Anda di halaman 1dari 22

APA ITU HIDROPONIK?

Mungkin ada sebagian dari Anda yang masih bertanya-tanya, apa sih hidroponik itu?
Hidroponik, menurut sebagian besar sumber, secara bahasa berasal dari kata hydros dan ponos.
Padahal sebenarnya istilah yang lebih tepat adalah hudor, bukan hydro (dalam Bahasa Yunani).
Hudor berarti air dan ponos berarti bekerja. Sambungan dari kedua istilah itu membentuk kata
hydroponic yang berarti bekerja dengan air.
Secara lebih spesifik, hidroponik dapat diartikan sebagai sistem bercocok tanam menggunakan air,
namun saat ini tidak hanya air yang digunakan dalam kegiatan hidroponik, sehingga hidroponik
dalam artian modern mungkin lebih cocok disebut “bercocok tanam tanpa media tanah”. Pokoknya
non tanah 😀
Berkebun dengan sistem hidroponik menggunakan larutan nutrisi dan berbagai media tanam seperti
rockwool, cocopeat, hidroton, arang sekam, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media
tanam pada umumnya yaitu tanah.
Jenis Tanaman Yang Dapat Ditanam Secara Hidroponik
Oke saya sudah paham arti hidroponik. Tapi, tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan sistem
hidroponik?
Ada banyak macam jenis tanaman yang bisa Anda budidayakan dengan menggunakan teknik
hidroponik. Biasanya yang dikembangkan adalah tanaman jenis holtikultura seperti sayuran daun,
sayuran buah, buah-buahan, tanaman hias, pertamanan, serta tanaman obat. Pada dasarnya, semua
tanaman dapat ditanam dengan metode hidroponik, yang penting ialah bagaimana caranya agar
nutrisi tanaman tersebut dapat terpenuhim, meski tanpa menggunakan unsur hara dari tanah
lansgsung.
Di Indonesia sendiri, teknik budidaya tanaman ini mulai diterapkan sejak tahun 1980 dan yang marak
dikembangkan hingga saat ini adalah tanaman sayuran, terutama sayuran daun dan sayuran buah.
Baru kemudian lambat laun teknik hidroponik berkembang menjadi populer dan sudah mencapai
ranah komersial besar-besaran seperti yang kita lihat akhir-akhir ini.
Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik

Ilustrasi tanaman hidroponik yang paling sering ditemukan. Menggunakan tempat berupa lubang di
pipa PVC, wadah berupa net pot hidroponik, media tanam berupa rockwool.
Bisa dibilang teknik bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai jalur nutrisi utamanya ini
sangatlah pas bagi siapapun. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem ini? Mari kita bahas
lebih lanjut.
Kelebihan Hidroponik
1. Anda bisa menyalurkan hobi dan ketertarikan berkebun
2. Hasil panennya dapat memenuhi asupan gizi Anda sekeluarga. Beda lho rasanya memakan
selada atau sayuran lain dari hasil petik di kebun sendiri!
3. Tanaman yang kita konsumsi juga kita bisa yakini bebas dari pestisida atau zat kimia lain yang
tentunya berbahaya bagi kesehatan.
4. Sudah banyak petani rumahan yang membuktikan bahwa mereka bisa meraup rupiah sebagai
keuntungan dari pengembangan hobi ini. Bukankah sangat asyik mendapatkan penghasilan dari
sebuah hobi yang kita tekuni tiap harinya?
5. Sistem yang sangat portable atau mobile.
6. Anda juga hanya perlu menyisihkan sedikit waktu setiap harinya untuk mengelola kebun
hidroponik anda mulai dari masa tanam sampai nanti waktunya panen tiba.
7. Tidak menggunakan tanah, lebih bersih dalam pengelolaannya
8. Pertumbuhan tanaman cepat dan stabil jika dapat mengukur kebutuhan nutrisi tanaman yang
terlarut dalam air dengan tepat. Jadinya lebih efisien ketimbang di tanah
9. Lebih efisien dalam penggunaan air. Pada beberapa sistem, sisa keluaran air dapat ditampung
lagi untuk dapat dipompa lagi masuk ke media tanam
10. Hasil panen cenderung lebih banyak
11. Lebih mudah dipanen ketimbang teknik konvensional
12. Hemat tempat, dapat dilakukan di lahan sempit, bertanam hidroponik skala besar tidak perlu
lahan yang sampai berhektar-hektar
13. Steril, hasil penanaman untuk dikonsumsi lebih bersih dibanding jika ditanam di kebun biasa
14. Penggunaan pupuk (tepatnya nutrisi) dapat diaplikasikan dengan efisien
15. Tidak tergantung cuaca atau musim, apalagi bisa dilakukan di dalam rumah dengan bantuan
lampu
16. Risiko terkena hama atau penyakit jauh lebih kecil dibanding teknik bercocok tanam dengan
tanah.
17. Hasil dan struktur sistem hidroponik terlihat kompleks, kompak, indah dan asri.

Kekurangan Hidroponik
1. Investasi awal cukup besar. Membutuhkan modal yang relatif besar jika ingin fokus, tapi tidak
semuanya mahal kok. Anda bisa menggunakan teknik hidroponik sederhana yang sedang
digandrungi para pemula. Baca disini cara menanam hidroponik sederhana untuk pemula.
2. Perlengkapan dan peralatan hidroponik masih belum terlalu sering ditemukan. Karena
belum sangat populer sehingga menjadi kebutuhan di Indonesia, penyedia perangkat dan
pemeliharaan akan sistem bercocok tanam secara hidroponik masih sedikit. Tapi Anda
beruntung, kami adalah salah satu toko hidroponik yang dapat Anda andalkan.
3. Butuh ketelitian yang lebih. Kesalahan memberikan nutrisi atau tingkat keasaman yang tidak
tepat dapat menimbulkan kerugian apalagi jika investasi yang dipasang sejak awal jumlahnya
cukup besar. Oleh karena itu jika Anda masih pemula, kami sangat menyarankan untuk
mencoba terlebih dahulu, gunakan sistem yang mudah seperti sistem sumbu atau wick.
Selengkapnya baca disini.
Dengan penjelasan dan ilustrasi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa diambil kesimpulan
bahwa hidroponik merupakan teknik cocok tanam yang sangatlah praktis dan dipercaya akan
menjadi semacam lifestyle di lingkungan perkotaan sekarang ini dan nantinya akan semakin populer.
Di samping memenuhi kebutuhan akan bahan pangan, Anda juga bisa mengharapkan kebun
hidroponik Anda sebagai titik untuk mempercantik rumah Anda baik secara interior maupun
eksterior. Hebat, bukan?

Dimana Saya Bisa Bercocok Tanam Secara Hidroponik?


Jawabannya, di mana saja! Sistem hidroponik bisa dilakukan di halaman atau pekarangan rumah,
dalam ruangan, dalam greenhouse, ataupun di luar ruangan.
Anda perlu tahu bahwa teknik hidroponik dapat berkembang dengan baik asalkan tersedia cukup
sinar matahari (dapat digantikan dengan cahaya lampu tanaman), air, oksigen. Ketiga elemen penting
ini yang tidak bisa Anda abaikan. Selebihnya, Anda hanya membutuhkan media tanam serta nutrisi
yang sesuai. Jangan lupakan juga benih tanaman yang baik. Kami adalah toko hidroponik online yang
menjual segala perlengkapan dan kebutuhan hidroponik.
Jika Anda memilih melakukan teknik hidroponik di dalam ruangan, Anda akan membutuhkan
pencahayaan khusus (lampu tanaman grow light misalnya) guna menggantikan sinar matahari. Ada
banyak keuntungan dari teknik hidroponik di dalam ruangan, salah satunya adalah memudahkan
Anda untuk mengontrol kelembapan. Hal ini akan menekan pertumbuhan bakteri dan
permasalahannya.

Bagaimana Cara Memulai Hidroponik?


Sampai disini Anda tentu telah membaca tentang dasar-dasar hidroponik, seperti pengertiannya,
jenis tanamannya, dimana melakukannya, apa saja kelebihan dan kekurangan. Setelah mengetahui
hal-hal dasar tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara menanam hidroponik?
Bagaimana saya memulainya?
Sebenarnya tidak susah kok untuk bercocok tanam secara hidroponik. Kunci kesuksesannya terletak
pada pemilihan sistem dan prosedur yang tepat. Perawatan rutin wajib dilakukan mulai dari
pembibitan sampai masa panen.
Pada tingkat newbie atau pemula, menanam hidroponik mungkin hanya sekadar hobi dan cukup
menanam saja dulu yang penting berhasil. Ini bagus, sangat dianjurkan, agar Anda terbiasa dulu
untuk berhasil, lalu kemudian nanti baru melangkah ke tingkat selanjutnya: mengupayakan agar hasil
panen lebih bagus performanya.
Karena pada tingkat advanced atau lanjutan, jika Anda sudah biasa berhasil dengan dasar yang
sederhana, Anda tentu ingin hasil sayuran yang dihasilkan bagus. Oleh karena itu pakar hidroponik
(nantinya Anda) harus memantau kadar debit air pada bak penampungan air nutrisi, secara rutin
mengukur kadar PPM pada air nutrisi sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam, dan lain
sebagainya. Mengenai aktivitas lanjutan seperti ph tanah, kadar ppm, dll akan kita bahas lebih jauh
lagi nanti.
Untuk memulai sebuah sistem bercocok tanam secara hidroponik, Anda harus memilih sistem yang
tepat bagi Anda. Di bawah ini kami jelaskan beberapa jenis hidroponik dan perbedaannya masing-
masing, beserta contohnya.

