Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Kondisi Fisik Dasar


Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi Kependudukan
Kondisi Perekonomian
Kondisi Sarana Prasarana
Potensi Daya Tarik Wisata

3.1. KONDISI FISIK DASAR


3.1.1. LUAS DAN BATAS WILAYAH

S ecara geografis wilayah Kabupaten Kudus terletak antara 110o36’ dan 110o50’
Bujur Timur dan antara 6o51’ dan 7o16’ Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke
timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Secara administratif
Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas
wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 hektar atau sekitar 1,31 persen dari
luas Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584
Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha
(2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus (Tabel 3.1 & Gambar 3.2). Secara administratif
Kabupaten Kudus berbatasan dengan 4 (empat) Kabupaten yaitu:
Sebelah utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati,
Sebelah timur : Kabupaten Pati,
Sebelah selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati
Sebelah barat : Kabupaten Demak dan Jepara.
Lihat Peta (Gambar 3.1).

Gambaran Awal Wilayah III - 1


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

GAMBAR: 3.1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN KUDUS

TABEL 3.1 : LUASAN LAHAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS, TAHUN 2017

KECAMATAN LUAS (HA) PERSENTASE (%)


01. Kaliwungu 3,271.28 7.69
02. K o t a 1,047.32 2.46
03. J a t i 2,629.80 6.19
04. Undaan 7,177.03 16.88
05. Mejobo 3,676.57 8.65
06. Jekulo 8,291.67 19.50
07. B a e 2,332.27 5.49
08. Gebog 5,505.97 12.95
09. D a w e 8,583.73 20.19
Jumlah 42,515.64 100.00
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 2


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kab. Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.2. GRAFIK DISTRIBUSI LUASAN LAHAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS

3.1.2. KONDISI GEOLOGI


Kondisi geologi yang terdapat di Kabupaten Kudus merupakan struktur geologi primer
yang terdiri dari kenampakan perlapisan batu gamping dan pasir di bagian selatan dari
Kota Kudus. Fase tektonik yang terjadi di Komplek Muria erat kaitannya dengan fase
tektonik di cekungan Jawa Timur Utara, terutama Zona Rembang (Van Bemmele, 1949).
Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Kudus adalah aluvial coklat tua sebesar 32,12
persen dari luas tanah di kab. Kudus. Dimana sebagian besar tanahnya memiliki
kemiringan 0-2 derajat dan kedalaman efektif lebih dari 90 cm.

3.1.3. KONDISI TOPOGRAFI

Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam yaitu ketinggian wilayah
yang berkisar antara 5 - 1600 m. di atas permukaan laut. Wilayah yang memiliki
ketinggian terendah, yaitu 5 meter di atas permukaan laut berada di Kecamatan
Undaan, Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di Kecamatan Dawe,
yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut.

Gambaran Awal Wilayah III - 3


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

a. Kelerengan 0 - 8%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar.
Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati,
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan
Gebog, dan Kecamatan Bae.
b. Kelerengan 8 - 15%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran aluvial dengan relief landai.
Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah
selatan, Gebog dan Kecamatan Mejobo.
c. Kelerengan 15 - 25%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan
daerah perbukitan Pati Ayam bagian timur.
d. Kelerengan 25 - 45%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
berbukit kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah perbukitan Pati Ayam
bagian utara, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo dan Kecamatan Gebog.
e. Kelerengan > 45%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan
Jekulo, Kecamatan Dawe, Kecamatan Gebog dan daerah Puncak Muria bagian
selatan.

3.2. KONDISI TATA GUNA LAHAN


3.2.1. KAWASAN HUTAN
Kawasan hutan adalah kawasan yang difungsikan sebagai sabuk hijau atau daerah
resapan. Kawasan hutan di Kabupaten Kudus terdiri atas 3 jenis hutan yaitu: hutan
produksi, hutan lindung dan hutan lainnya. Untuk luas hutan yang ada diKabupaten
Kudus, baik hutan produksi, hutan lindung maupun hutan lainnya luasnya tidak
mengalami perubahan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari total luas hutan
BKPH yaitu 3.531,2 Ha, sebagian besar (45,04 persen) diperuntukkan untuk hutan
produksi, dan sisanya untuk hutan lindung.
Luasan hutan yang terdapat di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel
3.2)
TABEL 3.2 : LUAS HUTAN MENURUT JENIS PERUNTUKAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013-2017
JENIS LUAS HUTAN (HA)
LOKASI
PERUNTUKAN 2013 2014 2015 2016 2017
Gunung Muria 230.00 - - - -
HUTAN PRODUKSI
Gunung Patiayam 1,590.40 1,590.40 1,590.40 1,590.40 1,590.40
Gunung Muria 2,117.40 1,288.90 1,288.90 1,288.90 1,288.90
HUTAN LINDUNG
Gunung Patiayam - - - - -
Gunung Muria - 652.00 652.00 652.00 652.00
HUTAN LAINNYA
Gunung Patiayam - - - - -
Gunung Muria 2,347.40 1,940.90 1,940.90 1,940.90 1,940.90
JUMLAH
Gunung Patiayam 1,590.40 1,590.40 1,590.40 1,590.40 1,590.40
TOTAL 3,937.80 3,531.30 3,531.30 3,531.30 3,531.30
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 4


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

3.2.2. KAWASAN PERTANIAN


Luas wilayah Kudus terdiri dari 20.561 hektar (48,36 persen) merupakan lahan pertanian sawah dan
9.791 hektar (23,03 persen) adalah lahan pertanian bukan sawah. Sedangkan sisanya adalah lahan
bukan pertanian sebesar 12.164 hektar (28,61 persen). Jika dilihat menurut jenis pengairan, lahan
pertanian sawah yang menggunakan irigasi seluas 14.034 hektar (68,26 persen) sedangkan tadah
hujan 6.527 hektar (31.74 persen).
Untuk lahan pertanian bukan sawah seluas 9.791 hektar, sebagian besar digunakan untuk
tegal/kebun sebesar 60,93 persen, untuk perkebunan sebesar 9,11 persen dan sisanya untuk
ladang, hutan rakyat, tambak, kolam dan lainnya.

