Mungkin ada sebagian dari Anda yang masih bertanya-tanya, apa sih hidroponik itu?
Hidroponik, menurut sebagian besar sumber, secara bahasa berasal dari kata hydros dan ponos.
Padahal sebenarnya istilah yang lebih tepat adalah hudor, bukan hydro (dalam Bahasa Yunani).
Hudor berarti air dan ponos berarti bekerja. Sambungan dari kedua istilah itu membentuk kata
hydroponic yang berarti bekerja dengan air.
Secara lebih spesifik, hidroponik dapat diartikan sebagai sistem bercocok tanam menggunakan air,
namun saat ini tidak hanya air yang digunakan dalam kegiatan hidroponik, sehingga hidroponik
dalam artian modern mungkin lebih cocok disebut “bercocok tanam tanpa media tanah”. Pokoknya
non tanah 😀
Berkebun dengan sistem hidroponik menggunakan larutan nutrisi dan berbagai media tanam seperti
rockwool, cocopeat, hidroton, arang sekam, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media
tanam pada umumnya yaitu tanah.
Jenis Tanaman Yang Dapat Ditanam Secara Hidroponik
Oke saya sudah paham arti hidroponik. Tapi, tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan sistem
hidroponik?
Ada banyak macam jenis tanaman yang bisa Anda budidayakan dengan menggunakan teknik
hidroponik. Biasanya yang dikembangkan adalah tanaman jenis holtikultura seperti sayuran daun,
sayuran buah, buah-buahan, tanaman hias, pertamanan, serta tanaman obat. Pada dasarnya, semua
tanaman dapat ditanam dengan metode hidroponik, yang penting ialah bagaimana caranya agar
nutrisi tanaman tersebut dapat terpenuhim, meski tanpa menggunakan unsur hara dari tanah
lansgsung.
Di Indonesia sendiri, teknik budidaya tanaman ini mulai diterapkan sejak tahun 1980 dan yang marak
dikembangkan hingga saat ini adalah tanaman sayuran, terutama sayuran daun dan sayuran buah.
Baru kemudian lambat laun teknik hidroponik berkembang menjadi populer dan sudah mencapai
ranah komersial besar-besaran seperti yang kita lihat akhir-akhir ini.
Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik
Ilustrasi tanaman hidroponik yang paling sering ditemukan. Menggunakan tempat berupa lubang di
pipa PVC, wadah berupa net pot hidroponik, media tanam berupa rockwool.
Bisa dibilang teknik bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai jalur nutrisi utamanya ini
sangatlah pas bagi siapapun. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem ini? Mari kita bahas
lebih lanjut.
Kelebihan Hidroponik
1. Anda bisa menyalurkan hobi dan ketertarikan berkebun
2. Hasil panennya dapat memenuhi asupan gizi Anda sekeluarga. Beda lho rasanya memakan
selada atau sayuran lain dari hasil petik di kebun sendiri!
3. Tanaman yang kita konsumsi juga kita bisa yakini bebas dari pestisida atau zat kimia lain yang
tentunya berbahaya bagi kesehatan.
4. Sudah banyak petani rumahan yang membuktikan bahwa mereka bisa meraup rupiah sebagai
keuntungan dari pengembangan hobi ini. Bukankah sangat asyik mendapatkan penghasilan dari
sebuah hobi yang kita tekuni tiap harinya?
5. Sistem yang sangat portable atau mobile.
6. Anda juga hanya perlu menyisihkan sedikit waktu setiap harinya untuk mengelola kebun
hidroponik anda mulai dari masa tanam sampai nanti waktunya panen tiba.