Perbedaan Hidroponik Menurut Media Tanamnya


Pada prakteknya secara umum, metode hidroponik sangatlah mudah untuk dilakukan. Pada dasarnya
ada dua macam teknik utama yang dikenal dalam pengembangannya, yaitu hidroponik
substrat dan non-substrat.

Menggunakan media tanam padat seperti hidroton (pada gambar di atas) merupakan salah satu
bentuk hidroponik substrat.
Berbicara tentang hidroponik substrat, cara penanamannya hampir sama dengan bertanam secara
konvensional dengan menggunakan pot. Akan tetapi media tanam yang digunakan umumnya dibuat
dari media tanam buatan seperti arang sekam, rockwool, cocopeat, hidroton dan serbuk kayu.
Pemberian nutrisi pada sistem ini dilakukan dengan irigasi tetes yang bisa diaplikasikan dengan
membasahi daerah sekitar tanaman. Sedangkan untuk hidroponik non-substrat, metode ini mengacu
pada budidaya dengan cara meletakkan akar tanaman pada air yang sudah diberi nutrisi dan
kemudian disirkulasi. Nutrisi hidroponikdapat dibuat sendiri atau bisa Anda beli yang sudah jadi
berupa serbuk dan sisa dicampur air.

Macam-Macam Sistem Hidroponik


Ketika Anda hendak memilih sistem hidroponik, Anda wajib mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan masing-masing sistem agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Anda serta untuk
meningkatkan potensi keberhasilan.
Pada dasarnya ada 6 jenis sistem hidroponik. Tiap sistem mempunyai ciri-ciri serta kelebihan dan
kekurangannya. Keenam sistem dasar tersebut meliputi sistem sumbu (wick system), sistem rakit
apung (floating hydroponic system), sistem pasang surut (ebb & flood system), sistem irigasi tetes
(drip system), NFT (Nutrient Film Technique), dan aeroponik.

Gambar diatas menunjukkan 6 sistem hidroponik yang berbeda-beda. Disertai dengan bagan
gambaran struktur sistem agar mudah dipahami.
Bahasan tentang macam-macam cara menanam hidroponik dan contohnya sebenarnya sudah
pernah kami sadur, tapi pada artikel ini kami jabarkan kembali dengan gaya penulisan yang berbeda,
dengan tujuan agar Anda dapat lebih memahami.
Jika Anda sudah ahli nantinya, dari enam sistem dasar tersebut, Anda dapat mengkombinasikannya
menjadi bermacam bentuk dan sistem baru. Bukan tidak mungkin nanti lahir teknik hidroponik
baru yang asalnya dari Indonesia, apalagi ternyata jika awal mula mengenal hidroponik adalah
membaca artikel ini 😀
Baik, kembali ke masalah pemilihan sistem hidroponik, sekali lagi Anda harus memilih yang sesuai
dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti lokasi dan keinginan Anda.
Anda juga sebaiknya memikirkan tentang apakah Anda ingin sistem dengan perlengkapan sederhana
yang perawatannya mudah, atau Anda malah ingin sistem canggih yang bisa menghasilkan produk
panen yang terbaik.
Di bawah ini kita akan membahas dan mengenali masing-masing sistem satu persatu.
I. Sistem Sumbu / Wick System
Sistem hidroponik wick memanfaatkan sumbu sebagai media untuk menyalurkan larutan nutrisi ke
akar tanaman. Pada gambar diatas menggunakan loyang atau bak.
Di antara berbagai jenis sistem hidroponik, sistem sumbu adalah jenis yang paling sederhana dan
sangat cocok untuk pemula. Sistem ini merupakan sistem pasif yang simpel dan tidak menggunakan
listrik. Dalam hidroponik sistem sumbu, akar tanaman tidak dicelupkan langsung ke dalam air
melainkan dengan perantara sumbu atau bahan yang mudah menyerap air seperti sumbu kompror
dapur, kain flanel, atau bahkan kaos bekas.
Walaupun akar tidak dicelupkan langsung ke dalam air, proses penyerapan nutrisi tetap bisa terjadi
berkat adanya gaya kapilaritas air pada sumbu yang salah satu ujungnya menyentuh air nutrisi dan
ujung lainnya menyentuh akar tanaman.
Dalam sistem sumbu, udara diserap oleh akar tanaman bersamaan dengan penyerapan larutan
nutrisi. Media tumbuh yang baik akan sangat membantu untuk memastikan bahwa tanaman
mendapatkan pasokan udara yang cukup. Ketika cadangan air nutrisi pada reservoir (tempat
penampungan air misalnya bak atau loyang) akan habis, pengisian kembali dapat dilakukan dengan
cara manual tanpa perlu menggunakan pompa air seperti pada sistem lain.

Sistem hidroponik wick yang paling sederhana, menggunakan botol aqua atau air mineral atau
minuman yang dibelah dua sebagai wadah tanam, tidak membutuhkan reservoir berupa loyang atau
bak. Teknik ini biasanya 1 botol untuk 1 tanaman.
Pada gambar di atas Anda bisa melihat bagaimana memanfaatkan botol aqua atau minuman bekas
dan dijadikan tanaman hidroponik dengan sistem sumbu wick. Kami sudah pernah
membahas tahapan cara dalam menciptakan tanaman hidroponik dari botol aqua, pada artikel cara
membuat hidroponik dengan mengunakan botol aqua bekas, silahkan klik disini atau juga bisa klik
disini.
Cabe rawit juga sangat marak ditanam dengan sistem wick ini lho!
Daya tarik dari sistem sumbu ini terletak pada kemudahan dan kesederhanaannya. Jika Anda mencari
cara bertanam hidroponik sederhana, sistem wick adalah jawabannya. Anda dapat membuat sendiri
sistem hidroponik sumbu ini dengan mudah, cepat, dan juga ekonomis pastinya. Selain itu sistem ini
sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin direpotkan dengan berkali-kali menyiram tanaman, karena
Anda cukup mengisi kembali air nutrisi ketika sudah hampir habis.
Untuk media tanam yang bisa anda pilih untuk sistem sumbu ini adalah cocopeat, hidroton, sekam
bakar, rockwool dan serat atau serbuk kulit buah kelapa. Sementara untuk jenis tanaman yang baik
untuk ditanam menggunakan sistem sumbu adalah kangkung, sawi, seledri, dan pakcoy.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sumbu / Wick
Kelebihan Kekurangan

 Tanaman/sayuran mendapatkan suplai  Kebutuhan akar akan oksigen kurang tercukupi


air dan nutrisi terus menerus. karena airnya menggenang.
 Bahan baku untuk membuat sistem ini  Tidak cocok untuk tanaman yang berumur
termasuk murah dan mudah didapat. panjang seperti cabai dan tomat. Serta tidak
 Mudah perawatannya karena tidak cocok untuk tanaman yang membutuhkan banyak
perlu sering-sering menyiram. Cukup 4 hara atau nutrisi.
atau 5 hari sekali Anda menambah air
dan nutrisi baru.
 Tidak tergantung aliran listrik karena
tidak menggunakan sistem regulasi air
dengan pompa air listrik.

