(ANTIBIOTIC GUIDELINE)
Syukur Alhamdulillah segalapuji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun Panduan
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha
Saifuddin KabupatenTebo.
Panduan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Thaha Saifuddin Kabupaten Tebo ini sangat berperan khususnya dalam proses
penyembuhan pasien, keberhasilan dari program pengendalian antimikroba ini menunjukkan
adanya komitmen yang kuat antara pimpinan Rumah Sakit dan seluruh staf medis serta non
medis dalam meningkatkan pelayanan di RSUD Sultan Thaha Saifuddin KabupatenTebo.
Panduan Program Pemberian Antimikroba (PPRA) adalah acuan bagi seluruh petugas di
RSUD Sultan Thaha Saifuddin Kabupaten Tebo terkait dengan pemberian antimikroba. Dengan
adanya Panduan Pemberian Antimikroba diharapkan terwujud pemberian antimikroba yang
sesuai dengan Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika.
Panduan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Sultan Thaha Saifuddin
Tebo ini sangat berperan penting khususnya dalam proses penyembuhan pasien, keberhasilan
dari program pengendalian antimikroba ini menunjukkan adanya komitmen yang kuat antara
pimpinan Rumah Sakit dan seluruh staf medis serta non medis dalam meningkatkan pelayanan
di RSUD Sultan Thaha Saifuddin Tebo.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan
panduan ini, kami menyampaikan terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan
sehingga dapat penyusun gunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan dimasa
mendatang.
i
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
SAMBUTAN
DIREKTUR RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO
Pelayanan Kesehatan merupakan hak semua orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal itu diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diantaranya adalah
upaya melindungi masyarakat dari berbagai masalah yang disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Untuk menghambat meluasnya resistensi kuman terhadap
antibiotik dan peningkatan masalah kesehatan karena penggunaan antibiotik yang tidak
tepat, keterlibatan seluruh professional kesehatan sangat dibutuhkan. Penggunaan
antibiotik yang bijak diantaranya dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas penulisan
resep antibiotik oleh para dokter serta menerapkan kebijakan pembatasan penggunaan
antibiotik disarana kesehatan.
Kami menyambut baik penerbitan buku Pedoman Umum Penggunaan Antimikroba
(PPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin Tebo sebagai salah satu
upaya untuk memberikan informasi dan panduan bagi para praktisi, dokter dan pemegang
kebijakan di Rumah Sakit dalam menggunakan antimikroba.
Kami harapkan seluruh unit Pelayanan Kesehatan di RSUD Sultan Thaha
Saifuddin Tebo dapat menerapkan Buku Pedoman Umum Penggunaan Antimikroba ini
dengan sebaik-baiknya. Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih
kepada semua pihak atas bantuan dan perhatian yang telah diberikan dalam penyusunan
Pedoman Penggunaan Antibiotik.
ii
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
PEMERINTAH KABUPATEN TEBO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN THAHA SAIFUDDIN
Jl. Sultan Thaha Saifuddin Km. 4 Muara Tebo Telp. (0744) 21727, 21372 Fax. (0744) 21727
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN THAHA SAIFUDDIN
KABUPATEN TEBO
NOMOR : /KEP/DIR/I/ 2019
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu Pelayanan di RSUD Sultan Thaha
Saifuddin Tebo maka diperlukan Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi
dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada;
Ditetapkan : di MuaraTebo
Tanggal : Maret 2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO
iv
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SULTAN
THAHA SAIFUDDIN KABUPATEN TEBO
NOMOR : /KEP/DIR//I/2019
TENTANG TIM PENYUSUN PANDUAN
PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
PROFILAKSIS DAN TERAPI
Tim Kontributor :
Tim Reviewer :
Rika Nuryanti, S.Si, Apt (Sekretaris KPRA)
Tim Editor :
Rika Nuryanti, S.Si, Apt
Ns. Sari Lismawarni, S.Kep
Ns. Ruri Sukmayanti, S.Kep
Ditetapkan di :MuaraTebo
Pada Tanggal : Desember 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO
v
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
vi
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar …………………………………………………………………………. i
Sambutan Direktur RSUD STS Tebo ………………………………………………….. ii
