah saat ini. Laki-laki di puncak hierarki
patriarki memiliki kekuatan ekonomi yang besar; adalah orang dewasa dan
hampir selalu berbadan sehat; memiliki identitas gender maskulin yang
jelas dan identitas heteroseksual yang terdefinisi dengan baik, menambah
beberapa fitur berdasarkan wilayah. Sebagai contoh, di Amerika Latin, bagi
seseorang untuk berada di puncak hierarki patriarki, bahwa manusia harus
berkulit putih dan Kristen, di samping karakteristik lain yang dimiliki
bersama dengan rekan-rekan Patriarki di seluruh wilayah.
III. Penyebab
1. Peran Orang Tua
Akar dari semua perilaku patriarkal umumnya bersumber dari
lingkungan sekitar tempat tinggal dan orang tua. Sejak kecil, banyak
keluarga yang mengarahkan anak laki-laki untuk bermain mobil-mobilan
atau bermain bola karena itu dianggap lebih “macho” dan kuat dibanding
bermain boneka. Boneka dianggap seperti permainan yang sudah
disegmentasikan secara paten untuk perempuan karena bersifat mengasuh
sebagaimana kodratnya, menurut pendapat masyarakat umum.
Pembentukan awal laki-laki yang diarahkan menjadi kuat dan macho
sedangkan perempuan mengasuh boneka saja di rumah, adalah bibit dari
masyarakat patriarki. Pola pikir ini akan menuntun laki-laki ke depannya
untuk mempunyai hasrat atas otoritas terhadap perempuan karena
menganggap dirinya lebih kuat secara fisik dan psikis. Jika di lingkungan
tempat tinggalnya tidak ada edukasi yang memadai tentang kesetaraan
gender apalagi untuk menghargai semua gender, bagaimana ia bisa
mengaplikasikannya.
2. Konstruksi Sosial Masyarakat tentang Laki-Laki
Laki-laki diwajibkan untuk membayar tagihan, bekerja banting tulang,
memimpin rumah tangga dan lain-lain. Laki-laki juga dipaksa untuk tidak
menunjukkan emosinya secara berlebih seperti menangis karena akan
dianggap lemah, padahal tidak ada tolok ukur pasti tentang kelemahan itu
sendiri. Laki-laki dibebani tanggung jawab superior secara fisik, psikis
maupun finansial yang begitu banyak sehingga sering kali berakhir pada
kesimpulan pola pikir laki-laki berhak mengatur ini itu terhadap
perempuan. Karena laki-laki merasa sudah ditekan dari berbagai sisi oleh
masyarakat, maka ia merasa memiliki kewajiban untuk mengarahkan
perempuan.