II. Sistem Rakit Apung / Floating Hydroponic System (FHS)

Sistem rakit apung atau floating hydroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman
(khususnya sayuran) dengan cara menanamkan/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi.
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem ini, larutan nutrisi tidak disirkulasikan namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat
digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu
dilakukan karena dalam jangka waktu yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan
nutrisi pada dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Beberapa karakteristik pada sistem ini adalah fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah karena
terisolasinya lingkungan perakaran dan dapat digunakan pada daerah dengan sumber energi listrik
terbatas karena tidak terlalu bergantung pada listrik.
Agar styrofoam bertahan lama, biasanya bagian atasnya dilapisi plastik mulsa atau aluminium foil.
Menggunakan aluminium foil juga dapat berguna untuk memantulkan cahaya silau dengan tujuan
meminimalisir risiko tanaman didatangi hama.
Biasanya, bak penampungan air nutrisi mempunyai kedalaman antara 10 – 20 cm dengan kedalaman
larutan nutrisi berkisar antara 6 – 10 cm. Untuk meningkatkan suplai oksigen ke akar tanaman, Anda
bisa juga menggunakan alat tambahan seperti pompa akuarium, aerator, atau powerhead dengan
nepel udara yang dimasukkan ke dalam bak penampungan air nutrisi.
Tanaman yang cocok ditanam dengan sistem ini adalah tanaman yang pertumbuhannya cepat dan
suka banyak air seperti selada, kangkung, dan jenis sawi-sawian yang lain seperti sawi caisim, sawi
pakcoy, sawi bakso, sawi bunga, dan sawi petsai).
Sedikit tips untuk sistem rakit apung, sebaiknya Anda menempatkan bak plastik pada area yang
terkena cukup sinar matahari. Anda juga harus menjaga ketersediaan nutrisi. Dan pastikan akar
tanaman tetap menempel pada air nutrisi.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Rakit Apung/Floating Hidroponic System (FHS)


Kelebihan Kekurangan

 Tanaman akan mendapatkan suplai air dan  Tanaman akan kesulitan mendapatkan
juga nutrisi secara berkesinambungan atau oksigen jika anda tidak menggunakan alat
terus menerus. seperti aerator atau airstone.
 Sistem ini hemat air dan nutrisi walupun  Akar tanaman lebih rentan terhadap
tidak sehemat sistem sumbu. pembusukan yang bisa memicu matinya
 Pertumbuhan akar bisa maksimal yang tanaman.
artinya tanaman juga bisa tumbuh optimal.  Perlu rutin mengamati fluktuasi perubahan pH
 Mudah perawatannya karena tidak perlu pada air nutrisi.
melakukan penyiraman.  Tidak cocok untuk tanaman dengan ukuran
 Biaya pembuatannya cukup murah. besar dan tanaman yang dibudidayakan dalam
jangka panjang.

III. Sistem Pasang Surut / Flood and Drain System

Pemompaan merupakan faktor utama dalam sistem pasang surut atau juga dikenal sebagai flood and
drain system. Air, oksigen, dan juga nutrisi dipompa dari bak penampungan ke media untuk
membasahi akar. Proses pemompaan ini disebut proses pasang. Kemudian, setelah beberapa waktu,
air nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan yang disebut proses surut.
Sistem ini juga biasa disebut sebagai ebb and flow system. Pada sistem ini, umumnya posisi pompa
air dibenamkan pada larutan nutrisi dan dihubungkan dengan timer atau pengatur waktu. Jeda waktu
antara proses pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman. Jadi
sudah pasti jenis tanaman yang satu dan yang lainnya membutuhkan setting timer yang berbeda
juga. Kuncinya adalah agar tanaman tidak terlalu tergenang atau kekurangan air.
Sistem hidroponik ini bisa menggunakan beberapa macam media pertumbuhan. Akan tetapi, untuk
hasil yang optimal, Anda disarankan memilih media tanam yang bisa menampung air cukup lama. Hal
ini cukup penting untuk mengantsipasi timer yang mati atau bermasalah akibat gangguan arus listrik.
Jika Anda menggunakan media tanam yang bisa menampung atau menahan air dalam waktu yang
cukup lama, jika terjadi gangguan aliran listrik, akar tanaman masih bisa bertahan dengan sisa air
yang tersimpan dalam media tanam. Media yang baik untuk sistem ini bisa menggunakan hidroton,
cocopeat, kerikil, dan rockwool. Media tersebut terbukti bisa menampung air dalam waktu yang
relatif lama yang bisa membantu mencegah tanaman kering akibat kekurangan air dan nutrisi.

Kelebihan dan kekurangan sistem pasang surut (flow and drain system)
Kelebihan Kekurangan

 Tanaman mendapat suplai air, oksigen, dan  Biaya pembuatan sistem ini cenderung agak
nutrisi secara periodik. mahal.
 Larutan nutrisi dapat dipakai berulang-ulang.  Sistem ini sangat tergantung pada listrik.
 Suplai oksigen lebih baik, karena terbawa air Penggunaan media yang bisa menampung air
pasang dan surut. dalam waktu yang lama memang bisa
 Instalasinya tergolong cukup mudah. membantu namun tidak bisa dijadikan solusi
 Dapat menggunakan berbagai macam media utama.
tumbuh.  Kualitas nutrisi yang sudah dipompakan
 Mudah perawatannya karena Anda tidak berkali-kali akan menurun. Jadi anda harus
perlu melakukan penyiraman setiap hari. mengganti larutan nutrisi secara berkala.
 Anda dapat menggunakan pompa air kecil  Saat tanaman masih kecil, ketinggian pasang
untuk menjalankan sistem pasang surut air mungkin tidak bisa mencapai akar tanaman
nutrisi. yang masih pendek. Anda bisa mengakalinya
dengan menggunakan tambahan sumbu
seperti dengan kain flanel.

IV. Sistem Irigasi Tetes / Drip Irrigation System

Penyaluran larutan nutrisi pada sistem irigasi tetes (drip irrigation) menggunakan selang.
Sistem irigasi tetes merupakan salah satu jenis sistem hidroponik yang tergolong sederhana.
Pasalnya, prinsip dari sistem ini hanya memberikan air dan nutrisi dalam bentuk tetesan yang
menetes secara terus menerus sepanjang waktu. Tetesan ini diarahkan tepat pada daerah dimana
akar berada sehingga tanaman bisa langsung menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan. Kecepatan
tetesan nutrisi dapat diatur sedemikian rupa agar sesuai takaran dan tidak menggenangi tanaman.
Sistem ini bisa diibaratkan seperti infus. Sistem ini pada prinsipnya sama saja dengan menyiram
tanaman namun dilakukan secara otomatis, terus menerus dan pastinya sesuai dosis.
Dalam sistem irigasi tetes ini terdapat 2 model yang bisa digunakan, yaitu recovery dan non-
recovery. Jika recovery, maka larutan nutrisi akan dikembalikan ke reservoir atau penampungan air.
Sedangkan jika menggunakan model non-recovery, larutan nutrisi akan dibiarkan mengalir ke tanah
atau saluran pembuangan khusus. Dari kedua model tersebut, model non-recovery lebih banyak
diminati walaupun pastinya akan membutuhkan larutan nutrisi lebih banyak. Sebab pada model
irigasi tetes recovery sering terjadi perubahan parameter pada larutan nutrisi, terutama perubahan
tingkat pH.
Dengan sistem irigasi tetes, media tanam yang digunakan cukup media tanam pot konvensional
yang tentunya harganya jauh lebih murah dibandingkan media tanam hidroponik. Seperti yang kita
tahu, media tanam konvensional sebenarnya sudah mengandung nutrisi dalam jumlah yang sedikit.
Oleh karenanya, Anda tidak perlu membuat larutan nutrisi yang terlalu pekat.
Nutrisi yang dilarutkan pada sistem irigasi tetes ini dibuat lebih encer konsentrasinya jika
dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik yang lainnya. Sistem hidroponik model irigasi tetes
sangatlah sesuai untuk membudidayakan tanaman yang notabene membutuhkan asupan nutrisi yang
banyak seperti tomat, cabai, dan berbagai tanaman buah lainnya. Model ini juga baik untuk tanaman
yang berukuran besar serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk budidayanya.
Anda juga bisa membuat sendiri sistem drip irigasi sederhana yang kreatif hanya bermodalkan selang
dan stick dripper.
Mengenai timer yang digunakan untuk sistem irigasi tetes, anda bisa menggunakan timer yang tidak
sebagus timer untuk sistem hidroponik lainnya. Anda bisa menggunakan timer yang biasa dijual di
toko listrik. Seandainya terjadi kesalahan hingga tanaman tidak mendapat larutan nutrisi selama,
sebagai contoh, 24 jam, tanaman masih tetap bisa hidup normal. Timer yang kami rekomendasikan
(laris dibeli) adalah stop kontak otomatis merek Kaiser.
Perlengkapan lain yang mungkin Anda butuhkan dalam membangun sistem ini selain timer, selang
PE/HDPE, juga aneka jenis nepel, konektor, dan stick dripper, yang bisa Anda temukan di kategori
fertigasi dan irigasi hidroponik.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes


Kelebihan Kekurangan

 Lebih hemat air karena air yang diberikan


 Oksigen akan susah didapatkan tanaman
mendekati kesetimbangan dengan kebutuhan
jika media terlalu padat.
air pada tanaman.
 Penggunaan bak penampung tidak akan
 Kualitas sayuran meningkat karena
terlalu menghemat air dan nutrisi karena
pertumbuhan tanaman sayur seragam.
lebih banyak air dan nutrisi yang hilang
 Meminimalisir tumbuhnya gulma karena luas
terserap tanaman, tertahan pada media,
pembasahannya sempit.
atau karena proses penguapan.
 Rasio hasil terhadap luas lebih tinggi,
 Beresiko terjadi penyumbatan pada selang
demikian juga rasio hasil terhadap jumlah air.
tetes.
 Kekurangan air yang menyebabkan tanaman
 Memerlukan pengetahuan mendalam
stress bisa diminimalisir karena kandungan
tentang tanaman.
lengas tanah pada daerah perakaran tinggi.
 Kerusakan sistem pengairan berpengaruh
 Tanah tidak memadat karena volume air yang
terhadap hasil panen nantinya.
diberikan tidak dalam jumlah besar.