Keputusan Direktur RSUD tentang Tim Penyusun.......................................................... iii
Daftar Tim Penyusun ………………………………………………………………… v
Daftar Istilah dan Singkatan …………………………………………………………. vi
Daftar Isi ……………………………………………………………………………… vii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Definisi...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 1
1.4 Masa Berlaku............................................................................................ 2
1.5 Kelebihan dan keterbatasan …………….............................................. 2
BAB II.INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA ………………………………... 3
2.1 Ketentuan Umum...................................................................................... 3
2.2 Ketentuan Khusus .................................................................................... 3
2.2.1 Antibiotik Terapi Empiris dan Definitif ......................................... 3
2.2.2 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan ………………………… 3
2.2.3 Antibiotik Profilaksis pada non Bedah …………………………. 4
2.2.4 Antibiotik Kombinasi ……………………………………………. 4
2.2.5 Kategori Antibiotik Retristik …………………………………… 4
BAB III DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN PASIEN ……………… 6
3.1
Alur Rekomendasi Antimikroba diluar Pedoman Penggunaan
Antimikroba dan Formularium Nasional …………………………….. 6
vii
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus,
dan antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik
digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian
rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi,
2009).
Penggunaan antibiotik yang relative tinggi menimbulkan berbagai permasalahan
dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga member dampak
negative terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Muncul dan berkembangnya
mikroba resisten dapat dikendalikan melalui dua kegiatan utama, yaitu penerapan
penggunaan antimikroba secara bijak, dan penerapan prinsip pencegahan penyebaran
mikroba resisten melalui kewaspadaan standar.
Dalam upaya mengatasi resistensi antimikroba, perlu disusun Panduan Penggunaan
Antimikroba di Rumah Sakit sebagai acuan dalam penerapan penggunaan antimikroba
secarabijak.
B. DEFINISI
a. Antibiotik Profilaksis : Pemberian antibiotik sebelum, saat dan setelah procedure
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-
tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi
daerah operasi (IDO).
C. Tujuan
a. Sebagai acuan bagi klinisi dalam memberikan terapi antimikroba baik profilaksis
maupun terapi empiris secara bijak.
b. Untuk mencegah terjadinya resistensi antimikroba
1
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
D. Masa Berlaku
Kesesuaian Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi I tahun 2019
berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal ditetapkan, dan diperbaharui kembali berdasarkan
perkembangan evidence based.
UntukObat :
……………………………….
2
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
b. Keterbatasan
a) Panduan ini hanya dugunakan sebagai acuan terapi antibiotik empiris sebelum
mendapatkan informasi hasil pemeriksaan mikrobiologi sebagai terapi
definitive.
b) Panduan ini perlu dilakukan evaluasi berkala dengan mempertimbangkan
perubahan pola bakteri dan perkembangan Evidance Base Medicine (EBM),
serta dilakukan kajian oleh tim reviewer KPRA.
BAB II
INDIKASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
3
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
c. Saat pemberian 30-60 menit sebelum insisi, sekali pemberian atau dosis tunggal
dalam waktu 15-30 menit secara drip intravena (dilarutkan dalam 100 ml normal
saline pada dewasa) dan pemberian di kamar operasi.
d. Pemberian antibiotik profilaksis diulang bila terjadi perdarahan lebih dari 500ml
atau lebih dari 30% Estimated bllod volume=EBV (pada pasien anak >15% EBV)
atau lama operasi lebih dari 3 jam, lama pemberian maksimal 24 jam sejak
pemberian antibiotik profilaksis pertama, kecuali pada kasus-kasus tertentu (sesuai
Panduan Praktek Klinik=PPK).
e. Rekomendasi jenis antibiotik profilaksis adalah Cephalosporin generasi 1
(Cefazoline) atau generasi II (Cefuroxime), kecuali pada kasus-kasus tertentu
(sesuai PPK).
2.2.3 Antibiotik Profilaksis pada Non Bedah
Antibiotik profilaksis pada kasus non-bedah mengacu pada PPK yang berlaku dan
referensi berbasis bukti (EBM) yang telah disepakati di Rumah Sakit.