TABEL 3.3 : LUAS PENGGUNAAN LAHAN MENURUT KECAMATAN DI KAB. KUDUS, 2017 (HA)
LAHAN PERTANIAN
LAHAN BUKAN
KECAMATAN BUKAN JUMLAH
SAWAH PERTANIAN
SAWAH
1. Kaliwungu 1,984 413 874 3,271
2. Kota 145 165 737 1,047
3. Jati 1,027 165 1,438 2,630
4. Undaan 5,742 273 1,162 7,177
5. Mejobo 1,755 103 1,819 3,677
6. Jekulo 4,307 3,259 726 8,292
7. Bae 881 270 1,181 2,332
8. Gebog 2,052 1,767 1,687 5,506
9. Dawe 2,668 3,376 2,540 8,584
JUMLAH/TOTAL 20,561 9,791 12,164 42,516
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.3. GRAFIK LUAS PENGGUNAAN LAHAN MENURUT KECAMATAN

Gambaran Awal Wilayah III - 5


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

3.2.3. KAWASAN PERMUKIMAN


Kawasan permukiman yaitu kawasan selain kawasan lindung sebagai tempat aktivitas manusia,
sedangkan perumahan yaitu kawasan yang terdiri dari rumah-rumah dan merupakan permukiman
yang sudah mempunyai fasilitas. Kawasan permukiman dibedakan menjadi 2, yaitu kawasan
permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan
adalah ruang yang diperuntukkan bagi pengelompokkan permukiman penduduk dengan dominasi
kegiatan non pertanian (pemerintahan, perdagangan, dan jasa dan lain lain) untuk menampung
penduduk pada saat sekarang maupun perkembangannya dimasa yang akan datang.
Kawasan permukiman perkotaan yang terdapat di Kabupaten Kudus meliputi Kecamatan Kota,
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Bae dan Kecamatan Jati. Sedangkan kawasan permukiman
perdesaan adalah ruang yang diperuntukkan bagi pengelompokkan permukiman penduduk yang
terikat dengan pola lingkungan pedesaan, yang dominasi usahanya adalah di bidang pertanian dan
sarana prasarana pertanian. Kawasan permukiman perdesaan yang terdapatdi Kabupaten Kudus
meliputi Kecamatan Undaan, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan
Kecamatan Mejobo.

3.3. KONDISI KEPENDUDUKAN


Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan pemerintah maupun
swasta sebagai bahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan. Hampir setiap
aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik memerlukan data
penduduk karena penduduk merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan.
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus hasil proyeksi penduduk pada tahun 2017 tercatat sebesar
851.478 jiwa, terdiri dari 419.212 jiwa laki-laki (49,23 persen) dan 432.266 jiwa perempuan (50,77
persen). Persebaran jumlah penduduk menurut kecamatan paling tinggi adalah Kecamatan Jati
yakni sebesar 12,83 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, diikuti Kecamatan
Jekulo 12,76 persen, dan Kecamatan Dawe 12,72 persen.
Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,63
persen. Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya, maka
diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2017 sebesar 96,98 yang berarti bahwa pada setiap 100
penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat di semua
kecamatan, bahwa angka rasio jenis kelamin di bawah 100, yaitu berkisar antara 94,12 dan 98,34.

TABEL 3.4 : JUMLAH PENDUDUK DARI TAHUN 2010 – 2017 DI KABUPATEN KUDUS
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO
Tahun 2010 383,512 395,564 779,076 96.95
Tahun 2011 388,906 400,969 789,875 96.99
Tahun 2012 394,093 406,310 800,403 96.99
Tahun 2013 399,324 411,569 810,893 97.02
Tahun 2014 404,326 416,783 821,109 97.01
Tahun 2015 409,312 421,991 831,303 97.00
Tahun 2016 414,315 427,184 841,499 96.99
Tahun 2017 419,212 431,266 850,478 96.98
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 6


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.4. GRAFIK JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2010-2017 DI KABUPATEN KUDUS
.
Jumlah penduduk di Kabupaten Kudus tahun 2007 adalah 747.488 jiwa yang meliputi
sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus, jumlah penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Jekul yaitu 95.096 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terrendah ada di
Kecamtan Bae yakni 60.526 jiwa. Sebaran penduduk tertinggi di Kabupaten Kudus berada
di Kecamatan Jekulo, sedangkan yang terrendah ada di Kecamatan Bae.

TABEL 3.5 : PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Kaliwungu 47,354 48,532 95,886
2. Kota 47,985 50,982 98,967
3. Jati 53,406 55,832 109,238
4. Undaan 37,518 38,178 75,696
5. Mejobo 37,942 38,960 76,902
6. Jekulo 53,581 55,082 108,663
7. Bae 36,184 37,257 73,441
8. Gebog 51,527 52,824 104,351
9. Dawe 53,715 54,619 108,334
Jumlah/Total 419,212 432,266 851,478
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 7


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.5. GRAFIK PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN
2017

Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2013 – 2017) cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2017 tercatat sebesar 2.003 jiwa
setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran penduduk masih belum merata. Kecamatan
Kota merupakan kecamatan yang terpadat yaitu 9.450 jiwa per km2. Kecamatan Undaan paling
rendah kepadatan penduduknya yaitu 1.055 jiwa per km2 (Tabel 3.6 dan Gambar 3.6).

TABEL 3.6 : KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
2 KEPADATAN
KECAMATAN LUAS DAERAH (KM ) PENDUDUK 2
(JIWA/KM )
1. Kaliwungu 32.71 95,886 2,931
2. Kota 10.47 98,967 9,452
3. Jati 26.3 109,238 4,154
4. Undaan 71.77 75,696 1,055
5. Mejobo 36.77 76,902 2,091
6. Jekulo 82.92 108,663 1,310
7. Bae 23.32 73,441 3,149
8. Gebog 55.06 104,351 1,895
9. Dawe 85.84 108,334 1,262
Jumlah/Total 425.16 851,478 2,003
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 8


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.6. GRAFIK KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN
KUDUS TAHUN 2017
Berdasarkan kelompok umur, dapat diidentifikasi bahwa jumlah penduduk wanita
terbanyak di Kabupaten Kudus berusia produktif diatas 15 tahun, sedangkan untuk jumlah
penduduk laki-laki terbanyak di Kabupaten Kudus berusia 20-24 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kelahiran penduduk di Kabupaten Kudus cukup tinggi
berbanding terbalik dengan penduduk usia lanjut yang jumlahnya semakin sedikit. Hal ini
menunjukkan Kabupaten Kudus didomonasi oleh penduduk usia kerja baik yang berjenis
kelamin wanita maupun laki-laki. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding
jumlah penduduk laki-laki. Sedangkan menurut kelompok umur, jumlah penduduk
produktif (usia 15-59) lebih banyak, yaitu jiwa dibanding dengan jumlah penduduk non
produktif (usia 60 ke atas) lihat tabel 3.7 dan Gambar 3.7.

TABEL 3.7 : JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
00-04 33,231 31,394 64,625
05-09 34,526 32,816 67,342
10-14 33,727 32,293 66,020
15-19 37,744 37,668 75,412
20-24 41,415 38,770 80,185
25-29 35,373 34,733 70,106
30-34 31,761 33,867 65,628
35-39 30,386 33,683 64,069
40-44 30,557 32,684 63,241
45-49 28,566 30,897 59,463
50-54 26,458 27,170 53,628
55-59 20,453 21,284 41,737
60-64 14,123 16,019 30,142
65-69 9,712 11,895 21,607
70-74 5,863 7,967 13,830
75+ 5,317 9,126 14,443
419,212 432,266 851,478

Gambaran Awal Wilayah III - 9


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.7. GRAFIK PENDUDUK MENURUT KELOMPUK USIA DI KABUPATEN KUDUS 2017

3.4. KONDISI PEREKONOMIAN


3.4.1. INDUSTRI
Sektor Industri merupakan tiang penyangga utama dari perekonomian Kabupaten Kudus
dengan kontribusi sebesar 80,82 persen terhadap PDRB Kabupaten Kudus. Sektor ini
dibedakan dalam kelompok industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri
rumah tangga. Menurut BPS, Industri Besar adalah perusahaan dengan tenaga kerja 100
orang atau lebih, Industri Sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja antara 20 s/d
99 orang, Industri Kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja antara 5 s/d 19 orang dan
Industri Rumahtangga punya tenaga kerja kurang dari 5 orang.
Banyaknya seluruh perusahaan industri pada Tahun 2014 sejumlah 12,938 dengan jumlah
tenaga kerja sebesar 250,039 orang (Tabel 3.8).
Berdasarkan nilai produksinya total pada Tahun 2014 senilai Rp. 133,576,288.49 (dalam
juta), (Tabel 3.9)

Gambaran Awal Wilayah III - 10


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

TABEL 3.8 : BANYAKNYA SELURUH PERUSAHAAN INDUSTRI DAN JUMLAH TENAGA KERJA DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 - 2014
2013 2014
KECAMATAN
PERUSAHAAN/ PERUSAHAAN/
TENAGA KERJA TENAGA KERJA
UNIT USAHA UNIT USAHA
1. Kaliwungu 1,830 13,314 1,848 13,447
2. Kota 2,159 137,213 2,180 138,585
3. Jati 1,575 27,768 1,591 28,046
4. Undaan 472 2,028 477 2,049
5. Mejobo 1,804 4,606 1,822 4,652
6. Jekulo 1,065 5,518 1,076 5,574
7. Bae 1,270 30,555 1,283 30,861
8. Gebog 1,237 20,224 1,249 20,426
9. Dawe 1,398 6,336 1,412 6,399
Jumlah/Total 12,810 247,562 12,938 250,039
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

TABEL 3.9 : BANYAKNYA SELURUH PERUSAHAAN INDUSTRI DAN NILAI PRODUKSI DI


KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 - 2014
2013 2014
KECAMATAN PERUSAHAAN/ NILAI PRODUKSI PERUSAHAAN/ NILAI PRODUKSI
UNIT USAHA (JUTA RP) UNIT USAHA (JUTA RP)
1. Kaliwungu 1,830 6,620,537.17 1,848 6,686,742.54
2. Kota 2,159 31,617,568.52 2,180 31,933,744.21
3. Jati 1,575 78,934,740.14 1,591 79,724,087.54
4. Undaan 472 588,177.94 477 594,059.72
5. Mejobo 1,804 677,037.38 1,822 683,807.75
6. Jekulo 1,065 1,019,608.57 1,076 1,029,804.66
7. Bae 1,270 7,833,021.43 1,283 7,911,351.64
8. Gebog 1,237 3,334,080.76 1,249 3,367,421.57
9. Dawe 1,398 1,628,979.07 1,412 1,645,268.86
Jumlah 12,810 132,253,750.98 12,938 133,576,288.49
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Berdasarkan data BPS tercatat perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Kudus
tahun 2015 tercatat sebanyak 186 perusahaan dengan menyerap 101.433 orang tenaga
kerja. Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 5,08 persen. Untuk jumlah tenaga kerjanya juga mengalami
peningkatan sebesar 3,29 persen.
Sedangkan dilihat dari jenis industrinya, perusahaan industri tembakau masih
mendominasi dengan 35,48 persen dari jumlah usaha industri besar dan sedang, diikuti
industri pakaian jadi sebesar 20,43 persen, Industri makanan dan minuman 8,06 persen.
Sedangkan penyerapan tenaga kerja terbesar masih dari industri tembakau/rokok yaitu
sebesar 76,46 persen diikuti industri kertas/barang dari kertas 10,83 persen dan industri
mesin/TV/radio 3,53 persen (Tabel 3.10).

Gambaran Awal Wilayah III - 11


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

TABEL 3.10 : JUMLAH INDUSTRI BESAR DAN SEDANG


PERUSAHAAN TENAGA
NO JENIS INDUSTRI
(UNIT) KERJA
1 Makanan dan Minumam 15 2,046
2 Pengolahan Tembakau 66 77,553
3 Tekstil 6 1,360
4 Pakain Jadi 38 1,640
5 Kulit dan Barang Dari Kulit 13 1,364
6 Kayu dan Barang dari Kertas 8 1,365
7 Kertas dan Barang dari Kertas 12 10,989
8 Percetakan 12 1,087
9 Industri Kimia, Barang Dari Bahan Kimia dan Jamu 4 105
10 Barang Galian Bukan Logam 2 277
11 Barang dari Logam, Kecuali Mesin dan Peralatannya 2 40
12 Mesin, Radio, TV, Peralatan Komunikasi dan Perlengkapannya 7 3,583
13 Pengolahan Lainnya (Perhiasan alat musik alat OR, mainan anak dll) 1 24
Jumlah 186 101,433
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

3.4.2. SARANA PERDAGANGAN


Potensi ekonomi suatu daerah khususnya sektor perdagangan dapat diketahui dari
banyaknya pasar yang ada. Pasar merupakan media pertemuan antara penjual dan
pembeli, sehingga semakin ramai transaksi terjadi berarti semakin tinggi pula potensi
sektor perdagangan.
Data dari Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus, pada tahun 2017,
terdapat 75 pasar modern, 5 buah pasar daerah, 20 buah pasar desa dan 3 buah pasar
hewan. Dimana jumlahnya adalah 103 pasar. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
cukup besar jika di bandingkan dengan jumlah kecamatan yang ada, atau rata-rata per
kecamatan ada sekitar 10 sampai 11 buah pasar (Tabel 3.11).

TABEL 3.11 : JUMLAH SARANA PERDAGANGAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017


PASAR PASAR PASAR PASAR
KECAMATAN JUMLAH
MODERN DAERAH DESA HEWAN
1. Kaliwungu 13 0 4 0 17
2. Kota 21 4 2 0 27
3. Jati 12 1 1 1 15
4. Undaan 3 0 4 0 7
5. Mejobo 6 0 3 1 10
6. Jekulo 5 0 2 0 7
7. Bae 10 0 2 0 12
8. Gebog 3 0 1 1 5
9. Dawe 2 0 1 0 3
Jumlah/Total 75 5 20 3 103
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 12


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

3.4.3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu aspek dalam perekonomian
wilayah yang sangat penting, karena dengan adanya PDRB dapat diketahui atau diperoleh
gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian suatu wilayah, apakah
wilayah tersebut berkembang atau tidak. PDRB sangat berkaitan erat dengan sektor
ekonomi, karean sektor ekonomi merupakan salah satu sektor vital dalam suatu wilayah
yang berhubungan langsung dengan permasalahan-permasalahan dasar yang
berhubungan erat dengan penduduk, seperti tingkat kesejahteraan, tingkat pendapatan,
dan lain-lain.
Nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar 68,65 trilyun rupiah, naik sebesar
2,97 persen dari tahun sebelumnya (Tabel 3.12), dengan komposisi sektor terbesar di
industri pengolahan sebesar 79% disusul sektor perdagangan besar dan eceran sebesar
5,9% (Tabel 3.13).

TABEL 3.12 : PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT
LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN KUDUS 2013 - 2017 ( JUTA RUPIAH )
KATEGORI TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
A. Pertanian, Kehutanan,
1,411,791.30 1,411,497.53 1,494,021.47 1,538,392.87 1,565,509.95
dan Perikanan
B. Pertambangan dan
64,288.45 68,603.19 70,090.00 73,295.18 76,537.99
Penggalian
C. Industri Pengolahan 48,686,055.46 50,761,165.50 5,243,523,151.00 53,266,024.58 54,446,668.19
D. Pengadaan Listrik, Gas 30,036.01 31,655.01 32,258.44 34,185.01 36,348.61
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 12,855.53 13,495.94 14,200.46 14,891.14 15,802.63
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 1,915,308.69 1,999,819.54 2,124,491.15 2,334,354.15 2,506,891.17
G. Perdagangan Besar dan
Eceran, dan Reparasi 3,329,984.91 3,498,312.58 3,691,332.80 3,879,205.14 4,110,046.49
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan
646,980.73 700,315.73 760,448.65 806,935.26 856,922.05
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi
658,605.80 708,052.77 760,938.83 811,291.95 865,177.26
dan Makan Minum
J. Informasi dan
377,372.13 425,455.46 465,997.21 506,605.39 570,409.10
Komunikasi
K. Jasa Keuangan 943,019.75 989,663.96 1,063,315.51 1,157,361.07 1,210,369.29
L. Real Estate 340,359.07 364,735.88 392,477.27 416,219.50 442,425.31
M,N. Jasa Perusahaan 54,902.81 58,809.45 63,785.82 69,821.54 75,769.73
O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan 488,250.92 492,548.43 5,188,677.50 531,195.12 544,992.64
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 512,406.23 560,137.27 600,908.19 645,035.76 690,282.21
Q. Jasa Kesehatan dan
160,893.67 178,862.12 190,878.15 207,137.59 224,608.70
Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 311,465.06 337,550.70 350,884.52 377,133.75 410,292.22
PRODUK DOMESTIK
59,944,576.52 62,600,681.06 5,260,787,856.97 66,669,085.00 68,649,053.54
REGIONAL BRUTO
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 13


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018


GAMBAR: 3.8. PDRB ADHK THIN 2013-2017 DI KABUPATEN KUDUS

TABEL 3.13 : DISTRIBUSI PROSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT LAPANGAN
USAHA DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KATEGORI %
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.28%
B. Pertambangan dan Penggalian 0.11%
C. Industri Pengolahan 79.31%
D. Pengadaan Listrik, Gas 0.05%
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.02%
F. Konstruksi 3.65%
G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.99%
H. Transportasi dan Pergudangan 1.25%
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.26%
J. Informasi dan Komunikasi 0.83%
K. Jasa Keuangan 1.76%
L. Real Estate 0.64%
M,N. Jasa Perusahaan 0.11%
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.79%
P. Jasa Pendidikan 1.01%
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.33%
R,S,T,U. Jasa lainnya 0.60%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00%
Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018

Gambaran Awal Wilayah III - 14


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

3.5. KONDISI SARANA PRASARANA


3.5.1. KONDISI SARANA PRASARANA TRANSPORTASI
A. PRASARANA JALAN
Di Kabupaten Kudus terdapat tiga penggolongan status jalan dimana masing-masing
dikelola secara terpisah. Ketiganya adalah jalan negara, jalan provinsi dan jalan
kabupaten dengan panjang 715.382 km. Jalan negara yangmelewati wilayah
Kabupaten Kudus adalah jalur Pantura atau disebut juga jalan Deandels, yang
membelah Kabupaten Kudus sepanjang 24,59 Km atau 3,44 persen dari total panjang
jalan. Kemudian jalan provinsi sepanjang 51,53 km atau 7,20 persen dan yang ketiga
jalan Kabupaten sepanjang 639,26 km atau 89,36 persen. Dilihat dari jenis
permukaannya, baik jalan negara, provinsi maupun kabupaten sepanjang 715,382 km
sebesar 90,86 persen sudah beraspal dan 8,52 persen sudah dibeton.
Untuk jalan dengan kondisi baik yaitu 46,90 persen di tahun 2016 dan 54,50 persen di
tahun 2017. Kondisi jalan rusak ringan sebesar 12,44 persen dan jalan dengan kondisi
rusak berat sebesar 7,62 persen di tahun 2017. Kondisi jalan Kabupaten,jalan yang
sudah diaspal sebesar 99,31 persen, sisanya berupa kerikil, tanah dan beton.
Kecamatan Dawe memiliki jalan kabupaten terpanjang (18,11 persen), diikuti
Kecamatan Gebog (14,19 persen) dan Kecamatan Jekulo (12,96 persen). Sedangkan
untuk kondisi jalan rusak ringan menurun dari 12,98 persen tahun 2007 menjadi 9,92
persen di tahun 2008. Sedangkan untuk kondisi rusak berat bertambah dari 7,47
persen menjadi 9,78 persen di tahun 2008. Khusus untuk jalan Kabupaten semua
Kecamatan jalannya sudah beraspal, tidak ada yang masih tanah atau kerikil.
Kecamatan Dawe memiliki jalan Kabupaten terpanjang (19,47 %), diikuti kecamatan
Jekulo (12,91%), dan kecamatan Gebog (12,04%). Berikut adalah tabel kondisi dan
status jalan yang ada di Kabupaten Kudus.
B. SARANA KENDARAAN
Pada tahun 2017 yang lalu, banyaknya kendaraan bermotor di Kabupaten Kudus
khususnya jenis bus dan truk masing-masing adalah sebanyak 1.178 unit dan 2.964
unit. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang tercatat
masing-masing sebesar 1.171 dan 2.850 unit atau untuk bus naik sebesar 0,60 % dan
untuk kendaraan jenis truk naik sebesar 4,00 %. Untuk kendaraan bermotor,
mobil,dan sepeda motor di Kabupaten Kudus masing-masing ada sebanyak 23.675
unit dan 197.614 unit. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun
sebelumya yang tercatat masing-masing sebesar 22.239 dan 177.431 unit atau untuk
mobil sebesar 6,46 % dan untuk sepda motor naik sebesar 11,38%. Untuk kendaraan
bermotor wajib uji sebanyak 7.877 unit yang terdiri dari 1.202 unit kendaraan umum
dan 6.675 unit bukan umum.
Dari sebanyak 7.877 kendaraan tersebut persentasenya adalah, mobil pemnumpang
dan bus sebanyak 14,95 %, mobil barang sebesar 84,68 % dan mobil gandengan
sebesar 0,37 persen. Sedangkan untuk kendaraan tidak bermotor pada tahun 2017
yang lalu mengalami peningkatan jumlah sebesar 0,05 %. Yakni menjadi 96.442 unit
di tahun 2017 dari jumlah tahun 2016 sebanyak 96.393 unit.

Gambaran Awal Wilayah III - 15


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

3.5.2. KONDISI SARANA PRASARANA POS DAN TELEKOMUNIKASI


Pada tahun 2017 jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kudus kapasitas terpasang
jumlahnya mencapai 20.152 Satuan Sambungan Telepon (SST). Pelanggan telepon
rumah berjumlah 16.103 orang. Fasilitas telepon umum tahun 2017 mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 52 unit. Kondisi
seperti ini mungkin disebabkan penggunaan telepon selular yang semakin meningkat.
Dilihat dari banyaknya prsarana kantor pos, Kabupaten Kudus mempunyai satu unit
kantor pos yang terletak di kecamatan kota dan kecamatan lainnya masing0masing
punya satu unit kantor pos pembantu dan selain itu terdpat pula 2 unit agen pos.
Untuk data operasionalnya bisa dilihat dari besranya surat pos, paket pos dan wesel
pos baik yang dikirim maupun yang diterima. Secara umum baik surat pos, paket pos
ataupun wesel terlihat lebih banyak yang diterima disbanding dengan yang dikirikan
dari kantor pos Kabupaten Kudus. Untuk wesel pos dalam negeri, dikirim melalui
kantor pos Kudus sebesar 6.949 lembar dengan nilai uang sebesar 6,18 milyar rupiah.
Sedangkan esel pos yang diterima oleh kantor pos Kudus adalah sebesar 19.403
lembar dengfan nilai 16,45 milyar rupiah.

3.6. POTENSI DAYA TARIK WISATA 1


3.6.1. POTENSI DAYA TARIK WISATA TANGIBLE KABUPATEN KUDUS
Potensi daya tarik wisata tangible dapat diartikan sebagai daya tarik wisata yang
berbentuk dalam hal ini berwujud. Kabupaten Kudus yang memiliki daya tarik wisata
cukup representatif untuk dikunjungi oleh wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan
mancanegara (wisman), diantaranya adalah sebagai berikut :
A. MENARA KUDUS
Menara Kudus terletak sekitar 1,5 Km.
ke arah barat dari pusat kota Kudus
(Alun-alun/Simpang Tujuh); tepatnya
di Desa Kauman, Kecamatan Kota
Kudus. Ciri khas Menara Kudus berupa
bangunan monumental yang bernilai
arkeologis dan historis tinggi. Dari
aspek arkeologis, Menara Kudus
merupakan bangunan kuno hasil
akulturasi kebudayaan Hindu-Jawa dan
Islam. Menara Kudus dibangun oleh
Sunan Kudus pada tahun 1685 Masehi
yang disimbolkan dalam
Candrasengkala Gapuro Rusak Ewahing Jagad yang bermakna tahun Jawa 1609
atau 1685 Masehi.
Bentuk konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus, yang tingginya sekitar 17
meter mirip dengan candi-candi Jawa Timur era Majapahit - Singosari (misalnya
Candi Jago) dan juga menyerupai menara Kulkul di Bali, sehingga Menara Kudus
menjadi simbol Islam Toleran, dalam arti Sunan Kudus menyebarluaskan agama
Islam di Kudus dengan tetap menghormati pemeluk agama Hindu-Jawa yang dianut

1
Sumber: Dokumen Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kudus, Tahun 2010

Gambaran Awal Wilayah III - 16


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

masyarakat setempat. Bentuk fisik Menara Kudus adalah tinggi dan ramping yang
dibangun dengan bahan batu-bata merah yang disusun dan dipasang bertumpukan
tanpa semen perekat. Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan
Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus, karena secara geografis-fungsional
ketiganya merupakan satu kesatuan dengan sejarah berdirinya Kota Kudus.
B. MUSEUM KRETEK
Museum Kretek terletak sekitar 3 Km. ke arah selatan dari pusat kota Kudus,
tepatnya di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati. Ciri khas Museum Kretek dibangun
sebagai simbol kota Kudus sebagai Kota Kretek, berdasarkan gagasan dari Gubernur
Jawa Tengah pada saat itu, H. Soepardjo Roestam dan diresmikan pembukaan pada
tanggal 3 Oktober 1986 oleh Menteri Dalam Negeri RI, H. Soepardjo Roestam.
Tujuan pembangunan Museum Kretek adalah untuk menyajikan benda-benda
koleksi yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek sebagai
upaya meningkatkan nilai-nilai kewiraswastaan masa lalu dan masa kini untuk
diteruskan dan ditingkatkan pada masa mendatang. Dengan demikian generasi
muda pada saat ini dan mendatang, diharapkan memiliki jiwa kewiraswastaan yang
tangguh.

GAMBAR 2.1. MUSEUM KRETEK


Museum Kretek merupakan tempat untuk merekonstruksi sejarah Rokok Kretek
Kudus dari era kejayaan Raja Rokok Kretek Kudus, Niti Semito, sampai dengan
perkembangan industri rokok Kudus era modern sekarang ini. Jadi Museum Kretek
memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan rekreasi. Museum Kretek
menyimpan berbagai peralatan dan mesin-mesin tradisional pembuatan rokok
kretek dan rokok klobot serta sarana promosi rokok pada masa itu. Selain itu,
pengunjung juga dapat mengamati foto-foto dokumentasi lintasan sejarah rokok
kretek Kudus dan juga dapat mengamati & diorama yang menggambarkan proses
produksi tradisional dengan tangan (tanpa alat bantu) dan produksi rokok giling
tangan, yang menghasilkan rokok kretek dan rokok klobot; serta proses produksi
rokok filter dengan mesin modern. Di samping itu ada diorama yang
menggambarkan proses penanaman dan pengolahan bahan baku rokok kretek
(tembakau, cengkeh, dan klobot jagung).
C. RUMAH ADAT KUDUS
Rumah Adat Kudus terletak di kompleks Museum Kretek dan juga terdapat di
sebelah selatan Menara Kudus serta di Puri Maerokoco Semarang. Ciri khas Rumah
Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun
1500-an Masehi, dibangun dengan bahan baku 95% berupa kayu jati (tectona

Gambaran Awal Wilayah III - 17


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

grandis) berkualitas tinggi dengan teknologi pemasangan sistem knock down


(bongkar pasang tanpa paku). Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah
tradisional yang terjadi akibat endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan
terbentuk karena perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya.

GAMBAR 2.2. RUMAH ADAT KUDUS


Proses akulturasi arsitektur tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup
panjang, mengingat banyaknya kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan
Persia/Islam) yang masuk ke kawasan Kudus dengan waktu yang cukup panjang.
Upaya pelestarian Rumah Adat Kudus sebagai warisan budaya bangsa dan
peninggalan sejarah telah dilakukan masyarakat Kudus dengan merelokasi Rumah
Adat Kudus yang dibuat pada tahun 1828 Masehi di kompleks Museum Kretek
Kudus. Rumah Adat Kudus, dengan atapnya yang berbentuk Joglo, memiliki
kekhasan (keunikan) khusus, dibandingkan dengan rumah-rumah adat yang lain di
Indonesia.
D. TUGU IDENTITAS KUDUS
Daya tarik wisata Tugu Identitas Kudus terletak di Desa Getas Pejaten, Kecamatan
Jati Kudus, di sebelah kanan Jalan Raya Kudus Semarang, sekitar 1 Km ke arah
selatan dari Alun-alun/Simpang Tujuh (pusat kota Kudus). Lokasi tersebut
mempunyai nilai historis karena merupakan salah satu tempat pertempuran para
pejuang Kudus dalam merebut kemerdekaan. Tugu Identitas Kudus merupakan
monumen perjuangan rakyat Kudus dalam merebut kemerdekaan RI.
Tugu ini dibangun mulai tanggal 25 Mei 1986 dan peresmiannya dilakukan oleh
Gubernur Jawa Tengah, H. Ismail, pada tanggal 28 September 1987. Bentuk
keseluruhan Tugu Identitas Kudus merupakan replika Menara Kudus, yang selama
ini telah dinyatakan sebagai bentuk bangunan yang menjadi ciri khas daerah Kudus
dan telah menjadi Lambang Daerah Kabupaten Kudus. Seluruh Lis (Jawa: pelipit)
yang ada pada bangunan Tugu Identitas melambangkan arti perjuangan merebut
kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 dan melambangkan arti falsafah serta
pandangan hidup bangsa Indonesia,
E. KAWASAN WISATA GUNUNG MURIA (COLO)
Kawasan Colo terletak sekitar 18 Km. ke arah utara dari pusat kota Kudus, tepatnya
di kawasan Pegunungan Muria, yakni Desa Colo - Kecamatan Dawe Kudus. Ciri khas
Pegunungan Muria, dengan ketinggian ± 1.602 m di atas permukaan air laut;
merupakan kawasan dataran tinggi yang terdiri dari beberapa perbukitan atau
pegunungan, antara lain :

Gambaran Awal Wilayah III - 18


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

1) Pegunungan Argo Jembangan


2) Pegunungan Argo Piloso
3) Pegunungan Rahtawu
4) Perbukitan Pasar
5) Perbukitan Ringgit
Daya tarik wisata Colo memungkinkan pengunjung/wisatawan untuk dapat
menikmati panorama alam pegunungan yang indah mempesona dengan udara
yang bersih dan sejuk. Selain sebagai lokasi rekreasi dan tempat tujuan berziarah ke
Sunan Muria. Colo juga sering dimanfaatkan sebagai lokasi penyuluhan, pembinaan,
konvensi, diklat (pendidikan dan pelatihan); rapat-rapat (raker, rakor, dan lain-lain)
yang termasuk kegiatan wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition) yang diadakan di Convention Hall Hotel Graha Muria, di kawasan daya
tarik wisata colo terdapat beberapa tempat wisata yang menarik, yaitu:

TABEL IV-1. POTENSI


DAYA TARIK WISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA (COLO),
KABUPATEN KUDUS
NO. NAMA POTENSI KETERANGAN
DAYA TARIK WISATA (DTW)
1. Makam Sunan Muria (Syeh R. Umar Menyatu dengan Masjid Sunan Muria terletak di salah satu puncak G.
Said, salah satu dari Wali Muria. Makam Sunan Muria menjadi salah satu tujuan Wisata Ziarah.
Songo/Wali Sembilan) Makam ini sangat ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari
berbagai daerah.

2. Air Terjun Monthel Air terjun dengan ketinggian ± 25 meter ini, dari Pesanggrahan Colo
atau dari Masjid dan Makam Sunan Muria dapat dicapai dengan
berjalan kaki selama ± 30 menit menyusuri jalan setapak di tengah-
tengah kebun kopi sambil menikmati udara yang segar dan sejuk
serta panorama alam pegunungan yang asri dan indah, juga sambil
menikmati alunan irama musik alam dari bunyi gemericik air terjun
yang jatuh di bebatuan yang diselingi bunyi-bunyian satwa liar khas
pegunungan dan kicauan burung burung.

3. Wisata Alam/Eko Wisata Dengan ketinggian ± 1.150 m dpl, terletak di Pegunungan Argo
(Ecotourism) Jembangan - G. Muria, berjarak ± 3 Km. dari Pesanggrahan Colo. Di
kawasan Eko Wisata ini pengunjung/wisatawan dapat menyaksikan
dan mengamati keanekaragaman hayati yang tumbuh alami, yakni

Gambaran Awal Wilayah III - 19


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

NO. NAMA POTENSI KETERANGAN


DAYA TARIK WISATA (DTW)
berbagai jenis tumbuhan pegunungan.
4. Makam Syeh Sadzali Menurut masyarakat setempat, Syeh Sadzali adalah murid/santri
Sunan Muria yang sangat setia mendampingi dan membantu Sunan
Muria dalam menyebarluaskan agama Islam, oleh karena itu nama
harum Syeh Syadzali senantiasa dihormati oleh masyarakat dan
makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah.
5. Sumber Air Tiga Rasa Di kawasan wisata ini erdapat mata air/sumber air yang memiliki 3
rasa. Masyarakat setempat percaya bahwa ketiga jenis rasa air ini
mempunyai khasiat yang berbeda jika diminum.
 Sumber Air Pertama : mempunyai rasa tawar-tawar masam
(Jawa: anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat
mengobati berbagai penyakit.
 Sumber Air Kedua : mempunyai rasa yang mirip dengan
minuman ringan bersoda yang bekhasiat dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan
hidup.
 Sumber Air Ketiga : mempunyai rasa mirip minuman keras yang
bekhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras.
 Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya
menjadi rasa air tawar.
6. Air Terjun Gonggomino Di kawasan wisata ini terdapat Air Terjun Gonggomino yang
merupakan air terjun kedua selain Air Terjun Monthel. Air Terjun
Gonggomino dapat dicapai dengan menyusuri sebuah sungai yang
terdapat di kawasan Rejenu.

7. Bumi Perkemahan dan Wana Daya tarik wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3
Wisata Kajar. Km. ke arah selatan dari daya tarik wisata Colo, tepatnya di Desa
Kajar, Kecamatan Dawe Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl,
kawasan Kajar merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan camping
and hiking (perkemahan dan jelajah medan/lintas alam); baik bagi
pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.· Taqim Arts
Studio Studio, sanggar dan gallery seni milik seniman Mustaqim ini
terletak ± 0,5 Km di sebelah utara dari Bumi Perkemahan dan Wana
Wisata Kajar. Dalam jangka panjang,Taqim Arts Studio berupaya
melibatkan masyarakat Desa Kajar untuk bersama-sama menjadikan
Desa Kajar, sebagai Desa Seni.

Sumber: indonesia.go.id

Gambaran Awal Wilayah III - 20


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

F. KAWASAN RAHTAWU
Lokasi daya tarik wisata alam/eko
wisata Rahtawu terletak di sebelah
barat Pegunungan Muria ± 20 Km.
ke arah Barat Laut dari pusat kota
Kudus (Alun-alun/Simpang Tujuh);
tepatnya di Desa Rahtawu,
Kecamatan Gebog Kudus.
Pengunjung dapat menikmati
panorama alam pegunungan yang
asri dan indah mempesona dengan
udara yang bersih, segar dan sejuk.
Rahtawu memiliki banyak petilasan
tokoh-tokoh dunia pewayangan, misalnya petilasan Begawan Sakri, Pandu
Dewonoto, Dewi Kunti, Jonggring Saloko, Eyang Semar, Eyang Abiyoso, dan lain-
lain. Selain itu para pelajar, remaja, dan pemuda-pemudi yang berhobi pecinta alam
(penjelajahan alam, hiking, mendaki gunung, dan lain-lain) dapat menyusuri jalan
setapak menjelajahi medan pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan puncak
gunungnya.
G. TAMAN KRIDA WISATA
Taman Krida Wisata terletak di
Kompleks Gedung Olah Raga (GOR)
Wergu Wetan, Kecamatan Kota
Kudus, dengan jarak ± 1,5 Km, ke
arah Timur dari pusat kota Kudus,
tepatnya di Kelurahan Wergu
Wetan, Kecamatan Kota Kudus. Ciri
khas Taman Krida Wisata
merupakan taman rekreasi keluarga
dengan suasana yang asri, sejuk,
dan teduh karena rimbun dan
lebatnya dedaunan pepohonan di
taman ini. Taman rekreasi ini dilengkapi dengan berbagai patung binatang yang
menarik dan bersifat edukatif bagi anak-anak, antara lain patung Dinosaurus, Kuda
Nil, Gajah, Jerapah, Singa, Harimau, dan Zebra. Selain itu, taman ini juga dilengkapi
dengan Gedung Terbuka yang representatif untuk berbagai event/kegiatan,
misalnya: seminar/sarasehan, pentas seni-budaya, lomba kreativitas remaja dan
pelajar, resepsi pernikahan, perpisahan sekolah, dan lain-lain. Taman ini juga sering
dimanfaatkan sebagai lokasi Lomba Burung Berkicau. Pada bulan Juli 2003, taman
rekreasi ini dilengkapi dengan koleksi satwa berupa 5 (lima) ekor rusa yang berasal
dari Istana Presiden RI di Kebun Raya Bogor. Selain itu Taman Krida Wisata juga
dlengkapi dengan waterboom, wahana permainan air berupa kolam tirta serta
taman wisata anak-anak.
H. SITUS PURBAKALA PATIAYAM
Pegunungan Patiayam terletak Di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, di sana terdapat
gading gajah purba, gigi geraham nenek moyang (Homo Erectus), dan lain-lain. Situs

Gambaran Awal Wilayah III - 21


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Patiayam termasuk salah satu situs Homonid Kala Plestosen di Jawa, dan primadona
yang dapat dijumpai di Situs Patiayam ini adalah Stegodon Trigonochepalus. Pada
situs ini terdapat beberapa kegiatan penelitian seperti penggalian untuk
mengetahui sebaran temuan secara vertikal maupun rentang umur minimal dan
maksimal, survey untuk mengetahui sebaran temuan secara horisontal, dan
pemetaan untuk mendapatkan peta distribusi temuan secara lebih luas sesuai
dengan kondisi sebenarnya.
Hasil dari penelitian tersebut adalah identifikasi fosil yang teridentifikasi sebanyak
1.234 buah, tak teridentifikasi sebanyak 1.149 buah, berat fosil keseluruhan sebesar
3.446 kg, dan jumlah Individu sebanyak 13. Jenisnya: Bovidae (banteng, kerbau),
Cervidae (rusa, kijang), Chelonidae (kura-kura), Crocodilus (buaya), Elephantidae
(Gajah), Felidae (Macan, harimau), Rhinoceroti dae (Badak), Stegodon (Gajah
Purba), Suidae (Babi Hutan), Testunidae Tridacna (Kerang Laut), Hipopotamidae
(Kuda Nil) Hominidae (Manusia Purba).

Sumber: http://fahmianhar.com/menilik-situs-purbakala-patiayam-kudus/

3.6.2. POTENSI DAYA TARIK WISATA INTANGIBLE


Jenis daya tarik wisata intangible (bersifat non fisik atau non material) yang ada di
Kabupaten Kudus adalah kesenian yang pada umumnya merupakan kesenian tradisional,
dan tercatat jumlahnya lebih dari 1.300 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 30
macam kesenian. Karakteristik jenis-jenis kesenian yang berkembang di Kabupaten
Kudus hingga saat ini, deskripsinya dapat dilihat pada uraian dan tabel berikut ini.
A. KESENIAN
Kabupaten Kudus merupakan wilayah
yang memiliki potensi cukup besar
dibidang seni dan budayanya, hal ini
dipengaruhi oleh latar belakang
terbentuknya Kota Kudus yang banyak
diwarnai oleh latar belakang agama,
terutama ketika Wali Songo mencoba
menyebarkan agama Islam di Kudus
melalui berbagai jenis seni tradisi rakyat.
Sampai saat ini seni tradisi tersebut tetap terpelihara, bahkan berkembang ke arah
seni-seni kontemporer.

Gambaran Awal Wilayah III - 22


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

B. TRADISI DAN KEBUDAYAAN


1) Tradisi Mubeng Gapura Masjid At Taqwa
Tradisi keliling (mubeng) gapura
Madiaksan Masjid Jami At-Taqwa
di Desa Loram Kulon, Kecamatan
Jati - Kabupaten Kudus, bagi
warga setempat yang akan
menikah masih tetap dilestarikan.
Pemandangan unik tersebut
dilakukan saat pasangan
pengantin dari warga sekitar yang
hendak melakukan ijab kabul di
masjid tersebut melakukan tradisi turun temurun sejak ratusan tahun dengan
keliling gapura bersama keluarga pengantin putra maupun putri.
Proses diawali dengan memasuki pintu gapura sebelah selatan yang kemudian
berjalan dan keluar melalui pintu sisi utara. Sebelum keluar, calon pengantin
tersebut mengisi buku tamu dan menyerahkan sumbangan kepada pihak
masjid. Seusai melakukan prosesi mubeng gapura Madiaksan Masjid Jami At-
Taqwa, pengantin dan keluarganya menyempatkan diri berpose dengan latar
belakang gapura masjid. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi
bagi peradaban masyarakat Loram dan Kudus pada umumnya. Tradisi mubeng
gapura masjid wali ini merupakan adat kebisaaan warga Desa Loram Kulon dan
sekitarnya yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
2) Upacara Buka Luwur di Makam Sunan Kudus
Makam Sunan Muria adalah salah satu daya tarik wisata Ziarah di Kabupaten
Kudus yang setiap harinya sangat ramai dikunjungi peziarah dari berbagai
daerah, terutama pada momen Upacara Buka Luwur (Penggantian kain
kelambu penutup makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan setiap tanggal 10
Muharrom/Syuro. Peristiwa menarik dalam Upacara Buka Luwur adalah ketika
para pengunjung/peziarah berupaya memperoleh nasi bungkus selamatan dan
kain luwur bekas penutup makam yang konon dipercaya dapat memberikan
keberuntungan bagi yang memperolehnya.
3) Upacara Buka Luwur di Makam Sunan Muria
Buka luwur Sunan Muria merupakan
tradisi ritual yang masih dilestarikan
dan dilaksanakan setiap tahunnya
oleh masyarakat Kudus dan
sekitarnya untuk mengirim doa dan
mendapatkan barokah. Buka luwur
Sunan Muria dilaksanakan pada
tanggal 16 Muharrom/Syuro.
Sebelum Upacara Buka Luwur Sunan
Muria diawali dengan berbagai kegiatan antara lain : pengajian, menghafal Al
Qur’an, Kataman, membuat klambu berwarna putih untuk mengganti klambu
Sunan Muria.

Gambaran Awal Wilayah III - 23


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Dalam acara Buka Luwur telah disediakan uba rampu berupa nasi, daging
kerbau atau kambing yang dibungkus dan potonan kain kelambu yang lama
dan telah dimasukkan dalam bungkusan tersebut, kemudian jika telah selesai
upaca Buka Luwur dibagikan kepada masyarakat.
Oleh masyarakat diyakini bahwa dengan melaksanakan Upacara Buka Luwur
akan mendapatkan barokah dari Sunan Muria, sedangkan nasi dan daging
kerbau atau kambing dapat menyembuhkan orang sakit, dan kain klambu yang
dibagikan kepada masyarakat dapat digunakan sebagai jimat untuk tolak balak.
4) Kirap Ampyang Maulid
Tradisi Ampyang Maulid merupakan salah satu bentuk penyebaran agama
Islam yang dilakukan Tjie Wie Gwan - suami Ratu Kalinyamat, sekaligus
menantu Sunan Kudus dengan menggunakan pendekatan sosial budaya
kepada masyarakat Loram Kulon yang waktu itu beragama Hindu-Buddha dan
bermata pencaharian sebagai pembuat ampyang. Selain menyebarkan agama
Islam, beliau juga mewariskan beberapa tradisi budaya yang masih
dilaksanakan sampai sekarang, diantaranya adalah :

- Tradisi Nganten Mubeng Gepuro/kirab nganten


Pada masa itu karena banyaknya yang menikah, untuk mempersingkat
waktu maka Tjie Wie Gwan berpetuah pada para pengantin yang telah sah,
mengelilingi gapura lalu akan di doakan dari depan Masjid dan disaksikan
oleh warga setempat.
- Tradisi Sedekah Nasi Kepel
Saat penyebaran agama Islam, salah satu warga ada yang ingin bersedekah
tetapi belum mengetahui caranya, sehingga beliaupun berpesan kepada
warga silahkan selamatan dengan nasi kepel 7 bungkus dan lauk bothok 7
bungkus. Angka 7 ini maksudnya dalam basa Jawa berarti pitu, yang
mempunyai arti filsafat Pitulung(pertolongan), Pitutur(nasihat) dan
Pituduh(petunjuk) dalam menjalani hidup di dunia. Diharapkan dengan nasi
kepel dan bothok berjumlah 7 tersebut tidak memberatkan warga yang
tidak mampu, tetapi ingin bersedekah.
- Tradisi Ampyang Maulid
Untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, beliau meminta
warga setempat membuat tempat makanan segi empat berbentuk masjid,
mushala, atau rumah gebyok, dengan bahan baku bambu. Ampyang

Gambaran Awal Wilayah III - 24


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

berfungsi untuk menghias sekeliling tempat makanan itu. Ampyang atau


kerupuk aneka warna terbuat dari tepung.
- Tradisi Maulidan Jawiyan, Desa Padurenan - Kecamatan Gebog
Prosesi dimulai dengan kirab budaya padurenan yaitu arak-arakan
masyakat sekitar dengan membawa hasil tani, kerajinan bordir dan
konveksi, wayang bambu, tabuhan terbang papat, dan makanan khas
Padurenan. Tradisi Maulidan Jawiyan merupakan tradisi masyarakat Desa
Padurenan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad dengan
membaca kitab albarjanzi dengan aksen Jawa yaitu kitab yang
menggambarkan sejarah nabi dengan menggunakan syair yang dilantunkan
dalam suara lantang.
5) Tradisi Dandangan di Kawasan Menara Kudus
Selain menjadi salah satu daya tarik
wisata andalan Kabupaten Kudus,
Kawasan Menara Kudus juga menjadi
pusat keramaian pada saat pelaksanaan
Dandhangan yaitu tradisi menyambut
datangnya bulan Ramadhan/bulan
Puasa. Pada saat itu di sekitar Kawasan
Menara Kudus terdapat banyak penjual
makanan khas Kudus yang
memungkinkan para pengunjung untuk
menikmati makanan khas Kudus, yaitu Soto Kudus dan Jenang Kudus, sekaligus
membeli cinderamata khas Kudus adalah Kain Bordir Kudus (busana muslimah,
kerudung, kebaya, dan lain-lain).
6) Tradisi Resik-Resik Sendang di Desa Wonosoco
Wonosoco adalah sebuah desa di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
Terletak di lereng pegunungan kapur sebelah selatan dari Kota Kudus. Di desa
ini terdapat sendang yang konon ditemukan pertama kali oleh Kanjeng Sunan
Kanjoran. Air sendang ini diyakini penduduk setempat mempunyai khasiat jika
digunakan untuk membasuh muka akan kelihatan awet muda, dan jika
meminum airnya akan menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Setiap tahun di desa ini secara rutin diadakan ritual untuk menghormati
sendang yang dimeriahkan dengan acara tradisional. Acara ritual sendang
diramaikan dengan kirab berbagai hasil pertanian seperti jagung, padi, ketela,
lombok dan sayur-sayuran. Pada acara ini disuguhkan berbagai kesenian
tradisioanal Kudus seperti: terbangan, jaran kepang, dan kesenian lainya.
Dalam kirab tersebut terlihat seorang peserta kirab membawa nampan dari
bambu (tampah) yang berisi nasi dan sebuah potongan bambu yang berisi
daun berwarna hijau diikat dengan tali dari kedebog pisang yang
melambangkan kesuburan tanah.

Gambaran Awal Wilayah III - 25


LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus

Adapun alasan pemilihan gedebog pisang dikarenakan pisang adalah sebuah


tanaman yang akan tetap tumbuh sebelum membuahkan hasil meskipun
ditebang. Dengan menali daun dalam potongan bambu dengan gedebog
pisang, rakyat Desa Wonosoco mengharapkan kesuburan tanah akan tetap
terjaga sampai tanaman mereka menghasilkan (panen). Puncak dari acara
ritual di sendang itu sendiri yakni menguras sendang yang dilakukan oleh para
sesepuh desa dan masyarakat setempat dan sebelumnya biasanya diadakan
sebuah pementasan yang unik yaitu pementasan wayang Klithik. Wayang yang
terbuat dari kayu dan jika dimainkan berbunyi “thik-thik” ini adalah sebuah
kesenian langka yang diyakini penduduk sekitar jika ditiadakan maka akan ada
pageblug atau peristiwa yang tidak diinginkan.
7) Kupatan
Kupatan adalah tradisi yang dilaksanakan
pada hari ke-7 setelah Idul Fitri. Agenda
kupatan ini dilaksanakan di banyak desa,
diantaranya adalah Desa Bulusan,
Hadipolo, Jekulo, Colo, Sendang Jodo,
Purworejo, dan Desa Kesambi – Mejobo.

8) Pengantin Adat Kudus


Pakaian pengantin tradisional adat Kudus
dapat dilihat seperti gambar di bawah ini,
di mana pengantin pria mengenakan
busana hajj (busana ala syeh dari
bangsawan quraisy). Dalam adat
pernikahan Kudus.

Gambaran Awal Wilayah III - 26

Anda mungkin juga menyukai