V. Nutrient Film Technique (NFT)


Prinsip dasar sistem hidroponik nutrient film technique. Beginilah desain sistem hidroponik
NFT.
Sistem ini termasuk salah satu sistem yang paling populer dan paling sering digunakan dalam
rangkaian sistem hidroponik, terutama hidroponik skala besar atau skala bisnis. Sistem ini
mengalirkan larutan nutrisi yang dipompa dari reservoir secara terus-menerus ke dalam tray
pertumbuhan, biasanya bisa berupa talang air atau pipa PVC.
Bagian akar yang terendam nutrisi kira-kira hanya setengahnya saja. Air nutrisi yang sudah
melewati perakaran akan kembali ke reservoir. Siklus ini akan berlangsung terus-menerus. Dengan
demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa sistem ini sangat bergantung dengan listrik. Kehilangan daya
listrik atau jika terjadi kerusakan pada pompa, akar tanaman bisa mengering dengan cepat.

Jika Anda tertarik memilih sistem NFT, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Kemiringan tray pertumbuhan atau talang berkisar antara 1 – 5% agar air nutrisi bisa mengalir
dengan baik (tidak terlalu cepat dan tidak menggenang).
 Kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat. Hal ini bisa diatur dengan pembukaan keran
berkisar antara 0,3 – 0,75 liter per menit.
 Lebar talang cukup memadai untuk mengindari terbendungnya air nutrisi.
 Suhu lingkungan harus sesuai dengan karakter tanaman yang ditanam agar tanaman tidak mati.
 Nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman agar
pertumbuhan bisa optimal.
 Selama air nutrisi bebas dari kontaminasi, akar akan mampu berkembang dengan baik dan sehat.
Oleh karena itu, sebaiknya anda menggunakan reservoir yang tertutup seperti ember yang ada
tutupnya.
Sistem NFT ini sangatlah ideal untuk sayuran daun, herba, dan semua tanaman berumur pendek.
Sistem NFT terkadang juga digunakan untuk tomat, mentimun, kacang-kacangan, labu, paprika, dan
stroberi. Untuk sayuran berumur panjang, saluran NFT bisa dibuat lebih besar.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem NFT


Kelebihan Kekurangan

 Perawatan lebih praktis dan gangguan hama  Investasi dan biaya perawatan lumayan
lebih terkontrol. mahal.
 Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi  Sangat tergantung pada aliran listrik. Jika
air nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman aliran listrik mati, maka pompa akan berhenti
dapat disesuaikan dengan umur dan jenis dan tanaman akan cepat mati.
tanaman.  Jika satu tanaman terserang penyakit, akan
 Tidak perlu melakukan penyiraman dengan cepat menular ke tanaman lain dalam
tanaman. satu sistem karena menggunakan air yang
 Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik diregulasi terus menerus.
dan mudah.  Perlu dilakukan pemantauan fluktuasi pH
 Pemakaian pupuk dan air lebih hemat. dalam larutan nutrisi.
 Tanaman mendapatkan suplai air, oksigen,  Larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman
dan nutrisi secara terus menerus. lama-kelamaan dapat menyebabkan
 Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan kerusakan pada pompa air celup.
keadaan tidak kotor dan tidak rusak.
 Mudah dalam pengendalian daerah
perakaran tanaman.
 Dapat diaplikaskan pada lahan atau ruang
yang terbatas.
VI. Sistem Aeroponik

Sistem ini bisa dibilang merupakan sistem hidroponik yang paling mutakhir. Sistem aeroponik tidak
memerlukan media tanam. Prinsip kerjanya dengan menyemprotkan larutan nutrisi yang dikabutkan
ke akar tanaman yang menggantung bebas. Frekuensi pengabutan biasanya setiap beberapa menit
dan harus teratur karena jika tidak teratur, akar akan mengering dengan cepat.
Sistem ini menggunakan timer untuk menyalakan dan mematikan mesin penyemprot larutan nutrisi.
Timer yang digunakan untuk aeroponik harus yang berkualitas untuk mengindari kerusakan timer
karena frekuensi on-off yang singkat. Biasanya tanaman yang dikembangkan dengan cara aeroponik
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik model
lainnya.
Hal ini disebabkan karena nutrisi diberikan dengan cara dikabutkan secara langsung ke akar. Oleh
karenanya, akar bisa lebih mudah menyerap nutrisi tersebut beserta air dan oksigen. Sistem
aeroponik sangat cocok untuk budidaya tanaman berkubutuhan nutrisi tinggi seperti kentang namun
juga cocok untuk budidaya tanaman lain seperti selada keriting, kangkung, bayam, caisim, pakcoy,
dan lain-lain.
Jika Anda berkecimpung dalam dunia pengkabutan nutrisi, Anda akan berhubungan
dengan perlengkapan hidroponik fogger atau mister.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Aeroponik


Kelebihan Kekurangan
 Tidak memerlukan tempat yang luas.  Membutuhkan biaya instalasi yang cukup
 Tidak tergantung musim. mahal.
 Hasilnya bersih, sehat, renyah, dan cita  Sangat bergantung pada listrik.
rasanya tinggi.  Tingkat fluktuasi atau perubahan pH sangat
 Waktu panen terpendek. tinggi.
 Resiko terserang hama penyakit kecil.  Akar harus selalu disiram karena tanaman
 Tanaman dapat dipindah tanpa merusak akan cepat mengering jika tidak disiram
pertumbuhan. dengan cukup.
 Tanaman mendapat suplai air, oksigen,  Rentan terhadap penyakit akar.
dan nutrisi secara terus menerus.  Jika pompa berhenti, tanaman akan mati
 Nutrisi lebih mudah diserap tanaman dengan cepat.
karena diberikan dalam ukuran kecil tapi  Sprayer atau penyemprot mudah tersumbat.
berulang-ulang.
 Kandungan oksigen dalam larutan nutrisi
tinggi.
 Lebih menghemat air dan nutrisi.
 Mudah perawatannya karena kita tidak
perlu melakukan penyiraman.
Cara Membuat Tanaman Hidroponik (Masing-Masing Sistem)
Pada bagian ini kita akan mempelajari cara membuat tanaman hidroponik untuk masing-masing yang
telah dijabarkan di atas.

Cara Membuat Tanaman Hidroponik Sistem Wick (Botol)


Seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, daya tarik dari sistem ini adalah
kesederhanaannya. Anda dapat membuat sendiri sistem hidroponik sumbu ini dengan mudah cepat
dan ekonomis. Berikut ini adalah langkah-langkahnya.
Alat dan Bahan
1. Botol aqua (atau botol minum lain) bekas ukuran 1,5 liter.
2. Potongan kain flanel dengan panjang sekitar 30 cm.
3. Bibit tanaman dan media tanam rockwool.
Langkah-langkah
1. Potong ¼ bagian atas botol.
2. Potong dan ambil ½ bagian atas botol.
3. Lubangi pada sisi kanan dan kiri bagian atas botol dan buka tutup botolnya.
4. Masukkan potongan kain flannel dari lubang sisi kanan tembus ke lubang sisi kiri.
5. Botol bagian bawah diisi dengan air nutrisi kira-kira ¾ bagian.
6. Letakkan potongan botol bagian atas pada potongan botol bagian bawah dengan posisi terbalik.
7. Letakkan bibit tanaman beserta media tanam rockwool di atas kain flanel.
8. Sistem wick botol siap digunakan.

Cara Membuat Tanaman Hidroponik Sistem Wick (Styrofoam)


Seperti sistem wick botol, selain karena kesederhanaannya, sistem ini cocok bagi Anda yang tidak
ingin direpotkan dengan berkali-kali menyiram tanaman karena anda cukup mengisi kembali air
nutrisi ketika sudah hampir habis.
Alat dan Bahan
1. Bibit tanaman
2. Box styrofoam
3. Net pot
4. Potongan kain flanel
5. Pelubang styrofoam dengan diameter 4,4 cm.
Langkah-langkah
1. Siapkan box styrofoam, buat penanda dengan jarak masing-masing titik 17 cm (jarak dari tepi bisa
15 cm atau 17 cm).
2. Panaskan alat pelubang styrofoam dengan menggunakan api lilin atau anda bisa juga
menggunakan kompor.
3. Lubangi styrofoam pada penanda yang sudah dibuat sebelumnya.
4. Lapisi bagian dalam styrofoam dengan plastik mulsa atau plastik UV agar styrofoam lebih tahan
lama.
5. Isi dengan air nutrisi AB mix kira-kira setinggi 10 cm.
6. Siapkan net pot yang sudah dipasangi potongan kain flanel.
7. Letakkan bibit tanaman pada net pot.
8. Masukkan net pot yang berisi bibit tanaman pada lubang Styrofoam yang sudah siap digunakan.
9. Cek dan pastikan sumbu atau kain flannel menyentuh air nutrisi AB mix.