4
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
h. Golongan makrolide : Erythromycin, Spiramycin, Clarithromycin,
Azithromycin
i. Golongan quinolone: Ciprofloxacin
j. Golongan Tetrasiklin : Tetracyclin, Doxicyclin
k. Kombinasi trimethoprim/ sulfametoksazol: Cotromoxazol oral
l. Golongan imidazol : Metronidazol
5
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
BAB III
DAFTAR KASUS DAN ALUR PENANGANAN PASIEN
Konsultasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Pasien
Ya
PIC Masing-masingKonsultasi
Dengan KPRA
Tidak
Ya Antimikroba yang terpilih
KPRA Melakukan Kajian Kasus dan
Terintegrasi (dengan secara direkomendasikan
langsung /Tertulis dan/atau Media
Elektronik)
Tidak
Kajian Kasus antara Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), PIC masing-
masing SMF dan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Dapat
dilakukan melalui Langsung tertulis dan/atau Media Elektronik.
Catatan :
1. Bila terdapat ketidak sesuaian antara diagnosis, kondisi klinik pasien, hasil kultur
mikrobiologi, dengan pemilihan antibiotik (PPAM/Formularium Nasional/Formularium
Pendamping RS), Mohon menghubungi PIC SMF masing - masing.
2. Pengambilan specimen mikrobiologi harap dilakukan sebelum antibiotika pertama masuk
dan evaluasi tiap 3 – 5 hari (Kondisi Klinis, hasil Laboratorium dasar, Kultur specimen).
6
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
3.2 Penggunaan antibiotik Profilaksis
Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau Surgical site infection (SSI) adalah infeksi pada
tempat operasi merupakan salah satu komplikasi utama operasi yang meningkatkan
morbiditas dan biaya perawatan penderita di Rumah Sakit, bahkan meningkatkan mortalitas
penderita. Angka kejadian IDO pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan
mencerminkan kualitas pelayanan institusi tersebut.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi (faktor risiko) terjadinya IDO antara lain:
1. Sifat operasi (derajat kontaminasi operasi)
2. Nilai ASA (American Society of Anesthesiologists)
3. Komorbiditas DM (Diabetes Miliitus)
4. Suhu Operasi
5. Jumlah leukosit
6. Operasi yang lama
7. Malnutrisi
8. Obesitas
9. Penggunaan kotrikosteroid jangka panjang
10. Rematoid arthritis
11. Rokok
12. Infeksi nasokomial
13. Kehilangan banyak darah durante operasi (Massive Blood Loss)
Operasi Bersih Operasi yang dilakukan pada daerah Kelas operasi bersih
dengan kondisi pra bedah tanpa infeksi, terencana umumnya tidak
tanpa membuka traktus (respiratorius, memerlukan antibiotika
gastrointestinal, urinarius, bilier), operasi profilaksis kecuali pada
terencana, atau penutupan kulit primer beberapa jenis operasi
dengan atau tanpa digunakan drain misalnya, mata, jantung
tertutup. dan sendi.
Operasi Kotor Adalah operasi pada perforasi saluran Kelas Operasi Kotor
cerna, saluran urogenitas atau saluran memerlukan antibiotika
nafas yang terinfeksi ataupun operasi terapi.
yang melibatkan daerah yang purulen
(inflamasi bakterial).