7. Tidak menggunakan tanah, lebih bersih dalam pengelolaannya
8. Pertumbuhan tanaman cepat dan stabil jika dapat mengukur kebutuhan nutrisi tanaman yang
terlarut dalam air dengan tepat. Jadinya lebih efisien ketimbang di tanah
9. Lebih efisien dalam penggunaan air. Pada beberapa sistem, sisa keluaran air dapat ditampung
lagi untuk dapat dipompa lagi masuk ke media tanam
10. Hasil panen cenderung lebih banyak
11. Lebih mudah dipanen ketimbang teknik konvensional
12. Hemat tempat, dapat dilakukan di lahan sempit, bertanam hidroponik skala besar tidak perlu
lahan yang sampai berhektar-hektar
13. Steril, hasil penanaman untuk dikonsumsi lebih bersih dibanding jika ditanam di kebun biasa
14. Penggunaan pupuk (tepatnya nutrisi) dapat diaplikasikan dengan efisien
15. Tidak tergantung cuaca atau musim, apalagi bisa dilakukan di dalam rumah dengan bantuan
lampu
16. Risiko terkena hama atau penyakit jauh lebih kecil dibanding teknik bercocok tanam dengan
tanah.
17. Hasil dan struktur sistem hidroponik terlihat kompleks, kompak, indah dan asri.
Kekurangan Hidroponik
1. Investasi awal cukup besar. Membutuhkan modal yang relatif besar jika ingin fokus, tapi tidak
semuanya mahal kok. Anda bisa menggunakan teknik hidroponik sederhana yang sedang
digandrungi para pemula. Baca disini cara menanam hidroponik sederhana untuk pemula.
2. Perlengkapan dan peralatan hidroponik masih belum terlalu sering ditemukan. Karena
belum sangat populer sehingga menjadi kebutuhan di Indonesia, penyedia perangkat dan
pemeliharaan akan sistem bercocok tanam secara hidroponik masih sedikit. Tapi Anda
beruntung, kami adalah salah satu toko hidroponik yang dapat Anda andalkan.
3. Butuh ketelitian yang lebih. Kesalahan memberikan nutrisi atau tingkat keasaman yang tidak
tepat dapat menimbulkan kerugian apalagi jika investasi yang dipasang sejak awal jumlahnya
cukup besar. Oleh karena itu jika Anda masih pemula, kami sangat menyarankan untuk
mencoba terlebih dahulu, gunakan sistem yang mudah seperti sistem sumbu atau wick.
Selengkapnya baca disini.
Dengan penjelasan dan ilustrasi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa diambil kesimpulan
bahwa hidroponik merupakan teknik cocok tanam yang sangatlah praktis dan dipercaya akan
menjadi semacam lifestyle di lingkungan perkotaan sekarang ini dan nantinya akan semakin populer.
Di samping memenuhi kebutuhan akan bahan pangan, Anda juga bisa mengharapkan kebun
hidroponik Anda sebagai titik untuk mempercantik rumah Anda baik secara interior maupun
eksterior. Hebat, bukan?
Menggunakan media tanam padat seperti hidroton (pada gambar di atas) merupakan salah satu
bentuk hidroponik substrat.
Berbicara tentang hidroponik substrat, cara penanamannya hampir sama dengan bertanam secara
konvensional dengan menggunakan pot. Akan tetapi media tanam yang digunakan umumnya dibuat
dari media tanam buatan seperti arang sekam, rockwool, cocopeat, hidroton dan serbuk kayu.
Pemberian nutrisi pada sistem ini dilakukan dengan irigasi tetes yang bisa diaplikasikan dengan
membasahi daerah sekitar tanaman. Sedangkan untuk hidroponik non-substrat, metode ini mengacu
pada budidaya dengan cara meletakkan akar tanaman pada air yang sudah diberi nutrisi dan
kemudian disirkulasi. Nutrisi hidroponikdapat dibuat sendiri atau bisa Anda beli yang sudah jadi
berupa serbuk dan sisa dicampur air.
Gambar diatas menunjukkan 6 sistem hidroponik yang berbeda-beda. Disertai dengan bagan
gambaran struktur sistem agar mudah dipahami.
Bahasan tentang macam-macam cara menanam hidroponik dan contohnya sebenarnya sudah
pernah kami sadur, tapi pada artikel ini kami jabarkan kembali dengan gaya penulisan yang berbeda,
dengan tujuan agar Anda dapat lebih memahami.
Jika Anda sudah ahli nantinya, dari enam sistem dasar tersebut, Anda dapat mengkombinasikannya
menjadi bermacam bentuk dan sistem baru. Bukan tidak mungkin nanti lahir teknik hidroponik
baru yang asalnya dari Indonesia, apalagi ternyata jika awal mula mengenal hidroponik adalah
membaca artikel ini 😀
Baik, kembali ke masalah pemilihan sistem hidroponik, sekali lagi Anda harus memilih yang sesuai
dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti lokasi dan keinginan Anda.