Cara Bertanam Hidroponik Sistem Rakit Apung


Sistem rakit apung merupakan suatu cara budidaya tanaman, khususnya sayuran, dengan cara
menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan air nutrisi.
Alat dan Bahan
1. Papan GRC 1 buah dengan ukuran 100×60 cm.
2. Net pot.
3. Bibit tanaman.
4. Styrofoam 1 buah ukuran 100×60 cm.
5. Pelubang styrofoam.
6. Plastik UV.
7. Meja penyangga.
8. Rangka 1 buah ukuran 100x60x10 cm.
Langkah-langkah
1. Siapkan meja penyangga atau anda bisa juga mengaplikasikan sistem rakit apung ini di lantai
tanpa meja penyangga.
2. Siapkan papan GRC dan letakkan di atas meja penyangga.
3. Siapkan rangka tambahan menyerupai bingkai (frame) dan diletakkan di atas papan GRC.
4. Lapisi bingkai rangka dengan plastik UV atau plastik mulsa untuk membuat semacam kolam.
5. Baut lapisan plastik pada rangka.
6. Siapkan styrofoam, tanda dengan jarak masing-masing titik 17 cm.
7. Panaskan pelubang styrofoam pada api lilin atau kompor, lubangi styrofoam pada penanda yang
sudah dibuat.
8. Tuang air nutrisi AB mix.
9. Tutup kolam dengan styrofoam yang sudah dilubangi.
10. Masukkan net pot dan bibit tanaman ke dalam lubang di styrofoam. Anda bisa menggunakan
rockwool sebagai media tanam.

Cara Bertanam Hidroponik Sistem DFT Ulir


Sistem DFT atau Deep Flow Technique membutuhkan sumber daya listrik yang digunakan untuk
memungkinkan adanya sirkulasi air yang berada dalam talang-talang. Sirkulasi bisa dilakukan dengan
menggunakan pompa. Anda bisa menggunakan timer untuk mengatur kapan pompa hidup dan
kapan pompa mati untuk semakin mempermudah anda dan untuk menghemat pemakaian listrik.
Sistem DFT meletakkan akar tanaman pada lapisan air dengan kedalaman antara 4-6 cm.
Alat dan Bahan
1. Penyambung pralon L drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 11 buah.
2. Penyambung pralon sock drat luar ukuran ½ inci sebanyak 11 buah.
3. Penyambung pralon L knee ukuran ½ inci sebanyak 3 buah.
4. Penyambung pralon sock drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
5. Penutup pralon dop ukuran 3 inci sebanyak 12 buah.
6. Pipa pralon ukuran 3 inci sebanyak 6 buah, masing-masing sepanjang 100 cm.
7. Pipa pralon ukuran ½ inci satu buah.
8. Stop kran ukuran ½ inci sebanyak satu buah.
9. Potongan flannel.
10. Container box yang akan digunakan sebagai reservoir air dengan ukuran 50 liter sebanyak 1
buah.
11. Net pot
12. Pompa air celup sebanyak 1 buah dengan daya dorong 2 m.
13. Hole saw ukuran 1,9 cm untuk melubangi penutup pralon dop.
14. Hole saw ukuran 4,4 cm untuk melubangi pipa.
15. Bibit tanaman.
16. Rangka penyangga.
Langkah-langkah
1. Siapkan rangka dan 6 buah pipa PVC ukuran 3 inci panjangnya @100 cm.
2. Buat penanda masing-masing jaraknya 17 cm.
3. Lubangi penanda tersebut dengan hole saw diameter 4,4 cm.
4. Rapikan lubang dengan cutter.
5. Siapkan 12 buah penutup pralon dop sebanyak 12 buah. 11 buah dilubangi bagian tengahnya
dengan menggunakan hole saw diameter 1,9 cm.
6. Pasang penyambung pralon sock drat luar ukuran ½ inci dan penyambung pralon L drat dalam
ukuran ½ inci pada lubang tersebut.
7. Pasangkan pralon tersebut pada pipa yang sudah disipakan sebelumnya kemudian letakkan pada
rangka. Dop yang tidak dilubangi dipasang pada pipa yang diletakkan paling atas pada rangka.
8. Sambungkan pipa-pipa tersebut dengan pipa pralon ukuran ½ inci. Sambungan yang berada
paling bawah pada rangka berfungsi untuk saluran menuju bak penampung air nutris AB mix.
9. Siapkan bak air dan pompa air celup, sambungkan dengan pipa ukuran ½ inci dan stop keran
ukuran ½ inci untuk mengalirkan air nutris AB mix. Sebagai catatan, lubang pertama pada
rangkaian pipa tidak diisi tanaman, melainkan sebagai lubang input aliran air nutrisi AB mix dari
pompa air.
10. Pasang stop kran pada pipa saluran input untuk mengatur debit air agar sesuai kebutuhan.
11. Masukkan air nutrisi AB mix pada bak penampung, nyalakan pompa air untuk menguji aliran air
dan kebocoran pada sambungan pipa.
12. Jika tidak ada kebocoran dan air mengalir dengan lancar pada pipa output, berarti rangkaian
sudah siap digunakan. Jika terjadi kebocoran pada sambungan pipa, anda bisa menggunakan lem
PVC.
13. Siapkan net pot yang sudah dipasangi potongan kain flannel dan bibit tanaman.
14. Tata bibit tanaman pada lubang yang sudah tersedia pada pipa rangkaian.
15. Sistem hidroponik DFT ulir siap digunakan.

Cara Menanam Hidroponik Sistem Dutch Bucket


Sistem hidroponik dutch bucket cara kerjanya adalah dengan mengalirkan air nurisi dalam bentuk
tetesan pada bak tanaman secara terus menerus dan air lebihnya dialirkan ke pipa pembuangan
menuju bak penampungan nutrisi untuk digunakan lagi.
Alat dan Bahan
1. Bibit tanaman.
2. Potongan flannel.
3. Net pot.
4. Sambungan pipa L drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 6 buah.
5. Sambungan pipa drat luar ukuran ½ inci sebanyak 6 buah.
6. Sambungan pipa L knee ukuran ½ inci sebanyak 7 buah.
7. Sambungan pipa T ukuran ½ inci sebanyak 5 buah.
8. Sambungan pipa sock drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
9. Penutup pipa dop ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
10. Pipa ukuran ½ inci sebanyak 1 batang.
11. Stick drip sebanyak 6 buah.
12. Nepel sebanyak 6 buah.
13. Selang mikro ukuran 5 mm sebanyak 6 buah dengan panjang masing-masing 50 cm.
14. Pompa air celup sebanyak 1 buah.
15. Mata bor drat 8 mm.
16. Mata bor 5 mm.
17. Gergaji besi.
18. Hole saw ukuran 1,9 cm.
19. Hole saw ukuran 4,4 cm.
20. Contaimer box ukuran 50 liter sebanyak 1 buah.
21. Box atau bisa menggunakan ember bekas sebanyak 6 buah.
22. Rangka penyangga.
Langkah-langkah
1. Siapkan meja penyangga lalu siapkan 6 box atau ember bekas. Tandai salah satu sisi samping box
dengan jarak kira-kira 7 cm dari dasar.
2. Lubangi titik yang sudah ditandai dengan hole saw diameter 1,9 cm.
3. Pasang L drat dalam ukuran ½ inci dan sock drat luar ukuran ½ inci pada lubang tersebut untuk
saluran output air nutrisi AB mix.
4. Pasang tutup box tersebut.
5. Lubangi tutup box dengan hole saw diameter 4,4 cm kemudian tata pada meja penyangga.
6. Buat rangkaian saluran output air nutrisi AB mix menuju bak penampung dan hubungkan dengan
menggunakan pipa ukuran ½ inci, L knee ukuran ½ inci, dan sambungan pipa T ukuran ½ inci.
7. Buat saluran input menggunakan pipa ½ inci sepanjang 1 meter. Tandai masing-masing 2 titik di
dekat susunan box.
8. Lubangi dengan bor ukuran 5 mm, buat drat pada lubang tersebut dengan mata bor drat ukuran
8 mm.
9. Pasang nepel pada lubang tersebut, tutup salah satu ujung pipa menggunakan dop ukuran ½ inci.
10. Siapkan pompa air celup dan bak penampung larutan nutrisi AB mix.
11. Sambungkan pompa air dengan pipa saluran input.
12. Siapkan 6 buah selang mikro 5 mm panjangnya @50 cm dan 6 buah stick drip. Pasang selang
pada stick drip.
13. Siapkan 6 net pot dan 6 potong kain flannel. Masukkan potongan kain flannel pada dasar net
pot. Panjang kain flannel diusahakan bisa menyentuh larutan nutrisi pada dasar box saat
dipasang.
14. Letakkan net pot pada tiap lubang tutup box.
15. Hubungkan selang dan stick drip pada nepel.
16. Tancapkan ujung stick drip pada net pot.
17. Isi bak penampung dengan air nutrisi AB mix, nyalakan pompa air dan pastikan larutan nutrisi
dapat mengalir dengan lancar dan tidak ada kebocoran pada rangkaian. Gunakan lem PVC jika
terjadi kebocoran pada sambungan.
18. Masukkan bibit tanaman dan media tanam ke dalam net pot. Media tanam yang digunakan bisa
berupa rockwool atau hidroton. Anda bisa menggunakan net pot dengan ukuran yang lebih
besar tergantung jenis tanaman yang akan ditanam.