Dapat pula operasi pada luka terbuka
lebih dari 4 jam setelah kejadian atau
terdapat jaringan non vital yang luas atau
nyata kotor
Alternatif:
Metronidazole 500mg PO 1 jam
preop, tiap 12 jam
Seksio Caesarea BK Cefazoline i.v drip 15 menit Dosis IA
Dosis : 2 gram (<120 kg) atau 3 tunggal ->
gr (≥ 120 kg) diberikan 30-60 max 24 jam
menit sebelum insisi
Histerektomi (abdominam, BK Cefazoline i.v drip 15 menit Dosis III B
vaginam) Dosis : 2 gram (<120 kg) atau 3 tunggal ->
gr (≥ 120 kg) diberikan 30-60 max 24 jam
menit sebelum insisi
• Insisi dan drainage abses BK Cefazoline 2 gram + Dosis IA
Metronidazole inf 500 mg drip tunggal ->
selama 15 menit, saat 30 menit max 24 jam
sebelum operasi
• Odontektomi berat BK
Tabel 3. Daftar Diagnosis Klinis infeksi dan Terapi Empirik pada Pasien Dewasa
Bakteri
Diagnosis infeksi Pathogen Nama dan Regimen Dosis Durasi Ket
Penyebab Antibiotik
tersering
Infeksi saluran
kemih: E. coli Cotrimoxazole tablet PO. 3 hari
• Sistitis 500mg, tiap 8 jam/hari
Pilihan II :
Cefoperazone-sulbactam 5 hari
500mg iv / 8 jam
Ventilator Pilihan I :
associated Cefoperazon-sulbactam 1 gram 5 hari
pneumonia (VAP) iv / 8 jam
Pilihan II :
Amikasin 750 mg iv / 24 jam 5 hari
Meningitis:
Immuno-competent S. pneumo, N. Pilihan I:
Usia <50 tahun Meningi, Ceftriaxone 2 gram iv tiap 12 14 hari Terapi dihentikan
H.influenza jam jika hasil kultur LP
Pilihan II: sebelum terapi
(Jika terjadi reaksi alergi) antibiotik negative
Moxifloxacin 400mg iv tiap 24 pada 48 jam atau
jam tidak ada PMN
pada hutung jenis
Pilihan II:
Ciprofloxacin 400mg iv tiap 8
jam
Plus
Metronidazole 400 iv tiap 6
jam
Pilihan III:
Ceftriaxone injeksi iv 5 hari
100mg/kgBB/hari, tiap 12 jam
Life threatening
Pilihan IV: penggunaan
Ciprofloxacin iv atau PO 10-14 tidak > 2 minggu
15mg/kg/kali tiap 12 jam hari
Pilihan II:
Penicillin procain injeksi 10-14
50.000-100.000 IU/KgBB/hari, hari
tiap 12 jam
Pilihan II:
Meropenem iv 30- 7 hari
120mg/kgBB/hari terbagi dalam
2-3 dosis tiap 8-12 jam
Pilihan III:
Cefotaxime iv 150- 10 hari
200mg/kgBB/hari tiap 8 jam
Pilihan III:
Cefotaxime iv 150- 10 hari
200mg/kgBB/hari tiap 8 jam
Tabel 4. Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empirik pada pasien dewasa
Bakteri
Diagnosis Infeksi Patogen Nama dan Regimen Dosis Durasi
Ket
penyebab Antibiotik
tersaring
Infeksi saluran kemih:
• Sistitis E. coli Cotrimoxazol PO.500mg, tiap 8 3 hari
jam/hari
Pilihan II:
Ceftriaxone iv 1 gram tiap 12 7 hari
jam
Pilihan II:
Ceftriaxone iv 1 gram tiap 12 10 hari
jam
Plus
Metronidazole iv 500 mg tiap 8
jam
Diabetic food infection Shigella, Ciprofloxacin PO 500mg tiap
E. coli 12 jam atau 200 mg iv tiap 12 3 hari
jam
Salmonella Ciprofloxacin PO 500 mg tiap 7 hari
12 jam atau 200 mg iv tiap 12
jam
Pilihan II:
Amikasin 750 mg iv tiap 24 5 hari
jam
Meningitis: Pilihan I:
Immuno – competent S. pneumo,N. Ceftriaxone 2 gram iv tiap 12 14 hari Terapi
Usia < 50 tahun meningi,H. jam dihentikan
influenza jika hasil
Pilihan II: kultur LP
(Jika terjadi reaksi alergi) 14 hari sebelum
Moxifloxacin 400mg iv tiap 24 terapi
jam antibiotik
negative
Immuno-competent S. pneumo, Pilihan I: pada 48
Usia > 50 tahun Listeria, H. Ceftriaxone 2 gram iv tiap 12 14 hari jam atau