Anda juga sebaiknya memikirkan tentang apakah Anda ingin sistem dengan perlengkapan sederhana
yang perawatannya mudah, atau Anda malah ingin sistem canggih yang bisa menghasilkan produk
panen yang terbaik.
Di bawah ini kita akan membahas dan mengenali masing-masing sistem satu persatu.
I. Sistem Sumbu / Wick System
Sistem hidroponik wick memanfaatkan sumbu sebagai media untuk menyalurkan larutan nutrisi ke
akar tanaman. Pada gambar diatas menggunakan loyang atau bak.
Di antara berbagai jenis sistem hidroponik, sistem sumbu adalah jenis yang paling sederhana dan
sangat cocok untuk pemula. Sistem ini merupakan sistem pasif yang simpel dan tidak menggunakan
listrik. Dalam hidroponik sistem sumbu, akar tanaman tidak dicelupkan langsung ke dalam air
melainkan dengan perantara sumbu atau bahan yang mudah menyerap air seperti sumbu kompror
dapur, kain flanel, atau bahkan kaos bekas.
Walaupun akar tidak dicelupkan langsung ke dalam air, proses penyerapan nutrisi tetap bisa terjadi
berkat adanya gaya kapilaritas air pada sumbu yang salah satu ujungnya menyentuh air nutrisi dan
ujung lainnya menyentuh akar tanaman.
Dalam sistem sumbu, udara diserap oleh akar tanaman bersamaan dengan penyerapan larutan
nutrisi. Media tumbuh yang baik akan sangat membantu untuk memastikan bahwa tanaman
mendapatkan pasokan udara yang cukup. Ketika cadangan air nutrisi pada reservoir (tempat
penampungan air misalnya bak atau loyang) akan habis, pengisian kembali dapat dilakukan dengan
cara manual tanpa perlu menggunakan pompa air seperti pada sistem lain.
Sistem hidroponik wick yang paling sederhana, menggunakan botol aqua atau air mineral atau
minuman yang dibelah dua sebagai wadah tanam, tidak membutuhkan reservoir berupa loyang atau
bak. Teknik ini biasanya 1 botol untuk 1 tanaman.
Pada gambar di atas Anda bisa melihat bagaimana memanfaatkan botol aqua atau minuman bekas
dan dijadikan tanaman hidroponik dengan sistem sumbu wick. Kami sudah pernah
membahas tahapan cara dalam menciptakan tanaman hidroponik dari botol aqua, pada artikel cara
membuat hidroponik dengan mengunakan botol aqua bekas, silahkan klik disini atau juga bisa klik
disini.
Cabe rawit juga sangat marak ditanam dengan sistem wick ini lho!
Daya tarik dari sistem sumbu ini terletak pada kemudahan dan kesederhanaannya. Jika Anda mencari
cara bertanam hidroponik sederhana, sistem wick adalah jawabannya. Anda dapat membuat sendiri
sistem hidroponik sumbu ini dengan mudah, cepat, dan juga ekonomis pastinya. Selain itu sistem ini
sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin direpotkan dengan berkali-kali menyiram tanaman, karena
Anda cukup mengisi kembali air nutrisi ketika sudah hampir habis.
Untuk media tanam yang bisa anda pilih untuk sistem sumbu ini adalah cocopeat, hidroton, sekam
bakar, rockwool dan serat atau serbuk kulit buah kelapa. Sementara untuk jenis tanaman yang baik
untuk ditanam menggunakan sistem sumbu adalah kangkung, sawi, seledri, dan pakcoy.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sumbu / Wick
Kelebihan Kekurangan
Sistem rakit apung atau floating hydroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman
(khususnya sayuran) dengan cara menanamkan/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi.
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem ini, larutan nutrisi tidak disirkulasikan namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat
digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu
dilakukan karena dalam jangka waktu yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan
nutrisi pada dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Beberapa karakteristik pada sistem ini adalah fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah karena
terisolasinya lingkungan perakaran dan dapat digunakan pada daerah dengan sumber energi listrik
terbatas karena tidak terlalu bergantung pada listrik.
Agar styrofoam bertahan lama, biasanya bagian atasnya dilapisi plastik mulsa atau aluminium foil.
Menggunakan aluminium foil juga dapat berguna untuk memantulkan cahaya silau dengan tujuan
meminimalisir risiko tanaman didatangi hama.
Biasanya, bak penampungan air nutrisi mempunyai kedalaman antara 10 – 20 cm dengan kedalaman
larutan nutrisi berkisar antara 6 – 10 cm. Untuk meningkatkan suplai oksigen ke akar tanaman, Anda
bisa juga menggunakan alat tambahan seperti pompa akuarium, aerator, atau powerhead dengan
nepel udara yang dimasukkan ke dalam bak penampungan air nutrisi.
Tanaman yang cocok ditanam dengan sistem ini adalah tanaman yang pertumbuhannya cepat dan
suka banyak air seperti selada, kangkung, dan jenis sawi-sawian yang lain seperti sawi caisim, sawi
pakcoy, sawi bakso, sawi bunga, dan sawi petsai).
Sedikit tips untuk sistem rakit apung, sebaiknya Anda menempatkan bak plastik pada area yang
terkena cukup sinar matahari. Anda juga harus menjaga ketersediaan nutrisi. Dan pastikan akar
tanaman tetap menempel pada air nutrisi.
Tanaman akan mendapatkan suplai air dan Tanaman akan kesulitan mendapatkan
juga nutrisi secara berkesinambungan atau oksigen jika anda tidak menggunakan alat
terus menerus. seperti aerator atau airstone.
Sistem ini hemat air dan nutrisi walupun Akar tanaman lebih rentan terhadap
tidak sehemat sistem sumbu. pembusukan yang bisa memicu matinya
Pertumbuhan akar bisa maksimal yang tanaman.
artinya tanaman juga bisa tumbuh optimal. Perlu rutin mengamati fluktuasi perubahan pH
Mudah perawatannya karena tidak perlu pada air nutrisi.
melakukan penyiraman. Tidak cocok untuk tanaman dengan ukuran
Biaya pembuatannya cukup murah. besar dan tanaman yang dibudidayakan dalam
jangka panjang.
Pemompaan merupakan faktor utama dalam sistem pasang surut atau juga dikenal sebagai flood and
drain system. Air, oksigen, dan juga nutrisi dipompa dari bak penampungan ke media untuk
membasahi akar. Proses pemompaan ini disebut proses pasang. Kemudian, setelah beberapa waktu,
air nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan yang disebut proses surut.
Sistem ini juga biasa disebut sebagai ebb and flow system. Pada sistem ini, umumnya posisi pompa
air dibenamkan pada larutan nutrisi dan dihubungkan dengan timer atau pengatur waktu. Jeda waktu
antara proses pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman. Jadi
sudah pasti jenis tanaman yang satu dan yang lainnya membutuhkan setting timer yang berbeda
juga. Kuncinya adalah agar tanaman tidak terlalu tergenang atau kekurangan air.
Sistem hidroponik ini bisa menggunakan beberapa macam media pertumbuhan. Akan tetapi, untuk
hasil yang optimal, Anda disarankan memilih media tanam yang bisa menampung air cukup lama. Hal
ini cukup penting untuk mengantsipasi timer yang mati atau bermasalah akibat gangguan arus listrik.
Jika Anda menggunakan media tanam yang bisa menampung atau menahan air dalam waktu yang
cukup lama, jika terjadi gangguan aliran listrik, akar tanaman masih bisa bertahan dengan sisa air
yang tersimpan dalam media tanam. Media yang baik untuk sistem ini bisa menggunakan hidroton,
cocopeat, kerikil, dan rockwool. Media tersebut terbukti bisa menampung air dalam waktu yang
relatif lama yang bisa membantu mencegah tanaman kering akibat kekurangan air dan nutrisi.
Kelebihan dan kekurangan sistem pasang surut (flow and drain system)
Kelebihan Kekurangan
Tanaman mendapat suplai air, oksigen, dan Biaya pembuatan sistem ini cenderung agak
nutrisi secara periodik. mahal.
Larutan nutrisi dapat dipakai berulang-ulang. Sistem ini sangat tergantung pada listrik.
Suplai oksigen lebih baik, karena terbawa air Penggunaan media yang bisa menampung air
pasang dan surut. dalam waktu yang lama memang bisa
Instalasinya tergolong cukup mudah. membantu namun tidak bisa dijadikan solusi
Dapat menggunakan berbagai macam media utama.
tumbuh. Kualitas nutrisi yang sudah dipompakan
Mudah perawatannya karena Anda tidak berkali-kali akan menurun. Jadi anda harus
perlu melakukan penyiraman setiap hari. mengganti larutan nutrisi secara berkala.
Anda dapat menggunakan pompa air kecil Saat tanaman masih kecil, ketinggian pasang
untuk menjalankan sistem pasang surut air mungkin tidak bisa mencapai akar tanaman
nutrisi. yang masih pendek. Anda bisa mengakalinya
dengan menggunakan tambahan sumbu
seperti dengan kain flanel.
Penyaluran larutan nutrisi pada sistem irigasi tetes (drip irrigation) menggunakan selang.
Sistem irigasi tetes merupakan salah satu jenis sistem hidroponik yang tergolong sederhana.
Pasalnya, prinsip dari sistem ini hanya memberikan air dan nutrisi dalam bentuk tetesan yang
menetes secara terus menerus sepanjang waktu. Tetesan ini diarahkan tepat pada daerah dimana
akar berada sehingga tanaman bisa langsung menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan. Kecepatan
tetesan nutrisi dapat diatur sedemikian rupa agar sesuai takaran dan tidak menggenangi tanaman.
Sistem ini bisa diibaratkan seperti infus. Sistem ini pada prinsipnya sama saja dengan menyiram
tanaman namun dilakukan secara otomatis, terus menerus dan pastinya sesuai dosis.
Dalam sistem irigasi tetes ini terdapat 2 model yang bisa digunakan, yaitu recovery dan non-
recovery. Jika recovery, maka larutan nutrisi akan dikembalikan ke reservoir atau penampungan air.
Sedangkan jika menggunakan model non-recovery, larutan nutrisi akan dibiarkan mengalir ke tanah
atau saluran pembuangan khusus. Dari kedua model tersebut, model non-recovery lebih banyak
diminati walaupun pastinya akan membutuhkan larutan nutrisi lebih banyak. Sebab pada model
irigasi tetes recovery sering terjadi perubahan parameter pada larutan nutrisi, terutama perubahan
tingkat pH.
Dengan sistem irigasi tetes, media tanam yang digunakan cukup media tanam pot konvensional
yang tentunya harganya jauh lebih murah dibandingkan media tanam hidroponik. Seperti yang kita
tahu, media tanam konvensional sebenarnya sudah mengandung nutrisi dalam jumlah yang sedikit.
Oleh karenanya, Anda tidak perlu membuat larutan nutrisi yang terlalu pekat.
Nutrisi yang dilarutkan pada sistem irigasi tetes ini dibuat lebih encer konsentrasinya jika
dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik yang lainnya. Sistem hidroponik model irigasi tetes
sangatlah sesuai untuk membudidayakan tanaman yang notabene membutuhkan asupan nutrisi yang
banyak seperti tomat, cabai, dan berbagai tanaman buah lainnya. Model ini juga baik untuk tanaman
yang berukuran besar serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk budidayanya.
Anda juga bisa membuat sendiri sistem drip irigasi sederhana yang kreatif hanya bermodalkan selang
dan stick dripper.
Mengenai timer yang digunakan untuk sistem irigasi tetes, anda bisa menggunakan timer yang tidak
sebagus timer untuk sistem hidroponik lainnya. Anda bisa menggunakan timer yang biasa dijual di
toko listrik. Seandainya terjadi kesalahan hingga tanaman tidak mendapat larutan nutrisi selama,
sebagai contoh, 24 jam, tanaman masih tetap bisa hidup normal. Timer yang kami rekomendasikan
(laris dibeli) adalah stop kontak otomatis merek Kaiser.
Perlengkapan lain yang mungkin Anda butuhkan dalam membangun sistem ini selain timer, selang
PE/HDPE, juga aneka jenis nepel, konektor, dan stick dripper, yang bisa Anda temukan di kategori
fertigasi dan irigasi hidroponik.
Jika Anda tertarik memilih sistem NFT, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Kemiringan tray pertumbuhan atau talang berkisar antara 1 – 5% agar air nutrisi bisa mengalir
dengan baik (tidak terlalu cepat dan tidak menggenang).
Kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat. Hal ini bisa diatur dengan pembukaan keran
berkisar antara 0,3 – 0,75 liter per menit.
Lebar talang cukup memadai untuk mengindari terbendungnya air nutrisi.
Suhu lingkungan harus sesuai dengan karakter tanaman yang ditanam agar tanaman tidak mati.
Nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman agar
pertumbuhan bisa optimal.
Selama air nutrisi bebas dari kontaminasi, akar akan mampu berkembang dengan baik dan sehat.
Oleh karena itu, sebaiknya anda menggunakan reservoir yang tertutup seperti ember yang ada
tutupnya.
Sistem NFT ini sangatlah ideal untuk sayuran daun, herba, dan semua tanaman berumur pendek.
Sistem NFT terkadang juga digunakan untuk tomat, mentimun, kacang-kacangan, labu, paprika, dan
stroberi. Untuk sayuran berumur panjang, saluran NFT bisa dibuat lebih besar.
Perawatan lebih praktis dan gangguan hama Investasi dan biaya perawatan lumayan
lebih terkontrol. mahal.
Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi Sangat tergantung pada aliran listrik. Jika
air nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman aliran listrik mati, maka pompa akan berhenti
dapat disesuaikan dengan umur dan jenis dan tanaman akan cepat mati.
tanaman. Jika satu tanaman terserang penyakit, akan
Tidak perlu melakukan penyiraman dengan cepat menular ke tanaman lain dalam
tanaman. satu sistem karena menggunakan air yang
Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik diregulasi terus menerus.
dan mudah. Perlu dilakukan pemantauan fluktuasi pH
Pemakaian pupuk dan air lebih hemat. dalam larutan nutrisi.
Tanaman mendapatkan suplai air, oksigen, Larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman
dan nutrisi secara terus menerus. lama-kelamaan dapat menyebabkan
Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan kerusakan pada pompa air celup.
keadaan tidak kotor dan tidak rusak.
Mudah dalam pengendalian daerah
perakaran tanaman.
Dapat diaplikaskan pada lahan atau ruang
yang terbatas.
VI. Sistem Aeroponik
Sistem ini bisa dibilang merupakan sistem hidroponik yang paling mutakhir. Sistem aeroponik tidak
memerlukan media tanam. Prinsip kerjanya dengan menyemprotkan larutan nutrisi yang dikabutkan
ke akar tanaman yang menggantung bebas. Frekuensi pengabutan biasanya setiap beberapa menit
dan harus teratur karena jika tidak teratur, akar akan mengering dengan cepat.
Sistem ini menggunakan timer untuk menyalakan dan mematikan mesin penyemprot larutan nutrisi.
Timer yang digunakan untuk aeroponik harus yang berkualitas untuk mengindari kerusakan timer
karena frekuensi on-off yang singkat. Biasanya tanaman yang dikembangkan dengan cara aeroponik
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik model
lainnya.
Hal ini disebabkan karena nutrisi diberikan dengan cara dikabutkan secara langsung ke akar. Oleh
karenanya, akar bisa lebih mudah menyerap nutrisi tersebut beserta air dan oksigen. Sistem
aeroponik sangat cocok untuk budidaya tanaman berkubutuhan nutrisi tinggi seperti kentang namun
juga cocok untuk budidaya tanaman lain seperti selada keriting, kangkung, bayam, caisim, pakcoy,
dan lain-lain.
Jika Anda berkecimpung dalam dunia pengkabutan nutrisi, Anda akan berhubungan
dengan perlengkapan hidroponik fogger atau mister.
Langkah-langkah
Larutan Nutrisi A dan Nutrisi B
1. Siapkan air biasa sebanyak 500 ml. masukkan nutrisi A ke dalam gelas ukur, aduk hingga nutrisi
larut. Setelah larut, tuangkan larutan nutrisi A ke dalam botol dan beri label nama. Sebelum
membuat larutan nutrisi B, cuci terlebih dahulu gelas ukur dengan air biasa.
2. Selanjutnya siapkan air biasa 500 ml untuk membuat larutan nutrisi B, masukkan nutrisi B ke
dalam gelas ukur, aduk hingga larut. Kemudian tuangkan larutan nutrisi B ke dalam botol dan beri
label nama. Larutan nutrisi A dan B siap digunakan.
Pengaturan Debit Air Nutrisi, pH, dan PPM Yang Sesuai untuk Tanaman
1. Pengaturan Debit Air Nutrisi
Selama proses perawatan tanaman, sebaiknya cek sekala berkala kadar PPM-nya dan debit airnya.
Jika air sudah menyusut, sebaiknya segera ditambahkan agar tanaman dapat tumbuh maksimal.
Setiap penambahan air biasa, tambahkan juga larutan nutrisi A dan B, kemudian sesuaikan kembali
kadar PPM-nya dengan jenis tanaman yang ditanam dan usia tanaman tersebut.
2. pH Yang Sesuai untuk Tanaman Hidroponik
Apa itu pH dan pengaruhnya terhadap tanaman? pH merupakan singkatan dari power of hydrogen
atau kekuatan hydrogen. pH merupakan salah satu faktor penting dalam sistem hidroponik. Kadar
keasaman larutan dihitung dari konsentrasi ion hydrogen dalam larutan tersebut. Larutan dianggap
asam jika pH-nya di bawah 7.0 dan dianggap basa jika di atas 7.0. Tiap jenis tanaman memiliki tingkat
pH masing-masing. Kadar pH terkadang bisa berubah. Contohnya di pagi hari saat anda cek kadar pH-
nya 6,5 tapi pada sore hari berubah menjadi 8. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena
mempengaruhi akar dalam menyerap nutrisi. Kadar pH nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terlambat, daun menguning dan mungkin saja tanaman akan mati.
Dalam menanam menggunakan sistem hidroponik, kualitas air nutrisi sangatlah penting dan harus
diperhatikan. Dalam hal ini adalah ukuran kepekatan nutrisi (PPM) dan tingkat keasaman air (pH).
Alat yang digunakan untuk mengukur kepekatan nutrisi adalah TDS meter sedangkan untuk
mengukur tingkat keasaman air menggunakan pH meter.
Tabel pH dan PPM untuk Berbagai Macam Sayuran
Nama Sayuran pH PPM
Asparagus 6.0-6.8 980-1260
Kacang 6.0 1400-2800
Bawang Putih 6.0 980-1260
Bayam 6.0-7.0 1260-1610
Brokoli 6.0-6.8 1960-2450
Paprika 6.0-6.5 1240-1540
Jagung Manis 6.0 840-1680
Kentang 5.0-6.0 1400-1750
Ketimun 5.5 1170-1750
Kubis 6.5-7.0 1750-2100
Kembang Kol 6.5-7.0 1050-1400
Labu 5.5-7.5 1240-1680
Lobak 6.0-7.0 840-1540
Selada 6.0-7.0 560-840
Seledri 6.5 1260-1680
Terong 6.0 1750-2450
Tomat 6.0-6.5 1400-3500
Ubi 6.0 980-1260
Ubi Jalar 5.5-6.0 1400-1750
Wortel 6.5 1200-1400
Zucchini 6.0 1260-1680
Proses Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00 karena saat itu embun
sudah menguap dan panas belum terik, sehingga hasil panen segar dan tidak mudah layu. Atau bisa
juga melakukan panen pada pukul 17.00.
Panenlah sesuai usia panen masing-masing tanaman, karena jika terlalu lama tidak dipanen akan
menyebabkan rasa sayuran menjadi pahit.
Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan tanaman siap panen dan pindahkan ke nampan
plastik. Kemudian lepaskan tanaman dari net pot. Hasil panen kemudian siap diolah.