Cara Menanam Hidroponik Sistem NFT Talang


Sistem hidroponik ini akan membuat akar tanaman terendam air nutrisi yang mengalir secara terus
menerus sehingga akar tanaman memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Alat dan Bahan
1. Pipa ukuran ½ inci sebanyak 1 batang.
2. Sambungan pipa L knee ukuran ½ inci sebanyak 2 buah.
3. Talang air ukuran 4 inci sebanyak 4 batang.
4. Sekata talang ukuran 4 inci sebanyak 2 buah.
5. Output talang ukuran 4 inci sebanyak 1 buah.
6. Nepel sebanyak 6 buah.
7. Net pot.
8. Bibit tanaman.
9. Container box ukuran 50 liter.
10. Pompa air celup.
11. Mata bor 5 mm.
12. Mata bor drat 8 mm.
13. Selang mikro ukuran 5 mm sebanyak 6 buah dengan panjang @10 cm.
14. Hole saw ukuran 1,9 cm.
15. Hole saw ukuran 4,4 cm.
16. Rangka penyangga.
Langkah-langkah
1. Siapkan talang air ukuran 4 inci.
2. Potong bagian dinding kanan dan kirinya, sisakan sekitar 10 cm untuk tingginya.
3. Tata talang pada rangka yang sudah disiapkan.
4. Potong dinding sambungan talang, sisakan tinggi sekitar 10 cm.
5. Buat saluran output dengan menggunakan talang ukuran 4 inci dan ditutup di kedua sisinya.
6. Letakkan saluran output di bawah rangkaian talang yang sudah diletakkan di rangka pada salah
satu sisi rangkaian dengan posisi melintang.
7. Siapkan talang air untuk tutup rangkaian talang yang sudah dipasang di rangka, kurangi bagian
dindingnya hingga tersisa 5 cm untuk tingginya.
8. Buat lubang pada tutup talang dengan hole saw ukuran 4,4 cm. Jarak antar lubang sekitar 17 cm.
9. Pasang tutup pada talang.
10. Siapkan bak berisi larutan nutrisi AB mix dan pompa air celup.
11. Siapkan pipa ½ inci untuk saluran input, salah satu ujung pipa ditutup dengan dop ukuran ½ inci.
Pasang nepel pada pipa input, masing-masing talang mendapatkan 2 titik nepel. Pasang selang
mikro 5 mm pada nepel dengan panjang masing-masing selang 10 cm.
12. Letakkan pipa input pada rangkaian talang.
13. Sambungkan pipa input dengan pompa air.
14. Nyalakan pompa air, cek apakah ada kebocoran pada rangkaian dan kelancaran aliran air.
15. Jika aliran air sudah lancar dan sudah tidak ada kebocoran, masukkan net pot yang berisi bibit
tanaman pada lubang tanam.
16. Sistem hidroponik NFT talang siap digunakan.

Estimasi Biaya Pembuatan Rangka Sistem Hidroponik


Perlu Anda ketahui, estimasi biaya pembuatan rangka sistem hidroponik seperti yang akan kita bahas
berikut ini sifatnya tentatif. Artinya harga bisa berubah-ubah seiring waktu dan tergantung lokasi
Anda juga.
Sistem Wick Botol
Ukuran : 10 botol x @1,5 liter
Tinggi : 20 cm
Populasi : 10 tanaman
Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Botol bekas 1,5 liter 10 buah Rp 1.000 Rp 10.000
Potongan kain flannel 1 lembar Rp 2.000 Rp 2.000
Media tanam rockwool 1 buah Rp 12.000 Rp 12.000
Benih tanaman 1 sachet Rp 7.000 Rp 7.000
Nutrisi AB mix 1 paket Rp 18.000 Rp 18.000
Total Rp 49.000

Sistem Wick Styrofoam


Ukuran : 60×50 cm
Tinggi : 20 cm
Populasi : 6 tanaman
Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Net pot 6 buah Rp 1.000 Rp 6.000
Kain flannel 1 lembar Rp 2.000 Rp 2.000
Benih tanaman 1 sachet Rp 7.000 Rp 7.000
Box Styrofoam 1 buah Rp 17.000 Rp 17.000
Nutrisi AB mix 1 paket Rp 18.000 Rp 18.000
Total Rp 50.000

Sistem Rakit Apung


Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 10 cm
Populasi : 15 tanaman
Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
GRC ukuran 120×240 (100×60 cm) 1 buah Rp 52.000 Rp 52.000
Styrofoam ukuran 200×100 (100×60 cm) 1 buah Rp 12.000 Rp 12.000
Plastik UV 10×3 m 1 buah Rp 30.000 Rp 30.000
Net pot 15 buah Rp 1.000 Rp 15.000
Benih tanaman 1 sachet Rp 7.000 Rp 7.000
Baja ringan untuk meja penyangga & rangga 2 batang Rp 70.000 Rp 140.000
bak ukuran 100x60x10 cm
Nutrisi AB mix 1 paket Rp 18.000 Rp 18.000
Total Rp 240.000
Sistem DFT Ulir
Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 150 cm
Populasi : 30 tanaman
Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Pipa 3” (6 buah @panjangnya 100 cm) 2 batang Rp 55.000 Rp 110.000
Pipa ½” (1 batang) 1 batang Rp 13.000 Rp 13.000
Dop 3” 12 buah Rp 6.500 Rp 78.000
L knee ½” 3 buah Rp 1.000 Rp 3.000
L drat dalam ½” 11 buah Rp 1.250 Rp 13.750
Sock drat luar ½” 11 buah Rp 850 Rp 9.350
Sock drat dalam ½” 1 buah Rp 1.000 Rp 1.000
Stop kran ½” 1 buah Rp 10.000 Rp 10.000
Net pot 30 buah Rp 1.000 Rp 30.000
Kain flannel 3 lembar Rp 2.000 Rp 6.000
Benih tanaman 1 sachet Rp 7.000 Rp 7.000
Bak air 50 liter (container box) 1 buah Rp 120.000 Rp 120.000
Pompa air celup (daya dorong 2 meter) 1 buah Rp 175.000 Rp 175.000
Baja ringan untuk rangka 2 batang Rp 70.000 Rp 140.000
Nutrisi AB mix 1 paket Rp 18.000 Rp 18.000
Total Rp 734.100

Sistem Dutch Bucket


Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 150 cm
Populasi : 30 tanaman
Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Total
Pipa ½” 1 batang Rp 13.000 Rp 13.000
Dop ½” 1 buah Rp 1.500 Rp 1.500
L knee ½” 7 buah Rp 1.000 Rp 7.000
L drat dalam ½” 6 buah Rp 1.250 Rp 7.500
Sock drat luar ½” 6 buah Rp 850 Rp 5.100
Sambungan pipa T ½” 5 buah Rp 1.700 Rp 8.500
Sock drat dalam ½” 1 buah Rp 1.000 Rp 1.000
Nepel 6 buah Rp 1.500 Rp 9.000
Stick drip 6 buah Rp 1.500 Rp 9.000
Selang mikro 5 mm 3 buah Rp 2.000 Rp 6.000
Net pot 6 buah Rp 1.000 Rp 6.000
Kain flanel 1 lembar Rp 2.000 Rp 2.000
Benih tanaman 1 sachet Rp 7.000 Rp 7.000
Box atau ember bekas 6 buah Rp 12.000 Rp 72.000
Bak air 50 liter (container box) 1 buah Rp 120.000 Rp 120.000
Baja ringan untuk meja penyangga 2 batang Rp 70.000 Rp 140.000
Pompa air celup 1 buah Rp 175.000 Rp 175.000
Nutrisi AB mix 1 paket Rp 18.000 Rp 18.000
Total Rp 607.600

Cara Membuat Nutrisi AB Mix


Nutrisi menggantikan unsur-unsur hara dalam tanah (makro dan mikro) dalam hidroponik, sehingga
peranannya sangat penting. Dalam pembuatan larutan nutrisi hidroponik, perlu diperhatikan
komposisinya, akan digunakan untuk sayuran daun atau buah, karena beda jenis tanaman akan
memiliki tingkat kebutuhan unsur yang berbeda-beda pula (susunan komposisi untuk sayuran daun
akan berbeda sama tanaman buah-buahan, misalnya). Nutrisi dibuat dengan dua macam pekatan A
dan B. Kedua pekatan tersebut baru dicampur dengan air biasa saat akan digunakan.
Komposisi nutrisi A
Kalsium nitrat: 1176 gram, kalium nitrat: 616 gram, Fe EDTA: 38 gram.
Komposisi nutrisi B
Kalium dihidro fosfat: 335 gram, Amonium sulfat: 122 gram, Kalium sulfat: 36 gram, Magnesium
sulfat: 790 gram, Cupri sulfat: 0,4 gram, Zinc sulfat: 1,5 gram, Asam borat: 4,0 gram, Mangan sulfat: 8
gram, ammonium hepta molibdat: 0,1 gram.
Bahan Yang Dibutuhkan
1. Gelas ukur.
2. Pengaduk non-logam.
3. Air biasa.
4. Nutrisi A dan B.
5. Botol untuk tempat larutan nutrisi yang telah siap digunakan.

Langkah-langkah
Larutan Nutrisi A dan Nutrisi B
1. Siapkan air biasa sebanyak 500 ml. masukkan nutrisi A ke dalam gelas ukur, aduk hingga nutrisi
larut. Setelah larut, tuangkan larutan nutrisi A ke dalam botol dan beri label nama. Sebelum
membuat larutan nutrisi B, cuci terlebih dahulu gelas ukur dengan air biasa.
2. Selanjutnya siapkan air biasa 500 ml untuk membuat larutan nutrisi B, masukkan nutrisi B ke
dalam gelas ukur, aduk hingga larut. Kemudian tuangkan larutan nutrisi B ke dalam botol dan beri
label nama. Larutan nutrisi A dan B siap digunakan.

Larutan Nutrisi AB Mix


1. Cara membuat larutan nutrisi AB mix yaitu dengan menyiapkan wadah plastik berisi 1 liter air
biasa kemudian tuangkan larutan nutrisi A sebanyak 5 ml ke dalam wadah, aduk rata. Setelah
tercampur, tuangkan larutan nutrisi B sebanyak 5 ml ke dalam wadah, aduk rata. Larutan nutrisi
AB mix siap digunakan.
2. Tuangkan larutan nurtrisi AB mix ke dalam media tanam hidroponik.

Pengaturan Debit Air Nutrisi, pH, dan PPM Yang Sesuai untuk Tanaman
1. Pengaturan Debit Air Nutrisi
Selama proses perawatan tanaman, sebaiknya cek sekala berkala kadar PPM-nya dan debit airnya.
Jika air sudah menyusut, sebaiknya segera ditambahkan agar tanaman dapat tumbuh maksimal.
Setiap penambahan air biasa, tambahkan juga larutan nutrisi A dan B, kemudian sesuaikan kembali
kadar PPM-nya dengan jenis tanaman yang ditanam dan usia tanaman tersebut.
2. pH Yang Sesuai untuk Tanaman Hidroponik
Apa itu pH dan pengaruhnya terhadap tanaman? pH merupakan singkatan dari power of hydrogen
atau kekuatan hydrogen. pH merupakan salah satu faktor penting dalam sistem hidroponik. Kadar
keasaman larutan dihitung dari konsentrasi ion hydrogen dalam larutan tersebut. Larutan dianggap
asam jika pH-nya di bawah 7.0 dan dianggap basa jika di atas 7.0. Tiap jenis tanaman memiliki tingkat
pH masing-masing. Kadar pH terkadang bisa berubah. Contohnya di pagi hari saat anda cek kadar pH-
nya 6,5 tapi pada sore hari berubah menjadi 8. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena
mempengaruhi akar dalam menyerap nutrisi. Kadar pH nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terlambat, daun menguning dan mungkin saja tanaman akan mati.
Dalam menanam menggunakan sistem hidroponik, kualitas air nutrisi sangatlah penting dan harus
diperhatikan. Dalam hal ini adalah ukuran kepekatan nutrisi (PPM) dan tingkat keasaman air (pH).
Alat yang digunakan untuk mengukur kepekatan nutrisi adalah TDS meter sedangkan untuk
mengukur tingkat keasaman air menggunakan pH meter.
Tabel pH dan PPM untuk Berbagai Macam Sayuran
Nama Sayuran pH PPM
Asparagus 6.0-6.8 980-1260
Kacang 6.0 1400-2800
Bawang Putih 6.0 980-1260
Bayam 6.0-7.0 1260-1610
Brokoli 6.0-6.8 1960-2450
Paprika 6.0-6.5 1240-1540
Jagung Manis 6.0 840-1680
Kentang 5.0-6.0 1400-1750
Ketimun 5.5 1170-1750
Kubis 6.5-7.0 1750-2100
Kembang Kol 6.5-7.0 1050-1400
Labu 5.5-7.5 1240-1680
Lobak 6.0-7.0 840-1540
Selada 6.0-7.0 560-840
Seledri 6.5 1260-1680
Terong 6.0 1750-2450
Tomat 6.0-6.5 1400-3500
Ubi 6.0 980-1260
Ubi Jalar 5.5-6.0 1400-1750
Wortel 6.5 1200-1400
Zucchini 6.0 1260-1680

Nama Herb pH PPM


Basil (Kemangi) 5.5-6.5 700-1120
Chicory 5.5-6.0 1400-1600
Daun Bawang 6.0-6.5 1240-1540
Lavender 6.4-6.8 700-780
Mint 5.5-6.0 1400-1680
Peterseli 5.5-6.0 560-1260
Rosemary 5.5-6.0 700-1120
Yang perlu diperhatikan dari table di atas adalah ada batas bawah dan batas atas untuk setiap
kebutuhan PPM-nya. Misal untuk bayam, batas bawahnya adalah 1260 dan batas atasnya adalah
1610. Itu berarti bahwa bayam masih bisa tumbuh dengan toleransi PPM di antara angka tersebut.
Pada saat tanaman masih muda, maka kebutuhan nutrisi masih sedikit. Jadi anda bisa memberikan
PPM batas bawah. Sebaliknya pada saat tanaman sudah tua maka akan membutuhkan nutrisi yang
lebih banyak. Jadi berikanlah PPM batas atas.

Cara Agar PPM Stabil


Karena adanya perbedaan kadar PPM yang dibutuhkan setiap tanaman, maka ada baiknya menanam
sayuran sejenis dalam 1 media tanam hidroponik. Cara menyesuaikan kadar PPM-nya bila berubah
yaitu dengan menambahkan larutan nutrisi A atau B sehingga mendapatkan kadar PPm yang sesuai.
Atau jika kadar terlalu tinggi, anda bisa menambahkan air biasa untuk menurunkan kadarnya.

Proses Pembibitan Hingga Pemanenan dalam Hidroponik


Dalam proses pembibitan, yang perlu diperhatikan adalah jenis benih dan kualitas dari benih
tersebut. Memilih benih yang berkualitas merupakan langkah awal budidaya sayuran dan buah
secara hidroponik. Adapun jenis-jenis benih yaitu: benih lokal dan benih hibrida. Sebaiknya gunakan
jenis benih hibrida daripada benih lokal karena benih lokal daya tumbuhnya terkadang tidak seragam
dan produktivitasnya rendah. Kemudian perlu diperhatikan juga media tanam serta penyemaian
bibitnya. Semua hal tersebut sangatlah penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga
saat panen nanti hasilnya bisa memuaskan. Mari kita bahas hal-hal tersebut di atas satu per satu.
Media Tanam untuk Sistem Hidroponik
Pemilihan media tanam yang tepat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Berikut ini jenis-jenis media tanam hidroponik yang sering digunakan.
1. Arang Sekam
Berupa sekam bakar berwarna hitam dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Secara fisik,
arang sekam sangat ringan, kasar, dan warnanya yang hitam mampu mengabsorbsi atau menyerap
sinar matahari secara efektif. pH-nya tinggi antara 8.5-9.0 dan mampu menghilangkan penyakit
seperti bakteri dan gulma.
2. Rockwool
Rockwool disebut juga mineral wool, yaitu bahan non-organik yang dibentuk dengan cara meniupkan
udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Sehingga akan terbentuk seperti fiber yang
berongga dengan diameter umumnya sekitar 6-10 mikrometer. Rockwool mampu menyerap air dan
udara dalam jumlah yang lebih banyak untuk membantu pertumbuhan akar tanaman. Keunggulan
lain dari rockwool yaitu ramah lingkungan, bebas dari pathogen yang dapat menyebabkan penyakit,
mudah dalam mengontrol kadar air, efisien dalam penggunaan air, minimal dalam penggunaan
pupuk dan disinfektan.
3. Serbuk Kayu
Serbuk kayu biasa digunakan sebagai media tanam untuk tanaman yang membutuhkan kelembapan
tinggi seperti jamur.
4. Cocopeat
Cocopeat merupakan media tanam yang berbentuk serbuk halus dari proses penghancuran sabut
kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal dengan fiber dan
serbuk halus yang dikenal dengan cocopeat. Serbuk tersebut sangat cocok digunakan sebagai media
tanam karena dapat menyerap air.
5. Hidroton
Hidroton merupakan media tanam yang terbuat dari tanah liat yang telah dipanaskan dengan suhu
tinggi. Bentuknya bulat-bulat dan ukurannya kecil seperti kelereng. Hidroton sangat cocok digunakan
sebagai media tanam untuk teknik penanaman hidroponik karena mampu menyimpan kandungan air
dengan baik, bersih, tidak merusak akar, pH netral dan stabil. Hidroton dapat digunakan berkali-kali
sebagai media tanam.

Proses Penyemaian dan Pemindahan Bibit ke Media Tanam


Untuk memberikan ilustrasi yang jelas, media tanam yang digunakan sebagai contoh adalah
rockwool. Berikut ini adalah langkah-langkah penyemaian biji dengan media rockwool.
Bahan dan Alat
1. Net pot.
2. Nampan plastik.
3. Gergaji besi.
4. Penggaris besi.
5. Tusuk gigi.
6. Kain flannel.
7. Benih tanaman.
Cara Penyemaian
1. Potong-potong rockwool bentuk kotak ukuran 2x2x2 cm, jangan sampai terputus agar bentuknya
masih tetap kotak.
2. Lubangi bagian tengah rockwool yang sudah dipotong dengan tusuk gigi. Jangan terlalu dalam,
kira-kira ½ cm saja.
3. Isi tiap lubang tanam dengan benih yang akan disemai menggunakan tusuk gigi yang telah
dibasahi. Tiap 1 lubang diisi satu benih saja untuk jenis tanaman yang tumbuh besar atau
berdaun lebat seperti selada, sawi, tomat, cabai, dll. Untuk jenis tanaman seperti kangkung,
seledri, dll, tiap 1 potong rockwool dapat diisi dengan 4-5 biji benih.
4. Setelah semua lubang rockwool terisi benih, pindahkan rockwool ke nampan plastik.
5. Semprot rockwool dengan air biasa, cukup basah saja, jangan sampai tergenang air. Kemudian
letakkan nampan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Semprot rockwool
setiap hari dengan air biasa pagi dan sore, jangan sampai rockwool kering.
6. Setelah 1-3 hari benih akan mulai tumbuh, pindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari
untuk menghindari terjadinya etiolasi (pertumbuhan tidak sempurna yang umumnya ditandai
dengan fisik tanaman yang kurus, tinggi, dan langsing) pada tanaman.
7. Tunggu hingga tanaman berdaun 4 atau sudah berumur 1 minggu, kemudian pindah ke
rangkaian hidroponik.
Proses Pemindahan Tanaman
1. Pilihlah bibit yang sehat untuk dipindah tanam di instalasi peremajaan, jangan dicampur dengan
bibit yang sakit atau tidak tumbuh dengan baik karena akan mempengaruhi keseluruhan kualitas
hasil produksi. Sebagai catatan, bibit yang telah remaja bisa diletakkan di bawah sinar matahari
langsung karena sudah cukup kuat.
2. Pindahkan bibit beserta rockwool ke net pot untuk menghindari kerusakan akar. Kemudian
dimasukkan ke lubang tanam sistem hidroponik.
3. Siapkan jenis instalasi hidropoink yang akan digunakan kemudian siapkan air nutrisi AB mix
sesuai jenis tanaman, sayuran daun atau buah. Lalu ukur kadar pH air biasa sebelum diberi
nutrisi. Setelah air nutrisi siap digunakan, ukur kadar PPM-nya, sesuaikan dengan kebutuhan
jenis tanaman. Tiap jenis tanaman berbeda kadar PPM yang dibutuhkan. Untuk jenis sayuran
seperti selada, bayam, pakchoi, sawi dan sejenisnya, anda bisa menggunakan sistem NFT, rakit
apung, sistem wick, sistem pasang surut dan aeroponik. Sedangkan untuk bibit seperti tomat,
cabai, terong, dan tanaman yang ukurannya tinggi, cukup lebat, dan merambat, anda bisa
menggunakan sistem hidroponik drip irrigation atau fertigasi agar tanaman dapat tumbuh
maksimal.
4. Pindahkan bibit remaja umur 7-14 hari atau telah berdaun 3-4 helai ke instalasi hidroponik yang
ingin digunakan. Setelah bibit dipindahkan ke instalasi, yang harus dilakukan adalah memantau
pertumbuhan tanaman secara berkala hingga masa panen.
5. Pemeliharaan harian yang harus dilakukan yaitu mengecek debit air nutrisi dan kadar PPM-nya.
Amati juga apabila ada serangan hama dan penyakit pada tanaman. Biasanya dapat dilihat di
bagian daun, akar, atau buah. Segera pindahkan tanaman yang terkena hama dan penyakit agar
tidak menyebar ke tanaman lainnya. Menjaga kebersihan lingkungan kebun juga tidak kalah
penting serta kebersihan instalasi agar tidak berlumut.

Proses Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00 karena saat itu embun
sudah menguap dan panas belum terik, sehingga hasil panen segar dan tidak mudah layu. Atau bisa
juga melakukan panen pada pukul 17.00.
Panenlah sesuai usia panen masing-masing tanaman, karena jika terlalu lama tidak dipanen akan
menyebabkan rasa sayuran menjadi pahit.
Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan tanaman siap panen dan pindahkan ke nampan
plastik. Kemudian lepaskan tanaman dari net pot. Hasil panen kemudian siap diolah.

Kenali Hama, Penyakit, dan Tanda-tandanya


Beberapa hama yang sering menyerang tanaman hidroponik di antaranya adalah kutu daun, tungau,
busuk batang dan daun, embun tepung dan nematoda. Di bawah ini adalah beberapa jenis hama
penyakit dan tanda-tanda kondisi tanaman yang terserang.

Hama Penyakit Kondisi Tanaman Yang Terserang


Thrips (thrips.sp) Daun keriting ke atas, buah mudah rontok.
Kutu kebul (bemisia tabaci) Daun keriting menguning.
Kutu daun (myzrus persicae) Kutu berwarna kemerahan di bagian pucuk daun yang
menyebabkan daun menjadi keriput, keriting, dan
menghambat pembentukan bunga atau buah.
Ulat grayak (spodoptera litura) Bertelur pada daun dan memakan daun secara bersama-sama
sehingga daun menjadi berlubang.
Ulat buah (dacus dorsalis hend) Hama yang memakan cabai hingga berlubang.
Ulat potong (agrotis sp.) Memotong batang tanaman saat mulai tumbuh.
Lalat buah (bactrocera spp.) Buah menjadi busuk, kulitnya seperti tersiram air panas.
Terdapat ulat di dalam buah.
Rebah semai (phytium sp.) Terjadi pembusukan pada pangkal batang dan membuat patah
batangnya.
Busuk buah kering (antraknosa) Pembusukan pada buah hingga mengering.
Busuk batang dan daun Tanaman yang terserang hama ini akan mengalami bercak-
(phytoptora infestans) bercak pada bagian tepi daun dan ujungnya.
Embun tepung (powdery mildew) Daun yang terserang akan berwarna cokelat dan sebelah
bawah terdapat lapisan tepung berwarna putih.
Bercak daun (cercospora) Daun akan menguning dan rontok. Biasanya menyerang
batang, tangkai daun, dan tangkai buah.
Layu fusarium (fusarium Biasanya tanaman akan menjadi layu pada bagian leher
oxysoprum) akarnya dan mengering.
Tungau Mengakibatkan daun menjadi berbercak kekuningan atau
cokelat, mengering, dan rontok.
Nematoda Menyerang pangkal batang hingga pucuk yang membuat
tanaman akan tumbuh kerdil dan tangkai daun kurus.

Etiolasi dan Cara Pencegahannya


Etiolasi atau biasa disebut dengan KUTILANG (kurus, tinggi, langsing) merupakan kondisi benih yang
terlambat mendapatkan sinar matahari saat benih mulai pecah. Di saat musim hujan, proses
pembenihan dapat dibantu dengan growing lamp sebagai pengganti sinar matahari. Jika terjadi
etiolasi, sebaiknya dibuang saja dan buat semaian baru lagi. Karena jika dilanjutkan pun,
pertumbuhannya tidak akan maksimal.

Cara Mencegah dan Mengatasi Lumut pada Air Nutrisi Hidroponik


Gangguan lumut akan muncul karena air nutrisi langsung terpapar oleh matahari. Lumut yang
muncul di paralon itu terdapat di lubang yang tidak ada tanamannya. Sedangkan yang ada
tanamannya tidak muncul lumut. Jadi dapat disimpulkan, cara mencegah lumut pada air nutrisi yaitu
dengan mencegah air nutrisi langsung terpapar sinar matahari, jika menggunakan sistem NFT,
usahakan tempat air tertutup rapat dan menggunakan tempat air berwarna gelap agar cahaya tidak
masuk.

Anda mungkin juga menyukai