influenza, N. jam plus Ampicillin 2 gram iv tidak ada
meningi, grup tiap 4 jam PMN pada
B hitung jenis
streptococci Pilihan II:
(Jika terjadi alergi) 14 hari
Moxifloxacin 400mg iv tiap 24
jam
Tabel 5. Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empiric pada pasien anak
Bakteri
Diagnosis Infeksi Pathogen Nama dan regimen dosis Durasi Ket
penyebab Antibiotik
tersering
Typhoid fever Salmonella Pilihan I:
Typhosa Chloramphenicol PO atau 7-10 hari
iv 50-100mg/kg/hari tiap 6 Bila intoleransi
jam dengan
Chloramphenikol
Pilihan II: 10 hari
Cotromoxazole tablet PO
8mg/kg/hari dari TMP tiap
12 jam
Bila tifoid berat
Pilihan III:
Ceftriaxone iv 5 hari
100mg/kgBB/hari tiap 12
jam
Life threatening
Pilihan IV: Penggunaan
Ciprofloxacin iv atau PO 10 - 14 hari tidak > 2 minggu
15 mg/kg/kali, tiap 12 jam
Pilihan III:
Ceftriaxone iv 50- 10 hari
75mg/kgBB/hari tiap 12-24
jam
Tabel 6. Daftar diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empirik pada pasien Neonatus
Bakteri
Diagnosis infeksi Pathogen Nama dan
Durasi Ket
penyebab Regiman Dosis Antibiotik
tersering
Sepsis Stafilokokus Pilihan I:
neonaatorum coagulase Ampisilin injeksi iv
3-14 hari
awitan dini negative, E Coli 50mg/kgBB/dosis tiap 12
Klebsiela jam per hari
Pneumonia, Dan
Enterococcus, Gentamisin iv 5
Pseudomona, mg/kgBB/dosis Berat lahir
Stafilokokus <1200g
aureus 3-14 hari
Usia ≤ 7 hari: tiap 48 jam
Usia 8-30 hari: tiap 36 jam
Usia >30 hari : tiap 24 jam
Berat lahir ≥ 1200 g
Usia ≤ 7 hari : tiap 36 jam
Usia > 7 hari : tiap 24 jam
Pilihan II :
Cefoperazone-sulbactam
3-14 hari
iv 50mg/kgBB/dosis tiap
12-8 jam per hari
Dan
Amikasin iv 7.5
mg/kgBB/dosis
Usia kronologis :
3-14 hari
< 28 minggu tiap 36 jam
28-29 minggu tiap 24 jam
30-35 minggu tiap 18 jam
≥ 36 minggu tiap 12 jam
≥ 37 minggu dan > hari
tiap 8 jam
Pilihan III:
Meropenem iv 20-40
10-14 hari Sebagai terapi
mg/kgBB/dosis
usia ≤ 7 hari tiap 12 jam definitive sesuai
usia > 7 hari tiap 8 jam
hasil kultur dan
dan atau
Amikasin iv 7.5 mg/kg/kali atau persetujuan
Usia kronologis :
Tim ASP (PGA-
< 28 minggu tiap 36 jam
28-29 minggu tiap 24 jam 10-14 hari KPRA)
30-35 minggu tiap 18 jam
≥ 36 minggu tiap 12 jam
≥ 37 minggu dan > hari
tiap 8 jam
16
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
BAB IV
PENUTUP
Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi (PPAB) diterbitkan untuk
dilaksankan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku. Apabila didapatkan perbedaan atau
perselisihan pendapat tentang panduan penggunaan antibiotik ini, maka akan diselesaikan
secara diskusi berdasarkan evidence base medicine yang diakui dan dipahami bermanfaat
untuk meningkatkan layanan perawatan pasien. Pandangan akademik masing-masing pihak
akan saling dihormati dan disingkronisasi untuk mendapatkan kesepakatan yang objektif,
rasional dan berguna bagi kesembuhan pasien.
Perbaharuan dan evaluasi secara regular akan dilakukan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi dengan kesesuaian
pelaksanaan di lapangan setiap 2-3 tahun. Semua saran perbaikan dapat disampaikan demi
perbaikan dan kesempurnaan panduan ini. Atas perhatian dan kerjasama positif semua pihak
disampaikan terimakasih.
17
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba